Anda di halaman 1dari 27

EKOLOGI PANGAN DAN GIZI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : M. HABIBI YUSUP


NIM : 1602021026
MATKUL : 1. Penanggualangan Empat
Masalah Gizi Utama di Indonesia
2. Gizi dan Penyakit Degenaratif

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
PENGANGGULANGAN EMPAT MASALAH
GIZI UTAMA DI INDONESIA

1. Definisi masalah gizi


Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara
asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi
pennyakit (infeksi). Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang
maupun gizi lebih.
Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrim. Mulai
dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat
dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai pada kegemukan. Hal
yang sama juga terjadi di Indonesia. Saat sebagian besar bangsa Indonesia masih
menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan
timbul masalah gizi lain yaitu gizi leih yang berdampak pada obesitas. Hal ini
akan mengahmbat laju pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat berpern
penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa.
Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekuarangan gizi.
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat
memenuhi kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan berkembang.Gizi
pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari
menggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3 tahun (golden age).

2. Masalah gizi pada masyarakat


a. Kurang Energi Protein (KEP)
Kekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak
memenuhi angaka kecukupan gizi. faktor-faktor penyebab kurang energi protein
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Primer
a) Susunan makanan yang salah
b) Penyedia makanan yang kurang baik
c) Kemiskinan
d) Ketidaktahuan tentang nutrisi dan kebiasan makan yang salah

2. Penyebab Sekunder :
a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan struktur
saluran).
b) Gangguan psikologis.
Kekurangan Energi Protein merupakan masalah gizi utama di Indonesia.
Keadaan ini banyak diderita oleh balita. Anak balita dengan KEP tingkat berat
akan menunjukan tanda klinis kwaskiokhor dan marasmus. Masalah KEP
sebenarnya hampir selalu berhubungan dengan masalah pangan. Berdasarkan data
Susenas, dari 5 juta anak (27%), 3,6 juta anak (19,2 %) mengalami KEP. KEP
disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun
lingkungannya. Pencegahan hendaknya meliputi faktor secara konsisten.

Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi KEP :


1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare, melalui :
a) Perbaikan sanitasi, personal, lingkungan, terutama makanan dan peralatan.
b) Pendidikan : dasar, kesehatan, gizi
c) Program imunisasi pencegahan penyakit erat kaitannya dengan lingkungan
seperti TBC, Malaria, DHF, parasit (cacing).
2. Memperkecil dampak penyakit infeksi terutama diare diwilayah yang sanitasi
lingkungannya belum baik.
3. Deteksi dini dan menejemen awal / ringan
a) Memonitor tumbang dan status gizi balita secara kontinu
b) Perhatikan khusus faktor resiko tinggi yang akan berpengaruh
terhadap kelangsungan status gizi (kemiskinan, ketidaktahuan penyakit
infeksi)
4. Memelihara status gizi
a) Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
b) Setelah lahir segera diberi ASI ekslusif sampai 4 bulan
c) Pemberian makanan tambahan (pendamping) ASI mulai usia 4 bulan secara
bertahap
d) Memperpanjang masa menyusui selama mungkin selama bayi menghendaki
(maksimal 2 tahun).
b. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi secara sungguh-sungguh.
Penduduk yang tinggal di daerah kekurangan iodium akan mengalami GAKI
kronis yang menyebabkan pertumbuhan fisik terganggu dan keterbelakangan
mental yang tidak dapat disembuhkan sehingga menjadi beban masyarakat. GAKI
mengakibatkan penurunan kecerdasan dan produktivitas penduduk sehingga
menghambat pengembangan sumber daya manusia. Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang
disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu masalah gizi yang
disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan Yodium ini dapat
menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat
adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi iodium ini merupakan suatu spektrum
yang luas dan mengenai semua segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan
demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik dengan GAKI.
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal
ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis
terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsinya
b. Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah,
karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti
pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di
pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya
adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik.

