di Indonesia yang dibentuk tanggal 23 Oktober 1938 oleh Sudjojono dan Agus Djaja
Para pelukis yang bergabung dalam Persagi kebanyakan para pelukis untuk bidang
reklame di percetakan atau calon pelukis muda yang keterampilannya di sektor melukis
masih belum terasah dan baru belajar awal_Anggota-anggota tersebut rata-rata tidak ada
dokumentasi karya yang tersisa. Modal mereka bukan didikan akademi seni rupa,
dan Agus Djaja selalu mendorong anggota-anggotanya untuk berani dulu dalam melukis
Yang penting isi jiwa ini ditumpahkan di atas kanvas.” Dalam Persagi tidak ada guru
pembimbing. Sesama anggota menjadi guru dan murid bagi yang lainnya, berbagi
Persagi berumur pendek, karena pada tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia,
Poetera (Poesat Tenaga Rakjat). Namun, ideologi dan nilai estetika seni modern
Indonesia yang dicetuskan Persagi tetap berpengaruh hingga kini, khususnya pada seni
lukis Indonesia.
terhadap pemerintah kolonial Belanda semakin meningkat, dan seni menjadi alat
saat itu rata-rata merupakan warga kelas atas, karena kehidupan sosialnya menjadi
Sudjojono, yang tidak puas dengan teknik konvensional Belanda abad 19 yang
diajarkan oleh gurunya (Mas Pirngadi), mencoba beralih ke pendekatan yang lebih
bebas. Ia menentang teknik, gaya dan estetika naturalisme. Sapuan kuasnya kasar dan
Sudjojono beranggapan bahwa pelukis harus bebas dari kaidah-kaidah, agar jiwa bisa
tercurah isinya dengan sebebas-bebasnya. Dengan demikian, lukisan diukur tidak dari
(hubungan subjek-objek) dapat terlihat pada garis-garis yang disapukan di atas kanvas.
1976: 9), Sudjojono banyak mempengaruhi pelukis-pelukis lain. Baginya, seni tidak
hanya soal unjuk kemampuan teknik melukis seperti yang pada naturalisme Mooi
Indie.
Pada tahun 1937, Sudjojono berhasil mengikuti pameran bersama pelukis Eropa di
Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Lalu
Sudjojono sendiri sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi.
b. Perkembangan Persagi
Persagi ingin memperlihatkan pada dunia bahwa orang Indonesia pun bisa melukis dan
kemerdekaan.
Dalam medan seni, filosofi baru tersebut mendapat tantangan yang besar; karena
Indonesia masih didominasi oleh kejayaan seni masa lampau yang direpresentasikan
oleh Borobudur dan karya seni kuno lainnya. Keadaan penjajahan yang menciptakan
lingkungan kesenian hanya tersedia bagi orang Belanda saja, dan menghalangi
seniman Indonesia untuk muncul dan terkenal. Indonesia masih belum siap untuk
menerima bentuk seni modern. Persagi pun kesulitan untuk membuat pameran
pertamanya.
Persagi menyelenggarakan pameran pertama kali sekitar tahun 1938 di toko buku
Kolff, Jakarta, setelah sebelumnya ditolak oleh pengurus yayasan saat mengajukan
menjadi petani. Namun ternyata, pameran di Kolff tersebut mengejutkan para kritikus
seni dan para pelukis Belanda, antara lain Henry van Velthuysen yang mengakui
kualitas gambar para anggota Persagi. Barulah kemudian pada pameran kedua, Persagi
Para anggota Persagi sepakat untuk membuat “akademi” sendiri untuk merespon
terhadap seni lukis “akademis” yang berkembang di sekeliling mereka. Caranya adalah
pernyataan seni, dengan melepaskan pengaruh tradisi-tradisi yang telah ada. Dan
Soedjojono beranggapan; "Ini tidak berarti bahwa kita harus membuang pengaruh
rasa Barat itu, tidak, sama sekali tidak. Kita harus mempelajari teknik mereka yang
bagus itu dan kita pada waktu ini terpaksa ke Barat dahulu untuk ke Timur ... Olahlah
rasa asli kita dan rasa asing tadi, dan kita akan mendapat rasa Indonesia baru, yang
Dengan masuknya Jepang pada bulan Maret 1942 semua organisasi perjuangan bangsa
dibubarkan dan digabung dalam Poetera (poesat Tenaga Rakyat), mengakhiri sejarah
a. S. Sudjojono (1913-1986)
dan pendidik. Ia lahir di Kisaran, Sumatra Utara tahun 1913. Pada tahun 1928
yang diajarkan gurunya tersebut. Penentangan ini, dan pendapatnya yang terkenal;
“lukisan adalah jiwa nampak,” menginspirasi sejumlah pelukis lain. Dan di tahun
Lahir di Banten 1913 dan meninggal di Jakarta tahun 1994. Ayah Djaja, seorang
pernah menjadi kepala sebuah agen bank dan mampu menyediakan pendidikan yang
baik bagi puteranya. Setelah mengikuti pendidikan seni di Jakarta dan Amsterdam,
Agus mulai mengajar menggambar serta mata pelajaran lain pada tahun 1934. Agus
bekerja sama dengan Sudjojono membentuk Persagi pada tahun 1938-1942, dan
menduduk posisi sebagai ketua. Hal tersebut membuatnya dianggap menjadi salah
Otto Djaja adalah adik dari Agus Djaja. Sejak masa Persagi Otto Djaja kerap terlibat
pameran bersama di dalam maupun luar negeri dengan sejumlah rekan pelukis
lainnya. Otto Djaja pernah mendapat pendidikan ketentaraan untuk perwira Pembela
Tanah Air (Cu Dancho) di Bogor. Dengan pangkat Mayor TNI, ia ikut terlibat dalam
Indonesia.
Tidak banyak informasi yang diketahui dari Emiria Soenassa. Mengenai tempat dan
tanggal lahir hanya tercatat ia lahir Pulau Tidore, Maluku Utara, tahun 1891. Hal ini
Abdul Salam adalah seorang priyayi sekaligus pionir ilustrasi seni grafis masa awal
seni rupa Indonesia. Semasa hidupnya, Abdul Salam pernah bekerja di Statistik Pasar
Baru Batavia dan bergabung dengan banyak seniman antara lain S. Soedjojono, S.
Tutur, dan Agus Djaya mendirikan Persagi. Sebagai pionir bidang seni ilustrasi grafis
di Indonesia, Abdul Salam melahirkan karya awalnya berupa cukilan kayu, kemudian
etsa sejak tahun 1945. Dia juga seorang Delinafit atau pelukis uang pada masa awal
kemerdekaan.
Herbert lahir di Tapanuli tahun 1917. Sebulan setelah pameran kedua Persagi yang
g. Wakidi (1889-1979)
Wakidi lahir di Palembang pada tahun 1889. Wakidi adalah pelukis naturalisme
h. Hendrodjasmoro
Indonesia (Partindo), Indonesia Muda (IM), Pandu Rakyat dan di Persagi. Di antara
banyak peninggalan karya patungnya, tiga diantaranya yang hingga kini masih bisa
8 Juni 1987.
i. Sindusisworo
j. Saptarita Latif
k. Ramli
l. Syuaib Sastradiwilja
m. Sukirno
n. Suromo
4. Tinjauan Karya
kecenderungan ekspresionisme
Ibu.
kecenderungan ekspresionisme
“Di Depan Kelambu Terbuka” (1939), sapuan kuas Sudjojono nampak lebih
oil on canvas
kasar dan bebas. Figur subjek juga
latar belakang.
on canvas
Emiria Emiria banyak mengambil subjek-
memiliki kecenderungan
pewayangan.
karyanya.
secara umum kecenderungan yang muncul didominasi oleh ekspresionisme. Hal ini
gaya modernisme seni lukis barat patut dipelajari juga menyumbang visualisasi karya-
karya Persagi yang cenderung ekspresionisme. Pemikiran tersebut lah yang membuat
Sumardjo, Jakob. 2009. Asal-Usul Seni Rupa Modern di Indonesia. Bandung: Kelir
Siregar, Aminuddin dan Enin Supriyanto. Seni Rupa Modern Indonesia. Indonesia: Nalar
http://archive.ivaa-online.org/pelaku-seni/persagi-persatuan-ahli-gambar-indonesia-1
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2275/Persagi
https://www.rem.routledge.com/articles/persagi-persatuan-ahli-ahli-gambar-indonesia