A.SeniRupaModern
1. RadenSalehPerintisSeniRupaModern
2. GayaVisualyang‘Cantik’ (MooiIndie)
PelukisSalon:Pelukisyangmemilikialiran realis
3. RealismedanTumbuhnyaOrganisasiSeniman
KeanekaangayasenilukisyangberkembangdiEropa sekitarawalabadke-
20,lambatlaunsampaipulakeIndonesiadibawaolehparapelukisEropayangberkaryadi
Indonesia. Selain gaya Naturalisme, ada juga gaya Impresionisme,
Ekspresionisme,Realisme, Surealisme, dan Kubisme. Awalnya gaya modern yang
menjadi wacanaduniaestetikdiEropa initidakmenjadiperhatianpara
pelukispribumi.Gejalanya
baru tampak pada pelukis pribumi sekitar tahun 1930-an, di antaranya oleh
paraseniman yang tergabung pada PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia)
yangdidirikan pada tahun 1938 di Jakarta dengan anggota kurang lebih tiga puluh
pelukis.Di antaranya Agus Djaja sebagai ketua, S. Sudjojono, Abdul Salam, Sumitro,
Sudibio,Sukirno, Suromo, Surono, Setyosa, Herbert Hutagalung, Syoeaib, Emiria
Sunasa, danlainnya. Para pelukis PERSAGI berupaya membangun 'gaya Indonesia
Baru' yangberbedadengangaya
estetisparasenimanBelanda.SemangatparaanggotaPERSAGI
tersebut pada masa pendudukan Jepang mendapat wadah yang bernama
KeiminBunka Shidoso(Pusat Kebudayaan) yangdidirikanpadatahun1945.
Semangat yang dicanangkan Jepang untuk membangun 'Kebudayaan
Timur'mendapat tanggapan positif. Hal itu terbukti dari keterlibatan para pelukis
pribumidalam membina seni lukis Indonesia. Di antara mereka yang berperan cukup
pentingadalah S. Sudjojono, Agus Djaja, dan Affandi yang kemudian memunculkan
sejumlahpelukis muda di antaranya Otto. Djaja, Henk Ngantung, Hendra
Gunawan,Djajengasmoro, Kartono Yudhokusumo, Kusnadi, Sudjana Kerton,
Trubus,Baharuddin, dan sejumlah seniman lainnya. Pada tahun yang sama,
Djajengasmorojuga mendirikan Pusat Tenaga Pelukis Indonesia yang secara progresif
mendukungperjuangan untuk mengusir sisa-sisa kolonialisme Belanda dari bumi
Indonesiamelaluilukisan, poster, spanduk, danmedialainnya.
Menginjak masa Revolusi Fisik tahun 1946, para pemimpin perjuangan
sadarbahwa seni lukis dapat mendukung dan mendokumentasikan perjuangan.
Sejumlahpelukis turut hijrah bersama pemerintah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada
tahun 1946itu pula Affandi, Rusli, Hendra, dan Harijadi membentuk Perkumpulan
Seni RupaMasyarakat. Kemudian mereka bergabung dengan Sudjojono untuk
mendirikanorganisasi Şeniman Indonesia Muda (SIM) pada tahun 1947.
Keanggotaan SIMsemakin meluas dengan masuknya sejumlah seniman seperti
Abdul Salam, Sudibio,Kartono Yudhokusumo, Oesman Effendi, Srihadi Sudarsono,
Zaini, dan lain-lainKelak sebagianbesaranggotaSIMinimenjadi senimanterkemuka
Indonesia.
Dalam mendukung perjuangan bangsa Indonesia, anggota SIM giat
membuatlukisan dan poster bertema perjuangan serta menerbitkan majalah
kebudayaan'Seniman' yang kemudian menarik penulis seperti Anas Maaruf, Trisno
Sumardjo,Usmar Ismail, dan lainnya. Karena berselisih paham, pada tahun 1947,
Hendra danAffandi meninggalkan SIM dan mendirikan 'Pelukis Rakyat'. Lalu,
Sudarso, Kusnadi,Trubus, Sumitro, dan Sasongko bergabung. Para pelukis SIM dan
'Pelukis Rakyat'setelah tahun 1950, cenderung terpengaruh paham Komunisme. Para
pelukis yangtidak seidcologi, seperti Oesman Effendi dan Zaini, memisahkan diri dan
bergabungdengan Gabungan Pelukis Indonesia (GPI) yang didirikan oleh Affandi dan
Sutiksnadi Jakarta pada tahun 1948. Pada tahun 1950. Kusnadi, Sumitro,
Sasongkomemisahkan diri dari 'Pelukis Rakyat' dan bergabung dengan 'Pelukis
Indonesia' yanganggotanyaantaralain BagongKusudiardjo danSholihin.
Selain di Yogyakarta, perkumpulan pelukis juga didirikan di kota-kota
besarlain. Seperti 'Jiva Mukti' yang dibentuk pada tahun 1948 dengan anggota
antara lainBarli, Mochtar Apin, Karnedi, dan lain-lain. Pada tahun 1952 di Bandung
didirikanpula 'Sanggar Seniman' oleh But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous,
KartonoYudhokusumo, dan kawan- kawan. Di Surabaya dibentuk 'Pelangi pada
tahun 1947oleh Sularko. Di Jakarta didirikan Yayasan Seni dan Desain oleh
Oesman Effendi,TrisnoSumardjo, Zaini padatahun 1958.
Kemudian, di Yogyakarta sendiri Muljadi, Handogo, Danarto, dan kawan-
kawan membentuk 'Sanggar Bambu' pada tahun 1959. Masih banyak
lagiperkumpulan seniman bermunculan di berbagai kota besar sebagai pusat para
pelukisbekerjadanbertukarpikiran.
Gaya dan muatan estetik karya seni rupa pada masa berikutnya memilikikecen
- derungan: pertama, mengungkapkan objek secara emosional ('Realisme')
yangdicirikan terdapatnya upaya ubahan bentuk, proporsi, ataupun warna, dan
kerapterjadinyadistorsikarena ungkapanyangemosionaltersebut.
Temayangdipilih,dapat berupa tema keseharian, perjuangan, penderitaan rakyat,
ataupun kritik terhadapsituasi.Kedua,lukisanyanglahirdariduniafantasiberupa
citramimpi,mitos,
legenda, mistis, dunia supranatural, luar akal, satir, naif, simbolis, dan
sebagainya.Ketiga, memiliki kecenderungan bersifat dekoratif menampilkan berbagai
objek alam,daun, bunga, wanita, binatang yang dibuat secara 'ornamental', rinci, dan
kerapbersifatduadimensionalsepertilukisantradisionalBali.Bersifathiasan/lukisan
4. RealismeKerakyatandiYogyakarta
5. MazhabBandung
3. Unsur SR
Titik
Garis
Bidang
Bentuk
Warna
Tekstur
Gelap Terang
Prinsip
Kesatuan
Keseimbangan
Komposisi
Proporsi
Pusat perhatian
10. Teknik 2D
a. Teknik kolase, yaitu teknik melukis dengan cara memotong kertas yang kemudian
ditempelkan pada sebuah objek tertentu sehingga membentuk sebuah lukisan. Teknik
ini akan menghasilkan lukisan yang realis atau abstrak. Hasil karya seni rupa dari
teknik ini biasanya sering disebut mosaik.
b. Teknik pointilis, yaitu teknik menggambar atau melukis dengan menggunakan titik-
titik hingga membentuk suatu objek.
d. Teknik arsir, yaitu teknik yang dibuat dengan menorehkan pensil, spidol, tinta, atau
alat lain berupa garis-garis berulang yang menimbulkan kesan gelap terang hingga
gradasi.
e. Teknik siluet, yaitu teknik menutup objek gambar dengan menggunakan satu warna
sehingga menimbulkan kesan siluet.
f. Teknik transparan, yaitu teknik yang sering dipakai ketika menggambar atau melukis
dengan menggunakan cat air. Namun, cat air ini hanya sekadar digoreskan tipis-tipis
saja sehingga akan menghasilkan tekstur yang transparan.
