Anggota kelompok :
Cindy Kurniawan 625180117
Sukma Miranda 625180135
Christantio Hartanto 625180143
Elya Mulyadi 625180148
Shierly 625180150
HINDIA MOLEK
PENDAHULUAN
• Pada mulanya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul reproduksi sebelas lukisan pemandangan cat air Du Chattel yang diterbitkan dalam bentuk
portfolio di Amsterdam tahun 1930. Namun demikian istilah itu menjadi popular di Hindia Belanda semenjak S. Sudjojono memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis
pemandangan dalam tulisannya pada tahun 1939. Dia mengatakan bahwa lukisan-lukisan pemandangan yang serba bagus, serba enak, romantis bagai di surga, tenang
dan damai, tidak lain hanya mengandung satu arti: Mooi Indie (Hindia Belanda yang Indah).
• Berawal dari para pelukis yang karena kelahiran dan tempat tinggalnya di Indonesia (Hindia Belanda) menjadi para pelukis Indo Belanda atau biasa disebut Indische
Schilderer, serta ditambah para pelukis asing yang datang dari berbagai negara Eropa. Sehingga ada proses asimilasi dan alkulturasi yang kental yang mempengaruhi
corak mooi indie.
• Lukisan-Iukisan Mooi Indie dapat dikenali dari penampilan fisiknya. Bentuk atau subyek maternya adalah pemandangan alam yang dihiasi gunung, sawah, pohon penuh
bunga, pantai atau telaga. Selain itu kecantikan dan eksotisme wanita-wanita pribumi, baik dalam pose keseharian, sebagai penari, atau pun dalam keadaan setengah
busana. Laki-Iaki pribumi juga sering muncul sebagai obyek lukisan, biasanya sebagai orang desa, penari atau bangsawan yang direkam dalam setting suasana Hindia
Belanda.
• Menurut M. Agoes Burhan, wama yang dipakai untuk mengungkapkan obyek-obyek itu kebanyakan cerah dan mengejar cahaya yang menyala. Karakter garisnya lembut
sebagaimana lukisan Du Chattel, sampai lincah dan spontan seperti Isaac Israel, tetapi tidak ada yang sampai liar sebagaimana goresan orang-orang ekspresionis.
Mereka menempatkan obyek-obyek dalam komposisi yang formal, seimbang, sehingga menghasilkan suasana tenang. Konsekuensinya, komposisi yang mengarah pada
struktur diagonal atau bloking objek-objek dari sudut kanvas untuk menimbulkan suasana tegang dan dramatis jarang dipakai. Ciri-ciri fisik yang demikian itu merupakan
manifestasi dari ide pelukisnya yang ingin merealisasikan impian untuk melihat negeri Timur, yang bagi pelukis-pelukis Belanda merupakan dunia dongeng sejak masa
kanak-kanak mereka. Terdapat empat kelompok pelukis dari aliran Indie Mooi ini yang mulai berkembang pada awal abad ke-20 ini, yaitu:
• Orang asing yang datang dari luar negeri yang jatuh cinta pada keindahan negeri ini dan menemukan obyekobyek yang cocok di tanah Hindia. Misalnya F.J. du Chattel,
Manus Bauer, Nieuwkamp, Isaac Israel, PAJ Moojen, Carel Dake, Romualdo Locatelli (Itali), dll.
• Orang-orang Belanda kelahiran Hindia Belanda, misalnya Henry van Velthuijzen, Charles Sayers, Ernest Dezen~e, Leonard Eland, Jan Frank, dll
• Orang pribumi yang berbakat melukis dan mendapat ketrampilan dari dua kelompok di atas, misalnya Raden Saleh, Mas Pirngadi, Abdullah Surisubroto, Wakidi, Basuki
Abdullah, Mas Soeryo Soebanto, Henk Ngantunk
• Orang-orang Cina yang mulai muncul pada dasawarsa ketiga abad 20, khususnya Lee Man Fong, Oei Tiang Oen dan Biau Tik Kwie. Pada umurnnya, dalam melakukan
publikasi karya-karyanya mereka mengadakan pameran selama di Jakarta bertempat di Bataviasche Kuntkringgebouw, Theosofie Vereeniging, Kunstzaal Kolff & Co, Hotel
Des Indes, dll.
• Yang dapat disimpulkan ada 5 penggerak aliran lukis dimasa ini, yakni: A. A. J Payen (1792-1853), Raden Saleh (1807-1880), Abdullah Suryobroto (1878-1941), Wakidi
(1888-1979), dan Mas Pirngadi (1875-1936)
HINDIA MOLEK
TOKOH PENTING MOOI INDIE
• A. A. J. PAYEN (Belgia 1792-1853)
Antoine A.J PAYEN ialah penggerak utama atau penghubung antara koonial Belanda pada masa itu dengan Indonesia. Payen sebutannya ialah pribumi yang dipercayai
colonial Belanda saat itu untuk bekerja pada “Badan Penyelidik Pengetahuan dan Kesenian” yang dikepalai oleh C.G.C. Reinwardt. Saat itu payen bekerja bersama Bik
bersaudara (Theodorus Bik dan Adrianus Bik) dengan tugas resmi melukis alam, kota, pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan fauna untuk kepentingan Natural Sciences
Commission pada badan yang dipimpin Reinwardt tersebut.
Pertemuan pertamanya dengan muridnya Raden Saleh di tempat tersebut mengembangkan minat gambar pribumi, secara khusus Raden Saleh. Bersama Bik
bersaudara dia mengajari Raden Saleh menggambar.
Setelah Inggris “menyerahkan” kembali Indonesia kepada Belanda ditahun 1816, pemerintahan jajahan yang baru dari Nederland tidak saja membawa penguasa-
penguasa kolonial, tetapi juga beberapa guru besar atau professor yang diantaranya adalah Reinwardt yang dikuasakan untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan tentang
“Pengetahuan dan Kesenian”, selain itu juga para pelukis yang diantaranya adalah Payen sendiri yang menjadi pelukis pada “Badan Penyelidik Pengetahuan dan Kesenian”
tersebut. Para pelukis ini ditugaskan melukis alam dan pemandangan di Indonesia.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden
Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling
Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.
Ketertarikannya pada keindahan alam Indonesia Muncul seketika saat menjalani tugas tersebut, jadi beliau merasa bahwa tugas yang dia bebani ini juga sebagai
pengetahuan yang pada akhirnya akan menjadi identitas estetika Indonesia (hindia-belanda pada masa itu) pada beberapa masa. Beberapa sumber mempercayai bahwa
Payen ialah pengaruh besar pada perkembangan keseni rupaan Raden Saleh yang juga menurunkan paham mooi indie pada kapasitas yang tidak lama.
HINDIA MOLEK
TOKOH PENTING MOOI INDIE
• RADEN SALEH (Semarang 1807-1880)
Info yang saya dapatkan memang tidak merujuk bahwa Raden Saleh ialah seniman mooi indie secara utuh. Namun tak dapat dipungkiri Beliau adalah salah satu
pengauh Mooi Indie/seni rupa modern Indonesia. Berawal dari ketertarikannya menggambar yang dibimbing oleh Payen membuat citra mooi indie harus dia terima walaupun
studinya keluar negri mengubah penggayaan dan estetika-nya.
Raden Saleh Sjarif Boestaman (Semarang, 1807 – Buitenzorg (sekarang Bogor), 23 April 1880) tercatat sebagai salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia.
Kiprahnya di dunia Seni Rupa berawal Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran
menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt,
pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di
departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa
untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden
Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling
Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van
der Capellen yang memerintah waktu itu (1819–1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke
Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke
Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini
menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
Seperti yang dibahas sebelumnya payen diberi kesempatan untuk bersekolah diluar negri dan oleh karena itu seleah berpulangnya dari studinya tersebut Raden Saleh
membawa paham-paham estetika barat yang berkembang pada masa itu. Yakni Romantisme
Sepulangnya dari studi panjangnya Tak banyak catatan seni yang dia gores. Ia dipercaya menjadi konservator pada “Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni”.
Beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya.
Karya yang paling menunjukan “kemolekannya” salah satunya ialah “Javanese Landscape, with Tigers Listening to the Sound of a Traveling Group”
HINDIA MOLEK
TOKOH PENTING MOOI INDIE
• ABDULLAH SURYOBROTO (1878-1941)
Tidak terlalu banyak info yang menerangjan Abdullah Suryobroto selain beliau ialah ayah kandung dari seniman flamboyant Raden Basoeki Abdullah, bersama
rekannya wakidi dan pringadie beliau mencetus mooi indie secara utuh.
Pelukis R Abdullah Suriosubroto adalah putera Dr Wahidin Sudirohusodo, perintis pergerakan nasional ”Budi Utomo”. Tetapi berlainan dengan ayahnya, Abdullah sama
sekali tidak tertarik dengan dunia pergerakan, dia mengambil jalan hidup berbeda. Dia berkesempatan belajar di negeri Belanda mengikuti tujuan ayahnya supaya Abdullah
menempuh studi kedokteran, tetapi sesuai kenyataannya Abdullah malah belajar seni lukis di Den Haag.
Sebenarnya yang saya tangkap dari penggayaan luis Abdullah hamper sama dengan ajaran payen kepada Raden Saleh. Yakni menggambarkan nuansa romantisme gaya
Eropa yang dituangkan versi keindahan Indonesia, dimana alam mendominasi. Berbeda kembangannya dengan putranya Basuki Abdullah yang mengembangkan mooi indie
lebih ditekankan kepada keindahan wanita.
• "Penangkapan Diponegoro
I" by Raden Saleh,
Medium: Oil on canvas,
Size: 77cm x 110cm, Year:
1830
Raden Saleh
Karya
• "Penangkapan Diponegoro
II" by Raden Saleh,
Medium: Oil on canvas,
Size: 112cm x 178cm,
Year: 1857
Raden Saleh
Karya
• "Ship in Storm I" by Raden
saleh, Year: 1811 - 1880
Raden Saleh
Karya