Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
Rahmawati
Jihan Alfathir Ahmad
Sisi Fatmawati Larau
Ahmad Dani Lajuru

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK BANGGAI


SLIDESMANIA.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta
sejarah yang tak terbantahkan.Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami
transmisi (penyebaran, penularan), dimensi dan poliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang
sebelumnya diliputi oleh masa gelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau
enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan
perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada
sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek
pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masa kenabian yang ditutup dengan wafatnya
Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan
SLIDESMANIA.

berbagai varian.
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan
dan perkembangan peradaban islam?

2. Apa saja faktor penyebab kemajuan


RUMUSAN dan kemunduran peradaban Islam?
MASALAH
3. Bagaimana kontribusi Islam bagi
peradaban dunia?
SLIDESMANIA.
A. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah pertumbuhan dan
perkembangan peradaban Islam.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kemajuan
dan kemunduran peradaban islam.
3. Untuk mengetahui kontribusi Islam bagi
peradaban dunia.
TUJUAN DAN MANFAAT
PENULISAN B. Manfaat Penulisan
Dapat benar – benar memahami dan menjadi
pegangan bagi para mahasiswa – mahasiswi agar
dapat menerapkan menjalankan sesuai syariat
islam dalam bagaimana kontribusi islam dalam
pengembangan peradaban dunia.
SLIDESMANIA.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam


Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al- Hadharah al-
Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
“kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua
kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan “peradaban”
(civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan.
Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.Kebudayaan
adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.Sedangkan, manifestasi-
manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.Kalau kebudayaan
lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi
dalam politik, ekonomi dan teknologi.
SLIDESMANIA.
Peradaban Islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan Islam yang meliputi berbagai
aspek seperti moral, kesenian, dan ilmu pengetahuan, serta meliputi juga kebudayaan yang
memilliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang luas.Dengan kata lain peradaban Islam bagian dari kebudayaan yang
bertujuan memudahkan dan mensejahterakan hidup di dunia dan di akhirat.
Periode penyebaran Islam dan peradabannya yang dimulai sejak masa Rasulullah saw
pada abad ke-6 M hingga saat ini, terdapat masa-masa kejayaan peradaban Islam yang
kemudian diwarisi oleh peradaban dunia. Harun Nasution membagi sejarah islam menjadi
tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan
periode modern (1800 M-sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan
dimensi yang khas yang tampil dalam setiap perkembangannya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan
Islam semakin meluas, berawal di Tunis, Khurasan, Afganistan, Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, dan Multan. Bukan hanya itu,
perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko, bahkan telah membuka jalan ke kawasan
Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Lebih
ringkasnya, pada masa dinasti ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara,
Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan,
SLIDESMANIA.

Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).


Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani
Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya
terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi, perekonomian mengalami
peningkatan dengan konsep perbaikan sistem pertanian dengan irigasi, dan juga
pertambangan emas, perak, tembaga dan lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan
perekonomian menjadi lebih baik setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit
antara timur dan barat, dengan Basrah sebagai pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi
lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi.
Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa
al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan
menerjemahkan buku-buku  kebudayaan Yunani dan Sansekerta,dan berdirinya Baitu-
l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya
Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi
bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
SLIDESMANIA.
Periode pertengahan, pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam
pada sekitar 1250-1500 M. Yang mana satu demi satu kerajaan Islam jatuh ke
tangan Mongol, dan kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh  raja-
raja Kristen yang bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-
kota di pantai utara Afrika. Namun dengan demikian, terdapat kebangkitan
kembali kedinastian Islam pada masa 1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan
besar, yang menjadi tonggak berjayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan
besar tersebut adalah Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan
Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki
Konstantinopel (Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu
menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis,
Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
SLIDESMANIA.
Hingga pada Abad ke-17, di Eropa mulai muncul Dengan demikian, timbullah pemikiran dan
negara-negara kuat, bahkan Rusia mulai maju di pembaharuan dalam Islam yang disebut dengan
bawah kepemimpinan Peter Yang Agung. Dan melalui modernisasi dalam Islam. Sekian tokoh pembaharu
peperangan, Usmani mengalami kekalahan. Dan Islam telah mengeluarkan buah pikirannya guna
Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja Afghan yang membuat umat Islam kembali maju sebagaimana
mempunyai perbedaan paham. Dan kerajaan Mughal pada periode klasik. Para tokoh tersebut antara lain,
India pecah dikarenakan terjadi pemberontakan dari Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad
kaum Hindu, bahkan Inggris pun berperan Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid
menguasainya pada tahun 1857 M. Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah
Periode modern, periode ini dikatakan sebagai Waliyullah, dan Muhammad Iqbal di India, Sultan
periode kebangkitan Islam, yang mana dengan Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki.
berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah
membuka mata umat Islam akan kemunduruan dan
kelemahannya di samping kemajuan dan kekuasaan
Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir
mencari jalan keluar untuk mengembalikan
keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan
membahayakan umat Islam. 
SLIDESMANIA.
B. Faktor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam
Dinamika peradaban Islam dipengaruhi oleh konteks social, politik, budaya, dan
agama yang melekat di dalamnya. Peradaban islam pada masa awal/klasik, pertengahan,
sampai modern memiliki nuansa atau dimensi peradaban yang berbeda satu sama lain.
Masa kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan anaknya
Al – Ma’mun. Pada masanya ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umun
berkembang peast.Perkembangan ilmu agama meliputi pembukaan sejumlah bidang
agama yaitu, fikih, tafsir, hadis, kalam dan tasawuf. Adapun bidang ilmu pengetahuan
umum antara lain filsafat, ilmu kedoktern, ilmu astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan
bahasa.
Kemajuan ini disebabkan pada orientasi peradaban yang diarahkan pada kemajuan
ilmu pengetahuan, dan bukan pada ekspansi perluasan wilayah.kemajuan islam pada
masa ini ditentukan oleh 2 faktor, yaitu terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya
gerakan penerjemahan buku-buku kebudayaan Yunani ke dalam bahasa Arab.
SLIDESMANIA.

Keterbukaan islam terhadap peradaban bangsa lain membuat Islam semakin maju dan
tinggi dalam hal peradaban.
Sedangkan kemunduran peradaban islam ditandai dengan adanya
disintegrasi dan perpecahan dikalangan umat yang menyebabkan
Islam mundur dari pentas atau panggung peradaban dunia. Di
Spanyol, kehancuran Islam sebagaimana dikutip Badri yatim, ada
beberapa factor penyebbnya antara lain adanya konflik penguasa
Islam dengan penguasa Kristen, tidak adanya ideology pemersatu,
kesulitan ekonomi, tidak jelasnya system peralihan kekuasaan ,
dan letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang
lain.
SLIDESMANIA.
C. Kontribusi Islam Bagi Peradaban Dunia

Banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” bukan karena
benturan dengan kekuatan luar. Peradaban hancur karena peradaban di atas nilai-nilai
spiritualitas yang kokoh.
Berbeda dengan peradaban lainnya, peradaban saat itu tumbuh berkembang dan
dapat tersebar dengan cepat dikarenakan peradaban Islam memiliki kekuatan
spiritualitas. Umat Islam kala itu bekerja keras untuk melahirkan peradaban baru
dengan semangat spiritual tinggi untuk membangun reruntuhan peradaban lama. Oleh
karena itu, aspek spiritual memainkan peran sentral dalam mempertahankan eksistensi
peradaban Islam.
Apabila kita menengok pemerintahan Islam secara umum, para khalifah dari
Bani Umayyah seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid merintis penerjemah karya-karya
Yunani di Syiria. Juga ketika masa Bani Abbasiyah memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kegiatan intelektual bergerak cepat. Khalifah Al-Ma’mun mendirikan pusat
riset dan penerjemah di Baghdad, yang ia beri nama Bait al-Hikmah pada tahun 830
SLIDESMANIA.

M.
Banyak penerjemah handal yang ahli menerjemahkan dan banyak dari mereka
adalah non-muslim, seperti Tsabit ibn Qurrah Al-Harrani yang berasal dari Sabean di
Harran. Menurut Margaret Smith adanya kepercayaan (agama) yang berada ternyata
tidak menghalangi mereka untuk bekerja sama, karena para penguasa Islam memiliki
visi yang maju ke depan dan lebih mengutamakan profesionalisme.
Gerakan penerjemahan ini menghasilkan banyak sarjana, seperti, sarjana kimia
Jabir ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi Ash-Shuff (721-815) yang mengharumkan istana
Khalifah Harun Al Rasyid; sarjana yang memiliki prestasi Islam dan Barat yang
mendaoat julukan “Galennya Arab”, filsuf muslim pertama yang menguasai filsafat
Yunani, Al-Kindi (801-866) dan masih banyak lagi tokoh Islam yang memiliki prestasi
gemilang dari berbagai bidang ilmu.
Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang telah ada, namun sifat
dan semangatnya sangat nasionalistis dan parokialistis, dengan ketertutupan masing-
masing bangsa dari pengaruh luar karena masing-masing bangsa dari pengaruh luar
karen merasa paling benar.
SLIDESMANIA.
Para peneliti modern tentang sejarah ilmu pengetahuan berselisih pendapat tentang
nilai orisinalitas konstribusi dan peranan orang-orang muslim. Betrand Russel, misalnya,
cenderung meremehkan tingkat orisinalitas konstribusi Islam di bidang filsafat, namun
tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi di bidang matematika dan
ilmu kimia. Menurutnya, meskipun kemampuan filsafat orang-orang Islam tidak dapat
diremehkan tetapi kemampuan orang-orang Islam itu hanyalah pemindah (transmitter)
dari Yunani Kuno ke Eropa barat.
Teradapat dua pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan,
“Bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-
kitab yang disalin oleh St. Agustine (354-430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius
Manlius Boethius (480-524 M) dan John Scotus.” Pendapat kedua menyatakan , “Bahwa
orang Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filsuf Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.”
SLIDESMANIA.
Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya.
Alasan yang dikemukakan Hoesin salinan buku filsafat Aristoteles seperti
Isagoge, Catageroies, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah
Romawi bersamaan dengana eksekusi mati terhadap Boethius, yang
dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya
dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi
su,ber perkembangan ilmu filsafat dan pengetahuan di Eropa, maka John
Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan
menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-
terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filsuf Islam. Setelah
zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat generasi penerus hingga
munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-
kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Ma’mun dan
Raja Harun Al-Rasyid pada zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan
untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam bahasa arab
SLIDESMANIA.
Semangat para filsuf dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tidak lepas dari semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para
pemeluknya belajar segala hal, sebagaimana perintah Allah SWT. Dalam Al-Quran
dan hadis Nabi Muhammad. Ini menjadi dasar teologis yakni dengan melakukan
pengkajian yang lebih sistematis akan sumber-sumber ajaran agama dan
pengahargaan yang lebih baik, namun tetap kritis kepada warisan kultural umat, dan
pemahaman yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang semakin berkembang secara
cepat.
Secara filosofis, Islam memiliki semangat membangun peradaban yang oleh
Nabi Muhammad diterjemahkan dalam bentuk “Masyarakat Madani” atau
“Masyarakat Medinah” sebagai civil society kala rasul hidup dan terus membangun
kerjasama dengan masyarakat Medinah yang majemuk, dan berhasil membentuk
“common platform” atau kalimat pemersatu (kalimatun sawa).
SLIDESMANIA.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah berhasil
membawa kemajuan pada setiap masanya , baik dari segi keagamaan maupun non
agama yang berupa ilmu pengetahuan. Berbagai perluasan wilayah kekuasaan
peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan
khazan ke-2 masehi yang tercatat bahwa kekuasaan kaum muslimin telah meliputi
wilyah syam hingga sebagian daerah Afrika.
Para tokoh dan cendekiawan Islam yang telah berhasil mempelajari ilmu-ilmu
yunani dan sansekerta, telah memberikan pengembangan yang signifikan pada
bidangnya masing masing, jauh sebelum para ilmuwan Barat menemukan teori – teori
tentang ilmu pengetahuan. Dengan demikian telah memberikan bukti bahwa islam dan
peradaban yang telah di bangunnya pada masa lalu , telah memberikan investasi besar
pada pencapaian peradaban dan perdamaian dunia modern saat ini untuk itu dituntut
SLIDESMANIA.

adanya sikap saling menerima dan menghargai perbedaan masing – masing.


Abu Khalil, Syauqi. 2002. Harun Al Rasyid,
Pemimpin dan Raja yang Mulia.
Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan


Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas
dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

REFERENSI Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2007. Membangun


Peradaban Islam. Makalah Workshop
Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah
Islamiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta, 15
April.

https://www.slideshare.net/iinxsolihin12/contoh-
makalah-agama-tentang-peradaban-islam?
from_action=save
SLIDESMANIA.
THANK YOU
SLIDESMANIA.

Anda mungkin juga menyukai