Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KASUS PASIEN GINEKOLOGI

KISTA OVARIUM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : MEGA SILVIYAH NINGSIH


KELAS : D4 EKSTENSI

NAMA DOSEN : DR. RIZAL KURNIAWAN, S.POG

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKUILTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai fungsi yang penting pada reproduksi dan menstruasi. Ovarium
terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovari
propium dan ke dinding panggul oleh ligamentum infudibulo-pelvikum. Fungsinya sebagai
tempat folikel, menghasilkan dan mensekresi estrogen dan progesteron. Gangguan pada
ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel
telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik,
dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun
demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker1,2.
Perjalanan penyakit yang silent killer atau secara diam-diam menyebabkan banyak
wanita tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui
pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium biasanya
berukuran kecil dengan ukuran kurang dari 5 cm, berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista
ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang
menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause1.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak semua
kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Tindakan
operatif selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk
menentukan apakah kista tersebut harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar
jelas1.
Kista ovarium dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium. Untuk
mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan
pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap, sehingga
pencegahan dapat dilakukan2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh
abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-
bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang
tumbuh pada atau sekitar ovarium3.
EPIDEMIOLOGI

Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun dan jarang
sekali pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium, kista folikel, kista korpus
luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosun dan kista dermoid merupakan
beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kistadenoma ovarii musinosum banyak
ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kistadenoma ovarii
musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Sementara
Kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering
ditemukan kista bilateral (10 – 20%). Kedua tumor ini merupakan 60% dari seluruh
kelompok neoplasma ovarium. Kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium
yang kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista
dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil4.
ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya diketahui, tetapi
beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa
penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfunsgi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium1.
Kista ovarium terbentuk dari bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol1.
FAKTOR RISIKO
Penyebab timbulnya kista ovarium adalah terjadninya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri dan timbul dari folikel yang
tidak berfungsi selama siklus menstruasi.faktor penyebab timbulnya kista ovarium yaitu:4
1. Riwayat kista ovarium terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
4. Penderita hipotiroid
5. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)

KLASIFIKASI

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang berifat
nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi tumor akibat radang dan
tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein, kista inklusi germinal, kista
endometrium dan kista stein-leventhal. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi
yang dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan
histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih
kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan
adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal yang berbeda.
Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor
ganas. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik
dan tumor solid. Berdasarkan hal tersebut diatas, tumor kistik dari ovarium yang jinak dapat
dibagi dalam golongan nonneoplastik dan golongan neoplastik4,5.

1. Kista Ovarium Nonneoplastik

1.1 Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak dijumpai. Ukuran
bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari folikel de Graff yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bila dilihat secara histologi, kista folikel dilapisi oleh
lapisan dalam berupa sel-sel granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan
yang terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi
sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikel. Biasanya jenis kista ini tidak
menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid bahkan torsi
bisa terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul. Kista
folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
menghilang pula. Apabila ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm maka dilakukan observasi
selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista tersebut. Bila setelah
observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran kista semakin membesar maka
dilakukan tindakan operatif.

1.2 Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum. Dalam keadaan normal korpus luteum
lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada keadaan tertentu, kadang-kadang
korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens); Perdarahan yang sering
terjadi didalamnya menyebabkan terbentuknya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan gambaran yang khas.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh
perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian
bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Pada beberapa
kasus sering menyerupai kehamilan ektopik sehingga menyulitkan diagnosis.

1.3 Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan


tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa
menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang
karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang
berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

1.4 Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

1.5 Kista Stein Leventhal

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis
akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-
macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, infertilitas, obesitas dan
oligomenorea sekunder. Kecenderungan virilisasi pada jenis kista inin kemungkinan
disebabkan hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini
merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

1.6 Kista endometrium

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium. Kista yang terbentuk dari
jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar
rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga
sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini
berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
senggama. Kista ini berasal dari peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan
menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk
kedalam peritoneum melalui tuba falopii. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan
peritoneum, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan
dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga uterus
ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel
rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis.
Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak. Secara
singkatnya, kista endometriosis merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium

2. Kista Ovarium Neoplastik


2.1 Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral
dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista tampak jernih, serous
dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan
adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.

2.2 Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari
suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen
lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih
pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui
yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi yang
mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista
dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum,
usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya
bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat
cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat
tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir
(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-
sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.
Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini
terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

Gambar 1. Kistadenoma Ovarii Musinosum

2.3 Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelium).
Gambaran Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi
dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid
papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel
pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar,
seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma
ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda.
Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum
mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum
disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus
tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas
(clinically malignant).

Gambar 2. Kistadenoma ovarii serosum

2.4 Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh
Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

2.5 Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada
elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang
paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Gambaran Klinik. Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah,
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada
umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka
dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,
dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini
terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada
kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas. Termasuk di sini:
1. Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat menyebabkan
hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5 kasus
struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.
2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari
epitelium germinativum.
3. Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya hormon
koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya teratoma solid merupakan suatu
tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan teratoma solid yang jinak.
Gambar 3. Kista Dermoid

MANIFESTASI KLINIS

Biasanya kista ovarium asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja selama
USG atau pemeriksaan pelvis rutin. Nyeri dapat muncul di perut bagian bawah. Pada
keganasan kista ovarium biasanya tidak menimbulkan gejala sampai mencapai stadium
lanjut4,9:
- Ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual, terutama saat penetrasi dalam.
- Pergerakan usus sulit, terjadi tekanan, menyebabkan keinginan untuk buang air besar.
- Miksturisi menjadi lebih sering karena tekanan pada kandung kemih
- Siklus menstruasi irregular dan perdarahan pervaginam dapat terjadi, interval
intermenstrual menjadi lebih panjang, diikuti dengan menoragia.
- Perut kembung dan sebah
- Endometrioma nyeri saat menstruasi, banyak dan dispareunia
- Ovarium polikistik pcos hirsutism, infertile, oligomenorea, obesitas, jerawat.
- Pada palpasi dapat ditemukan masa abdomen, nyeri tekan. Dan jika terjadi
peritonitis defans muskuler, distensi abdomen.
- Jika terjadi rupture kistaterjadi perdarahan tanda vital takikardia, hipotensi
- Jika terjadi torsi hiperpireksia
- Jika ada keganasan kakheksia, penurnan berat badan, limfadenopai, sesak, efusi
pleura.
Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin,
atau komplikasi tumor-tumor tersebut4,5.

Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor
dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan
gangguan miksi atau terkadang hanya menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di
rongga perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan
edema pada tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limf. Pada tumor yang besar
dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid,
kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang sering terjadi pada tumor ganas,
misalnya tumor sel granulose yang dapat menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma
yang dapat menyebabkan amenorea.

Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-sedikit,


sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila perdarahan dalam jumlah banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih
akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang
mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada kehamilan uterus yang
membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah persalinan dapat terjadi perubahan
mendadak dalam rongga perut. Selain itu, putaran tangkai sering menyebabkan gangguan
sirkulasi walaupun gangguan ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai
berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan
robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder.
Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman pathogen, seperti
appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista dermoid cenderung mengalami
peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma. Apabila kista hanya
mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum akan segera
berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista disertai perdarahan yang timbul secara akut dan
berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang
terus menerus disertai tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada kistadenoma
musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut pseudomiksoma peritonei.
Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Oleh karena itu, setelah
tumor diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis)
memperkuat kecurigaan terhadap keganasan.
DIAGNOSIS

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.
Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor
ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium dapat
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar
untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan
genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu
waktu biasanya menghilang sendiri4.

Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum
dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-
gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diferensial diagnosis4,7.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. Pada pemeriksaan
ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat memberikan gambaran kantung dengan banyak
ruang-ruang dan terlihat pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini
membuat permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista
fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan
jaringan solid.

Gambar 4. Pemeriksaan Ultrasonografi Kista Ovarium. Kiri gambaran kista ovarium jinak.
Kanan Gambaran kista ovarium ganas.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk.
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista. Selain
itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering dilakukan karena
pertimbangan biaya.
Penatalaksanaan
Penanganan kista ovarium biasanya dengan pengangkatan melalui tindakan bedah bila
ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/ fisiologis pada pasien muda yang
sehat. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktifitas ovarium dan menghilangkan
kista.4,9
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih muda
adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operasi setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah
pembedahan abdomen dengan satu pengesualian. Penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai satu tingkat dengan memberikan gurita
abdomen yang ketat.
Ciri kista yang perlu dioperasi diantaranya dengan indikasi:
1. Kista berdiameter lebih besar dari 5 cm, dan telah diobservasi 6-8 minggu tanpa ada
pengecilan tumor
2. Ada bagian padat pada dinding tumor
3. Dinding tumor bagian dalam berjonjot
4. Kista lebih besar dari 10 cm, ascites
5. Dugaan terpelintir atau pecah

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium yaitu:4

1. Perdarahan ke dalam kista


Biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran
kista dan menimbulkan gejala klinik yang minimal. Akan tetapi bila perdarahan
terjadi dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri perut mendadak.
2. Putaran tungkai
Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm. Putaran tangkai
menyebabkan gangguan sirkulasi, adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan
terhadap peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih
mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat
pembesaran tumor dan terjadi perdarahan didalamnya.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat kista ada kuman patogen, seperti appendisitis atau salpingitis.
4. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau
pukulan di perut. Bila terjadi robekan disertai hemoragi maka akan terjadi perdarahan
dan menimbulkan nyeri yang berlangsung terus-menerus.
5. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista seperti kistadenoma ovari serosum, kistadenoma
ovari musinosum. Oleh sebab itu, setelah diangkat perlu pemeriksaan yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan.
BAB III
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Kayangan, KLU
RM : 113095
MRS : 14 Agustus 2014

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : pasien mengeluh terdapat benjolan di perut kiri bawah.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluh adanya benjolan di perut kiri bawah sejak 5 bulan yang lalu. Benjolan
awalnya sebesar kelereng dan semakin lama semakin membesar. Disasakan nyeri jika
ditekan atau mengedan sejak 2 Agustus 2014.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan
asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Haid
Pasien mengaku haid teratur setiap bulan dengan siklus 28 hari. Lama haid 7 hari dan
HPHT 25 Juli 2014. Pasien mengeluh nyeri yang sangat heba saat haid.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak ada riwayat menggunakan kontrasepsi.
Riwayat Paritas
Pasien pernah hamil 1 kali, namun mengalami keguguran saat umur kehamilan 1 bulan. .

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik


Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80mmHg
- Frekuensi nadi : 82 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,3oC

Pemeriksaan Fisik Umum


- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
- - + +

IV. STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :
 Inspeksi → abdomen tampak mengalami pembesaran dan terlihat benjolan di
perut kiri bawah, tidak ada bendungan vena, tidak ada tanda-tanda peradangan, dan
bekas operasi (-).
 Palpasi → teraba massa ukuran + 9x7 cm, berbatas tegas, padat kenyal,
mobile, permukaan rata, nyeri tekan (-) di daerah kiri bawah abdomen
Genetalia :
 Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, permukaan erosi (-), fluksus (-), livide (-), P OUE (-),
fluor albus (-), perdarahan aktif (-). Dinding vagina normal. Massa (-), Peradangan
(-).
 Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-). Portio licin, Ø (-), nyeri goyang (-). Adneksa
Parametrium kanan teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan, nyeri (-). Adneksa
Parametrium kiri Cavum Douglas dbn. Corpus Uteri antefleksi.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) Abdomen :


 Kista ovarium multiokuler dengan ukuran 128 x 62 mm
 Diagnosis : Kistoma ovarium

Pemeriksaan Darah Lengkap :


 Hb : 11 g/dL
 RBC : 4,56 M/µl
 WBC : 8,00 K/µl
 PLT : 402 K/µl
 HCT : 32,2 %
 HbSAg : (-)
 SGOT : 11 U/L
 SGPT : 7 U/L
 Ureum : 18 mg%
 Kreatinin : 0,5 mg%

VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI


Kistoma Ovarium sinistra

VII. RENCANA TINDAKAN


 Observasi keadaan umum pasien dan vital sign
 Konsultasi ke SPV, advice : persiapkan laparatomi
 KIE pasien dan keluarganya
VIII. LAPARATOMI

Tindakan Operasi : laparotomi (salpingo-oforektomi sinistra dan parsial


oforektomi dekstra)

Penemuan Intra Operasi :


 2 buah kista cokelat dengan ukuran 6 x 8 cm di ovarium kanan dan kiri
 Ovarium kiri mengalami perlekatan
 Diagnosis intraoperatif : Kista ovarium multilokuler nonneoplastik jenis kista
endometrium (kista coklat).

Instruksi Post Operasi :


 Infus dextrose 5 % : RL = 3:1
 Injeksi Ceftriaxone 1 gram per 12 jam
 Injeksi ketorolac 1 amp per 8 jam
 Injeksi vit.K 1 amp per 12 jam
 Injeksi transamin 1 amp per 12 jam
 Observasi tanda vital dan keluhan pasien

IX. 2 JAM POST OPERATIF

 KU : baik
 Kes : CM
 TD : 100/70 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,5oC
X. 1 HARI POST OPERATIF

 KU : baik
 Kes : compos mentis
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 800 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,4oC
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 25 tahun yang
kemudian didiagnosa dengan diagnosa Kista Ovarium sinistra. Selanjutnya akan dibahas :

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh
abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-
bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang
tumbuh pada atau sekitar ovarium
Pasien ini didiagnosa dengan kistoma ovarium sinistra, hal ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan serta penemuan intraoperatif.
Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah adanya benjolan di daerah perut
bagian kiri bawah yang semakin lama semakin membesar sejak 5 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluh nyeri perut di bagian sebelah kiri jika ditekan dan mengedan. Karena itu,
pasien mengalami gangguan pada kebiasaan buang air besanya. Namun pada pasien ini tidak
ada keluhan buang air kecil atau besar yang biasanya ada karena penekanan oleh kista pada
vesika urinaria dan rectum, hal ini kemungkinan karena posisi kista pada abdomen yang tidak
menyebabkan penekanan sehingga tidak menimbulkan keadaan tersebut di atas. Pada pasien
juga mengaku haidnya teratur 5 bulan belakangan ini sejak munculnya benjolan dan mengaku
disertai nyeri perut yang progresif selama haid. Pasien mengaku pernah hamil setahun yang
lalu namun mengalami keguguran dan tidak pernah hamil lagi sampai saat ini.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis kista dalam
hal ini adalah pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal toucher. Dari pemeriksaan
abdomen teraba massa dengan konsistensi padat pada perut kiri dengan ukuran ± 9 x 7 cm,
padat kenyal, permukaan irregular, berbatas tegas, tidak dapat digerakkan dan tidak terdapat
nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan vaginal toucher (VT) pada adneksa dan parametrium kanan
teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan dan tanpa nyeri.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa diferensial
diagnosis yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di bagian bawah rongga perut
seperti mioma subserosum dan mioma intraligamenter, serta tumor-tumor bukan dari ovarium
yang tertelak di daerah pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari
kolon sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti tumor
ovarium, karena harus menyingirkan diferensial diagnosis dari kista ovarium sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus ini
adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang menunjukkan kesan kista ovarium
multiokuler dengan ukuran 128 x 62 mm.
Dari anamnesis pasien, pasien mengaku mengalami nyeri haid yang sangat hebat
setelah merasa ada benjolan di perut kiri bawahnya, hal ini mengarahkan bahwa memang ad
gangguan pada organ2 yang berperan pada siklus menstruasi. Namun pada pasien ini gejala
lainnya yang mengarah ke kistaa ovarium jarang ditemukan, misalnya gangguan haid,
gangguan buang air besar, dan ganggan buang air kecil. Namun meskipun demikian
pemeriksaan fisik dan penunjangnya membantu menunjukan bahwa terdapat massa kistik
pada daerah ovarium.
Pada pasien dilakukan tindakan operasi salphyngo-ooforektomi sinistra, ditemukan
massa kistik multilokuler di ovarium sinistra berjumlah 1 buah dengan ukuran 6 x 8 cm,
septal (-), perlengketan (+), dengan cairan coklat kental, papil (-). Ditemukan juga massa
kistik di ovarium dekstra 1 buah dan dilakukan parsial oforektomi dekstra. Kesan yang
didapat dari penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista coklat ovarium (kista
endometrial). untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan
patologi anatomi (PA). Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai penentuan definitif sifat kista
abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal
ini dilakukan setelah tindakan operasi.
Kesan yang didapat dari penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista coklat ovarium
jinak, untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan patologi
anatomi (PA). Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai penentuan definitif sifat kista
abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal
ini dilakukan setelah tindakan operasi.
Tindakan yang dilakukan pada pasien kista pada kasus ini adalah terapi bedah yaitu
salphyngo-ooforektomi sinistra. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang tidak menghilang
dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista
yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar
biasa dan sampai timbul perdarahan. Pada kasus ini tumor lebih dari satu dan terdapat
perlekatan ovarium dan tuba pada dinding abdomen sehingga perlu dilakukan pengangkatan
ovarium yang disertai pengangkatan tuba (salphyngo-ooforektomi).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penemuan intraoperatif yaitu Kista ovarium multilokuler
nonneoplastik jenis kista endometrium (kista coklat).
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan bedah dengan
melakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan tuba (salphyngo-
ooforektomi).
DAFTAR PUSTAKA

1. Marret H. 2001. Doppler ultrasonography in the diagnosis of ovarian cyst:


indication, pertinence and diagnosis criteria. Dalam: Journal of Obstetry Gynaecology
Biology Reproduction Paris. Hal 20-33.
2. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.
(accessed: August, 13 2014).
3. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds). Kamus
Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC 2002.
4. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada Alat
Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal 346-361.
5. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah Kedokteran
Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.
6. Hafid A, Syukur A, Achmad IA, Ridad AM, Ahmadsyah I, Airiza AS, et al. Esofagus
dan diafgagma. Dalam: Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah
Edisi Kedua. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
7. Ross, E & Kebria, M. 2013. Incidental Ovarian Cyst. Vol.8 No.8. accessed on 12
agustus 2014. Accesed at http://www.ccjm.org/content/80/8/503.full.pdf+html
8. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalahfarmasia), Available
from: http://www.majalahfarmasia.com. (Accessed: August 2014).
9. Helm, C William. Ovarian Cyst. Emedicine-Medscape. 2013. Tersedia dalam
http://emedicine.medscape.com/article/255865
TIME SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING
14/08/14 Kista ovarium  Observasi keadaan umum
Keluhan Utama : pasien mengeluh Status Generalis
11.10 Keadaan umum: baik pasien dan vital sign
WITA terdapat benjolan di perut kiri bawah
Kesadaran: compos mentis E4V5E6  Pro Laparotomi
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien
 Cek DL
mengeluh adanya benjolan di perut kiri Tanda Vital
bawah sejak 5 bulan yang lalu. Benjolan - Tekanan darah : 110/80mmHg

awalnya sebesar kelereng dan semakin - Frekuensi nadi : 82 x/menit

lama semakin membesar. Disasakan - Frekuensi napas : 20 x/menit

nyeri jika ditekan atau mengedan sejak 2 - Suhu : 36,3oC

Agustus 2014. Pemeriksaan Fisik Umum


- Mata: anemis (-/-), ikterus (-/-)
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-),
- Jantung: S1S2 tunggal reguler,
HT (-), asma (-),
murmur (-), gallop (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : - - Paru: vesikuler (+/+), rhonki (-
Riwayat Alergi : Pasien mengatakan /-), wheezing (-/-)
tidak mempunyai alergi terhadap obat- - Ekstremitas: edema - -
obatan dan makanan. - -
Riwayat Obstetri :
I. Abortus/ 1 bulan akral teraba hangat + +
+ +
Abdomen :
 Inspeksi → abdomen tampak
mengalami pembesaran dan terlihat
benjolan di perut kiri bawah, tidak
ada bendungan vena, tidak ada
tanda-tanda peradangan, dan bekas
operasi (-).
 Palpasi → teraba massa
ukuran + 9x7 cm, berbatas tegas,
padat kenyal, mobile, permukaan
rata, nyeri tekan (-) di daerah kiri
bawah abdomen
Genetalia :
 Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, permukaan
erosi (-), fluksus (-), livide (-), P
OUE (-), fluor albus (-), perdarahan
aktif (-). Dinding vagina normal.
Massa (-), Peradangan (-).
 Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-).
Portio licin, Ø (-), nyeri goyang (-).
Adneksa Parametrium kanan teraba
massa, padat, tidak dapat
digerakkan, nyeri (-). Adneksa
Parametrium kiri Cavum Douglas
dbn. Corpus Uteri antefleksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap :


 Hb : 11 g/dL
 RBC : 4,56 M/µl
 WBC : 8,00 K/µl
 PLT : 402 K/µl
 HCT : 32,2 %
 HbSAg : (-)
 SGOT : 11 U/L
 SGPT : 7 U/L
 Ureum : 18 mg%
 Kreatinin : 0,5 mg%
Pemeriksaan USG :
Kista ovarium multiokuler dengan
ukuran 128 x 62
K/U : Baik
15-08- TD : 110/80 mmHg RL terpasang
2014 N : 80 x/m DC terpasang
07.00
R : 20 x/m
S : 36 oC
KU : Nyeri pada luka operasi
K/U : Baik
2 jam post Infus dextrose 5 % : RL = 3:1
14.00 TD : 110/70
laparotomi Injeksi Ceftriaxone 1 gram per
N : 84 x/m
12 jam
o
S : 36 C
Injeksi ketorolac 1 amp per 8
R : 20 x/m
jam
Injeksi vit.K 1 amp per 12 jam
Injeksi transamin 1 amp per 12
jam
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien
K/U : Baik
16-08- TD : 120/80 mmHg RL terpasang
2014 N : 80 x/m Terapi lanjut
Observasi keadaan ibu
S : 36 oC 1 hari post
Observasi luka dan perawatan
R : 20 x/m laparotomi
luka

Anda mungkin juga menyukai