Anda di halaman 1dari 23

KELAS XII

DI SUSUN OLEH
Anisah Zulaiha, S.Pd
Fitriani, S.Pd
Rizky Eko Prasetyo, S.Pd
Erma Noormawati, S.Pd
Yuda Ramadani, S.Pd
PEMERINTAH KOTA BANJARMASINDINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 5 BANJARMASIN
2014/2015
1
BAB 1
SENI RUPA
Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi Karya seni rupa Kompetensi Dasar : Menjelaskan
keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa
modern/kontemporer Materi :
A. Pengertian Melukis
Seni rupa kontemporer adalah salah satu cabang seni rupa yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern, atau lebih tepatnya adalah sesuatu
yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni
yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.
Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang
sedang dilalui.
B. Seni Rupa Indonesia Modern
1. Masa Perintis
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi
mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis.
Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf
dan C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :
•Bergaya natural dan romantisme
•Kuat dalam melukis potret dan binatang
•Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
•Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang.
Karya Raden Saleh:
•Hutan terbkar • Perkelahian antara hidup dan mati •Pangeran Diponegoro
•Berburu Banteng di Jawa •Potret para Bangsawan
2
2. Masa seni lukis Indonesia jelita/moek(1920-1938)
Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa
perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia. Keadaan ini ditandai
pula dengan datangnya para pelukis luar/barat dan sebagian ada yang menetap dan
melukis keindahan alam Indonesia.
Pelukis Indonesia Molek :
•Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
•Mas Pirngadi (1875-1936)
•Wakidi
•Basuki Abdullah
•Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
•Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli (Itali), Lee Mayeur (Jerman)
dan W.G. Hofker (Bld), Strasser (Swiss) dll.
Ciri-ciri lukisan :
•Pengambilan obyek alam yang indah
•Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
•Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual
•Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
3
3. Masa PERSAGI(1938-1942)
Bangkitanya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908.
Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI
(Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan seniman pertama di Jakarta ini,
berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun
lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai
yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
• Mementingkan nilai-nilai psikologis;
• Tema perjuangan rakyat ;
• Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
• Memiliki kepribadian Indonesia ;
• Didasari oleh semangat dan keberanian;
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
• Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
• S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
• Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
4
4. Masa Pendudukan Jepang(1942-1945)
Hal-hal yang mewarnai perkembangan seni rupa di Indonesia pada masa pendudukan
Jepang antara lain:
o Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni
lukis untuk kepentingan revolusi.
o Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian
Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda
Jepang.
o Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki
Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat
perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono
dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan
sebagainya.
Pada masa pendudukan Jepang ini terkesan ada dua kubu seniman, yakni seniman-
seniman yang pro terhadap Jepang mereka bergabung dan berkarya dalam wadah
Keimin Bunka Shidhoso. Sedangkan yang kontra Jepang memilih masuk ke dalam
kelompok PUTERA.
Hasil karya mereka mencerminkan :
•Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional.
5
Tokoh utama pada masa ini antara lain:
•S. Sudjojono
•Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
•Agus Djajasumita, Barli
•Affandi, Hendra dan lain-lain
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945-1950)
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar.
Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini
ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara
lain :
a. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama
“Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso,
Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
b. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan
Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain :
Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
c. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu
Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian
lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara
lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-
lain.
6
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan berdirinya pendidikan pendidikan formal seperti:
ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) berdiri tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta yang
diprakarsai oleh R.J. Katamsi. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi
Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin,
Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.Pada tahun 1959 Balai Perguruan
Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi
Bandung.
Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan
seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang
Universitas Negeri) yang tersebar di Indonesia.Pada perkembangan selanjutnya
pendidikan keseniaa mulai masuk ke dalam kkurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah. Dari Masa Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademis seperti:
Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi,
Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno,
dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D.
Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto.
(Bandung)
7
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh
munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang
mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang
tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak
baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
•Tidak membeda-bedakan disiplin seni
•Mengutamakan ekspresi
•Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
•Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
•Besifat eksprimental
Pelopor Masa Indonesia Baru :
•Jim Supangkat,
•Nyoman Nuarta,
•S. Primka,
•Dede Eri Supria,
•Redha Sorana dan sebagainya
C. Teknik-Teknik Dalam Melukis
1. Anamorphisme
Anamorfisme bererti penghasilan lukisan secara perspektif. Secara khususnya istilah
tersebut adalah titik padang terhadap imej yang dilihat dari sudut tertentu.
Leonardo's Eye (Leonardo da Vinci, sekitar 1485) adalah salah satu contoh karya
Anamorfosis tertua yang pernah ditemui.
Selama abad 17th, Mural trompe l'oeil ketika Barok sering menggunakan teknik ini untuk
mendapatkan kombinasi arsitektural yang sempurna dengan seni visual. Saat
pengunjung melihat bangunan dari sudut yang tepat, maka bangunan tersebut akan
bersatumenjadi satu lukisan yang mempunyai dekorasi yang ada. Hans Holbein the
Younger adalah salah satu contoh pengguna teknik anamorfisme dalam karyanya.
Kubah dan rangka langit-langit dari Gereja St. Ignazio di Roma Rome, yang dilukis oleh
Andrea Pozzo, merupakan elemen yang dilukis dalam lukisannya.
8
2. Sotto in su
Sotto in su, berarti terlihat dari bawah (atau populer pula dengan sebutan di sotto in su),
adalah teknik lukisan ilusionistis yang biasanya digunakan untuk lukisan langit-langit
untuk memberikan persepsi perspektif. Setiap elemen yang dilihat oleh pemirsa disusun
agar memberikan ilusi yang tepat.
3. Hatching
(Hachure dalam Bahasa Perancis) dan juga cross-hatching adalah teknik dalam lukisan
dan karya menarik yang digunakan untuk memberikan kesan warna atau bayangan
dengan membuat garis-garis hatcing. Jika garis-garis hatcing tersebut diulang -ulang dan
bersilang, maka teknik ini menjadi cross hatching.
Teknik dasar
Konsep utama dari hatching adalah kepadatan, jumlah, dan ketebalan garis sangat
mempengaruhi kesan bayangan yang dihasilkan. Dengan meningkatkan kepadatan,
jumlah, dan jarak antara garis, maka bayangan yang dihasilkan semakin gelap.
Kontras bayangan boleh juga dihasilkan dengan mendekatkan dua jenis hatching yang
berbeza sudut garisnya. Hasilnya, variasi garis ini akan memberikan ilusi warna, yang
boleh digunakan dengan stabil akan mengasilkan imej yang realistik.
4. Impasto
Teknik lukisancatan yang berlapis yang tebal di atas kanvas dapat menunjukkan catan
yang sangat kasar dan palitan - palitan tebal tersebut dapat dilihat dengan jelas. Cat
yang di palitkan tercampur di atas kanvas. Teknik impasto akan menghasilkan tekstur
yang jelas, sehingga kesan kehadiran objek lebih terasa.
5. Trompe I’oell
Trompe-l'œil berasal dari frasa Perancis yang berarti "menipu mata", dengan asal kata
tromper - menipu dan l'œil - mata. Secara istilah Trompe-l'œil berarti teknik lukisan yang
melibatkan teknik dan perhitungan tinggi untuk menyajikan objek-objek di dalam lukisan
yang mampu menghasilkan ilusi optis untuk menipu persepsi otak terhadap imaji.
6. Sfumato
Sfumato adalah istilah yang digunakan dan dipopulerkan Leonardo da Vinci
untuk merujuk pada lukisannya yang melapiskan warna-warna yang berdekatan
untuk menciptkan ilusi kedalaman, volume, dan bentuk. Sebagai hasil akhir,
perpindahan warna tersebut tidak lagi terlihat jelas.
Dalam bahasa Italia, sfumato berarti berasap, tetapi dibedakan dengan istilah fumo
yang berarti asap. Leonardo sendiri mendeskripsikan sfumato sebagai "tanpa
9
outline", dalam pengertian berkabut atau detail yang tidak dihasilkan oleh
penggunaan garis secara disengaja.
7. Cydorama
Cyclorama adalah lukisan yang didesain dalam media silinder dengan maksud pemirsa
akan berada di tengah silinder tersebut, dan bisa menikmati pemandangan selebar 360°.
Biasanya teknik ini dipakai untuk menampilkan pemandangan alam yang mengagumkan.
8. Chiaroscuro
Chiaroscuro berasal dari kata Italia yang berarti gelap-terang yang bisa juga diartikan
menjadi kontras yang sangat kuat antara cahaya dan bayangan di dalam suatu karya
seni. Hal yang menjadi ciri khas chiaroscuro adalah pengaplikasian cahaya pada objek
lukisan yang memberikan kesan trimatra sangat jelas akibat pengaplikasian highlight dan
bayangan. Teknik ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang perspektif, reaksi
permukaan benda terhadap pantulan cahaya, dan proses pembentukan bayangan.
Kompetensi Dasar : Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik
dalam
karya seni rupa modern/kontemporer
A. Aliran Seni Lukis 1. Naturalisme
Aliran ini merupakan suatu aliran seni rupa yang mengutamakan kesesuaian dengan
keadaan mahluk hidup, alam, dan benda mati sebenarnya. Contoh yang paling terlihat
adalah pada lukisan potret diri, pemandangan alam, atau landscape.
2. Realisme
Aliran ini menunjukkan suatu keadaan sosial yang sesungguhnya dan biasanya
memprihatinkan dan sedang bergejolak di dunia atau suatu tempat tertentu. Contoh
aliran seni rupa ini antara lain melukiskan kemiskinan, kesedihan, atau peristiwa yang
memilukan.
3. Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau
petualangan para pahlawan purba. Juga banyak menampilkan berbagai perilaku dan
karakter manusia yang dilebih lebihkan.
Para pelukis ini antara lain Eugene delacroik (1798-1963), JeanBaptiste Camille Corot
(1796-1875) dan Rousseau (1812-1876). Gaya inijuga berkembang di Jerman, Belanda,
dan Perancis.
10

Anda mungkin juga menyukai