Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi. Kista ovarium adalah

kantung berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus

umum dalam ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas

sampai menopause juga selama kehamilan.

Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per 100.000

wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan per

tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer

Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428

kasus, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya

adalah wanita karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009

terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70%

diantaranya wanita karier yang telah berumah tangga.Sekitar 75% massa di

ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang umum dialami oleh wanita berusia

20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa kista ovarium fungsional, kistadenoma,

kista teratoma, fibroma, endometrioma (kista coklat) dan kehamilan tuboovarium

(kehamilan ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut adalah kista

fungsional. Kista fungsional termasuk kista di kopus luteum dan folikel biasanya

lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 2

1
bulan. Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali menjalani

pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa ovarium yang tidak

menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan nyeri persisten

atau menunjukkan karakteristik mencurigakan yang memerlukan pemeriksaan

lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kista Ovarium?

2. Apa penyebab terjadinya Kista Ovarium?

3. Apa saja tanda dan gejala dari Kista Ovarium?

4. Apa saja jenis-jenis kista ovarium?

5. Bagaimana patofisiologi kista ovarium?

6. Apa saja komplikasi kista ovarium?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kista ovarium?

8. Apa saja penatalaksanaan kista ovarium?

9. Bagaimana asuhan keperawatan kista ovarium?

2
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kista ovarium

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kista ovarium

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari kista ovarium

4. Untuk mengetahui jenis-jenis kista ovarium

5. Untuk mengetahui patofisiologi kista ovarium

6. Untuk mengetahui komplikasi pada kista ovarium

7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari kistaovarium

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kista ovarium

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kista ovarium

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kista Ovarium

Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium

atau indung telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang

terbentuk dari lapisan terluar indung telur atau ovarium.

B. Etiologi

Sampai sekarang penyebab dari kista ovarium belum ditemukan secara

pasti, tetapi beberapa pendapat para ahli menyebutkan bahwa individu yang

mempunyai riwayat heriditer mengidap tumor prosentasenya lebih tinggi dari

pada yang tidak mempunyai riwayat tumor dan adanya gangguan dalam

pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-

hipotalamus.

Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknyakista

pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi

ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan

pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi

ovarium.

Ovarium tidak akan bervungsi secara normal jika tubuh wanita tidak

menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium

yang abnormal kadang menyebabkan penimbuhan folikel yang berbentuk

secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal dalam

4
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Karena itu

terbentuk kista dalam ovarium.

Berikut contoh gambar kista ovarium :

Faktor yang mempengaruhi kista meliputi;

1. Gaya hidup tidak sehat.

1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

2. Zat tambahan pada makanan

3. Kurang olah raga

4. Merokok dan konsumsi alkohol

5. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

6. Stress

2. Faktor Genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,

yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya

karena makanan yang bersifat karsinogen ,polusi, atau terpapar zat kimia

tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi

5
onkogen, yaitu gen pemicu kanker. Arif,dkk (2016) mengatakan faktor

resiko pembentukan kista ovarium terdiri dari:

a. Usia

Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita

kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat

jarang, akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-

70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.

b. Status menopause

Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat

menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat

aktifitas wanita menopause yang rendah.

c. Pengobatan infertilitas

Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan

dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat

kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat

menyebabkan kista berkembang.

d. Kehamilan

Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester

kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).

e. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid

yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH

(Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH

6
meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi

perkembangan kista ovarium folikel.

f. Merokok

Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk

pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko

kista ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika

seseorang merokok.

g. Ukuran massa

Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5

cm dan akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada

wanita pascamenopause, kista ovarium lebih dari 5 cm memiliki

kemungkinan besar bersifat ganas.

h. Kadar serum petanda tumor CA-125

Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium

tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada usia

reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL,

sedangkan pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.

i. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium,

payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak

jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin

dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko

seorang wanita terkena kista ovarium.

7
j. Konsumsi alcohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista

ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar

estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan

folikel.

k. Obesitas

Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena

kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi

banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone estrogen, yang

dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen merupakan faktor utama

dalam terbentuknya kista ovarium.

C. Jenis-jenis Kista ovarium

Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi dua yaitu:

a. Kista ovarium neoplastic

1) Kista denoma ovarii serosum

Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor

jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada

12-50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral).

Ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil

dari rata-rata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan

serosa, jernih kekuningan.

2) Kista denoma ovarii musinosum

Kista denoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total

8
tumor jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor

ini pada umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan

musinosum tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang

dindingnya tegang.Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner

yang tinggi dengan inti sel bewarna sel gelap terletak di bagian

basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus

mirip dengan struktul epitel endoserviks dan 50% lagi mirip

dengan struktur epitel kolon di mana cairan musin di dalam

lokulus kista mengandung sel-sel goblet.

3) Kista dermoid

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total

tumor ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak

diderita olehgadis yang berusia di bawah 20 tahun.

4) Kista ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya

bertangkai sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding

kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna

kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.

Berhubung dengan adanya tangkai,dapat terjad putaran tungkai

dengan gejala-gejala mendadak.

5) Kista endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada

dinding dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel

9
endometrium.

b. Kista ovarium non neoplastic

1) Ovarium polisistik (Stein-Leventhal Syndrome)

Penyakit ovarium polisistik ditandai dengan pertumbuhan

polisistik kedua ovarium, amnorea sekunder atau oligomenorea dan

infertilitas. Sekitar 50% pasien mengalami hirsutiseme dan

obesitas. Walaupun mengalami pembesaran ovarium, ovarium

polisistik juga mengalami sklerotika yang menyebabkan

permukaannya bewarna putih tanpa identasi seperti mutiara

sehingga disebut juga sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak

folikel berisis cairan di bawah fibrosa korteks yang mengalami

penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena mengalami

luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang sama.

2) Kista folikuler

Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di

ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra

ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH

surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali.

Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara

artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk

menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang

spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.

3) Kista korpus luteum


Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus

10
luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi

setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa

dan kista teka.

a) Kista granulosa lutein

Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik

ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel garnulosa mengalami

luteinisasi. Pada tahap berikutnya vaskularisasi baru, darah

terkumpul di tengah rongga membentuk korpus

hemoragikum. Reabsorpsi darah ini menyebabkan

terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang persisten

dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut yang

juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang

menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga

dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan

nyeri hebat atau perdarahan.

b) Kista theka lutein

Biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan jernih

kekuningan. Kista sering kali bersamaan dengan ovarium

polisistilk, mola hodatidosa, koro karsinoma, terapi hCG dan

klomifen sitrat. Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh

kista ini. Pada umunya tidak diperlukan tindakan pembedahan

untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang

secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma,

11
dan penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun

demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke

dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan

laparatomi untuk menyelamatkan penderita. perdarahan ke

dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan

laparatomi untuk menyelamatkan penderita.

A. Kista inklusi germinal

Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari

epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih

banyak pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang

melebihi diameter 1 cm. Kista biasanya ditemukan pada

pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi.

Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri

atad satu lapisan epitel kubik dan isinya jernih dan serus.

12
E. Patofisiologi
Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan

kegagalan pembentukan satu hormon tersebut bisa mempengaruhi  fungsi

ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita

tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.

 Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan

folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium, karena

setiap harinya ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang

disebut folikel de graff, bila folikel tersebut gagal mengalami pematangan

dan ovarium gagal melepaskan sel telur, sehingga terjadilah penimbunan

folikel dalam ovarium, penimbunan folikel inilah yang akan berubah bentuk

menjadi kantong yang berisi cairan dan terbentuklah kista ovarium yang

dapat menyebabkan kemandulan pada wanita.

F. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala

dalam waktuyang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak

spesifik. Sebagian gejala dan tandaadalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas

endokrin, atau komplikasi tumor tersebut.. Hal inidisebabkan perjalanan

penyakit ovarium berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosissering

ditemukan pada waktu pasien dalam keadaan stadium lanjut. Sampai pada

waktunya pasien dtang dan mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi,

nyeri pada perut bawah, dantimbul benjolan pada perut.

13
Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar danmenimbulkan

nyeri yang kuat. Diagnosa penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala

sajakarena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti

endometriosis, radang panggul,kehamilan ektopik dan kanker ovarium.

Meskipun demikian, penting untuk memperhatikansetiap gejala atau

perubahan perubahan yang terjadi untuk mengetahui gejala yang serius.

1. Haid tidak teratur karena tidak terjadi ovulasi

2. Nyeri pada saat mentruasi

3. Kontipasi dan poliuria jika tumor sudah menekan rektum atau

kandungkemih mungkin terjadi

4. Nyeri abdomen bagian bawah atau nyeri pada saat bersenggema karna

 peregangan atau penekanan daerah panggul.

5. Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik

yang bulat(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat lusen dengan dindi

gdinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista

nampak  bayangan opak yang lebih

6. infertilitas

Pada stadium lanjut dapat berupa gejala yang terjadi berhubungan

dengan adanya asites(penimbunan cairan dalam rongga perut),

penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ didalam

rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Gejala ini dapat berupa:

1. Perut membuncit karena ada masa dalam abdomen

2. Kembung,

14
3. Mual,

4. Gangguan nafsu makan,

5. Sesak napas  karena penumpukan cairan bisa juga terjadi pada ronggadada

akibat penyebaran penyakit ke rongga dada.

G. Komplikasi

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya

kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker

masih belum jelas namundianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40

tahun untuk melakukan skrining atau deteksidini terhadap kemungkinan

terjadinya kanker ovarium.

Menurut wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada

kista ovarium diantaranya:

1. Akibat pertumbuhan kista ovarium

Adanya tumor didalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan

oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor

mendesak, kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,

sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas dirogga perut

kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat

juga mengakibatkan edema pada tungkai.

15
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium

Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi kista ovarium

a. Pendarahan kedalam kista

Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur

menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika

penjarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi

yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut.

b. Torsio Atau Putaran tangkai

Torsio atau putaran tanggaki terjadi pada tumor bertangkai dengan

diamter 5 cm atau lebih.Torsio meliputih ovarium,tuba fallopi atau

ligamentum rotundum pada uterus.jika dipertahankan torsi ini dapat

berkembang menjadi infark,Perionitis dan kematian. Torsi biasanya

unilateral dan di kaitkan kista, karsinoma ,TOA ,massa yang tidak

melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal.torsi ini

paling sering muncul pada wanita usia reproduksi.Gejalanya

meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadran abdomen

bawah,mualldan muntah.dapat terjadi demam dan

leukositosis.laparoskopi adalah terapi pilihan,adneksa dilepaskan

(detorsi),viabilitasnya di Kaji,adneksa gangren di buang,setiap kista

di buang dan di evaluasi secara histologis.

16
c. Infeksi Pada Tumor

Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.

d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai,akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma,seperti jatuh atau pukulan perut dan lebih sering saat

bersetubuh.jika robekan kista di sertai hemoragi yang timbul secara

akut,maka pendarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga

peritoneum dan menimbulkan rasa nyeriterus menerus di sertai

tanda-tanda abdomen akut.

e. Perubahan Keganasan

Serta tumor di angkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopi

yang sesakma terhadap kemugkinan perubahan

keganasannya.Adanya asintes dalam hal yang mencurigakan.massa

kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar

kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna) faktor iilah

yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tak jarang tentang penegakkan diagnosa tidak dapat diperolehk kepastian

sebelum melakukan operasi,akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan

analisis yang tajam dari gejala-gejala yang di temukan daat membantu

17
dalam pembuatan diffrensial diagnosa.beberapa cara yang dapat digunakan

untuk membantu menegakan diagnosa adalah (bilotta 2012:1)

1. Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah

tumor berasal dari ovarium atau tidak,serta untuk menentukan sifat-sifat

tumor itu.

2. Ultrasonografi(USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditetukan letak dan batas tumor,apakah

tumor berasal dari uterus,ovarium,atau kandug kencing,apakah tumor

kistik atau solid,dan dapat pula di bedakan antara cairan dalam rongga

perut yang bebas dan tidak

3. Foto rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk ,menentukan adanya hidrotoraks.

selanjutnaya pada kista dermoid kadang-kadang dapat di lihat adanya

gigi dalam tumor.

4. Parasintesis

Fungsi asintes berguna utuk menentukan sebab ascites.perlu di

perhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei

denga isi kista bila dinding kisa rusak.

18
I. PENATALAKSANAAN

1. Observasi

Jika kista tidak menimbulka gejala,maka cukup dimonitor(di

pantau)selama 1-2 bulan,karna kista fungsional akan menghilang dengan

sendirinya setelah satu atau dua siklus haid.tindakan ini di ambil jika

tidak curiga ganas (kanker)

2. Terapi bedah atau operasi

Bila tumor ovarium di sertai gejala akut misalnya tosi,maka tindakan

operasi harus di lakukan pada waktu itu juga,bila tidak ada 22 gejala

akut,Tindakan operasiharus di persiapkan terlebih dahulu dengan

seksama.

Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya

memerlukan operasi pengangkatan.setelah itu, wanita monopause yang

memilii kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk

meminimalisirresiko terjadi kanker ovarium.wanita 50-70 tahun memilii

resiko cukup besar terkena kanker jenis ini .Bila hanya kista nya yang

diangkat,maka operasi ini disebut ovarian cystectomy.Bila pembedahan

mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi,maka di sebut

salpingo oophorectomy.

Faktor –faktor yang menentukan tipe pembedahan,antara lain

tergantung pada usia pasien,keinginan pasien untuk memiliki anak,kondisi

ovarium dan jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang

19
ovarium terlilitdan menghentikan pasokan darah ke ovarium ,memerlukan

tindakan darurat pembedaha untuk mengembalikan posisi ovarium.

Prinsi pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut

Yatim,(2005:23):

a. Apabila kistanya kecil (misalnya,sebesar permen)dan pada

pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses

keganasan,biasanya dokter melakukan operasi dengan

laparoskopi .dengan cara ini,alat laparoskopi dimasukan ke dalam

rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding

perut,yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.

b. Apabila kistanya besar,biasanya pengangkatan kista di lakukan

dengan laporatomi.teknik ini dilakukan dengan pembiusan

total.dengan cara laporotomi,kista di periksa apakah sudah

mengalami proses keganasan,operasi sekalian mengangkat ovarium

dan saluran tuba,jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.

20
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pasien pada

saat ini dan riwayat sebelumnya(Potter & Perry, 2013). Pengkajian

keperawatan terdiri dari dua tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data

dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis

seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan.

1. Pengkajian primer
Menurut Jevon dan Ewens (2013) ,pengkajian Airway(A),

Breathing(B) ,Circulation(C),Disabillity(D),Expossure(E) pada pengkajian

gawat darurat adalah:

a. Airway:

Pada pengkajian airway pada pasien kista ovarium berdasarkan

tanda dan gejala pada teori ada tanda yang muncul bila kista terus

tumbuh, seperti perut kembung atau bengkak, nyeri panggul

sebelum atau selama siklus menstruasi, hubungan seks terasa sakit,

serta mual dan muntah namun pada airway tidak ditemukan

gangguan pada jalan napas.

21
b. Breathing:

Menurut Wilkinson & Skinner, 2000 dikutip oleh (Rani,2013)

pengkajian pada breathing Look, listen dan feel dilakukan penilaian

terhadap ventilasi dan oksigen asi pasien. Pada pengkajian

breathing pada pasien dengan kistaovarium masalah yang terjadi

apabila perut membesar dan menimbulkan gejala perut terasa

penuh,mengakibatkan pasien mengalami sesak napas karena perut

tertekan oleh besarnya kista.

B. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan pre operasi dan post operasi sebagai

berikut:

a. Pre operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik

3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

b. Post operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2) Resiko infeksi behubungan dengan prosedur invasive

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit .

22
RENCANA KEPERAWATAN

1.Rencana Keperawatan

N Diagnosa NOC NIK


O Keperawatan
1 (1) Pre operasi Kontrol Nyeri Setelah 1) Manajemen Nyeri
Nyeri Akut dilakukan tindakan Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan, klien mampu nyeri komprehensif
dengan agen mengontrol nyeri dengan yang meliputi lokasi,
cider.a biologis kriteria hasil : karakteristik,onset/dura
1. Mengenali kapan si,frekuensi,kualitas,
nyeri terjadi intensitas atau beratnya
2. Menggambarkan nyeri dan faktor
faktor penyebab pencetus
3. Melaporkan 2) Observasi adanya
perubahan terhadap petunjuk nonverbal
gejala nyeri pada mengenai ketidak
profesional kesehatan nyamanan terutama
4. Mengenali apa yang pada mereka yang
terkait dengan gejala tidak dapat
nyeri berkomunikasi secara
5. Melaporkan nyeri efektif
yang terkontrol 3) Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4) Gunakan strategi
komunikasi terapeutik

5) Gali pengetahuan dan


Kepercayaan pasien

23
Mengenai nyeri
6) Gali bersama pasien
faktor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
7) Berikan informasi
mengenai nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
8) Ajarkan prinsip-
rinsip manajemen
nyeri
9) Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(terapi relaksasi)
10) Dorong pasien untuk
Memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
11) Evaluasi keefektifan
dari tindakan
Pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan

24
12) Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
2 Gangguan Eliminasi urine Setelah 1. Perawatan retensi
eliminasi urine dilakukan tindakan urin Lakukan
berhubungan keperawatan, klien mampu pengkajian
dengan mengontrol eliminasi urin komprehensif sistem
obstruksi dengan kriteria hasil: perkemihan
anatomik 1) Pola eliminasi baik 2. Monitor efek dan
2) Bau urine, jumlah Obat-obatan yang
urine, warna urine, diresepkan
kejernihan urine 3. Pasang kateter urin
normal sesuai kebutuhan
3) Mengosongkan 4. Anjurkan keluarga
kandung kemih untuk mencatat urin
sepenuhnya output sesuai kebutuhan
4) Mengenali keinginan 5. Monitor intake dan
untuk berkemih output Monitor cairan
6. Tentukan jumlah
dan jenis intake / asupan
cairan serta kebiasaan
eliminasi
7. Tentukan faktor
resiko yang mungkin
menyebabkan ketidak
seimbangan cairan
8. Tentukan apakah pasien
Mengalami kehausan
atau gejala perubahan
cairan

25
9. Periksa turgor kulit
10. Monitor berat badan
11. Monitor asupan dan
pengeluaran
12. Monitor membrane
mukos, turgor kulit, dan
respon haus
13. Monitor warna,
kuantitas dan berat jenis
urine
14. Monitor tanda dan gejala
ansietas Pengurangan
kecemasan
3 Ansietas b.d Mengontrol kecemasan 1) Gunakan
perubahan Setelah dilakukan tindakan pendekatan yang
status keperawatan, klien mampu tenang dan
kesehatan mengotrol kecemasan meyakinkan
dengan kriteria hasil: 2) Jelaskan semua
1)Mengurangi penyebab prosedur termasuk
kecemasan sensasi yang akan
2) Menggunakan strategi dirasakan yang
koping yang efektif mungkin akan
3) Menggunakan teknik dialami klien selama
relaksasi prosedur
4)Mempertahankan 3) Dorong keluarga
hubungan sosial untuk mendampingi
5) Mempertahankan tidur klien dengan cara
Adekuat yang tepat
4) Instruksikan klien
6) Mengendalikan respon untuk menggunakan
kecemasan teknik relaksasi

26
5) Pertimbangkan
kemampuan klien
dalam mengambil
keputusan
6) Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
Terapi relaksasi
Poltekkes Kemenkes
Padang
7) Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
8) Tentukan apakah
ada intervensi
relaksasi di masa
lalu yang sudah
memberikan
manfaat
9) Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
tanpa distraksi
10) Dorong klien untuk
mengambil posisi
yang nyaman
11) Minta klien rileks
dan merasakan
sensasi yang terjadi
12) Tunjukkan dan

27
praktikkan teknik
relaksasi pada klien
13) Dorongpengulangan
teknik relaksasi
Dan praktik-praktik
tertentu secara
berkal

1 (2) Post operasi Kontrol Nyeri Setelah Manajemen Nyeri


Nyeri Akut b.d dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
agen cidera keperawatan, klien mampu nyeri komprehensif
fisik mengontrol nyeri dengan yang meliputi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik,
1) Mengenali kapan nyeri onset/durasi,
terjadi frekuensi, kualitas,
2) Menggambarkan faktor 2. intensitas atau
penyebab beratnya nyeri dan
3) Melaporkan Perubahan faktor pencetus
terhadap gejala nyeri 3. Observasi adanya
pada profesional petunjuk nonverbal
kesehatan mengenai ketidak
4) Mengenali apa yang nyamanan terutama
terkait dengan gejala pada mereka yang
nyeri tidak dapat
5) Melaporkan nyeri yang berkomunikasi secara
terkontro efektif
4. Pastikan perawatan
analgesik bagi
pasien dilakukan
dengan pemantauan

28
yang ketat
5. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
6. Gali pengetahuan
dan kepercayaan
pasien mengenai
nyeri
7. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
8. Berikan informasi
mengenai nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan di
rasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
9. Ajarkan prinsip-
rinsip manajemen
nyeri
10. Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologi (terapi
relaksasi)
11. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya

29
dengan tepat
12. Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan
13. Dukungistirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
2 Resiko Infeksi Kontrol Resiko : Proses 1. Kontrol Infeksi
b.d prosedur Infeksi Setelah dilakukan Bersihkan lingkungan
invasif tindakan keperawatan, dengan baik setelah
klien mampu mengontrol dilakukan untuk setiap
infeksi dengan kriteria pasien
hasil: 2. Batasi jumlah
1. Mengidentifikasi pengunjung
faktor resiko 3. Ajarkan cara cuci
infeksi tangan bagi tenaga
2. Mengenali faktor kesehatan
resiko individu 4. Anjurkan pasien
terkait infeksi mengenai teknik
3. Mengetahui mencuci tangan
perilaku yang dengan tepat
berhubungan 5. Anjurkan pengunjung
dengan resiko untuk mencuci tangan
infeksi pada saat memasuki
dan meninggalkan
4. Mengidentifikasi ruangan pasien
tanda dan gejala 6. Gunakan sabun

30
infeksi antimikroba
5. Memonitor 7. Cuci tangan sebelum
perilaku diri yang dan sesudah kegiatan
berhubungan perawatan pasien
dengan resiko 8. Lakukan
infeksi tindakantindakan
6. Memonitor faktor pencegahan yang
di lingkungan yang bersifat universal
berhubungan 9. Pakai sarung tangan
dengan resiko steril dengan tepat
infeksi 10. Pastikan teknik
7. Mencuci tangan perawatan luka yang
8. Mempertahankan tepat
ingkungan yang 11. Berikan terapi
Bersih antibiotik yang sesuai
12. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi
13. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Angkat balutan dan
Integritas Kulit keperawatan, klien mampu plester perekat
b.d cedera kulit mempertahankan kondisi 2. Ukur luas luka
kulit dengan kriteria hasil: 3. Berikan rawatan
1. Suhu kulit normal insisi pada luka
2. Elastisitas dan 4. Berikan balutan yang
kelembaban kulit sesuai jenis luka
dapat di pertahankan 5. Ganti balutan sesuai

31
Perfusi jaringan baik dengan jumlah
3. Mampu melindungi eksudat dan drainase
kulit dan perawatan 6. Periksa luka setiap
alami kali perubahan
balutan
7. Bandingkan dan catat
setiap perubahan luka
8. Anjurkan pasien dan
anggota keluarga
untuk mengenal
tanda dan gejala
infeksi
9. Dokumentasikan
lokasi luka, ukuran,
dan tampila

32
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

1. PENGKAJIAN

A. Identitas

Nama : Ny. D

Umur : 64 Tahun

Suku/bangsa : Banggai

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat : Salakan

Status Perkawinan : kawin

Tanggal masuk : Kamis,28-06-2022

Jam masuk :16.30

Ruang/kelas :Asoka/ III A

Kamar No : III A

Tanggal pengkajian : Sabtu,2 juli 2022

Jam : 11.30

Nama suami : Tn. K

Umur : 58 Tahun

Suku Bangsa : Banggai

Agama : Islam

33
Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat : Salakan

B. Status kesehatan saat ini

1. Keluhan utama : Kline mengeluh nyeri pada

bagian perut

2. Riwayat penytakit sekarang : klien mengeluh perutnya membesar,dan

terasa kaku,klien mengatakan nyeri pada bagian perut,klien

mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 6.

3. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan ibu klien

perna sakit yang sama dengan klien.

4. Diagnosa medik : kista ovarium

C. Riwayat keperawatan :

1. Riwaya obsetri

a. Riwayat menstruasi

Menarcha :

Umur : 64 thn

Siklus :-

Teratur :-

Banyaknya :-

Lamanya :-

34
HPHT :-

HTP :-

b. Riwayat kehamilan,Persalinan nifas yang lalu :

Status obsetri : G3P3A0

D. Genogram

Keterangan

: laki-laki

: perempuan

: klien

......... : garis serumah

35
2. Riwayat keluarga berencana

1. Melaksanakan KB : Ya

2. Jenis kotrasepsi yang di gunakan : kontrasepsi suntik

3. Kebersihan lingkungan

1. Kebersihan : klien menjaga kebersihannya selama di rumah dan saat dia

di rawat.

2. Bahaya : -

3. Lainya sebutkan : -

4. Aspek psikososial

a. Presepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Klien berpikir penyakit yang

dia alami awalnya hanya hal biasa,lama-kelamaan menjadi masalah

serius dan dapat menggangu aktivitas sehari-harinya.

b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan

sehari –hari : Ya, keadaan yang di alami klien lama-kelamaan dapat

menggangu aktivitas sehari-harinya.

c. Harapan yang ibu inginkan : Klien berharap setelah di lakukan

tindakan oleh tim medis di RS keadaanya akan membaik dan dapat

beraktivitas seperti biasaanya.

d. Ibu tinggal dengan siapa : Klien tinggal bersama suaminya.

e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu :Suami dan anak –anaknya.

36
f. Sikap anggota keluarga terhadap ibu saay ini : Keluarga klien selalu

mendampingi klien salama di RS selalu menemani dan memberikan

dukungan bagi klien.

5. Kebutuhan dasar khusus

1. Pola nutrisi

a. Frekuensi makan : 3x/sehari

b. Nafsu makan : Baik

c. Jenis makan rumah : nasi,ikan dan sayur.

d. Makanan yang tidak di sukai : tidak ada

2. Pola eliminasi

a. BAK

Frekuensi :3-4x sehari

Warna : Bening

Keluhan saat Bak : tidak ada keluhan

b. BAB

Frekuensi : 2-3x/hari

Warna : kekuningan

Bau : khas

Kosintensi : lunak

Keluhan : tidak ada keluhan

3. Pola porsonal hygiene

c. Mandi

Frekuensi : hanya di lap 2x/hari

37
Sabun : ya

d. Oral hygiene

Frekuensi : 2x/hari

Waktu :siang dan sore setelah makan

e. Cuci rambut

Frekuensi : tidak di lakukan

Shampo :-

4. Pola istirahat tidur

Lama tidur : 7- 8 jam /hari

Kebiasaan tidur : mencuci kaki

Keluhan : tidak ada

5. Pola aktivitas dan latihan

f. Kegiatan dalam pekerjaan : bertani sehari-hari.

g. Waktu bekerja : pagi

h. Jenisnya : bertani

i. Frekuensi : klien bertani melakukan aktivitas dari jam 09.00- 05.00

- Kegiatan waktu luang : mengerjakan kegiatan di rumah seperti

mencuci dll.

- Keluhan dalam aktivitas : -

6. Pola kebiasaan mempengaruhi kesehatan :

Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan maupun merokok.

38
7. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 140/90 mmhg

Nadi : 82x/menit

Suhu :36,5 C

Respirasi : 22x/menit

Spo 2 : 99%

Berat badan : 59 Kg

Tinggi badan : 156 cm

Head To Toe :

1. Kepala

Bentuk : simetris tidak ada benjolan

Keluhan : tidak ada keluhan

2. Mata

Kelopak mata : normal

Gerakan mata : isokor

Konjungtiva : anemis

Sclera : tidak ikterik

Pupil : reflek pupil

Akomudah :-

39
3. Hidung

Reaksi alergi : tidak ada

Sinus : tidak ada

Lainnya :-

4. Mulut,Tenggorokan

Gigi : simetris tidak ada lesi/luka,gigi lengkap,mukosa bibir kering

Kesulitan menelan : tidak ada kesulitan menelan

5. Dada,axila

Mammae : membesar : tidak

Aerola mammae : tidak dikaji

Papilla mammae : tidak dikaji

Colostum : tidak dikaji

6. Pernafasan

Jenis nafas : Normal

Suara nafas : Bronchial

Menggunakan otot bantu pernafasan : Tidak menggunakan otot bantu

7. Sirkulasi jantung

- Kecepatan denyut apical : Normal

- Irama : Reguler

- Kelainan bunyi jantung : Tidak ada

- Sakit dada : Tidak ada

- Timbu : -

40
8. Abdomen

Tampak ada pembengkakan pada abdomen,dan keras

9. Genitourinari

Pirenium : tidak di kaji

Vesika urinari : tidak di kaji

10. Ekstremitas (integumen/muskuloskoletal)

Turgor kulit : baik

Warna kulit : hitam

Kontraktur pada persendian ekstremitas : tidak ada keluhan

Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada keluhan

TERAPI DITERIMA

Hari/jam Jenis terapi Rute Porsi Indikasi terapi


pemberian
Jumat,30- Infus.RL 500 ml
06-2022 Injeksi keterolax 4jam 1 ampul Keterolax di
indikasikan untuk
penatalaksanaan
jangka pendek
terhadap nyeri akut
sedang sampai berat.
Drips farbion 20/tpm 1 ampul Farbion di gunakan
untuk meringankan
rasa sakit yang di
sebabkan oleh
neuritis dan
neuralgia.

41
DATA FOKUS

Data objektif Data subjektif

- Perut klien tampak membesar - Klien mengeluh perutnya bengkang


- TTV : TD : 140/90 mmhg dan terasa penuh.
N : 82xmenit - Klien mengeluh nyeri pada daerah
S : 36,5 C abdomen.
R :22x/menit - Klien juga mengeluh kadang
SPO2 : 99% merasa sesak.
- Perut klien saat di rabah terasa keras. - Klien mengeluh cemas akan
- Klien tampak tegang kondisinya dan selalu menanyakan
- Klien tampak gelisah saat di tanya kapan dia dapat pulih.
petugas kesehatan.

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. Ds: Adanya benjolan Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada perut bagian
pada bagian perut bawah
- Klien mengatakan kadang
perutnya terasa penuh dan
kaku
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
diramas dan nyerinya
hilang timbul.
Do:
- Saat diraba perut klien
terasa keras
- TTV:TD:140/90mmHg
N: 82x/m
S: 36,5
R: 22x/m
Spo2: 99%
Skala nyeri 6
2. Ds: Ancaman terhadap Ansietas
- Klien mengeluh cemas status terkini
akan kondisinya dan selalu
menanyakan kapan ia
dapat pulih.
Do:

42
- Klien tampak tegang
- Klien tampak gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


.
1. Nyeri aku berhubungan Sabtu 02/07/2022
dengan agen cedera
fisiologis
2. Ansietas berhubungan Sabtu 02/07/2022
dengan ancaman konsep
diri

RENCANA TINDAKAN

Tgl . Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional


keperawatan & kriteria hasil
data penunjang
02/07- Nyeri akut Setelah 1. Monitor kualitas 1. Mengetahui
22 berhubungan dilakukan nyeri pada klien. kualitas nyeri
dengan agen tindakan pada klien yang
cedera keperawatan klien rasakan.
fisiologi selama 2x24jam
nyeri pada klien 2. Ajarkan teknik 2. Ajarkan teknik
dapat berkurang. non farmakologi relaksasi untuk
(teknik relaksasi mengurangi
nafas dalam). nyeri.

3. Posisikan klien 3. Posisikan klien


dengan posisi dengan posisi
nyaman . paling nyaman.

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
pemberian pemberian
analgetik analgetik untuk
mengurangi
nyeri.
02/07- Ansietas Setelah 1. Gunakan 1. Pendekatan kepada
22 berhubungan dilakukan pendekatan yang klien
dengan tindakan tenang dan untuk meyakinkan

43
ancaman keperawatan meyakinkan. klien
konsep diri diharapkan akan keadaan
cemas pada yang dialami.
klien berkurang
dan 2. Jelaskan semua 2. Jelaskan semua
klien tampak prosedur tindakan prosedur yang
tenang yang akan diberikan
akan diberikan pada klien.
pada klien.

3. Dorong keluarga 3. Dorong keluarga


untuk selalu
mendampingi mendampingi
klien. klien dalam
setiap keadaan
klien.
4. Instruksi klien 4. Agar kline bisa
untuk melakukan teknik
menggunakan relaksi
teknik relaksasi

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI I

Hari/Tgl Kode Diagnosa Jam Tindakan keperawatan


Sabtu,02- Nyeri akut b.d agen 09.50 1. Memonitori kualitas nyeri
07-2022 cedera fisiologi pasien.
Hasil: Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti diramas
dan terasa kaku.dengan skala
nyeri 6 (sedang) nyeri yang
dirasakan hilang timbul.

2. Mengajarkan klien teknik


nonfarmakologi untuk teknik
relaksasi nafas dalam.
Hasil : Pasien diajarkan nafas
dalam menarik nafas dalam dan
dihembuskan.

3. Memposisikan klien dengan


posisi paling nyaman
Hasil : posisi (semi fowler)

4. Mengkolaborasi pemberian

44
analgetik
Hasil :
- keterolax 1amp/8 jam
- Drips farbion 1amp/20 tpm
Ansietas b.d 1. Gunakan pendekatan yang
ancaman konsep diri tenang dan meyakinkan
Hasil :Seperti mengajak
berbicara dan meyakinkan klien
semua akan baik-baik saja

2. Menjelaskan semua tindakan


yang akan diberikan pada klien
Hasil: kline dapat mengerti dan
memahami apa yang telah
dijelaskan.

3. Mendorong keluarga untuk


selalu mendampingi klien
Hasil : kline selalu bersama
keluarganya.

4. Menginstruksikan klien untuk


menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam
Hasil: klien dapat melakukanya
dengan menarik nafas panjang
dan dihembuskan.

CATATAN KEPERAWATAN HARI I

Tanggal Kode Diagnosa Jam Evaluasi


Minggu/ Nyeri akut berhubungan 12.00 S : klien mengatakan nyeri
03-07- dengan agen pencedera mulai berkurang, nyeri
2022 fisiologis dirasakankadang hilang
timbul
O : klien nampak tenang
TD : 132/76 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,6°C
Spo2 : 98%
A : Nyeri Akut
P : Intervensi dilanjutkan 1
dan 4
1. Memonitor nyeri
pasien

45
Hasil : Klien
mengatakan nyeri yang
dirasakn sudah mulai
berkurang, namun
nyeri masih hilang
timbul dengan skala
nyei 4 ( ringan)
2. Kolaborasi pemberian
analgetik.
Hasil : Ketorolax 1
amp/8 jam

Ansietas berhubungan 12.00 S : kekhawatiran yang


dengan konsep diri dirasakan klien mulai
berkurang dengan
diberikan pemahaman
terhadap klien
O : Klien tampak tenang tidak
lagi kebingungan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2

46
Tanggal Kode diagnosa Jam Tindakan keperawatan
Minggu/ Nyeri akut berhubungan 12.00 1. Monitor nyeri pasien
03-07- dengan agen pencedera Hasil : Klien
2022 fisioogis mengatakan nyeri yang
dirasakn sudah mulai
berkurang, namun
nyeri masih hilang
timbul dengan skala
nyei 4 ( ringan)
2. TTV Hasil :
TD : 130/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,0°c
Spo2 : 96%
3. Kaloborasi pemberian
analgetik. Hasil :
- Ketorolax 1 amp/8 jam

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE 2

Tanggal Kode diagnosa Jam Evaluasi / SOAP


Senin/ Nyeri akut berhubungan 12.00 S : klien mengatakan
04-07- dengan agen pencedera
2022 fisiologis nyerinya mulai berkurang

O : klien tampak tenang

TD : 130/70 mmHg
N : 90x/menit

S : 36,6°c

Spo2 : 98%

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

BAB III

47
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium.

Kista ovarium merupakan kasus umum dalam ginekologi yang dapat

terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause juga selama

kehamilan .

Massa yang umum dialami oleh wanita berusia 20 tahun sampai 40

tahun dapat berupa kista ovarium fungsional, kistadenoma, kista teratoma,

fibroma, endometrioma (kista coklat) dan kehamilan tuboovarium

(kehamilan ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut adalah kista

fungsional.

Kista fungsional termasuk kista di kopus luteum dan folikel biasanya

lebih kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya dalam 1

sampai 2 bulan. Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali

menjalani pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa

ovarium yang tidak menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm,dapat

menimbulkan nyeri persisten atau menunjukkan karakteristik mencurigakan

yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

B. Saran

48
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan :

- Diperlukan deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit

kandungan terutama kista ovarium yang kebanyakan dapat menjadi

ganas.

- Penyakit ini disebut juga dengan sillent killer karena gejala

penyakitnya yang lambat terdeteksi oleh penderita dan kebanyakan

diketahui saat kista sudah besar.

- Menghindari faktor pemicu timbulnya kista ovarium dan

peningkatan status gizi sangatlah penting karena dari tubuh yang

sehat akan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit.

- Menghindari makanan yang mengandung zat kimia dan makanan

siap saji.

DAFTAR PUSTAKA

49
https://www.academia.edu/16698594/LP_KISTA_OVARIUM_fix

https://www.scribd.com/embeds/131796476/content?

start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwF

KTI WENI ARI CUNTI : Kemenkes,2014 Nugroho,2012/Siringo,2013/Reeder

2013.

50

Anda mungkin juga menyukai