g. Teknik akuarel (sapuan basah), yaitu teknik menggunakan bahan campuran cat air di
atas kertas, kain, atau bidang lain. Bila menggunakan bidang gambar berupa kertas,
juga bisa menggunakan cat air, cat poster, atau tinta bak. Hasilnya berupa gambar yang
transparan karena menggunakan sapuan tipis dalam menggores.
h. Teknik semprot, yaitu teknik melukis dengan cara menyemprotkan bahan cat cair
dengan menggunakan sprayer. Untuk melukis dengan teknik ini, kita harus hati-hati
pada setiap poin lukisnya. Contoh lukisan teknik semprot, yaitu gambar reklame.
i. Teknik plakat, yaitu teknik menggambar dengan menggunakan bahan cat air atau cat
poster dengan sapuan warna yang tebal sehingga hasilnya tampak pekat dan menutup.
j. Teknik tempera, yaitu teknik melukis yang dilakukan khusus pada dinding yang
masih basah sehingga hasilnya akan menyatu dengan desain arsiteknya.
Teknik 3D
b. Teknik menuang (cor), yaitu proses menuang menggunakan bahan cair yang
dituangkan pada alat acuan yang berbentuk cetakan. Setelah menjadi keras, bahan
tersebut dikeluarkan dari acuan/cetakan. Bahan cair ini dapat dibuat dari semen, plastik,
karet, gips, dan logam (tembaga, besi).
c. Teknik butsir adalah teknik dengan mengurangi dan menambah bahan hingga
memperoleh bentuk yang diinginkan. Alat yang digunakan adalah sudip. Teknik ini
digunakan pada pembuatan keramik yang berbahan tanah liat. .
d. Teknik pahat atau ukir adalah teknik yang diterapkan dalam pembuatan karya
kerajinan dengan cara memahat, menggores, menoreh, dan membentuk pola
permukaan benda. Teknik ini dapat diterapkan pada bahan keras, seperti batu, logam,
kayu keras; serta bahan sedang/tidak terlalu keras, seperti kayu sengon, mahoni, dan
lain-lain. Alat yang digunakan pada teknik pahat/ukir, antara lain tatah (pahat ukir),
alat pukul (untuk ukir kayu), dan palu besi (untuk pahat batu).
e. Teknik las merupakan teknik yang diterapkan dalam membuat karya seni kerajinan
dengan cara menggabungkan bahan satu ke bahan lain untuk mendapatkan bentuk
tertentu. Teknik las dapat diterapkan pada bahan logam, seperti besi dan kuningan.
Salah satu bahan yang sering digunakan untuk menghasilkan karya seni rupa tiga
dimensi adalah tanah liat. Teknik-teknik untuk menghasilkan karya seni rupa dari
bahan tanah liat sebagai berikut.
Teknik pijat (pinching) merupakan suatu teknik dalam membuat karya seni rupa
dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari
penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tidak mudah mengelupas
sehingga hasilnya akan tahan lama. Benda yang dihasilkan dari teknik pijat ini berupa
bentuk-bentuk keramik atau gerabah yang berukuran relatif kecil sampal sedang.
Teknik lempeng digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis dengan
permukaan yang rata. Cara melakukan teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan
tanah liat menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi lempengan dengan
ketebalan yang sama, lalu lempengan tersebut dipotong dengan pisau atau kawat sesuai
dengan ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, dapat dibuat menjadi bentuk kubus atau
persegi. Tahap akhir memberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah
kering.
Teknik pilin merupakan cara membentuk tanah liat dengan cara membuat bentuk dasar
berupa pilin atau seperti tali. Proses pilin dapat dilakukan dengan mengambil segumpal
tanah liat lalu dibentuk pilinan dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan
disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan. Panjangnya pilinan juga disesuaikan
dengan kebutuhan. Pilinan tanah liat tersebut lalu disusun menjadi bentuk yang
diinginkan. Setiap susunan diberi tambahan air agar tanah merekat dan menempel.
d. Teknik Putar (Throwing)
Teknik putar sering dipakai oleh para perajin di sentra-sentra keramik. Perajin keramik
tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki
(kick wheel). Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara melakukan teknik ini adalah
dengan mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, diletakkan
di atas meja putar tepat di tengah-tengahnya. Selanjutnya, tekan dengan kedua tangan
sambil diputar.