Dalam waktu tertentu GAKY dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap


pertumbuhan, dan kelangsungan hidup penderitanya diantaranya :
1. Terhadap Pertumbuhan
a. Pertumbuhan yang tidak normal.
b. Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
c. Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
d. Tingkat kecerdasan yang rendah

2. Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan
kehamilan antara lain :
a. Abortus
b. Bayi Lahir mati
c. Hipothryroid pada Neonatal
Penyebab tingginya kasus GAKY adalah disebabkan karena beberapa hal
diantaranya :
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunkan garam beryodium
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan mamfaat garam beryodium
3. Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium
dengan garam non yodium.
5.Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan
terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non
yodium.
6.Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-
daerah terpencil.

c. Anemia Gizi Besi (AGB)


Anemia gizi besi ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga
cadangan zat besi untuk eritropoesis berkurang yang menyebabkan kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Prevalensi anemia gizi besi di
Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada
kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%,
kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%.
Mengingat, 1 dari 2 orang di Indonesia beresiko anemia. Lebih
memprihatinkan lagi, prevalensi anemia terjadi bukan hanya pada orang dewasa,
namun juga sudah menyerang anak-anak.Penyebab anemia atau yang biasa
disebut kalangan awam dengan penyakit kurang darah, selain kekurangan gizi
juga adanya penyakit yang merusak sel darah merah. Selain itu, Prevalensi ibu
hamil yang terkena anemia sekitar 40-50 persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil
mengalami anemia.
Anemia gizi besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di
bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari
normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya akan menggangu metabolisme
energi yang dapat menurunkan produktivitas. Penyebab anemia gizi besi bisa
disebabkan oleh beberapa hal. Seperti kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga
menggangu penyerapan zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan
besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker,
ginjal dan penyakit.
Adapun dampak dari Anemia Gizi Besi (AGB) adalah :
a. Pada Anak-anak berdampak:
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.
b. Dampak pada Wanita :
1. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
2. Menurunkan produktivitas kerja.
3. Menurunkan kebugaran.
c. Dampak pada Remaja putri :
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4. Mengakibatkan muka pucat.
d. Dampak pada Ibu hamil :
1. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
2. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau
BBLR (<2,5 kg).
3.Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau
bayinya.

AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada
masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia.. Ibu hamil rentan
terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding
dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan
penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus
kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi
risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak-anak dan remaja juga usia rawan
AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperlukan semasa pertumbuhan.
Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar.
d. KVA ( Kurang Vitamin A)
Vitamin A merupakan nutriention essensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar
tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena
tidak larut dalam air. Keurangan asupan vitamin A bisa menyebabkan diare yang
bisa be3rujung pada kematian dan pneumonia.
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh intake
makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah, rendahnya konsumsi
vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai melahirkan sehingga
mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung dalam ASI. Selain itu dapat
disebabkan oleh MP-ASI yang kurang kandungan vitamin A, gangguan absorbs
vitamin A dan pro vitamin A ( penyakit pancreas, diare kronik, KEP ), gangguan
konversi pro vitamin A menjadi vitamin A.
Akibat kekurangan vitamin A :
1. Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi ( misalnya
sakit batuk, diare dan campak ).
2. Rabun senja ( anak dapat melihat suatu benda , jika ia tiba-tiba berjalan dari
tempat yang terang ke tempat yang gelap ). Rabun senja dapat berakhir pada
kebutaan.
Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A :
1. Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung vitamin A, seperti hati
ayam.
2. Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna.
3. Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak dengan
santan, sebab vitamin A larut dalam minyak santan
4. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan di Posyandu
Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah melahirkan.
Pemerintah terus berupaya menanggulangi penyakit gizi ini hingga sejak tahun
2006 telah dapat ditangani, namun karena kekurangan vitamin A ( KVA ) pada
balita dapat menurunkan daya tahan tubuh. Maka, suplementasi vitamin A tetap
harus diberika pada balita. Berikut upayah yang telah dilakukan pemerintah 1.
Penyuluhan agar meningkatakan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
2. Fortifikasi vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ).
3. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun ( 200.000 IU
pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas ( 200.000 IU ), anak usia 6-12 bulan
( 100.000 IU ).
e. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan.Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi
lainnya. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh
lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami
osbesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% Perhatian tidak hanya ditujukan
kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak
tubuh. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsikalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah
penyakit menahun seperti Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa),tekanan
darah tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal
jantung, kanker kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar),batu kandung empedu dan batu kandung kemih, Gout dan artritis gout,
serta osteoartritis.lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang
normal dianggap mengalami obesitas.Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar mengidap
penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat badan lainnya dari
yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi baru tentang dampak
obesitas selama masa kanak-kanak dan perkembangan kesehatan di masa
dewasa.Dibanding anak-anak dan remaja yang berbobot ideal, anak dengan
obesitas lebih berisiko menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit
jantung dan diabetes. Seperti, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan
gula darah tinggi.
Di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di
atas 15 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
pada 2010, menunjukkan 27,7 juta jiwa penduduk Indonesia berusia di atas 18
tahun, mengalamiobesitas. Jumlah ini sama dengan 11,7 persen dari keseluruhan
penduduk Indonesia.
3. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Masyarakat
a. Perbaiki asupan nutrisi
Penanganan bagi para penderita kurang gizi yang paling utama yakni dengan
pemberian nutrisi secara layak dan mencukupi, mulai dari menu karbohidrat
layaknya dalam bentuk nasi dan roti, protein dalam segala jenis lauk pauk baik
dari nabati seperti tahu ataupun dari hewani layaknya menu olahan telur dan
seterusnya, perhatikan pula kandungan asupan vitamin yang bisa diperoleh dari
ragam jenis sayuran atau juga pada buah-buahan segar, pemberian susu yang kaya
akan nutrisi mencukupi juga layak dijadikan pilihan, yang pasti pemberian asupan
nutrisi mencukupi haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, hal ini demi
memaksimalkan adaptasi tubuh dalam penyerapan nutrisi secara maksimal.
Perhatikan pula untuk pencegahan maka asupan nutrisi pada kalangan
tertentu semisal ibu hamil dan menyusui haruslah ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan yang mencukupi demi terhindar dari hal yang tak diinginkan
selanjutnya, karena bagaimanapun dua kondisi ini pada umumnya membuat para
wanita utamanya memiliki beban yang memebihi dari waktu biasanya jadi perlu
untuk diberikan perhatian khusus lebih lanjut.
b. Lakukan pengobatan
Prosedur yang satu ini harus dilakukan secara spesifik apabila memang ditemukan
gejala penyakit yang memang melatarbelakangi munculnya kekurangan gizi
tersebut, semisal pengobatan secara intensif pada diare lantaran infeksi maupun
permasalahan pencernakan lain yang berhubungan langsung dengan sistem serap
nutrisi pada tubuh yang umumnya terletak pada saluran usus, fokus terapi untuk
penyakit pemicu ini akan semakin dapat memaksimalkan pula penanganan pada
gejala kekurangan gizi secara sekaligus.
c. Minimalisir kebiasaan buruk
Beberapa kebiasaan kurang sehat layaknya salah diet ketat ataupun merokok harus
diminimalisir secara ketat, lantaran kegiatan seperti ini sama sekali tidak
membawa manfaat baik bagi tubuh dan justru sangat membahayakan, baiknya
lakukan kegiatan yang lebih positif dampaknya bagi tubuh karena jika dibiarkan
terus berlanjut tak ayal maka ragam masalah kesehatan pun akan mengintai di
kemudian harinya jadi cobalah untuk senantiasa bijak dalam memilah gaya hidup
anda demi kesehatan anda sampai hari mendatang.
d. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi
Hendaklah untuk yang satu ini pemerintah sebagai pemegang kekuasaan yang
utama dan luas juga ikut andil secara nyata demi menjaga keseimbangan supaya
perbaikan ekonomi juga dapat dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, dan juga
kebiasaan untuk menggalakkan empati pada sesama layak juga untuk dijadikan
alternatif demi memperhatikan sesama kita yang berada pada ujung kemiskinan,
bantuan sembako dan bahan pangan secara tepat sasaran semoga dapat menjadi
langkah nyata yang dapat mengurangi merebaknya wabah kekurangan gizi di
kalangan bawah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2010. “Masalah-Masalah Gizi di Indonesia” dalam


http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-
indonesia-2/ diakses pada 27 November 2012 pukul 21.00
2. Anonim. 2012.”Gangguan Akibat Kekurangan Yodium” dalam
http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/gangguan-akibat-kekurangan-
yodium-gaky.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.08
3. Anonim. 2012. “Anemia Gizi Besi” dalam
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2012/01/anemia-gizi-
besi.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
4. Anonim.2010. “Obesitas Kini Semakin Mewabah” dalam
http://health.kompas.com/read/2010/11/02/09285713/Obesitas.Kini.Semakin.
Mewabahdiakses pada 27 November 2012 pukul 21.10
5. Anonim. 2011. Gizi Buruk Ancam 4 Juta Anak Indonesia”
dalam http://liputankita.com/berita-liputankita/gizi-buruk-ancam-4-juta-anak-
indonesia-liputankita.html diakses pada 27 November 2012 pukul 21.18
GIZI DAN PENYAKIT DEGENERATIF

A. Pengertian Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan pada
seseorang seiring bertambahnya usia. Penyakit degeneratif merupakan istilah yang
secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran
fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal
sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk.
Tubuh mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefisiensi,
peroksida lipid, kerusakan sel (DNA), pembuluh darah, jaringan protein dan kulit.
Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok
penyakit yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau paling sedikit terjadi pada
salah satu anggota keluarga (faktor familial) sehingga sering disebut penyakit
heredodegeneratif.

B. Gambaran Klinis Penyakit Degeneratif Secara Umum


1. Perjalanan penyakit lambat, setelah waktu yang lama dari fungsi saraf
yang normal, kemudian diikuti kemunduran fungsi susunan saraf tertentu
yang bersifat progresif lambat yang dapat berlanjut sampai beberapa tahun
atau puluhan tahun. Pasien sulit menentukan kapan penyakit mulai timbul.
Adanya riwayat kejadian yang dapat mempresipitasi terjadinya penyakit
degeneratif, misalnya kecelakaan, infeksi atau kejadian lain yang diingat
sebagai penyakit.
2. Kejadian penyakit yang sama dalam keluarga (bersifat familial).
3. Pada umumnya penyakit degeneratif pada sistem saraf akan terjadi terus
menerus, tidak dapat diperbaiki oleh tindakan medis atau bedah,
kadangkadang penyakit ini ditandai dengan periode yang stabil untuk
beberapa lama. Beberapa gejala dapat dikurangi dengan penatalaksanaan
yang baik, tetapi penyakitnya sendiri tetap progresif.
4. Bilateral simetris. Meskipun kadang-kadang misalnya pada Amyotrophic
lateral skelerosis mula-mula hanya mengenai satu anggota gerak atau salah
satu sisi tubuh, tapi dalam proses selanjutnya menjadi simetris.
5. Hanya mengenai daerah anatomis atau fisiologi susunan saraf pusat secara
selektif.
6. Secara histologis bukan hanya sel-sel neuron saja yang hilang tapi juga
dendrit, axon, selubung mielin yang tidak berhubungan dengan reaksi
jaringan dan respon selular.
7. Pada likuor serebrospinalis kadang-kadang terdapat sedikit peningkatan
protein, tetapi pada umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
8. Karena menyebabkan kehilangan jaringan secara radiologis terdapat
pengecilan volume disertai perluasan ruang likuor serebrospinalis.
Permeabilitas sawar darah otak tidak berubah.
9. Laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain sering memberikan hasil
yang negatif. Berbeda dengan penyakit susunan saraf pusat progresif lain
sepert tumor, infeksi, proses inflamasi lain.
10. Pemeriksaan neuroimaging dapat menunjukkan kelainan tertentu, sehingga
dapat membantu menyingkirkan golongan penyakit lain.

C. Faktor Penyebab Penyakit Degeneratif


Ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya penyakit degenaratif,
faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Gaya hidup tidak sehat :
 Kurang olahraga
 Merokok
 Alkoholic (pecandu alkohol)
 Narkoba
 Workaholic (gila kerja)
 Stres psikologis (tekanan batin)
2. Pola makan yang tidak sehat. Mengonsumsi lemak jenuh (kolesterol),
junk food, gula murni berlebihan, MSG dan kurang serat
3. Makanan teroksidasi (minyak jlantah, pemanasan minyak dengan suhu
tinggi, daging bakar atau panggang).
4. Genetik atau keturunan.
5. Obesitas atau kegemukan.
6. Paparan zat kimia (plastik, Pb, Ar, Hg, zat warna pakaian, asam boraks,
formalin, dll).
7. Polusi udara dan faktor lingkungan yang terakumulasi selama bertahun-
tahun.
8. Radikal bebas (polusi udara dari asap motor/mobil, asap pabrik, asap
rokok).

D. Hubungan Gizi dengan Penyakit Degeneratif


Salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif adalah karena perolehan
zat gizi mikro dan makro yang tidak seimbang. Pola makan yang salah
meningkatkan resiko penyakit degeneratif ini.
Masyarakat sekarang gemar mengkonsumsi makanan-manakan tinggi lemak
seperti goreng-gorengan, junk food (makanan cepat saji) dan makanan-makanan
instan lainnya. Junk food mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam dan
gula, serta bermacam-macam additive seperti monosodium
glutamate dan tartrazine dengan kadar yang tinggi. Oleh sebab itu daya tahan
tubuh akan menurun dan meningkatkankan resiko penyakit ini terutama karena
konsumsi lemak dan gula berlebih.
Makanan yang kita konsumsi akan membentuk antioksidan yang penting
untuk melindungi tubuh. Asal terbentuknya antioksidan ini dibedakan menjadi
dua yakni intraseluler (didalam sel) dan ekstraseluler (diluar sel) atau dari
makanan.
Antioksidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni:
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa
radikal bebas baru. Antioksidan primer mengubah radikal bebas menjadi molekul
yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi.
Contoh anti aksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai
pelindung hancurnya sel-sel tubuh serta mencegah proses peradangan karena
radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun
bekerjanya membutuhkan bantuan zat-zat gizi meneral seperti mangan, seng,
tembaga. Selenuum (Se) juga berperan sebagai antipksidan. Jadi, jika ingin
menghambat gejala penyakit degeratif, mineral-mineral tersebut hendaklah
tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi untuk menangkap senyawa serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh anti oksidan sekunder adalah vitamin
E, vitamin C, beta karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.
Kanker esofagus dan kanker lambung juga berhubungan dengan keadaan
gizi kurang. Kenyataannya, hampir semua studi mengenai diet dengan kanker
lambung, telah menemukan efek protektif dari konsumsi sayuran dan buah-
buahan, dan bahkan dalam percobaan in vitro pembentukan komponen N-nitriso
dapat ditekan seminim mungkin oleh antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C.
c. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier bertugas memperbaiki kerusakan sel-sel jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA. Enzim ini
berguna untuk mencegah penyakit kanker. Percobaan telah mendukung teori
bahwa mengkonsumsi antioksidanyang memadai dapat mengurangi berbagai
penyakit degeratif.

E. Pengaruh Mengonsumsi Bahan Makanan Non-Nabati terhadap


Penyakit Degeneratif
Bahan makanan non nabati atau bahan makanan hewani merupakan bahan
makanan yang berasal dari hewan. Contohnya yaitu daging, ikan, telur dan produk
olahan lainnya yang berasal dari hewan. Berikut akan dibahas mengenai pengaruh
mengonsumsi daging terhadap beberapa penyakit degeneratif.
 Hubungan Daging Merah dengan Kanker
Daging merah adalah jenis daging yang berasal dari sapi, kambing,
babi, dan kuda. Jenis daging ini berwarna merah karena mengandung
senyawa heme. Selain daging merah, ada juga jenis daging putih, yang
diperoleh dari ayam, bebek, dan ikan. Kedua jenis daging ini tidak hanya
berbeda dari segi warna saja, dampak kesehatan dari mengonsumsi kedua
jenis daging ini pun berbeda.
Ada empat alasan mengenai daging merah yang dapat
menyebabkan kanker, yakni sebagai berikut.
1. Proses memasak daging merah dapat menyebabkan pembentukan
senyawa pencetus kanker.
2. Mengonsumsi daging dapat menyebabkan reaksi antara NO dan
N2O3 dengan amine di saluran cerna.
3. Daging merah akan meningkatkan asupan lemak harian.
4. Zat besi (heme) dalam daging dapat menyebabkan pembentukan
oksigen radikal di saluran cerna.
 Hubungan Daging dengan Stroke dan Penyakit Jantung
Jika lemak jenuh masuk ke dalam darah akan menyebabkan
beberapa penyakit, diantaranya adalah penyakit yang berhubungan dengan
pembuluh darah seperti stroke dan pembengkakan jantung. Ini disebabkan
oleh mengentalnya darah yang diakibatkan oleh masuknya lemak jenuh ke
dalam darah.
Pada suhu tertentu lemak jenuh akan encer. Tetapi karena suhu
manusia lebih rendah daripada asal lemak jenuh, yaitu daging hewan
seperti sapi, kambing, ayam dan lain-lain, maka lemak jenuh tersebut
menjadi kental dan bahkan mengeras ketika berada didalam darah.
Akibatnya sirkulasi darah terganggu, menjadi lambat dan bahkan dapat
menyumbat pembuluh darah. Inilah yang menjadi penyebab penyakit stoke
dan pembengkakan jantung.
 Hubungan Daging dengan Kegagalan Fungsi Organ
Selain itu darah yang mengental juga menghambat terganggunya
kiriman nutrisi keseluruh organ tubuh sehingga menyebabkan sel-sel tubuh
kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini akan berakibat terganggunya
proses mutasi sel dan ujung-ujungnya mengakibatkan terjadinya penuaan
dini. Selain itu kondisi ini juga dapat mengakibatkan organ-organ tubuh
mengalami kegagalan fungsi.
 Hubungan Daging dengan Osteoporosis
Selain menyebabkan darah menjadi kental dengan lemak jenuhnya,
daging juga dapat menyebabkan darah menjadi asam. Kondisi ini
menyebabkan tulang bekerja keras untuk menetralisir kadar asam dengan
melarutkan kalsium ke dalam darah.
Mengenai hal ini, Anand dan Linkswiller menemukan bahwa
konsentrasi extracellular kalsium diatur oleh kalsium dalam tulang.
Ketidakseimbangan negatif yang berkepanjangan mengakibatkan kalsium
dalam tulang melarut sehingga menyebabkan terjadi keropos tulang atau
osteoporosis.

