Anda di halaman 1dari 16

CHAPTER 8:PENGATURAN

Sebelum kemerderkaan
Puisi abad keenam belas, kidung sunda, menceritakan seorang pelukis pemandangan yang dikirim dari pengadilan majapahit ke jawa barat untuk melukis putri sunda karena kecantikannya. Dari lukisan itu, puisi itumenceritakan bahwa pelukis menggambarkan wajah secara detail dalam setiap menit dan bahwa itu adalah menggambarkan keindahan. Tentu saja dalam puisi tidak memberikan petunjuk nyata tentang gaya dan teknik menggambar. Pengaruh barat pada seni di Indonesia sudah dimulai dengan gambar dari perusahaan India Timur Belanda sebagai hadiah kepada para penguasa lokal pada perdagangan yang sukses bergantung kebaikan. Antara lain adalah lukisan Belanda disajikan kepada radja dari Bali, dan pemandangan pelabuhan Amsterdam, diberikan kepada Sultan Palembang dari perusahan india timur Gubernur Jendral Coen Pieterszon Januari. Seni bergambar itu menurun pada abad kesembilan belas , dari pemerintah Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles, Kemudian Letnan-Gubernur Jawa dan dependesinya, menyelidiki semua fase jawa. Dalam sejarah tentang jawa ia menulis: orang jawa membuat tidak ada kemajuan dalam gambar atau lukisan, juga tidak ada jejak yang akan ditemukan dan dimiliki mereka, pada setiap periode sejarah mereka, dicapai dalam kemampuan seni ini. Mereka mengabaikan proporsi atau perspektif untuk keindahan dan efek dari produksi bangsa ini. Mereka memiliki tradisi, bahwa seni lukis pernah berhasil dibudi dayakan di antara mereka, dan bahkan ditugaskan untuk kerugian itu, tetapi tradisi tampaknya tidak berhak. Raffles juga meninggalkan pertanyaan terbuka apakah jawa sendiri telah merancang bangunanbanguna kuno megah, sementara dia mengagumi tingkat tinggi kesempurnaan dimana arsitektur dan patung di satu periode dipraktekan dipulau itu. Pada masanya, ia menyatakan, seni patung telah sepuhnya hilang. Sepanjang abad kesembilan belas, sebagai seprastruktur colonial Belanda menjadi semakain mengkonsolidasikan jawa dibawah administrasi terpusat yang efesien, perusahan yang dimiliki dan dikelola oleh barat tumbuh, dan jumlah penduduk Belada meningkat. Pendidikan barat, pada awalnya hak istimewa dari beberapa anak-anak bangsawan bahasa Indonesia, secara bertahap menjadi diakses anak-anak lain. Pada awal abad kedua puluh sekelompok intelektual bahasa Indonesia telah dibentuk yang mulai mengatifkan sentiment nasionalis yang akhirnya mengarah pada berakhirnya era kolonial.

Pelukis barat pertama yang signiifikan muncul pada abad kesembilan belas-Raden Saleh (18161880), Dia berpendidikan dan berbicara fasih Belanda dan Prancis serta bisa berbahasa Jerman dan Inggris. Selama tinggal lebih dari dua puluh tahun di Eropa dia sangat dipengaruhi oleh karya-karya declaroix, seni yang romantis dan warna harmonis telah mengejutkan dunia seni kontemporer Prancis.

Ketika Raden Saleh kembali ke Indonesia, dia adalah seorang pelukis yang dirayakan dengan gelar kebangsawanan. Di eropa, dia menjadi terbiasa untuk berkomunikasi dengan artis terkenal. Raden Saleh tidak punya teman-teman seniman di antara rekan-rekannya dan hampir tidak ada komunikasi diantara pejabat Belanda, tukang kebun dan pedagang. Dia diterima dipengadilan jawa tengah dan menghabiskan beberapa tahun di Jogjakarta, dimana ia melukis gambaran dari Sultan dan keluarganya. Namun, meski besar bakat dan prestasi Raden Saleh, tanpa harus memulai sekolah baru lukisan Indonesia, tetap tidak ada tulisan bahasa Indonesia pada perkembangan seni rupa modern, dia gagal untuk menyebutkan dirinya sebagai prekusor soliter dari mereka yang sekarang dianggap sebagai ayah dari gerakan seni modern. Lebih dari setengah abad berlalu setelah kematian Raden Saleh sebelum gerakan itu berlangsung. Satu wakil dari generasi ini adalah Abdullah Surio Subroto (1878-1941), yang berajar di akademi seni rupa di Holland, dimana ia awalnya pergi untuk belajar ilmu kedokteran, seorang warga Bandung di jawa barat, Abdlluah melatih sejumlah siswa: keturunan seninya adalah pelukis pemandangan komersial yang berkembang di Bandung. Putranya yang bernama Basuki Adullah, sekarang menjadi pelukis terkenal. Sosok lain Mas Pirngadie (1875-1936), seorang juru indah yang dipekerjakan oleh Royal Society dan Batavia Layanan Warisan Arkeologi Hindia Belanda di Batavia untuk membuat gambar rekontruksi antic yang hancur menemukan arkeologi. Mas Pirngadie juga bekerjasama dengan jasper dalam memproduksi lima volume untuk menguraikan kesenian Indonesia yang diterapkan. Semangat tercermin dalam pemandangan keanginan pantai selatan jawa, yang dilukis pada tahun 1927. Senin lain sekarang masih dianggap sebagai anggota generasi tua pelukis pemandangan, yaitu Wakidi. Seperti Abdullah Elder dan Pirngadie, Wakidi telah diajarkan oleh pelukis Belanda. Dia sekarang tinggal dan bekerja di daerah Sumatra Barat, dimana tempat ia melukis pegunungan, sungai, dan bidang dari daerah sekitar Bukit Tinggi. Beberapa mahasiswa telah banyak mengikuti gaya melukis dari Wahidi. Sebaliknya mereka telah berpaling kepada sepuan kuas warna lebih barani dan kuat. Dan, seperti dalam

kasus Abdullah the Elder, beberapa siswa Wakidi adalah antara pelukis pemandangan sukses komersial yang bekerja di ibukota Sumatra, Medan. Kehidupan budaya masyarakat Indonesia Belanda sebelum Perang Dunia II yang terisolasi dari kaum intelektual Indonesia. Sebaliknya, semua peristiwa seni utama bahasa Indonesia (seperti petunjukan gala drma tari klasik dipengadilan pangeran jawa) yang penuh semangat dihadiri oleh pejabat Belanda, istri-istri mereka, dan tamu non-bahasa Indonesia lainnya. Ada minat yang besar dari seni adat dan kerajinan di antara penduduk Eropa Belanda dan lainnya sebelum perang Indonesia. Sejumlah kolektor membanggakan diri pada akuisi mereka, yaitu industry tekstil, beberapa di topeng, wayang, ukiran kayu, atau perunggu kuno setiap kali ini menghindari HIndia Belanda Layanan Warisan Arkeologi. Sebuah dorongan penting terhadap perkembangan ekspresi bergambar kreatif dan asli dimulai pada tahun 1922 dengan peresmian system sekolah nonpemerintah oleh pendidik yang mengagumkan, Ki Hajar Dewantara. Sekolahnya di Yogyakarta, yang disebut taman siswa, secara bertahap menjadi markas untuk jaringan luas sekolah dan pusat-pusat pelatihan guru baik di jawa dan pulau lainnya. Dalam arti itu Taman Siswa adalah versi Bahasa Indonesia pendidikan progresif, campuran konsep Montessori dan system Dalton, diwarnai dengan pengajaran anthroposophic Rudolf Steiner dan pendekatan etis-estetis dari Rabindranath Tagore. Untuk ini Ki Hajar Dewantara tambah semangat jawanya sendiri. Dia menciptakan sebuah system pendidikan yang didasarkan pada konsep. Seni, khususnya lukisan, adalah fiktur penting dalam kurikulum Taman Siswa sebagai outlet untuk impuls batin siswa. Dengan semangat yang sama dengan Taman Siswa, Mohammed Sjafei kemudian mendirikan sebuah sekolah bahasa Indonesia-Belanda di Kaju Taman dekat Padang Sumatra Barat. Sebagai seorang pelukis, Mohammad Sjafei juga menekankan pentingnya seni di sekolahnya. Sejumlah pelukis kontemporer Indonesia, diantaranya Sudjojono, Basuki Resubowo, Rusli dan Alibasjah. Diragukan benih yang di tanam di Taman Siswa memberikan kontribusi untuk inisiasi, kemudian Sudjojono dari sebuah gerakan baru dalam seni gelisah dalam perubahan. Satu masalah penting adalah bahwa dari sebuah gaya Indonesia, yang dibahas oleh Sudjojono. Dia bertannya, mengapa karya-karya pelukis kita tidak memiliki gaya jhas Indonesia, sedangkan lukisan tradisional kuno Jawa dan Bali punya satu ? Dia menjawab bahwa budaya Indonesia telah berhenti berkembang dan dalam keadaan keterpurukan, seolah-olah mati, dan bahwa tidak ada budaya baru yang belum dikembangkan untuk menyelaraskan dengan tren baru dalam kehidupan di Indonesia. Dia kemudian merekomendasikan studi seni Barat dari Leonardo da Vinci untuk Picasso. Tidak hanya teknik-teknik Barat yang dipelajari tetapi juga filsafat seni barat. Ini, katanya, akan mangarah pada studi seni primitif di negeri yang berbeda, dan akan membuka mata seniman Indonesia dengan semangat dan gaya seni yang berbeda. Para seniman Indonesia mungkin akan menjadi tertarik pada koleksi museum Jakarta, Sudjojono memperingatkan, harus dianggap hanya sebagai sisa-sisa masa lalu, tidak ada relevan untuk saat ini.

Pada tahun 1937, Sudjojono dan pelukis Agus Djaja Suminta meluncurkan persagi (Persatuan Ahli Singkatan dari Gambar Indonesia, Persatuan Pelukis Indonesia) yang beranggotakan sekitar dua puluh orang. Upaya pertama dari kelompok Persagi untuk membebaskan diri dari pengulangan naturalis jelas tidak terlalu sukses. Hannya melihat pameran Persagi yang diatur di kolff di Jakarta. Sudjojono dengan demikian percaya bahwa bahasa Indonesia adalah perasaan yang tulus dan gaya yang laten dalam seniman dan hannya menunggu untuk dibebaskan. Dia sendiri pernah belajar melukis dengan Pirngadie dan juga dengan Yazaki, seorang pelukis dari jepang yang tinggal di jawa. Pada tahun 1939 Sudjojono menghasilkan lukisan terbaiknya untuk saat ini, sebelum kelambu terbuka. Pada tahun berikutnya Sudjojono menghasilkan lukisan baru di kedua tema dan gaya. Disebut Tjap Go Meh, di dalamnya menjelaskan kerumunan orang di Cina yang sedang merayakan Tahun Baru. Sepuluh tahun kemudian, Sudjojono yang berani, telah hilang karena saat itu Sudjojono adalah penganut komunis.

Before the open kelambu-Sudjojono 1939

The Neighbor-Sudjojono,1950

Pada saat ini seorang kritikus Belanda mengeritik lukisan Sudjojono sebelum kelambu terbuka sebagai hampa dan tak berbentuk. Pada dasarnya, saran kritikus adalah bahwa para pelukis Indonesia harus belajar lebih banyak tentang keahlian dari seniman Belanda. Tapi apa mungkin pelukis Indonesia diperlukan dimasa depan, disamping kritik membangun adalah beberapa dorongan dan pengakuan potensi mereka. Dorongan ini dating selama pendudukan Jepang, yang terpenting dari seniman adalah menghasilkan karya yang menarik meskipun itu sulit. Seniman diberi kesempatan untukmeningkatkan pembangunan, khusunya melalui pengakuan resmi yang diberikan mereka, yaitu oleh pusat budaya yang memiliki divisi seni tersendiri bahwa jepang digunakan untuk tujuan propaganda. Sejumlah pelukis yang namanya dikenal saat ini segera berkumpul disana. Diantara meraka adalah Affandi, Sudjojono, Basuki Abdullah, Otto Djaja, Basuki Resobowo, dan beberapa pelukis muda, seperti Kusnadi, Nashar, Trubus, Zaini, Sjahri. Pihak berwenang Jepang, sebagai contoh, adalah merekrut romusha, buruh paksa yang dkirim untuk membangun jalan di bagian Burma dan lain dari Asia Tenggara dibawah kondisi yang tidak manusiawi: sejumlah besar dari meraka tewas. Jepang mengundang para seniman untuk menyerahkan

lukisan untuk pameran dimaksudkan untuk merangsang perekrutan. Kabarnya, kontribusi Affandi yaitu menggambarkan karangan kurus dilingkungan suram meskipun lukisannya tidak termasuk dalam acara itu. Namun, selama kependudukan Jepang, banyak pameran jepang diizinkandan diberikan hadiah untuk karya terbaik. Publisitas yang dihasilkan dan daya tarik penonton Indonesia besar untuk menstimulasi aktivitas artistik, dan banyak mahasiswa Indonesia yang sering mencurahkan perhatian pada studi seni. Jejak pengaruh tersebut saat ini dapat ditemukan hanya dalam karya Affandi dan beberapa oleh Hendra. Dalam kasus Affandi, teknik kuas jepang menghasilkan karya dengan kualitas yang luar biasa sebuah lukisan cat air yang disebut pemain siling Bali namun Affandi mengatakan bahwa ia sendiri tidak menyukai pekerjaan bahwa, pada kenyataannya, ia takut Affandi akhirnya memberikan pekerjaan ini ke temannya. Selama paruh kedua dari masa pendudukan, kebebasan lebih besar bagi pelukis diberikan oleh organisasi budaya yang terkenal sebagai putera (singkatan dari pusat Tenaga rakyat, menyala, pusat kekuatan rakyat atau energi) didirikan pada tahun 1943. Dipimpin oleh Sukarno, Hatta, pendidik Ki Hajar Dewantara, dan pemimpin agama kjahli haji Mansoer. Saat pameran ini diadakan di Jakarta 1943, dibawah seponsor Putera, sebanyak enam puluh pelukis berpartisipasi. One-men show juga diadakan, dan dengan demikian sejumlah pelukis modern menjadi terkenal selama masa peralihan pemerintah jepang. Kelompok erat terkait pada waktu itu, para pelukis kemudian memisahkan atau pergi dengan cara mereka sendiri. Sekelompok termasuk tidak hanya para pelukis yang lebih tua (Affandi, Hendra, Sudjojono) tetapi juga bakat-bakat muda (seperti Kartono Yudhokusumo, Mochtar Apin, dan Heng Ngantung). Selama pemdudukan jepang dorongan pertama yang diberikan oleh PERSAGI mulai dipercepat. Pada saat pecahnya revolusi pada bulan Agustus 1945, jumlah pelukis Indonesia itu mungkin menjadi tiga kali lipat dari sebelum perang dan mereka belum siap untuk menceburkan diri ke dalam aliran kegiatan revolusioner.

Setelah kemerdekaan
Untuk Indonesia , sejarah modern dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945, hari ketika, jepang menyerah, pemimpin mereka Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan dan mengibarkan bendera merah-putih. Upaya untuk membangun eksitensi damai tertib tidak dapat dimulai sebelum tahun 1950. Namun, Belanda berharap untuk membangun kembali administrasi siipil dan control atas Indonesia, meskipun proklamasi kemerdekaan sedah ucapkan. Meraka mendirikan sejumlah wayangnegara di daerah dan dibawah kendali mereka. Pergolakan yang disebabkan oleh perang kemerdekaan masih sangat segar dalam ingatan rakyat ditahun 50an. Apakah pejabat pemerintah terlambat atau politisi, guru, mahasiswa, pekerja kereta api, pedagang atau seniman, periode ini tinggal didalam keberadaan mereka, ketika hidup telah mencapai intensitas yang tinggi belum pernah terjadi sebelumnya dan hamper setiap pengalaman kontemporer dibawa oleh glombang revolusi, ia hidup melalui heroik. Seperti yang diriwayatkan oleh beberapa

seniman bahasa Indonesia, bagaimanapun, ekspolitasi masing-masing jarang muncul heroik. Saat memasuki episode sedih; terror, dicampur dengan keberanian besar atau bahkan ceroboh, saat-saat putus asa melalui periode berkepanjangan kemelaratan ekstrim dan bahaya, namun mereka diatasi dengan kehangatan persahabatan. Seniman mungkin telah grilyawan bersembunyi dipegunungan. Di Belanda-wilayah yang diduduki sebagian mempertaruhkan kehidupan mereka setiap hari, ketika dibawah penutup dan beberapa pekerja yang berbahaya mereka melakukan misi atas nama republic. Akhirnya Kartono Yudhokusumo, seorang anak ajaib yang mulai melukis pada usia enam, adalah seorang penjual arang di jogyakarta. Selama berjam-jam setiap hari dia bersepeda melalui kota dan hanya bias melukis di waktu senggang langka itu. Ketika belanda menduduki ibukota dalam Desember, 1948, setelah serangan parasut mereka, pasukan militer mereka menerapkan control ketat terhadap kegiatan masyarakat Indonesia. Kartono pernah dihentikan oleh patrol dan dibawa ke pos militer sebagai penyelundup yang dicurigai. Kartono memutuskan saya harus membuat mereka tertawa, sekali mereka tertawa, saya diselamatkan, dan begitu ia bermain bodoh, Belanda menemukan sambutannya dan kenaifannya yang luar biasa lucu dan membiarkan dia pergi. Meskipun pergolakan pada hari-hari rovolusi, pelukis telah menemukan waktu untuk mengatur asosiasi. Di Jogjakarta dengan Pusat Tenaga pelukis Indonesia didirikan dibawah kepemimpinan Djajengasmoro. Sudjojono mengumpulkan sekelompok pelukis bersama-sama pada tahun 1946 di medium, dimana mereka membentuk Seniman Indonesia Muda atau SIM yang kemudian dipindahkan untuk memproduksi poster anti belanda dan revolusioner yang mereka sering distribusikan dibelakang garis musuh. Sebuah organisasi yang sama, Seni Rupa Masyarakat telah didirikan di yogjakarta oleh Affandi dan seniman lainnya, dan itu digabung dengan SIM. Kemudian pada tahun 1947, Affandi dan SUdjojono berpisah sekali lagi, saat Affandi bergabung dengan Hendra dalam mendirikan rakyat pelukis di Jogjakarta, sebuah asosiasi yang dibawah kepemimpinan Hendra tetap salah satu kelompok seni yang paling aktif di Indonesia sampai 1957.

Seni dan Negara


Dari awal para pemimpin Republik Indonesia membayangkan Negara sebagai memainkan peran aktif dalam pengembangan seni. Konstitusi sementara secara eksplisit menyatakan bahwa pemerintah harus melindungi kebebasan budaya, seni, dan ilmiah dan bahwa menegakkan prinsip ini, pemerintah harus memajukan pembangunan nasional budaya dan seni dan ilmu dimanapun mereka mampu melakukannya. Langkah-langkah signifikan yang pertama menuju kelanjutan dari seni dasar dalam januari, 1950 dari akademi bahasa Indonesia untuk seni plastic di Jogjakarta, sering disebut sebagai ASRI (singkatan dari akademi seni rupa Indonesia). Suatu organisasi, dipimpin oleh pelukis djajenggasmoro, para pelukis Indonesia Pusat Tenaga, menjalankan inisiatif yang kuat dan dengan dukungan dari pemerintah nasional, akademi itu ditempatkan ditempat darurat, yaitu di sebuah rumah tua yang besar dengan sebuah pengadilan dalam. Belanda belakang dan galeri terbuka menjadi ruang kelas ramai untuk lukisan

patung. Delapan tahun berlalu sebelum ASRI mengakuisisi gedung yang dibangun terutama untuk tujuan sendiri. Dari lima divisi akademi patung-lukisan, kerajinan, seni grafis dan seni kursus bahasa pelatihan guru. Divisi lukisan dan pendidikan seni adalah yang paling banyak terdaftar dari awal masuk, semua siswi diminta untuk telah menyelesaikan SMA. Kemampuan guru ASRIdi berbagai devisi tidak merata. Pada tahun 1956, hanya 2 daru 16 pengajar leguler dan 35 telah berkunjung menerima pelatihan akademis. Di divisi kerajinan ASRI,di mana logam,kulit ukiran kayu lainnya diterapkan. Direktur pertama ASRI yaitu,R.J.Katamsi,tahun 1950 departemen seni arsitektur didirikan di bandung,tahun1957 kedua sekolah menemukan berbagai macam konsep dalam karya karyanya. Pada tahun 1956 pemerintah memberi subsidi kepada beberapa siswa seni dan mahasiswa. Tugas tugas pemerintah yaitu;meneliti peninggalan kesenian di masa lampau,adanya bagian bagian kesenian,dan menemukan bentuk kesenian baru sesuai dengan masyarakat indonesia. Subsidi pemerintah untuk keperluan kesenian,melalui jawatan kebudayaan,berkontribusi dalam jumlah yang tidak sedikit dalam bidang kesenian,subsidi finansial dari pemerintah ini meringankan penderitaan beberapa anggota aristokrat yang jatuh miskin. Pemerintah indonesia juga menawarkan kekerabatan pertukaran kesenian internasional dan menyetujui kekerabatan yang ditawarkan pemerintah asing dengan buktinyapada tahun 1954 sampai 1956 sekitar 30 seniman belajardan bekerja di luar negri,seperti india,italia,belanda,prancis,amerika serikat,dan jepang. Akhirnya,presiden Soekarno memberi stimulus kuat pada senimanseniman indonesia. Kurator dari koleksitersebut pada tahun 1956 adalah pelukis bernama dullah,Dullah yang memilih 206 lukisan dari koleksi pribadi Soekarno,dan ahli cina membuatnya kedalam bentuk monograf de lux dua volume yang besar untuk presiden soekarno sebagai hadiah kunjungan,proyek proyek arsitektur yang menggagumkan pun datang dari istana kepresidenan. Rencana kompetesi desain untuk Monas di lapangan merdeka Jakarta pada tahun 1955 oleh sebuah komite pimpinan presiden dengan spesifikasi tingginya mencapai 64meter,penjumlahan dari (19+45).kontruksi pun mulai dari 1961 hingga 1967.(selesai) Seni pertunjukan lebih lanjut padaa atahun 50an di kembangkan oleh dewan pariwisata yang diketuai oleh Sultan Yogyakarta.mempromosikan kontruksi amphittheater gerbuka dekat candi prambanan,setelah 1959,konsep identitas nasional telah menjadi salah satu dari lima prinsip negara.kebijakan umum pemerintah untuk mendorong penciptaan seni indonesia dari unsur unsur seni lokal

CHAPTER 9: PERDEBATAN BESAR


Bagaimanakah kebudayaan Indonesia selanjutanya? Penulis,penyair,orang orang terdidik,pendidik,dan politisi berpatisipasi dalam apa yang disebut Poliemik Kebudayaan yang muncul dalam cetakan pada tahun 1935 oleh Achdiat K. Mihardja,ed.,polemik kebudayaan(Jakarta,1950). Masalah masalah yang dibahas tidaklah jelas: 1. Latar belakang dari perbedaan kebudayaan internal indonesia 2. Barat sendiri bertumbuh dalam kondisi kompleks dan berbeda arah karene efek dari Perang dingin 3. Islam yang menjadi keyakinan sebagian besar rakyat indonesia,dipengaruhi gerakan reformis. Debat tahun 30an(1935-1939),takdir alisjabana menyampaikan kebutuhan unutuk mengubah masyarakat indonesia yang statis menjadi dinamis dengan mengadopsi teknik dan pembawaan barat, dan sekarang waktunya telah tiba,katanya,untuk mengarahkan diri kita ke barat Menjawab pendapattersebut,Sanusi Pane berpendapat,tidak mungkin membuat sejarah baru mendadak,karena masa kini berdasar dan dibuat dari masa lalu. Budaya eropa berkembang atas materialism,intelektualisme,dan individualisme. Alisjabana menjawab ketidaksetujuan Pane, Ia mengeluhkan kita belum mengembangkan betul kebiasaan mengenai polemik dimana dapat mendorong kepada akar dari permasalahan ini.khusus bagi kesenian ia berpendapat pada bidang kesenian,kesempatan bersksperimen sangat luas. Ada banyak keahlian,gaya,dan materi yangditinggalkan kebudayaan tua dapat diolah menjadi bermanfaat di masa baru. Terutama tentang kesenian pemahat perupa bali,tari bali dan jawa,warna terang dari toraja,kriya batik,wayang,dsb. Jika kesenian dan kerajinan tradisional dapat diajarkan di sekolah bersama ilmu sains dan nilai dan mepikiran yang dikembangkan budaya modern,maka ada harapan 2 elemen budaya akan menghasilkan pelajar yang bertalenta dan berbakat yang merupakan sintetisdari tren artistis pada masanya dengan rasa Indonesia. Kesenian modern berkembang di kota kotajawa,terutama Jakarta,bandung,dan Yogyakarta

Jogjakarta
Kota jogjakarta dipenuhi dengan nasionalisme.warga jogja merasa mereka ahli waris dari masa lalu mulia yang tradisinya masih bertahan ditengah tengah mereka.Seniman jogja mengatakan Gambar adalah suatu bendaMenurut sejarah,jogja merupakan kota kerajaan dan pusat perdagangan yang ramai. Ibukota wilayah atau daerah istimewa kesultanan jogjakarta,dengan penguasa otonomnya yang sekarang H.H Hamengkubuwono IX. Universitas pertama yang dibangun di indonesia berada di jogjakarta,Universitas Gadjah Madapada tahun 1946. Di dalam kota kira kira berpenduduk 270000 dan sekitar 8000 mahasiswa,74 organisasi yang terdaftar resmi.tarian dan musik 17dan16 asosiasi masing masing,dan 12grup dikhususukan menjadi drama

Nama pelukis terkemuka di indonesia tahun 1955-1957,sudjojono,Affandi,dan hendra. Ketiganya tinggal di jogja,Sudjojono memimpin seniman muda dari indonesia,SIM,dan hendra merupakan ketua dari para pelukis rakyat. Affandi,pelukis yang dinamis terutama berkaitan dengan seni sendiri. Asosiasi seni yang dipimpin oleh sudjojono di Madiun,1946 SIM ,namun pada tahun 1947 beberapa pelukis terkenal maupun Hendra meninggalkan SIM membentuk pelukis rakyat.

Hendra,Hendra tidak dogmatis,kasih sayang dan kelembutas,arah dan antara perempuan dan anak anak khususnya,merupakan tema utama dalam kehidupan hendra sama seperti seninya. Dalam lukisan sekaten warna yang mendalam dan kuat,menempatkan mereka(wanita) dalam dunia hijau biru yang halus.

Sekaten-Hendra gunawan

three girls relaxing by the beach-Hendra Gunawan

Delousing-Hendra gunawan Pelukis muda yang ikut berpatisipasi dalam pameran pelukis rakyat tahun1955di jakarta,Batara Lubis,djoni Trisno,alibasjah,dan Tarmizi,Suromo

Ketoprak-Suromo 1950

Oxcarts,Jogja-Batara Lubis 1956

My mother-Affandi 1941

Mother sleeping-Affandi

Balinese Fishing boats-Affandi

10

Bandung
Bandung sangat berbeda sekali dengan jogjakarta. Sekolah seni bandung didirikan oleh Belanda. Sekolah tersebut awalnya sebagai sekolah pelatihan untuk guru guru gambar dan tidak untuk seniman kreatif. Sekolah seni bandung seni Rupa atau plastic arttidak dinaungi oleh asosiasi seni. Selain St.Lucas Guild dari belanda sejak 1948. Perbedaan perbedaan antara pelukis jogja dengan bandung dalam memilih tema,di bandung,pemandangan yang diambil dari kehidupan rakyatmencolok tanpa hadirnya mereka. Mereka menegaskan bahwa gambar itu adalah hal itu

A Girl Named ira-Srihari Sudarsono 1955

Dance II-Srihadi Sudarsono

Srihadi menghabiskan satu setengah tahun di fine art departement universitas Ohio,gelar M.A. pada tahun 1962,pergi ke luar negri tidak hanya mempelajari keterampilan asing,tetapi memperoleh suatu pandangan,mendapatkan wawasan baru,dan kembali mengevaluasi komitmen diri.

Orchids-Kartono Yudhokusumo 1955

Fantasy land-Kartono yudhokusumo

11

Pemandangan yang diciptakan Kartono meriah,pada usia 13 tahun ia sudah melukis,didukung oleh ayahnya yang guru kesenian,ia terus melukis,kartono dilatih juga oleh guru berkebangsaan belanda dan jepang. Ia mengagumi pelukis,Subidio,yang salah satu karyanya menarikbagikartono,yaitu Panoramamemiliki kesan dunia yang dieksplorasikan.

Panorama-S.Subidio

Djakarta
Sebagai kota metropolitan,jakarta merupakan tempat pemasaran terbaik,ibukota negara ini merupakan pusat sastra,rumah industri film,penghubung akademi teater,banyak sekali kritikus seni yang berpengetahuan. Organisasi organisasi seni di jakarta ada BKMN atau LEKRA. BKMN pada tahun 1952,dari pemerintah,LEKRA tahun 1950 berorientasi komunis. Kedua organisasi ini memberikan dukungan misalnya sebuah kongres budaya tahunan yang diselenggarakan oleh BKMN,LEKRA juga memberikan dukungan aktif untuk segala sesuatu yang baru dan progresif.

12

Inspiration-S.Sudibio,1954 Portrait of Mrs.A.K.Gani-Basuki abdullah

Sate vendor-lee man fong

Keramik ikan- Henk Ngantung

Timbul rasa penasaran ketika melihat penjual keliling masakan indonesia melalui pandangan Lee Man Fong dalam lukisannya sate vendor mempertemukan dua dunia menjadi satu. Subjeknya adalah Indonesia. Suasana cina yang adadi belakang penjual menambah kesan,lalu diperdalam oleh ranting yang bergerigi dengan daun diatas penjual yang menggemakan tulisan kaligrafi cina di sebelah kiri,kualitas dari keseluruhan komposisi adalah satu kesederhanaan yang lembut.

13

Family outing-Otto Djaja,1956 KESIMPULAN Efek dari perang,revolusi,dan pencapaian kemerdekaan pada seni visual,adanya kesamaan di negara asia tenggara dengan indonesia-hindu-budha. Perubahan perubahan seni di indonesia berbeda beda,perbedaan yang mencolok antara jogja,bandung,dan jakarta. Di jakarta lebih condong ke modern,sementara di jogja condong ke klasik kuno. Negara indonesia memiliki Seni yang beragam,semestinya indonesia lebih mempromosikan persatuan,seni indonesiasemakin zaman akan semakin berubah,dan semestinya berubah menjadi yang lebih baik.

14

OLEH:ELIZA STEPHANIE S. 1206204443

Anda mungkin juga menyukai