Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RIWAYAT ALAMIAH GIZI BURUK


DAN UPAYA PENCEGAHAN

OLEH :
KELOMPOK GIZI

ARIF SANDI HARTO


ISWAN
MIFTHY RAMADANTI
RAHMAWATI
ULWIAH
FADILAH SABRINA DJAKA
INDAH EVRIWANDA
RAUDATUL JANNAH
ANDINI TOANA
GABBY VERONIKA DALIM
NURUL ASMA MANASA
FAHMI KANGGA
YENFIN JENAFITY ONIBALA
NABILA SAHWA AKILA JAWABA
HASNI YALEMO
WILLY ALESANDRO TAAU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Gizi Buruk
B. Faktor Penyebab Gizi Buruk
C. Penanggulangan Gizi Buruk
D. Pencegahan Gizi Buruk
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Gizi Buruk
pada Balita” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan kami.
Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh
karna itu kami mengucapkan terimakasih kepada teman teman semua yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua
anggotanya), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan
kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara
masalah gizi kurang belum dapat di atasi secara menyeluruh sudah muncul
masalah baru. Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian
anak, meskipun sering luput dari perhatian. Keadaan kesehatan gizi
tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung
semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka
timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi
buruk. Hubungan antara kecukupan gizi dan panyakit infeksi yaitu sebab
akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan
gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan masing-masing orang. Masalah gizi semula dianggap
sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat di pengaruhi terhadap prestasi
kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gizi buruk?
2. Mengapa bisa terjadi gizi buruk?
3. Bagaimana cara menanggulangi gizi buruk?
4. Bagaimana cara mencegah gizi buruk?

C. Tujuan
Agar Mahasiswa dapat mengerti, mengatasi, maupun mencegah terjadinya
gizi buruk di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gizi Buruk


Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang d
konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat zat makanan yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan
apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis
dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang bisa
dikatakan malnutrisi. Tanda-tanda klinis gizi buruk dapat menjadi indikator
yang sangat penting untuk pengetahuan seseorang menderita gizi buruk.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditemukan oleh banyak faktor. Gangguan
gizi buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat
ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang
relatif lama. Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah
diketahui sudah berabad abad yang lampau. Penyakit-penyakit yang timbul
akibat makanan kurang baik seperti makanan yang tidak cukup gizinya atau
kadar zat gizinya tak seimbang disebut penyakit gangguan gizi yang
pertama kali dikenal adalah penyakit sariawan. Kesehatan yang tidak terjadi
karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau
terlebih. Kekurangan umumnya mencakup protein, karbohidrat, vitamin,
dan mineral. Sedangkan kelebihan umunya mencakup konsumsi lemak,
protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak perlu atau cukup gizi harus
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan kegiatan
yang baik seperti olahrga, dan lain lain.

Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan


kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain, status nutrisinya berada di
bawah standar rata rata. Nutrisi yang di maksud berupa protein, karbohidrat
dan kalori. Di Indonesia kasus KEP (Kekurangan Energi Protein) adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak di jumpai pada Balita.
B. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Faktor-faktor penyebab penyakit gizi buruk :
a. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk
yaitu :
1) Kurangnya gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah
makanan yang di konsumsi atau makanan tidak di memenuhi unsur
gizi yang di butuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
b. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada 3 faktor
penyebab gizi buruk pada Balita :
1) Keluarga Miskin
2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi
anak
3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti : jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan, dan diare.
c. Faktor lain yang menyebabkan gizi buruk, yaitu :
1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat.
2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
asuh anak.
3) Pengelolaan yang buruk dan perawat kesehatan yang tidak
memindai.
Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu ada banyak.
Penyebab pertama adalah faktor alam. Secara umur tanah terkenal
sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang curah
hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat.
Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi mendatangkan
bencana banjir.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kaltur
sosial masyarakat setempat. Kebanyakn masyarakat petani bersifat
‘one dimensional’ yakni masyarakat yang menang sangat tergantung
pada suatu mata pencaharian saja.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih
berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian
pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintahan masih vertikal bukan
saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi
juga membuka akses terhadap penindasan ketidakadilan dan yang
paling berbahaya menciptakan godaan untuk menyuburkan budaya
korupsi tentu saja tidak semua aparat dan pejabat seperti itu.
C. Penanggulangan Gizi Buruk
Banyaknya masalah gizi buruk yang terjadi di Indonesia membuat
beberapa ahli membuat metode untuk mengurangi masalah tersebut. Berikut
beberapa cara untuk menanggulangi masalah tersebut :
1) Asupan Gizi
Banyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas
bisa berdampak baik sekaligus berdampak buruk. Suatu produk suplemen
harus menjalani uji klinis dulu sebelum di pasarkan. Kita tidak terlena
begitu saja dengan rayuan iklan yang terlalu bombastis. Tapi di sisi lain
produk suplemen yang memang bisa di percaya kebenarannya sangat
berguna bagi kebanyakan orang yang tidak sempat mendapatkan gizi
tersebut dari makanan sehari hari.
Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi di dapatkan dari makanan
langsung, bukan asupan atau suplemen yang dijual bebas. Sebab tak
seorangpun yang bisa menjamin keamanannya, kecuali kalau asupan itu
memang di anjurkan oleh dokter atau di dapat dari Dokter. Anak usia 0-2
tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung
semua zat yang di perlukan dalam perkembangan otak anak. Air susu ibu
cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal. Banyak
produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA
dan sebagainya. ASI juga mengandung zat anti infeksi.
Untuk memulihkan kondisi balita pada status normal, dibutuhkan
asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni entrasol. Tiap balita
diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari
berat badan anak kembali normal. Kriteria yang di cantumkan antara lain:
biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan
makanan pokok, sayur, dan lauk pauk) selalu memantau kesehatan
anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus
ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal
sampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini tentunya masih sulit
dipenuhi oleh masyarakat Indonesia.
Adapun ciri ciri klinis yang biasa menyertai antara lain :
a. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun
b. Ukuran lingkaran lengan atas menurun
c. Maturasi tulang terlambat
d. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun
e. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
2) Langkah Pengobatan
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan
dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya di
atasi dengan perbaikan gizi dalam sehari anak anak ini harus mendapat
masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.
Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan
pemecahnya.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks
karena masing masing penyakit yang menyertai harus diobati satu
persatu. Penderitapun sebaiknnya dirawat dirumah sakit untuk mendapat
perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit
penyerta maupun infeksi, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga
sembuh. Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit
penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah gejala atau kekambuhan
dari gizi buurk.

D. Pencegahan Gizi Buruk


a. Pencegahan Primer
1) Promosi kesehatan
- Penyuluhan gizi masyarakat baik di puskesmas maupun diluar
puskesmas tentang pentingnya vitamin A, zat besi, dan sumber
makanan yang mengandung zat tersebut serta tentang pentingnya
ASI ekslusif.
- Pemantauan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)
- Penyebarluasan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
2) Proteksi spesifik
- Pemberian kapsul vitamin A untuk mencegah kekurangan vitamin A
pada bayi, balita, dan ibu nifas serta pemberian tablet Fe diberikan
secara rutin kepada bumil, melalui bidan desa yang sudah ditunjuk
sehingga tidak perlu lagi ke puskesmas.
- Memberikan makanan tambahan yang mengandung kalori dan
protein pada anak sekolah.
b. Pencegahan sekunder
1) Deteksi dini
- Pemantauan tumbuh kembang balita (penimbangan dan pelayanan
terpadu) di posyandu setiap bulan.
- Pemantauan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), Kurang
Energi Kalori (KEK), Kurang Energi Protein (KEP), dan
Pematauan Status Gizi (PSG).
- Pemantauan pola konsumsi pangan keluarga
- Pemantauan bumil KEK dari saat hamil hingga melahirkan
- Pemantauan garam beryodium dan distribusi kapsul yodium
- Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) dan Berat Badan (BB) pada ibu
hamil secara rutin.
2) Pengobatan tepat
- Pengobatan kasus gizi buruk, kunjungan rumah bila menemukan
kasus
- Memberikan bahan makanan kepada keluarga dengan anggota gizi
kurang.
c. Pencegahan tersier
Pemberian pendidikan di sekolah luar biasa kepada penderita dengan gizi
kurang yang mengalami kecacatan seperti kebutaan, idiot, atau retardasi
mental.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah sosial,
ekonomi, biologi dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan sosial
– ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang
berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas
kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian
anak. Kurang kalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja,
terutama bayi dan anak yang tengah tumbuh-kembang. Marasmus sering
menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1 tahun, sementara
Kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan.
Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan
mulutnya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan
setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan
anak. Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu
saja. Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi
Kronik saaat mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP
menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek
jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia.

B. Saran
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi
buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan
disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah
kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tidakan (serius).
Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat
itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini
adalah anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian
orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan
kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan
keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap
sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk
identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan
sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang nantinya anak tersebut dapat
menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah semua itu, kami
yakin pasti akan ada jalan keluarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lusa.2009.Gizi Buruk.24 Maret 2013.lusa.web.id

Ali, Arsad Rahim.2009.Potogenesis Penyakit Defisiensi Gizi.4 April


2013.arali2008.wordpress.com

Munif.2012.Epidemiologi Gizi Buruk.4 April 2013.helpingpeopleideas.com

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-


2009. Depkes RI 2005

Anda mungkin juga menyukai