A. Realisme (1800-an)
Gaya atau aliran yang penggambaranya sesuai dengan kenyataan. Tokoli dan judul
karyanya
B. Naturalisme
: Gaya / aliran yang penggambaranya sesuai dengan keadaan alam/alami
C. Romantisme (1818)
: Gaya / aliran yang penggambaraniya sesuai dengan kesan cahaya yang jatuh
/memantul
E. Ekspresionisme (1900-an)
F. Fauvisme (1900-an)
G. Kubisme (1907)
H. Futurisme
Dadaime (1916)
Gaya alas aliran inng pengembarang muncul dari alam bawah sadar
J. Sueralisme (1937)
Dali
K. Abstrakisme (1940-an)
Kritik seni merupakan kegiatan mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu
karya seni rupa dengan memberikan alasan berdasarkan berbagai analisis dan
pengkajian. Kelebihan dan kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal,
terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah karya. Sebuah kritik
seni menuntut adanya pemikiran kritis untuk membuat ulasan dan deskripsi secara
keseluruhan dari karya seni. Selain itu, kritik seni juga memiliki fungsi yang berguna
untuk menyampaikan pesan dari seniman.
Kritikus seni merupakan orang yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya
orang lain atau dirinya sendiri. Landasan yang harus ada sebelum menyampaikan
kritikan, seperti
2. menguasai penerapan metode kritik yang tepat, 3. pengalaman yang cukup dalam
materi kritik, serta
Fungsi kritik seni rupa adalah menjembatani persepsi serta apresiasi artistik dan estetik
karya seni rupa, antara pencipta, karya, dan penikmat seni. Fungsi lain dari kritik
adalah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan,
mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan
balik guna merefleksi komunikasi ekspresifnya sehingga nilai dan apresiasi tergambar
dalam realitas harapan idealismenya. Adapun tujuan kritik seni adalah memahami
karya seni rupa, ingin menemukan cara untuk mengetahui latar belakang penciptaan
karya seni rupa, dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh senimannya sehingga
kritik seni rupa benar- benar maksimal dan secara nyata dapat memberi pernyataan
tentang baik dan buruknya karya. Pada prinsipnya, tujuan akhir kritik seni adalah
supaya orang yang melihat karya seni memperoleh informasi dan pemahaman yang
berkaitan dengan mutu karya seni serta menumbuhkan apresiasi dan tanggapan
terhadap karya seni.
2. Bentuk-Bentuk Kritik
Berdasarkan titik tolak kependidikan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut.
a. Kritik Instrumentalistik
b. Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur
pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, sasaran kritik lebih tertuju pada kualitas
penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual, seperti warma, garis, tekstur, dan
sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga
dengan kualitas
c. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan
dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini
umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi, dan
visualisasi objek- objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
3. Jenis Kritik
Apresiasi dan kritik terhadap karya seni rupa adalah kegiatan yang berupaya
memahami berbagai hasil seni terhadap segi-segi estetiknya. Kritik karya seni memiliki
perbedaan tujuan dan kualitas sehingga ada beberapa jenis kritik karya seni
berdasarkan pendekatannya. Menurut Feldman dalam Art As Image and Idea (1967),
terdapat empat jenis kritik seni sebagai berikut.
a. Kritik Populer (Popular Criticism)
Kritik seni populer ditujukan untuk konsumsi massa atau umum. Tanggapan yang
disampaikan biasanya bersifat umum, lebih pada pengenalan atau publikasi sebuah
karya
Kritik jurnalistik merupakan kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melalui media massa, khususnya surat kabar.
Kritik ini biasanya sangat cepat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas
sebuah karya seni.
Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni
membutuhkan media penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap
realitas artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin
lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik
dengan gaya bahasa lisan ataupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis, serta
menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman dan
penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.
a. Deskripsi
karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan "Apa yang kita lihat?". b.
Analisis Formal
Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya
seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini,
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa
atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti
menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman
menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini
menjawab pertanyaan "Bagaimana seniman melakukannya?".
c. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang
digarap, simbol yang dihadirkan, dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran
ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya.
Semakin luas wawasan seorang kritikus blasanya semakin kaya interpretasi karya yang
dikritisinya. Interpretasi harus dapat menjawab pertanyaan "Mengapa seniman
menciptakannya dan apa artinya?".
Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika
dibandingkan dengan apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik
untuk menentukan kualitas suatu karya seni dan biasanya akan dibandingkan dengan
karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait
dengan karya tersebut, baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah karya
berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja
mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual, orisinalitasnya.
3) Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan "menyimpang" dari yang telah ada
sebelumnya.
4) Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan sudut pandang
tertentu yang melatarbelakanginya.
Seni rupa modern dan tradisional adalah dua jenis seni rupa yang ada di Indonesia.
Seni rupa modern dan tradisional memiliki ciri khasnya masing-masing
Pada proses pelaksanaannya, ada beberapa fungsi pameran yang bisa diperoleh oleh
banyak pihak. Fungsi pameran dapat dibedakan menjadi empat kategori berikut.
a. Fungsi Prestasi
Pameran berfungsi membantu memacu para pegiat seni untuk bisa berprestasi dalam
menghasilkan suatu karya yang sangat menginspirasi.
b. Fungsi Rekreasi
Pameran bermanfaat untuk media relaksasi dan melepaskan diri dari berbagai tekanan
kegiatan sehari-hari yang menguras pikiran dan energi.
c. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi pada pameran berguna untuk memberikan pendidikan dan melatih
masyarakat luas dalam memahami arti dari keahlian rohani manusia. Kegiatan ini
mampu menyeimbangkan kembali ingatan dan pandangan manusia terhadap
lingkungan sekitarnya.
d. Fungsi Apresiasi
Pameran digunakan sebagai suatu media dalam menyampaikan apresiasi kepada para
seniman. Para pengunjung akan menyampaikan apresiasinya kepada seniman dan hasil
karyanya. Dalam konteks penyelenggaraan pameran seni rupa di sekolah, fungsi
pameran karya seni rupa
b. Penanggung Jawab
Tugasnya memberikan arahan dan bimbingan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
c. Ketua Panitia
d. Wakil Ketua
Tugasnya membantu ketua untuk kelancaran kegiatan pameran. Selain itu, seorang
wakil ketua juga harus bertanggung jawab atas kepengurusan berbagai hal,
memperlancar kegiatan seksi-seksi, dan mengganti tugas ketua apabila ketua
berhalangan datang.
e. Sekretaris
Tugas pokok sekretaris dalam suatu kegiatan pameran sebagai berikut. ) Menulis
seluruh kegiatan panitia selama penyelenggaraan pameran. 1
2) Membuat surat-surat pemberitahuan kepada kepala sekolah, orang tua, dan kepala
Dinas Pendidikan setempat.
4) Bersama ketua, membuat laporan kegiatan sebelum, sedang, dan sesudah kegiatan
pameran berlangsung.
f. Bendahara
harus memiliki sikap jujur, teliti, cermat, sabar, dan bertanggung jawab.
g. Seksi-Seksi
2) Seksi dekorasi bertugas mengatur dan membuat ruang pameran menjadi lebih indah
dan menarik.
9) Seksi stan atau petugas stan, bertugas menjaga kelancaran pameran dan mengatur
(mengarahkan) pengunjung mulai dari masuk sampai keluar dari ruang pameran.
Penjaga stan diharapkan melayani para pengunjung secara ramah dan sopan, serta
membantu memberikan informasi tentang karya-karya yang dipamerkan.
10) Seksi pengumpulan dan seleksi karya bertugas melakukan pencatatan, pendataan
karya (nama seniman, judul, tahun pembuatan, kelas, harga, dan sebagainya), serta
melakukan pemilihan karya yang akan dipamerkan.