F. Beberapa Contoh Penyakit Degeneratif


1. Diabetes Mellitus (DM)
Kencing manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin
baik kuantitatif maupun kualitatif.
Tipe-tipe DM :
 DM tipe 1 (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin / Insulin
Dependent Diabetes Mellitus).
 DM tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin /Non
Insulin Dependent Mellitus).
 DM tipe Spesifik (karena penyakit penkreas, infeksi virus dan
lain-lain)
 Gestational Diabetes (DM karena kehamilan).
Faktor Risiko DM :
 Faktor genetik (keturunan).
 Kelompok usia dewasa tua (lebih dari 45 th).
 Gaya hidup pola makan yang salah.
 Kurang aktivitas.
 Kegemukan.
 Menderita tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg.
 Ada riwayat menderita diabetes ketika kecil.
 Ada riwayat kehamilan dengan BB Bayi waktu lahir 4 kg.
 Gangguan lemak darah, HDL < 35 mg/dl atau Trigliserida 250
mg/dl.
 Dari informasi dokter, pernah mengalami Toleransi Glucosa.
 Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah.
 Puasa Terganggu (GDPT).
Faktor pencetus DM:
 Kurang gerak/malas.
 Makan berlebihan.
 Kehamilan.
 Kekurangan insulin.
 Penyakit hormon yang berlawanan kerjanya dengan insulin.
Gejala DM:
 Penurunan berat badan dan rasa lemah.
 Banyak kencing.
 Banyak minum.
 Banyak makan / cepat merasa lapar.
 Kesemutan atau nyeri terutama pada kaki.
 Gangguan penglihatan.
 Gatal/bisul.
 Gangguan ereksi.
 Keputihan.
Pencegahan DM :
 Pencegahan Primer
 Pola makan yang seimbang.
 Memperhatikan berat badan dalam batas normal.
 Olahraga secara teratur.
 Pencegahan Sekunder: mendeteksi secara dini, mencegah
penyakit tidak menjadi lebih parah dan mencegah timbulnya
komplikasi:
 Tetap melakukan pencegahan primer.
 Pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi
(kontrol teratur).
 Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun
suntikan insulin.
 Pencegahan Tersier: mencegah kecacatan lebih lanjut dari
komplikasi yang sudah terjadi, seperti: pemeriksaan pada
pembuluh darah mata, pemeriksaan ginjal, tungkai,
pemeriksaan otak dan lain-lain.
Faktor lain yang perlu mendapat perhatian pada penderita DM
adalah faktor stress dan keadaan emosi, seperti sikap menyangkal, marah,
depresi atau takut yang berlebihan.

2. Osteoartritis (OA)
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
 Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan membaik
setelah beristirahat.
 Kadang dapat ditemukan kekakuan di pagi hari, durasi tidak
lebih dari 30 menit.
Gejala tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari dan bekerja. Umumnya sendi yang terkena adalah sendi-sendi
yang menopang tubuh seperti lutut, panggul, dan punggung.
3. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai
dengan rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan tulang. Hal
tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Diagnosis dari penyakit ini berdasarkan massa tulang. Karena
penyakit ini tidak memberikan gejala hingga terjadi patah tulang, maka
penting untuk dilakukan skrining untuk mencegah penyakit ini. Selain itu,
penderita juga harus menjaga diri dan melakukan penyesuaian agar tidak
mudah jatuh, misalnya kamar mandi menggunakan lantai yang kasar.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
 Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita
post menopause.
 Usia lebih dari 70 tahun.
 Penyakit kronis.
 Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, vitamin D.

4. Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah
koroner adalah pembuluh darah yang memperdarahi jantung. Sumbatan
dari pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya
proses aterosklerosis atau penumpukan lemak atau plak di pembuluh darah
sehingga diameter pembuluh darah makin kecil dan mengeras atau kaku.
Proses aterosklerosis terjadi perlahan-lahan seiring dengan waktu, tetapi
pada orang-orang dengan kadar lemak di dalam darah yang tinggi, proses
ini di pembuluh darah menjadi semakin cepat dan banyak.
Faktor Risiko Penyakit Jantung:
 Keturunan
 Risiko meningkat pada usia di atas 40 tahun
 Merokok
 Kolesterol tinggi
 Hipertensi
 Kencing manis (terutama wanita)
 Kurang aktifitas fisik
 Obesitas
 Stres

5. Asam Urat
Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat
purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan
hasil samping dari pemecahan sel dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan
yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh
makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk
hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga
dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal
atau karena penyakit tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui
feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan
asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal
lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam
urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Penderita asam urat setelah
menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga kadar asam urat
dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi
penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung purin.
Gejala Asam Urat :
 Kesemutan dan linu
 Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
 Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas
dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.
Solusi Mengatasi Asam Urat:
 Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal.
Kadar normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga
7 untuk pria.
 Kontrol makanan yang dikonsumsi.
 Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita
dapat membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.

6. Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Stroke terjadi karena cabang
pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa
berupa kolesterol atau udara.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-
sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya
fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika
Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat
diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan di
anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya.
Cara pencegahan penyakit stroke :
 Hindari stress yang berlebihan.
 Sempatkan untuk melakukan rekreasi, refleksi atau refreshing.
 Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung kalium,
folat dan antioksidan.
 Mengonsumsi makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang .
 Mengonsumsi makanan kaya kalsium.
 Mengonsumsi kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai.
 Mengonsumsi makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya
salmon, makerel dan tuna.
7. Hiperlipidemia (Kolesterol dan Lemak Tinggi)
 Kolesterol:
HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik.
LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat.
 Lemak dalam darah: trigliserida
 Kadar normal :
Kolesterol total : < 200 mg/dL
Kolesterol LDL : < 160 mg/dL
Kolesterol HDL : > 60 mg/dL
 Trigliserida : < 150 mg/dL
 Kelebihan kolesterol meningkatkan risiko:
 Penyumbatan pembuluh darah
 Strok
 Penyakit jantung koroner
 Hipertensi
 Obesitas
 Pencegahan Hiperlipidemia :
1. Diet
2. Hindari stress
3. Olahraga secara teratur.
4. Stop merokok.
G. Pencegahan Penyakit Degeneratif secara Umum
Faktor-faktor resiko utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola
makan yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, serta konsumsi rokok. Pola
makan yang tidak sehat contohnya adalah mengkonsumsi makanan berlemak
jenuh seperti junk food serta makanan berkolestrol lainnya.
Modernisasi pekerjaan yang serba elektronik mendorong banyaknya jenis
pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga sehingga berkurang aktifitas
fisik. Peningkatan pemasaran dan penjualan produk tembakau yang marak pada
negara-negara dengan pendapatan rendah hingga sedang sangat berperan dalam
menjadikan konsumsi rokok sebagai faktor risiko penyakit degeneratif. Ada
beberapa upaya yang dapat mencegah penyakit degeneratif, yakni dengan
melakukan olahraga teratur dan sinar matahari yang menunjang bagi tubuh.
Melakukan kegiatan fisik dan olahraga (setiap hari jalan kaki) sangat dianjurkan
untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan
fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Selain
berolahraga berjemur pada matahari pagi dan sore memberikan kontribusi dalam
menjaga aktifitas sel-sel tubuh. Sinar matahari sesungguhnya sangat bermanfaat
bagi kita. Yang terbaik bila kita disinari cahaya matahari sebelum pukul 09.00
pagi dan setelah pukul 16.00 sore, karena sinar matahari mengurangi kolesterol
darah. Cara lain istirahat yang cukup, hal ini akan menjaga tubuh dalam kondisi
alkali (basa). Dalam kondisi ini tubuh akan melakukan metabolism secara normal.
Proses penuaan sel-sel tubuh berjalan lebih lambat, hal ini sangat
menguntungkan jika terjadi pada alat-alat vital tubuh. Selain itu, makan makanan
bergizi seimbang. Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya,
dimulai dari saat pembuahan, berlangsung sepanjang masa hidupnya hingga
dewasa sampai masa tua, memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan.
Jadi manusia mendapat zat gizi atau nutrient dalam bentuk makanan yang berasal
dari hewan (hewani) dan tumbuh-tumbuhan (nabati). Makanan dengan gizi
seiimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Cara orang-orang Jepang mencegah Penyakit Degeneratif adalah banyak
mengkonsumsi ikan. Penduduk Jepang setiap hari mengonsumsi ikan dan rumput
laut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu protein ikan
setingkat dengan mutu protein daging, sedikit di bawah mutu protein telur dan di
atas mutu protein serelia dan kacang-kacangan. Ikan adalah sumber protein dan
memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang mempunyai peran dalam
pencegahan penyakit generatif, seperti jantung koroner, diabetes, tekanan darah
tinggi, stroke, kanker. Mengkonsumsi ikan sejak usia muda juga dapat menunjang
perkembangan kesehatan dan kecerdasan otak.

H. Tips Cara Hidup Sehat Untuk Menghindari Penyakit Degeneratif


Ada beberapa tips cara hidup yang dapat kita lakukan agar terhindar dari
berbagai macam penyakit degeneratif, tips tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Batasi asupan gula (baik camilan, soft drink, coklat dll).
2. Kurangi asupan purin (dari bahan makanan, misalnya: jerohan,
alkohol, sarden, burung dara, unggas, kaldu daging, emping, tape).
3. Diet rendah lemak. (lemak tinggi pada kuning telur, keju, kepiting,
udang, kerang, cumi, susu dan santan).
4. Cegah kegemukan (untuk orang Asia BMI ideal = 8.5 – 22.9 kgm2 )
5. Hindari asupan garam yang berlebihan.
6. Berhenti merokok.
7. Latihan/olahraga harian sekitar 300 kkal perhari atau jalan 3 km.
8. Tidur 6 jam per hari.
9. Berhenti minum alkohol.
10. Medical check up teratur, terutama yang berusia > 40 th, lakukan tiap
3, 6 dan 12 bulanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Japardi, Iskandar. (2002). Penyakit Degeneratif Pada Medula Spinalis.


(online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1990/1/bedahiskandar%20jap
ardi39.pdf. Diakses tanggal 5 September 2014.
2. Primalia, Trina Irawanti. Penyakit Degeneratif. (online) http://www. kerjanya.
net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html. Diakses tanggal 5 September 2014.
3. N,N. Cara Efektif Untuk Menghindari Berbagai Penyakit Degeneratif.
(online) http://www.ilmukesehatan.com/644/cara-efektif-untuk-menghindari-
berbagai-macam-penyakit-degeneratif.html. Diakses tanggal 5 September
2014.
4. Kabupaten Kudus. (2012). Penyakit Degeneratif. (online) http://www.
rsudkudus.com/gizi-dan-penyakit-degeneratif/. Diakses tanggal 5 September
2014.
5. Handajani, Andianti.,dkk. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif Di Indonesia. (online)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80689&val=4892&title.
Diakses tanggal 5 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai