Anda di halaman 1dari 38

Raden Saleh

Pahlawan Nasional Indonesia

Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807[1][2]


atau 1811[3] - 23 April 1880) adalah
pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa
yang mempionirkan seni modern
Indonesia (saat itu Hindia Belanda).
Lukisannya merupakan perpaduan
Romantisisme yang sedang populer di
Eropa saat itu dengan elemen-elemen
yang menunjukkan latar belakang Jawa
sang pelukis.
Raden Saleh

"Potret Raden Saleh Syarif Bustaman", oleh


Carl Johann Baehr, sekitar 1840

Lahir Saleh Sjarif


Boestaman
1807[1][2] atau 1811[3]
Semarang, Hindia
Belanda

Meninggal 23 April 1880


Buitenzorg, Hindia
Belanda
Tempat Bogor, Jawa Barat,
peristirahatan Indonesia

Pekerjaan Pelukis

Tahun aktif 1829 - 1880

Suami/istri Raden Ayu


Danudirdja

Orang tua Sayyid Husen bin


Alwi bin Awal bin
Yahya
Mas Adjeng Zarip
Husen

Masa kecil
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah
keluarga Jawa ningrat. Dia adalah cucu
dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari
sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid
Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja,
seorang keturunan Arab.[4] Ibunya
bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen,
tinggal di daerah Terboyo, dekat
Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia
diserahkan pamannya, Bupati Semarang,
kepada orang-orang Belanda atasannya
di Batavia. Kegemaran menggambar
mulai menonjol sewaktu bersekolah di
sekolah rakyat (Volks-School).

Keramahannya bergaul memudahkannya


masuk ke lingkungan orang Belanda dan
lembaga-lembaga elite Hindia Belanda.
Seorang kenalannya, Prof. Caspar
Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor
sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian,
dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan
pulau sekitarnya, menilainya pantas
mendapat ikatan dinas di
departemennya. Kebetulan di instansi itu
ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J.
Payen yang didatangkan dari Belanda
untuk membuat lukisan pemandangan di
Pulau Jawa untuk hiasan kantor
Departemen van Kolonieen di Belanda.
Payen tertarik pada bakat Raden Saleh
dan berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen memang tidak menonjol di


kalangan ahli seni lukis di Belanda, tetapi
mantan mahaguru Akademi Senirupa di
Doornik, Belanda, ini cukup membantu
Raden Saleh mendalami seni lukis Barat
dan belajar teknik pembuatannya,
misalnya melukis dengan cat minyak.
Payen juga mengajak pemuda Saleh
dalam perjalanan dinas keliling Jawa
mencari model pemandangan untuk
lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh
menggambar tipe-tipe orang Indonesia di
daerah yang disinggahi.

Terkesan dengan bakat luar biasa anak


didiknya, Payen mengusulkan agar Raden
Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini
didukung oleh Gubernur Jenderal
G.A.G.Ph. van der Capellen yang
memerintah waktu itu (1819-1826),
setelah ia melihat karya Raden Saleh.

Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan


patahnya perlawanan Pangeran
Diponegoro oleh Jenderal Hendrik
Merkus de Kock, Capellen membiayai
Saleh belajar ke Belanda. Namun,
keberangkatannya itu menyandang misi
lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi
Belanda untuk Departemen van Kolonieen
tertulis, selama perjalanan ke Belanda
Raden Saleh bertugas mengajari
Inspektur Keuangan Belanda de Linge
tentang adat-istiadat dan kebiasaan
orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa
Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain
Raden Saleh.

Belajar ke Eropa
Foto studio Raden Saleh di Batavia, 1872.

Foto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di


Batavia (sekitar tahun 1860-1872).
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai
untuk memperdalam bahasa Belanda
dan belajar teknik mencetak
menggunakan batu. Sedangkan soal
melukis, selama lima tahun pertama, ia
belajar melukis potret dari Cornelis
Kruseman dan tema pemandangan dari
Andries Schelfhout karena karya mereka
memenuhi selera dan mutu rasa seni
orang Belanda saat itu. Krusseman
adalah pelukis istana yang kerap
menerima pesanan pemerintah Belanda
dan keluarga kerajaan.

Raden Saleh makin mantap memilih seni


lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal,
malah berkesempatan berpameran di
Den Haag dan Amsterdam. Melihat
lukisan Raden Saleh, masyarakat
Belanda terperangah. Mereka tidak
menyangka seorang pelukis muda dari
Hindia dapat menguasai teknik dan
menangkap watak seni lukis Barat.

Saat masa belajar di Belanda usai, Raden


Saleh mengajukan permohonan agar
boleh tinggal lebih lama untuk belajar
"wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu
pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain
melukis. Dalam perundingan antara
Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-
1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia
boleh menangguhkan kepulangan ke
Indonesia. Tapi beasiswa dari kas
pemerintah Belanda dihentikan.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-


1849) ia mendapat dukungan serupa.
Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke
luar negeri untuk menambah ilmu,
misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia
tinggal selama lima tahun dengan status
tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan
diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia
kembali ke Belanda tahun 1844.
Selanjutnya ia menjadi pelukis istana
kerajaan Belanda.

Wawasan seninya pun makin


berkembang seiring kekaguman pada
karya tokoh romantisme Ferdinand Victor
Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis
Prancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia
pelukisan hewan yang dipertemukan
dengan sifat agresif manusia. Mulailah
pengembaraannya ke banyak tempat,
untuk menghayati unsur-unsur dramatika
yang ia cari.

Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata


revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau
tak mau memengaruhi dirinya. Dari
Prancis ia bersama pelukis Prancis
kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair
untuk tinggal selama beberapa bulan
pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir
ilham untuk melukis kehidupan satwa di
padang pasir. Pengamatannya itu
membuahkan sejumlah lukisan
perkelahian satwa buas dalam bentuk
pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia
kunjungi: Austria dan Italia.
Pengembaraan di Eropa berakhir tahun
1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama
istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.

Kembali ke Hindia Belanda

Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885


(sekarang menjadi bagian dari Rumah Sakit PGI
Cikini)
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada
1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa.
Dia bekerja sebagai konservator lukisan
pemerintahan kolonial dan mengerjakan
sejumlah portret untuk keluarga kerajaan
Jawa, sambil terus melukis
pemandangan. Namun dari itu, ia
mengeluhkan akan ketidaknyamanannya
di Jawa. "Disini orang hanya bicara
tentang gula dan kopi, kopi dan gula"
ujarnya di sebuah surat.

Saleh membangun sebuah rumah di


sekitar Cikini yang didasarkan istana
Callenberg, dimana ia pernah tinggal saat
berada di Jerman. Dengan taman yang
luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk
kebun binatang dan taman umum pada
1862, yang tutup saat peralihan abad.
Pada 1960, Taman Ismail Marzuki
dibangun di bekas taman tersebut, dan
rumahnya sampai sekarang masih berdiri
sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.

Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis


keluarga ningrat keturunan Kraton
Yogyakarta bernama Raden Ayu
Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia
menyewa sebuah rumah dekat Kebun
Raya Bogor yang berpemandangan
Gunung Salak. Di kemudian hari, Saleh
membawa istrinya berjalan-jalan ke
Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti
Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia.
Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris,
sakitnya masih tidak diketahui hingga
sekarang, dan keduanya pun pulang ke
Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada
31 Juli 1880, setelah kematian Saleh
sendiri 3 bulan sebelumnya.

Kematian
Pada Jum'at pagi 23 April 1880, Saleh
tiba-tiba jatuh sakit. dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa aliran
darahnya terhambat karena
pengendapan yang terjadi dekat
jatungnya. Ia dikuburkan dua hari
kemudian di Kampung Empang, Bogor.
Seperti yang dilaporkan koran Javanese
Bode, pemakaman Raden "dihadiri
sejumlah tuan tanah dan pegawai
Belanda, serta sejumlah murid penasaran
dari sekolah terdekat."

Lukisan
Tokoh romantisme Delacroix dinilai
memengaruhi karya-karya berikut Raden
Saleh yang jelas menampilkan keyakinan
romantismenya. Saat romantisme
berkembang di Eropa di awal abad 19,
Raden Saleh tinggal dan berkarya di
Prancis (1844 - 1851).

Ciri romantisme muncul dalam lukisan-


lukisan Raden Saleh yang mengandung
paradoks. Gambaran keagungan
sekaligus kekejaman, cerminan harapan
(religiusitas) sekaligus ketidakpastian
takdir (dalam realitas). Ekspresi yang
dirintis pelukis Prancis Gerricault (1791-
1824) dan Delacroix ini diungkapkan
dalam suasana dramatis yang
mencekam, lukisan kecoklatan yang
membuang warna abu-abu, dan
ketegangan kritis antara hidup dan mati.

Lukisan-lukisannya yang dengan jelas


menampilkan ekspresi ini adalah bukti
Raden Saleh seorang romantisis. Konon,
melalui karyanya ia menyindir nafsu
manusia yang terus mengusik makhluk
lain. Misalnya dengan berburu singa,
rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan
tak hanya menyerap pendidikan Barat
tetapi juga mencernanya untuk menyikapi
realitas

di hadapannya. Kesan kuat lainnya


adalah Raden Saleh percaya pada
idealisme kebebasan dan kemerdekaan,
maka ia menentang penindasan.

Penangkapan Diponegoro …

"Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden


Saleh (1857).
"Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas
Pieneman (1835).

Raden Saleh terutama dikenang karena


lukisan historisnya, Penangkapan
Pangeran Diponegoro,[5] yang
menggambarkan peristiwa
pengkhianatan pihak Belanda kepada
Pangeran Diponegoro yang mengakhiri
Perang Jawa pada 1830. Sang Pangeran
dibujuk untuk hadir di Magelang untuk
membicarakan kemungkinan gencatan
senjata, tetapi pihak Belanda tidak
memenuhi jaminan keselamatannya, dan
Diponegoro pun ditangkap.

Pada waktu Saleh, peristiwa tersebut


telah dilukis oleh pelukis Belanda
Nicolaas Pieneman dan dikomisikan oleh
Jenderal de Kock. Diduga Saleh melihat
lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal
di Eropa. Seakan tidak setuju dengan
gambaran Pieneman, Raden memberikan
sejumlah perubahan signifikan pada
lukisan versinya; Pieneman
menggambarkan peristiwa tersebut dari
sebelah kanan, Saleh dari kiri. Sementara
Pieneman menggambarkan Diponegoro
dengan wajah lesu dan pasrah, Saleh
menggambarkan Diponegoro dengan raut
tegas dan menahan amarah. Pieneman
memberi judul lukisannya Penyerahan Diri
Diponegoro, Saleh memberi judul
Penangkapan Diponegoro. Diketahui
bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh
Belanda di lukisannya dengan kepala
yang sedikit terlalu besar agar tampak
lebih mengerikan.[5]

Perubahan-perubahan ini dipandang


sebagai rasa nasionalisme pada diri
Saleh akan tanah kelahirannya di Jawa.
Hal ini juga dapat terlihat pada busana
pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri
tidak pernah ke Hindia Belanda, dan
karena itu ia menggambarkan pengikut
Diponegoro seperti orang Arab.[5]
Gambaran Saleh cenderung lebih akurat,
dengan kain batik dan blangkon yang
terlihat pada beberapa figur. Saleh juga
menambahkan detail menarik, ia tidak
melukiskan senjata apapun pada
pengikut Diponegoro, bahkan keris
Diponegoro pun tidak ada. Ini
menunjukkan bahwa peristiwa tersebut
terjadi pada bulan Ramadhan, karena itu
Pangeran dan pengikutnya datang
dengan niat baik.

Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh


mempersembahkan lukisannya kepada
Raja Willem III di Den Haag. Penangkapan
Pangeran Diponegoro baru pulang ke
Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan
tersebut merupakan perwujudan janji
kebudayaan antara Indonesia-Belanda
pada 1969, tentang kategori
pengembalian kebudayaan milik
Indonesia yang diambil, dipinjam, dan
dipindahtangan ke Belanda pada masa
lampau. Namun dari itu, lukisan
Penangkapan tidak termasuk ketiga
kategori tersebut, karena sejak awal
Saleh memberikannya kepada Raja
Belanda dan tidak pernah dimiliki
Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya
diberikan sebagai hadiah dari Istana
Kerajaan Belanda dan sekarang dipajang
di Istana Negara, Jakarta.[5]
Peringatan dan
penghargaan
Selama hidupnya, banyak pejabat dan
bangsawan Eropa yang mengagumi
Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh
tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen
Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria,
dan sejumlah gubernur jenderal seperti
Johannes van den Bosch, Jean Chrétien
Baud, dan Herman Willem Daendels. Tak
sedikit pula yang menganugerahinya
tanda penghargaan, di antaranya
terdapat bintang Ridder der Orde van de
Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de
ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.),
Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan
Ridder van de Witte Valk (R.W.V.).

Pada tahun 1883, diadakan pameran


lukisan Raden Saleh di Amsterdam untuk
memperingati tiga tahun wafatnya Saleh,
atas prakarsa Raja Willem III dan Ernst
dari Sachsen-Coburg-Gotha. Di antaranya
terdapat lukisan Hutan Terbakar, Berburu
Kerbau di Jawa, dan Penangkapan
Pangeran Diponegoro

Sedangkan penghargaan dari pemerintah


Indonesia diberikan pada tahun 1969
lewat Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan secara anumerta, berupa
Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis
Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian
lain adalah, pembangunan ulang
makamnya di Bogor yang dilakukan oleh
Ir. Silaban atas perintah Presiden
Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai
untuk ilustrasi benda berharga negara,
misalnya akhir tahun 1967, PTT
mengeluarkan prangko seri Raden Saleh
dengan reproduksi dua lukisannya.

Pada tahun 2008, sebuah kawah di


planet Merkurius dinamai darinya.[6][7]

Galeri karya
Potret Herman Willem Daendels, 1838

Potret Van den Bosch, 1836,


Rijksmuseum, Amsterdam
Potret Jean Chrétien Baud, 1835

Pemandangan Jawa, dengan Harimau


yang Mendengarkan Suara Pengembara,
1849
Enam Pengendara Kuda Mengejar Rusa,
1860

Perburuan Rusa, 1846, Mesdag Museum,


The Hague
Sebuah Banjir di Jawa, 1865-1875

Stasiun Pos Jawa, 1876


Pemandangan Musim Dingin, 1830

Sketsa cat air harimau


Sketsa cat air harimau berjalan

Kapal Dilanda Badai, 1837


"Forest and Native House" dilukis sekitar
tahun 1860 dan tersimpan di Smithsonian
American Art Museum, Amerika Serikat

Referensi
1. ^ a b Raden Saleh: The Romantic
Aristocrat
2. ^ a b Versi lain menyebutkan 1811.
3. ^ a b Prince Raden Saleh: Aristocrat,
Artist, Scientist and Patriot
4. ^ Algadri, Hamid (1994). Dutch Policy
against Islam and Indonesians of
Arab Descent in Indonesia . Jakarta,
Indonesia: LP3ES. hlm. 187.
ISBN 979-8391-31-4. Diakses
tanggal April 28, 2011.
5. ^ a b c d National Geographic. "Pionir
di Celah Dua Loka" (2012), h.26
.^
http://messenger.jhuapl.edu/gallery/
sciencePhotos/image.php?
page=2&gallery_id=2&image_id=27
6
7. ^
http://messenger.jhuapl.edu/gallery/
sciencePhotos/image.php?
page=3&gallery_id=2&image_id=12
0

Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki media


mengenai Raden Saleh.

Wikimedia Commons memiliki media


mengenai Lukisan karya Raden
Saleh.

(Inggris) Raden Saleh: the romantic


aristocrat
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Raden_Saleh&oldid=17460090"

Lihat riwayat suntingan halaman ini.

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai