Anda di halaman 1dari 19

BudayaVisualIndonesiaModern

Budaya visual hadir seiring dengan sejarah manusia di muka bumi.


Ketikamanusia membutuhkan pakaian, tempat tinggal, senjata untuk berburu, dan
alatberkomunikasi, pada saat itulah budaya visual menjadi bagian dari peradaban
manusia.Dari sejumlah budaya visual utama yang ada, karya desain dan seni rupa
palingdominandalam berbagai kebudayaan,termasuk Indonesia.
Dalam bab ini, kita akan membahas perkembangan budaya visual di tanah
airsejakmasakolonialhinggamasasetelahkemerdekaan.

A.SeniRupaModern

Dekoratif : Menggambar dengan tujuan mengolah permukaan suatu


bendamenjadilebih indah.
Gambar Dekoratif : Gambar perhiasan yang dalam perwujudanya
tampakrata tidak adakesanruangjarakjauh dekat/ gelapterang
Seni rupa modern di Indonesia, awalnya dikembangkan oleh orang-
orangBelanda yang datang ke Indonesia. Perkembangan gaya yang terjadi
merupakanperpanjangan gaya abad pertengahan dan Romantisme yang berkembang
di Eropa diabad ke-18. Di dalam perkembangan dunia seni rupa Indonesia, terdapat
dua tokohpenting yang dianggap sebagai perintis lahirnya budaya rupa modern di
zamannya,yaitu Raden Saleh Bustaman dan Raden Ajeng Kartini. Karya-karya rupa
keduanyamembukakhasanah nilai-nilai estetikmoderndizamannya.

1. RadenSalehPerintisSeniRupaModern

Kala itu, pertengahan abad ke-19, hampir sebagian besar seniman


bumiputeramasihmengacupadagayatradisionalyangberkembangdidaerah-
daerahdansebagian terbesar bersifat dekoratif. seperti lukisan Bali, ilustrasi Jawa, dan
ornamendi Toraja atau Kalimantan. Kemudian, muncullah Raden Saleh yang melukis
dengangaya seni lukis Barat. Sebelumnya, Raden Saleh belajar pada sejumlah orang
Belanda,diantaranyacaramembuateaselpaintingataulukisan dalambentukpigura.
Hal yang mengagumkan yaitu kemampuan Raden Saleh untuk
menampilkantema yang berbeda dari seni lukis tradisional Indonesia yang umumnya
bersifatkeagamaan mistis, ritual, dan dekoratif. Di awal karirnya, Raden Saleh muda
telahmampumelukisobjekalam dankehidupan
hewan,khususnyakudadanbinatangbuas,secara
naturalisdenganmediamodernsepertihalnya parapelukisEropa.
Raden Saleh Sjarif Butstaman lahir tahun 1807, dari seorang Bapak
SayyidHusen bin Alwi bin Awal bin Yahya. ibu Mas Adjeng Zarip Hoesen. Sejak
usia 10tahun, anak asal Terbaya (dekat Semarang) ini diserahkan oleh pamannya,
BupatiSemarang, kepada orang Belanda atasannya di Batavia. Sewaktu di Sekolah
Rakyat(Volks-School), saat guru mengajar, Raden Saleh malah menggambar di
atas bukutulisnya.Gurunyatakmarahkarena kagum melihatkaryamuridnya.
Kepandaiannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang-
orangBelanda dan lembaga-lembaga elit Hindia-Belanda. Kenalannya, Prof.
CasparReinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian,
Kesenian, danIlmu Pengetahuan untuk wilayah Jawa dan pulau sekitarnya, menilai
Raden Salehpantas mendapat ikatan dinas dari departemennya. Kebetulan di instarsi
itu adapelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen (Antonio Aguste Joseph Payen) lahir
diBrussels.Belgia12November1792,yangdidatangkandariBelandauntukmembuat
lukisan pemandangan Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen
diBelanda. Tertarik dengan bakat Raden Saleh, Payen berinisiatif
memberikanbimbingan. Mantan mahaguru Akademi Seni Rupa di Doornik Belanda,
ini cukupmembantu Raden Saleh menyelami seni lukis Barat dan teknik
pembuatannya. Payenjuga mengajak Saleh muda dalam perjalanan dinas keliling
Jawa mencari modelpemandangan untuk lukisan. la menugaskan Raden Saleh
menggabar tipe-tipe orangIndonesia di daerah yang disinggahi. Terkesan dengan
bakat luar biasa anak didiknya,Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke
Belanda. Usul ini didukung olehGubernur Jenderal Van der Capellen, yang
memerintah Hindia Belanda waktu itu(1819-1826),setelah ia melihat
karyalukisanRadenSaleh.
Dari sejumlah karya Raden Saleh, ada satu lukisan yang membuktikan
rasanasionalisme nya, yaitu lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran
Diponegorooleh Jenderal De Cock pada tahun 1830 di kediaman Residen Magelang.
Dalamlukisan itu Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap
menghormatmenyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran
Diponegoro,Jendral De Cock digambarkan sangat segan dan hormat saat
mengantarkan PangeranDiponegoro menuju kereta. Sebenarnya, saat penangkapan
itu Raden Saleh masihberada di Belanda. Beberapa tahun kemudian, saat kembali ke
Indonesia, ia mencariinformasidarikerabat
PangeranDiponegoro,lalumelukiskannyadiataskanvas.
Sebelumnya, tahun 1829, Van der Capellen membiayai Raden Saleh
untukbelajar melukis ke negeri Belanda. Keberangkatan itu menyandang misi lain.
DalamsuratseorangpejabattinggiBelandauntukDepartemenvanKolonieentertulis,selam
a perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur KeuanganBelanda
De Linge tentang adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, bahasa Jawa, danbahasa
Melayu. Hal itu menunjukkan kecakapan lain yang luar biasa dari Raden
Salehyangdiakui oleh pemerintahBelanda.
Semasa belajar di Belanda, Raden Saleh dianggap saingan berat
sesamapelukis muda Belanda. Ada anekdot ketika para pelukis muda Belanda
"memberipelajaran" kepada Raden Saleh yang melukis sekuntum bunga. Karena
kemiripannyaitu, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di
atasnya. Seketikakeluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh yang menyindir Raden
Saleh sebagaipelukisrendahan.
Selanjutnya, Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai
jalurhidup. Ia mulai dikenal di lingkungan seniman Belanda dan
berkesempatanberpameran di Den Haag dan Amsterdam. Raden Saleh mengubah
pandangan bahwamasyarakatjajahanitu primitif.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan
agarboleh tinggal lebih lama untuk belajar ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat,
selainmelukis. Setelah Raja Willem I (1772-1843) dan pemerintah Hindia
Belandaberunding, kepulangan Raden Saleh boleh ditangguhkan. Raja Willem II
(1792-1849)juga masih mendukungnya.
Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke negeri lain untuk menambah
ilmu,seperti ke Dresden, Jerman. Di sini Raden Saleh tinggal selama lima tahun
denganstatus tamu kehormatan Kerajaan Jerman, lalu meneruskan ke Weimar, Jerman
(1843).Ia kembalikeBelanda tahun1844danmenjadipelukis istanakerajaanBelanda.
Tapi, jiwa seninya belum terpuaskan. Perkembangan seni lukis
Belanda,menurut pendapatnya, tidak memiliki karakter yang unik, tetapi selalu
menyerapaliran seni Prancis. Sejalan dengan waktu, wawasan seni Raden Saleh
semakinberkembang seiring dengan terbitnya kekaguman pada karya tokoh
Romantisme,EugeneDelacroix(1798-
1863),seorangpelukisPrancisterkemuka.Kekagumannya
pada Delacroix itulah yang dinilai banyak orang menjadi inspirasi karya-karya
RadenSaleh ketika ia tinggal dan berkarya di Prancis (1844-1851). Ciri Romantisme
munculdalam lukisan-lukisan Raden Saleh namun lebih dinamis. Gambaran
keagungansekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiositas) sekaligus
ketidakpastian takdirmenjaditemalukisannyaselamaberada diEropa.

Anekdot : Sebuah cerita singkat dan menarik yang mungkin


menggambarkankejadian/kebenaranya/pengaturan/profokasi/kelakor

Bersamaan dengan itu, saat di Eropa Raden Saleh menjadi saksi


mataterjadinya RevolusiFebruari
1848diParis,yangmautakmaumempengaruhidirinya.Dari Prancis ia bersama pelukis
Prancis kenamaan, Horace Vernet, hijrah ke Aljazairuntuk tinggal selama beberapa
bulan di tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilhamuntuk melukis kehidupan satwa di
padang pasir. Pengamatannya itu membuahkansejumlah lukisan perkelahian binatang
buas dalam ukuran besar. Pengembaraan diEropa berakhir tahun 1851 dan ia pulang
ke tanah air bersama istrinya, wanitaBelandayangkayaraya(NnWinkelman
/RadenAyuDanudirjo)
Sepulangnya ke tanah Jawa, Raden Saleh dipercaya menjadi
konservator(Orang yang bertanggungjawab atas pemeliharaan, pemugaran, dan
perbaikan bendabendadimuseum) padaLembagaKumpulanKoleksiBenda-
bendaSeni.DiBataviaia tinggal di gedung yang dirancangnya sendiri di sekitar Cikini.
Sebagai tanda cintaterhadap alam dan dunia binatang, Raden Saleh menyerahkan
sebagian halamanrumahnya yang sangat luas kepada pengelola kebun binatang. Kini
kebun binatang itumenjadiTaman
IsmailMarzuki,sedangkanrumahnyamenjadiRSCikini,Jakarta.
Tahun 1875 Raden Saleh berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan
barukembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya
pada23 April 1880 dan disusul istrinya (Paris) 31 Juli 1880. Tahun 1883,
untukmemperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisan Raden
Saleh diAmsterdam, di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di
Jawa, danPenangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara
lain olehRajaWillem IIIdan PangeranVanSaksen Coburg-Gotha.
Pemerintah Indonesia, baru memberi penghargaan atas prestasinya pada
tahun1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta, berupa
PiagamAnugerah Seni sebagai tokoh Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud
perhatian laindari pemerintah Indonesia adalah pembangunan ulang makamnya di
Bogor yangdilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno dan sejumlah
lukisannyadipakai untuk ilustrasi benda berharga negara. Contohnya, pada akhir
tahun 1967 PTI(PT Pos Indonesia) mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan
reproduksi dualukisannyayangbergambarbinatangbuas yangsedangberkelahi.
Berkat jasa Raden Saleh, bangsa Indonesia dapatlah berbangga melihat
karyaanak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam,
Belanda,dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Prancis. Setelah masa
RadenSaleh, tidak tercatat pelukis pribumi lain yang mengikuti jejaknya, sehingga
terdapatruang kosong dalam perkembangan seni rupa modern karya orang pribumi
hinggaawalabad ke-20.
Di akhir abad ke-19, pelukis pribumi yang menerapkan teknik dan gaya
yanglebih modern di zamannya setelah Raden Saleh adalah R.A. Kartini dan adiknya
R.A.Kardinah. Meskipun keduanya tidak dikenal sebagai tokoh dalam seni lukis,
tetapipandangan-pandangannya yang modern dan radikal menunjukkan adanya
pemahamankearahberpikir yanglebihmajudalambidangkesenian.LukisanR.A.
Kartiniyang
berupa pemandangan di sebuah kolam dan Dua Ekor Angsa menunjükkan
modelmelukisgayaEropatelahdiserapoleh para tokohwanitapribumiini.
Dalam periode yang sama dengan Raden Saleh hingga R.A. Kartini
jugaterdapat sejumlah pelukis Belanda dan bangsa Eropa yang berkarya di
Indonesia. Diantarapelukis-pelukistersebut
A.A.J.Payen,C.deWilde,J.D.vanHerwerden,
W.C.C. Bleckman, C. M. du Chasteler, P, Hoaaxman dan sejumlah pelukis
lainnya.Umumnya para pelukis Belanda ini didatangkan oleh pemerintah kolonial
untukmerekam keindahan alam Indonesia, sehingga banyak di antaranya yang
bergayaNaturalisme dan sebagian lagi bergaya Romantisme. Berbeda dengan gaya
dan temalukisan Raden Saleh, karya-karya bangsa Eropa ini cenderung statis dan
sebagianbesar merupakan lukisanpotret, flora-fauna,danpemandanganalam.

2. GayaVisualyang‘Cantik’ (MooiIndie)

Sejak kehadiran sejumlah pelukis Eropa khususnya dari Belanda


yangdidatangkan oleh pemerintah kolonial untuk melukis alam nusantara, perkotaan,
dankekayaan flora fauna, sejumlah warga pribumi mulai tertarik dengan jenis
lukisannaturalis. Pelukis pribumi itu antara lain Abdullah Surio Subrata (1878-1941),
MasPirngadi (1865-1936), Wakidi, dan lainnya Kemudian gaya seni lukis ini
dilanjutkanolehBasukiAbdullaSukardji,OmarBasalamah,Wahdi, danlainnya.
Di awal abad ke-20, komunitas penggemar lukisan pemandangan alam
terdiridariparasaudagar,pengusaha,pegawatpemerintah,wisatawan,danmeluaskelapisan
masyarakat bawah. Hal ini menimbulkan tumbuhnya 'masyarakat seni
modern'yangmengapresiasikeindahan alam tanahair.Namun ketikaMas
Pirngadimengajar
S. Sudjojono pada tahun 1928, teknik melukis pemandangan alam yang
menjadikecenderungan gaya pada waktu itu ditentang oleh S. Sudjojono yang
menginginkangayalukisanyanglebih bebasuntukberekspresi.
Namun, pengaruh pelukis Belanda begitu kuat terhadap pelukis
pribumiterutama gaya lukisan yang menggambarkan keindahan alam. Para pelukis
Belandaini umumnya adalah pelukis potret otodidak, kerap disebut pelukis salon,
Bentuklukisan semacam ini hingga kini tetap hidup di kalangan para pelukis
otodidak danmenjadikomoditiyangdijual dihotel-hotel mewah,bahkangaleri

PelukisSalon:Pelukisyangmemilikialiran realis

3. RealismedanTumbuhnyaOrganisasiSeniman

KeanekaangayasenilukisyangberkembangdiEropa sekitarawalabadke-
20,lambatlaunsampaipulakeIndonesiadibawaolehparapelukisEropayangberkaryadi
Indonesia. Selain gaya Naturalisme, ada juga gaya Impresionisme,
Ekspresionisme,Realisme, Surealisme, dan Kubisme. Awalnya gaya modern yang
menjadi wacanaduniaestetikdiEropa initidakmenjadiperhatianpara
pelukispribumi.Gejalanya
baru tampak pada pelukis pribumi sekitar tahun 1930-an, di antaranya oleh
paraseniman yang tergabung pada PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia)
yangdidirikan pada tahun 1938 di Jakarta dengan anggota kurang lebih tiga puluh
pelukis.Di antaranya Agus Djaja sebagai ketua, S. Sudjojono, Abdul Salam, Sumitro,
Sudibio,Sukirno, Suromo, Surono, Setyosa, Herbert Hutagalung, Syoeaib, Emiria
Sunasa, danlainnya. Para pelukis PERSAGI berupaya membangun 'gaya Indonesia
Baru' yangberbedadengangaya
estetisparasenimanBelanda.SemangatparaanggotaPERSAGI
tersebut pada masa pendudukan Jepang mendapat wadah yang bernama
KeiminBunka Shidoso(Pusat Kebudayaan) yangdidirikanpadatahun1945.
Semangat yang dicanangkan Jepang untuk membangun 'Kebudayaan
Timur'mendapat tanggapan positif. Hal itu terbukti dari keterlibatan para pelukis
pribumidalam membina seni lukis Indonesia. Di antara mereka yang berperan cukup
pentingadalah S. Sudjojono, Agus Djaja, dan Affandi yang kemudian memunculkan
sejumlahpelukis muda di antaranya Otto. Djaja, Henk Ngantung, Hendra
Gunawan,Djajengasmoro, Kartono Yudhokusumo, Kusnadi, Sudjana Kerton,
Trubus,Baharuddin, dan sejumlah seniman lainnya. Pada tahun yang sama,
Djajengasmorojuga mendirikan Pusat Tenaga Pelukis Indonesia yang secara progresif
mendukungperjuangan untuk mengusir sisa-sisa kolonialisme Belanda dari bumi
Indonesiamelaluilukisan, poster, spanduk, danmedialainnya.
Menginjak masa Revolusi Fisik tahun 1946, para pemimpin perjuangan
sadarbahwa seni lukis dapat mendukung dan mendokumentasikan perjuangan.
Sejumlahpelukis turut hijrah bersama pemerintah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada
tahun 1946itu pula Affandi, Rusli, Hendra, dan Harijadi membentuk Perkumpulan
Seni RupaMasyarakat. Kemudian mereka bergabung dengan Sudjojono untuk
mendirikanorganisasi Şeniman Indonesia Muda (SIM) pada tahun 1947.
Keanggotaan SIMsemakin meluas dengan masuknya sejumlah seniman seperti
Abdul Salam, Sudibio,Kartono Yudhokusumo, Oesman Effendi, Srihadi Sudarsono,
Zaini, dan lain-lainKelak sebagianbesaranggotaSIMinimenjadi senimanterkemuka
Indonesia.
Dalam mendukung perjuangan bangsa Indonesia, anggota SIM giat
membuatlukisan dan poster bertema perjuangan serta menerbitkan majalah
kebudayaan'Seniman' yang kemudian menarik penulis seperti Anas Maaruf, Trisno
Sumardjo,Usmar Ismail, dan lainnya. Karena berselisih paham, pada tahun 1947,
Hendra danAffandi meninggalkan SIM dan mendirikan 'Pelukis Rakyat'. Lalu,
Sudarso, Kusnadi,Trubus, Sumitro, dan Sasongko bergabung. Para pelukis SIM dan
'Pelukis Rakyat'setelah tahun 1950, cenderung terpengaruh paham Komunisme. Para
pelukis yangtidak seidcologi, seperti Oesman Effendi dan Zaini, memisahkan diri dan
bergabungdengan Gabungan Pelukis Indonesia (GPI) yang didirikan oleh Affandi dan
Sutiksnadi Jakarta pada tahun 1948. Pada tahun 1950. Kusnadi, Sumitro,
Sasongkomemisahkan diri dari 'Pelukis Rakyat' dan bergabung dengan 'Pelukis
Indonesia' yanganggotanyaantaralain BagongKusudiardjo danSholihin.
Selain di Yogyakarta, perkumpulan pelukis juga didirikan di kota-kota
besarlain. Seperti 'Jiva Mukti' yang dibentuk pada tahun 1948 dengan anggota
antara lainBarli, Mochtar Apin, Karnedi, dan lain-lain. Pada tahun 1952 di Bandung
didirikanpula 'Sanggar Seniman' oleh But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous,
KartonoYudhokusumo, dan kawan- kawan. Di Surabaya dibentuk 'Pelangi pada
tahun 1947oleh Sularko. Di Jakarta didirikan Yayasan Seni dan Desain oleh
Oesman Effendi,TrisnoSumardjo, Zaini padatahun 1958.
Kemudian, di Yogyakarta sendiri Muljadi, Handogo, Danarto, dan kawan-
kawan membentuk 'Sanggar Bambu' pada tahun 1959. Masih banyak
lagiperkumpulan seniman bermunculan di berbagai kota besar sebagai pusat para
pelukisbekerjadanbertukarpikiran.
Gaya dan muatan estetik karya seni rupa pada masa berikutnya memilikikecen
- derungan: pertama, mengungkapkan objek secara emosional ('Realisme')
yangdicirikan terdapatnya upaya ubahan bentuk, proporsi, ataupun warna, dan
kerapterjadinyadistorsikarena ungkapanyangemosionaltersebut.
Temayangdipilih,dapat berupa tema keseharian, perjuangan, penderitaan rakyat,
ataupun kritik terhadapsituasi.Kedua,lukisanyanglahirdariduniafantasiberupa
citramimpi,mitos,
legenda, mistis, dunia supranatural, luar akal, satir, naif, simbolis, dan
sebagainya.Ketiga, memiliki kecenderungan bersifat dekoratif menampilkan berbagai
objek alam,daun, bunga, wanita, binatang yang dibuat secara 'ornamental', rinci, dan
kerapbersifatduadimensionalsepertilukisantradisionalBali.Bersifathiasan/lukisan

4. RealismeKerakyatandiYogyakarta

Sejak Revolusi Fisik tahun 1946 dan kepindahan ibu kota ke


Yogyakarta,sejumlahpelukisjugaikuthijrahkeYogyakarta.Parapelukisyanghijrahinikem
udianmenetapdiYogyakartadanbanyakberkaryadengantema-temaperjuangan.Setelah
situasi nasional mulai membaik dan pusat pemerintahan dikembalikan keJakarta, para
pelukis yang tinggal di Yogyakarta ini mulai melukis dengan tema temayang
mengritik perkembangan keadaan sosial yang timpang. Gaya yang dianut
olehsejumlahpelukisYogyatersebut dikenalsebagaiRealismeKerakyatan. Ada pula
yangmenyebutnya sebagai RealismeSosial.
Para pelukis tersebut mendirikan organisasi seniman pada tahun 1950
yangdikenal sebagai 'Pelukis Rakyat'. Organisasi ini semakin berkembang karena
memilikihubungan erat dengan tokoh pemerintahan sehingga memperoleh banyak
pesanankarya lukisan, patung, dan relief untuk gedung- gedung pemerintahan. Selain
itu,perkumpulan ini pun memiliki hubungan yang erat dengan Lembaga
KebudayaanRakyat (LEKRA) yang didirikan pada tahun 1950. Pada waktu itu
lembaga ini amatberpengaruhdalam menentukan arahkebudayaan nasioal.
Kepedulian para seniman Yogyakarta terhadap penderitaan
masyarakatamatlah tinggi Hingga, pada periode selanjutnya 'jiwa kritis' yang telah
menjadi ciriseniman Yogya pada umumnya tetap tumbuh pada sejumlah seniman
generasi baru.Merekatetapkonsistenmengekspresikan
fenomenasosialyangterjadidisekitarnya.

5. MazhabBandung

Sejak didirikannya Balai Pendidikan Guru Gambar di lingkungan


TechnischeHogeschool (sekarangk ITB) pada tahun 1949 di Bandung,
berkembangan seni rupalingkungan akademis. Pada tahun 1953, atas bimbingan Reis
Mulder, seorang pelukisBelanda, Achmad Sadali, But Mukhtar, Mokhtar Apin, dan
para mahasiswa lainnyamelakukan eksperimen dengan merombak objek lukisan
menjadi pola geometris danmembagi-bagi bidang datar sesuai dengan komposisi
garis dan warna. Meskipundemikian objek lukisannya masih terlihat samar seperti
halnya objek gambar dilihatmelalui tabir kaca kristal. Pada waktu bersamaan,
Oesman Effendi juga melakukanhal yang sama di Jakarta. Gaya semacam ini juga
kemudian menjadi ciri khas parapelukis yang belajar di ITB. Kelompok ini, oleh
sejumlah pelukis beraliran Realisme,dianggapsebagai gayaestetis hasil
'LaboratoriumBarat’
Selanjutnya, berkembang gaya abstrak di lingkungan seniman ITB yang
dapatdibagi menjadi dua kelompok. Pertama, gaya abstrak tanpa objek, tetapi
lebihmenekankan kepada olah bahasa rupa dan imajinasi si pelukis. Gaya lukisan
abstrakini amatvariatif,mulaidarimodelpengamatanbumi
dilihatdariangkasa,detailtebing yang seperti mengalami korosi, pelapukan batang
kayu, permainan bidanggeometris, ataupun hanya eksperimen ber- dasarkan imaji
rupa si pelukis. Kedua,adalahabstraknon-figuratif,berupa bentuk-bentukfigur
yangmengalamipengabstrakan. Dalam beberapa segi masih terlihat unsur figur yang
dijadikan objek,namun terlihat samar atau bermakna konotatif meskipun telah
mengalami perubahanbentukdari wujud aslinya.
Pada tahun 1963, Achmad Sadali mulai meningkatkan teknik
melukisnyamelalui penggunaan warna akrilik dan permainan tekstur yang dibentuk
melalui peng-gelembungan, penempelan, penyobekan. pengikisan, pengirisan,
pengelupasan, danpelbagai teknik melukis yang tidak lazim di zamannya. Kemudian
diikuti olehpenggunaan warna emas, kaligrafi Arab, simbol-simbol geometris,
gunungan, jugatempelan kain pada bidang kanvas. Lahirnya lukisan tiga dimensional
berupapenempelan bantalan merupakan gaya yang lahir dari eksperimennya yang tak
pernahhabis. Selanjutnya ia menerapkan cara melukis sapuan kuas tipis horizontal
yangdiilhamiolehpelukisMattRotkho.Ini kemudianmenjadicirikhas lukisan-lukisannya.
Gaya seni lukis abstrak, meskipun tak sepenuhnya merujuk pada gaya
yangdikembangkan oleh Achmad Sadali, sempat menjadi kecenderungan para
pelukisakademik di kota Bandung. Hal itu seperti terlihat pada lukisan A.D. Pirous,
UmiDachlan, dan Heyi Makmun sebagai generasi yang lebih muda. Di era 1970-an,
parapelukis Bandung mengembangkan gaya abstrak tersendiri yang lebih ekspresif
denganobjek yang masih dapat terbaca'. Beberapa pelukis tersebut antara lain Popo
Iskandardan Srihadi Sudarsono. Sebagian lagi tetap konsisten dengan gaya abstrak
yang lebihrasionalistis,kemudiandikenalsebagaigayaabstrak-
geometris.Beberapadiantaranyaadalah Mochtar Apin,ButMukhtar,danRitaWidagdo
dalamsenipatung.
Sunaryo, G. Sidharta, Hariadi Suadi, T. Sutanto, dan lain-lain pada
kuruntahun 1970-1980-an mulai memadukan citra seni rupa tradisional pada
beberapakaryanya dan masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Sunaryomengeksplorasi citra Irian pada patung-patungnya, G, Sidharta
mengeksplorasi citra"Jawa" pada patung-patungnya, dan Hariadi Suadi
mengeksplorasi citra mistik"Cirebon"padakaryacetak saring.
"Modernisme" di Bandung atau "Mazhab Bandung" dalam dunia
kesenirupaangenerasi berikutnya mencoba mengawinkan antara unsur geometris
dengan citratradisional, unsur mistis, dan material alami. Hal itu bisa terlihat pada diri
Sunaryodengan pencitraan "Irian", Hariadi Suadi dengan pencitraan Cirebonan,
Sutantodengan karya grafis bercitra mistis, serta Setiawan Sabana dengan unsur
pelapukandancitramaterialalam.

1. Materi 2 Dimensi dan 3 Dimensi


a. 2D (Dwi Matra) > Karya seni yang memiliki ukuran P×L, hanya bisa dilihat dari
satu arah
b. 3D (Tri Matra) > Karya seni rupa yang memiliki ukuran P×L×T, bisa dilihat dari
segala arah

2. Materi Seni Rupa Murni dan Terapan


a. SR Murni (Pure art/ faint art) > Memiliki fungsi keindahan, hanya digunakan untuk
hiasan
b. SR Terapan (Applied Art) > Memiliki fungsi keindahan dan dapat digunakan sehari
hari

3. Unsur SR
 Titik
 Garis
 Bidang
 Bentuk
 Warna
 Tekstur
 Gelap Terang
Prinsip
 Kesatuan
 Keseimbangan
 Komposisi
 Proporsi
 Pusat perhatian

10. Teknik 2D

a. Teknik kolase, yaitu teknik melukis dengan cara memotong kertas yang kemudian
ditempelkan pada sebuah objek tertentu sehingga membentuk sebuah lukisan. Teknik
ini akan menghasilkan lukisan yang realis atau abstrak. Hasil karya seni rupa dari
teknik ini biasanya sering disebut mosaik.

b. Teknik pointilis, yaitu teknik menggambar atau melukis dengan menggunakan titik-
titik hingga membentuk suatu objek.

c. Teknik dussel, yaitu teknik menggambar dengan cara menggosok sehingga


menimbulkan kesan gelap terang atau tebal tipis. Alat yang digunakan, antara lain
pensil, krayon, dan konte.

d. Teknik arsir, yaitu teknik yang dibuat dengan menorehkan pensil, spidol, tinta, atau
alat lain berupa garis-garis berulang yang menimbulkan kesan gelap terang hingga
gradasi.

e. Teknik siluet, yaitu teknik menutup objek gambar dengan menggunakan satu warna
sehingga menimbulkan kesan siluet.

f. Teknik transparan, yaitu teknik yang sering dipakai ketika menggambar atau melukis
dengan menggunakan cat air. Namun, cat air ini hanya sekadar digoreskan tipis-tipis
saja sehingga akan menghasilkan tekstur yang transparan.

g. Teknik akuarel (sapuan basah), yaitu teknik menggunakan bahan campuran cat air di
atas kertas, kain, atau bidang lain. Bila menggunakan bidang gambar berupa kertas,
juga bisa menggunakan cat air, cat poster, atau tinta bak. Hasilnya berupa gambar yang
transparan karena menggunakan sapuan tipis dalam menggores.

h. Teknik semprot, yaitu teknik melukis dengan cara menyemprotkan bahan cat cair
dengan menggunakan sprayer. Untuk melukis dengan teknik ini, kita harus hati-hati
pada setiap poin lukisnya. Contoh lukisan teknik semprot, yaitu gambar reklame.

i. Teknik plakat, yaitu teknik menggambar dengan menggunakan bahan cat air atau cat
poster dengan sapuan warna yang tebal sehingga hasilnya tampak pekat dan menutup.

j. Teknik tempera, yaitu teknik melukis yang dilakukan khusus pada dinding yang
masih basah sehingga hasilnya akan menyatu dengan desain arsiteknya.

Teknik 3D

. Teknik Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi

Berdasarkan cara pembuatannya, teknik-teknik lain untuk menghasilkan karya seni


rupa
tiga dimensi sebagai berikut.

a. Teknik 3M (melipat, menggunting, dan merekat) merupakan proses manipulasi


lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi.

b. Teknik menuang (cor), yaitu proses menuang menggunakan bahan cair yang
dituangkan pada alat acuan yang berbentuk cetakan. Setelah menjadi keras, bahan
tersebut dikeluarkan dari acuan/cetakan. Bahan cair ini dapat dibuat dari semen, plastik,
karet, gips, dan logam (tembaga, besi).

c. Teknik butsir adalah teknik dengan mengurangi dan menambah bahan hingga
memperoleh bentuk yang diinginkan. Alat yang digunakan adalah sudip. Teknik ini
digunakan pada pembuatan keramik yang berbahan tanah liat. .

d. Teknik pahat atau ukir adalah teknik yang diterapkan dalam pembuatan karya
kerajinan dengan cara memahat, menggores, menoreh, dan membentuk pola
permukaan benda. Teknik ini dapat diterapkan pada bahan keras, seperti batu, logam,
kayu keras; serta bahan sedang/tidak terlalu keras, seperti kayu sengon, mahoni, dan
lain-lain. Alat yang digunakan pada teknik pahat/ukir, antara lain tatah (pahat ukir),
alat pukul (untuk ukir kayu), dan palu besi (untuk pahat batu).

e. Teknik las merupakan teknik yang diterapkan dalam membuat karya seni kerajinan
dengan cara menggabungkan bahan satu ke bahan lain untuk mendapatkan bentuk
tertentu. Teknik las dapat diterapkan pada bahan logam, seperti besi dan kuningan.

Salah satu bahan yang sering digunakan untuk menghasilkan karya seni rupa tiga
dimensi adalah tanah liat. Teknik-teknik untuk menghasilkan karya seni rupa dari
bahan tanah liat sebagai berikut.

a. Teknik Pijat (Pinching)

Teknik pijat (pinching) merupakan suatu teknik dalam membuat karya seni rupa
dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan. Tujuan dari
penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih padat dan tidak mudah mengelupas
sehingga hasilnya akan tahan lama. Benda yang dihasilkan dari teknik pijat ini berupa
bentuk-bentuk keramik atau gerabah yang berukuran relatif kecil sampal sedang.

b. Teknik Lempeng (Slabing)

Teknik lempeng digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis dengan
permukaan yang rata. Cara melakukan teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan
tanah liat menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi lempengan dengan
ketebalan yang sama, lalu lempengan tersebut dipotong dengan pisau atau kawat sesuai
dengan ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, dapat dibuat menjadi bentuk kubus atau
persegi. Tahap akhir memberi hiasan dengan cara ditoreh pada saat tanah setengah
kering.

c. Teknik Pilin (Coiling)

Teknik pilin merupakan cara membentuk tanah liat dengan cara membuat bentuk dasar
berupa pilin atau seperti tali. Proses pilin dapat dilakukan dengan mengambil segumpal
tanah liat lalu dibentuk pilinan dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan
disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan. Panjangnya pilinan juga disesuaikan
dengan kebutuhan. Pilinan tanah liat tersebut lalu disusun menjadi bentuk yang
diinginkan. Setiap susunan diberi tambahan air agar tanah merekat dan menempel.
d. Teknik Putar (Throwing)

Teknik putar sering dipakai oleh para perajin di sentra-sentra keramik. Perajin keramik
tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki
(kick wheel). Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara melakukan teknik ini adalah
dengan mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, diletakkan
di atas meja putar tepat di tengah-tengahnya. Selanjutnya, tekan dengan kedua tangan
sambil diputar.

11. Aliran Aliran

A. Realisme (1800-an)

Gaya atau aliran yang penggambaranya sesuai dengan kenyataan. Tokoli dan judul
karyanya

1. Thomas Couture → A Realist

2. Annibale Carracci → Butchers Shop

3. Gustave Courbet > The Wrestlers

4. Theodore Chasseriau > Ali Bin Hamid

B. Naturalisme
: Gaya / aliran yang penggambaranya sesuai dengan keadaan alam/alami

1. Rembrandt → The Anatomy Lessons of Dr. Tulp

2 Paul Alfred Curzon > The Afternoon Pasttime

3. Luiz Alvarez Catala > Woman Before A Mirror

4. George Cole > Harvest Field

C. Romantisme (1818)

: Gaya atau aliran yang penggambaranya sesuai dengan Cerita

1. Eugene Delacroix > Liberty leading the people

2. Theodore Gericault → Raft of Medusa

3. Young Cau > Santa Monica

D. Impresionisme Realisme Cahaya / Light Painting (1874)

: Gaya / aliran yang penggambaraniya sesuai dengan kesan cahaya yang jatuh
/memantul

1. Claude Monet Red Water Lilies

2 Paul Cezanne View of Auvers


3. Clark Town doct Alexandria Bay

4. Vincent Van Gogh Prisoners exercising (Garis pendek berwarna)

5. Henri Rousseau→ The Snake (efek cahaya/stilasi)

6. George Seurat Sunday afternoon on the Island of La Grande Jatte (titik


berwarna/pointilisme)

E. Ekspresionisme (1900-an)

* Gaya / alliran yang penggambarannya sesuai dengan batin si pencipta. 1.

Uskar Kokoschka Potrait

2. Edward Murich Scream

3. Ernst Barlach Praying Figure

F. Fauvisme (1900-an)

Goya/aliran yang penggambaranya membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya

1. Henry Mantisse Harmony in red

2. Andre Derain →→ Drying sail

3. George Rouault Three clown

G. Kubisme (1907)

Gayal aliran yang penggambaranya berbentuk geometri

1. Pablo Picasso → Lesdemoiselles d'Avignon

2 Max Beckman The night

3 Pablo Picasso Head (Perunggu)

4. A. Archipenko Boxers (terakota)

Kubisme Analistis (objek dianalisis / dipecal) =)

b) Kubisine Sintetis (objek seakan akan disusun)

1. Fernand Leger The bottle wine and news paper

H. Futurisme

Gayalaliran yg penggambaranya tentang aktivitas

1. Carlo Carra Cio che s'ha detto il fram

2 Umberto Buccioni → Unique form continuity in space


Marchel Duchamp Nude descending

Dadaime (1916)
Gaya alas aliran inng pengembarang muncul dari alam bawah sadar

1. Man Ray →Cadeau (logam)

2. Jean Arp Constellation

1 Robert Gubar→ Untitled

1. Lazlo Mohayi Magy Light display machine

3. Marcel Duchamp The pride and ba ch elor (kaca)

J. Sueralisme (1937)

Gaya/ aliran yang penggambaranya meleinh lebihkan dari kenyataan

Surealisme figuratif (Perampokan masih realistik)

1. Gino Severini →Two Punchinellos

2. Carlo Carra lot's daughter

I. Giorgio de Chirico The disquieting muses

4. Marc Chagal The Cattle dealer

s Salvador Dali Metamorphosis

Dali

Surealisme Marker Abstraktif (sudah mendekati abstrak)

1. Isamu Noguchi Kouras

2 Joan Mifa - Harlequin Carnival

2 Wiftredo Lam The Jungle

K. Abstrakisme (1940-an)

Gaya/atiran yang penggambaranya tidak beratuman

Abstrak Ekpresionisme / Non Figuratif (sepontan abstiak)

Roberto Matta → Personages rythmique

. Ashile Gorky The liveris the cock's comb

3. Jackson Pollock Mumber 4

4. Ben nicholson Celestial blue


② Abstrak Geometris/Abstraksionisme / non - objektif

1. Wassily Kandisky Accented corner

2. Kasimir Malevich Suprematism

3. Piet Mondrian Composition with red, yellow, and blue

4. Alexander Calder ‫ م‬Red Pointed Iron

5. Naum gabo Column

6. Victor Vasarely → Trion

Richard Anus zkiewicz Entrance to green

Pop Art (1970-ar


: Gaya/aliran Populer yg penggambaranya dipengarühi oleh tranformasi budaya
populer

• Audrey Flack Queen

2. James Rosenquist Passion Flowers

Vladimir Baranou Simphony Mumber 1

4 richard Hamilton Interior Ⅱ

5. Bill Woodrow Self Portrait in The Nuclear Age

13 Kritik Karya Seni Rupa

Kritik seni merupakan kegiatan mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu
karya seni rupa dengan memberikan alasan berdasarkan berbagai analisis dan
pengkajian. Kelebihan dan kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal,
terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah karya. Sebuah kritik
seni menuntut adanya pemikiran kritis untuk membuat ulasan dan deskripsi secara
keseluruhan dari karya seni. Selain itu, kritik seni juga memiliki fungsi yang berguna
untuk menyampaikan pesan dari seniman.

Kritikus seni merupakan orang yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya
orang lain atau dirinya sendiri. Landasan yang harus ada sebelum menyampaikan
kritikan, seperti

1. keilmuan dan pengetahuan yang relevan,

2. menguasai penerapan metode kritik yang tepat, 3. pengalaman yang cukup dalam
materi kritik, serta

4. menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif).

Berikut ini hal-hal terkait kritik seni rupa.


1. Fungsi Kritik

Fungsi kritik seni rupa adalah menjembatani persepsi serta apresiasi artistik dan estetik
karya seni rupa, antara pencipta, karya, dan penikmat seni. Fungsi lain dari kritik
adalah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan,
mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan
balik guna merefleksi komunikasi ekspresifnya sehingga nilai dan apresiasi tergambar
dalam realitas harapan idealismenya. Adapun tujuan kritik seni adalah memahami
karya seni rupa, ingin menemukan cara untuk mengetahui latar belakang penciptaan
karya seni rupa, dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh senimannya sehingga
kritik seni rupa benar- benar maksimal dan secara nyata dapat memberi pernyataan
tentang baik dan buruknya karya. Pada prinsipnya, tujuan akhir kritik seni adalah
supaya orang yang melihat karya seni memperoleh informasi dan pemahaman yang
berkaitan dengan mutu karya seni serta menumbuhkan apresiasi dan tanggapan
terhadap karya seni.

2. Bentuk-Bentuk Kritik

Berdasarkan titik tolak kependidikan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut.

a. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik, sebuah karya seni cenderung dikritisi


berdasarkan kemampuannya dalam upaya mencapai tujuan moral, religius, politik, atau
psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari
sebuah karya seni, tetapi lebih melihat aspek konteksnya, baik saat ini maupun masa
lalu.

b. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur
pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, sasaran kritik lebih tertuju pada kualitas
penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual, seperti warma, garis, tekstur, dan
sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga
dengan kualitas

teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

c. Kritik Ekspresivistik

Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan
dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini
umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi, dan
visualisasi objek- objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Jenis Kritik

Apresiasi dan kritik terhadap karya seni rupa adalah kegiatan yang berupaya
memahami berbagai hasil seni terhadap segi-segi estetiknya. Kritik karya seni memiliki
perbedaan tujuan dan kualitas sehingga ada beberapa jenis kritik karya seni
berdasarkan pendekatannya. Menurut Feldman dalam Art As Image and Idea (1967),
terdapat empat jenis kritik seni sebagai berikut.
a. Kritik Populer (Popular Criticism)

Kritik seni populer ditujukan untuk konsumsi massa atau umum. Tanggapan yang
disampaikan biasanya bersifat umum, lebih pada pengenalan atau publikasi sebuah
karya

b. Kritik Keilmuan (Scholarly Criticism)

Jenis kritik keilmuan bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan,


dan kepekaan kritikus yang tinggi untuk menilai atau menanggapi sebuah karya seni.
Kritik umumnya disampaikan seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya di
bidang seni.

c. Kritik Pendidikan (Pedagogical Criticism)

Kritik pendidikan bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta


estetika subjek belajar seni. Kritik pendidikan umumnya digunakan di lembaga-
lembaga pendidikan seni, terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang
dihasilkan peserta didiknya.

d. Kritik Jurnalistik (Journalism Criticism)

Kritik jurnalistik merupakan kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melalui media massa, khususnya surat kabar.
Kritik ini biasanya sangat cepat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas
sebuah karya seni.

4. Menulis Kritik Seni Rupa

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni
membutuhkan media penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap
realitas artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin
lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik
dengan gaya bahasa lisan ataupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis, serta
menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman dan
penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.

Mengelompokkan kritik seni berdasarkan tahapannya akan mempermudah proses


menulis kritik. Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur, kita akan lebih jeli
untuk mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni
rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat
dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut.

a. Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai


unsur terkecil seni rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa
adanya tanpa berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu.
Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui istilah-
istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan
tersebut, kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik yang
terdapat pada

karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan "Apa yang kita lihat?". b.
Analisis Formal
Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya
seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini,
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa
atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti
menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman
menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini
menjawab pertanyaan "Bagaimana seniman melakukannya?".

c. Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang
digarap, simbol yang dihadirkan, dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran
ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya.
Semakin luas wawasan seorang kritikus blasanya semakin kaya interpretasi karya yang
dikritisinya. Interpretasi harus dapat menjawab pertanyaan "Mengapa seniman
menciptakannya dan apa artinya?".

d. Evaluasi atau Penilaian

Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika
dibandingkan dengan apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik
untuk menentukan kualitas suatu karya seni dan biasanya akan dibandingkan dengan
karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait
dengan karya tersebut, baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah karya
berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja
mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual, orisinalitasnya.

Mengevaluasi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah


sebagai berikut.

1) Mengaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis.

2) Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah.

3) Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan "menyimpang" dari yang telah ada
sebelumnya.

4) Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan sudut pandang
tertentu yang melatarbelakanginya.

14. Seni Rupa Modern dan Tradisional

Seni rupa modern dan tradisional adalah dua jenis seni rupa yang ada di Indonesia.
Seni rupa modern dan tradisional memiliki ciri khasnya masing-masing

Berikut adalah ciri-ciri seni rupa modern:


Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu
Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi
Cenderung terdapat sebuah abstraksi
Bahan-bahan pembuatan yang beragam
Merupakan sarana dalam ekspresi diri bagi senimannya
Tidak mengatasnamakan pada institusi politik ataupun religius
Selalu mengutamakan pada orisinalitas
Terdapat hubungan langsung dengan teknologi modern
Contoh seni rupa modern adalah:
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, dan pelukis era
modern lainnya
Desain grafis
Video seni (art video)
Kerajinan tangan
Seni rupa tradisional adalah seni rupa yang dibuat dengan mengikuti pola-pola, aturan,
atau "pakem" tertentu yang menjadi pedoman dalam berkarya. Seni rupa tradisional
dapat dibuat berulang-ulang tanpa merubah aturan dan bentuk aslinya.
Contoh seni rupa tradisional adalah:
Wayang kulit, Motif kain tenun, Ukiran candi, Kain batik, Wayang golek, Kain
songket, Kain tapis, Kain ulos, Keris, Ludruk.

16. Fungsi Pameran


Fungsi Pameran Karya Seni Rupa

Pada proses pelaksanaannya, ada beberapa fungsi pameran yang bisa diperoleh oleh
banyak pihak. Fungsi pameran dapat dibedakan menjadi empat kategori berikut.

a. Fungsi Prestasi

Pameran berfungsi membantu memacu para pegiat seni untuk bisa berprestasi dalam
menghasilkan suatu karya yang sangat menginspirasi.

b. Fungsi Rekreasi

Pameran bermanfaat untuk media relaksasi dan melepaskan diri dari berbagai tekanan
kegiatan sehari-hari yang menguras pikiran dan energi.

c. Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi pada pameran berguna untuk memberikan pendidikan dan melatih
masyarakat luas dalam memahami arti dari keahlian rohani manusia. Kegiatan ini
mampu menyeimbangkan kembali ingatan dan pandangan manusia terhadap
lingkungan sekitarnya.

d. Fungsi Apresiasi

Pameran digunakan sebagai suatu media dalam menyampaikan apresiasi kepada para
seniman. Para pengunjung akan menyampaikan apresiasinya kepada seniman dan hasil
karyanya. Dalam konteks penyelenggaraan pameran seni rupa di sekolah, fungsi
pameran karya seni rupa

sebagai berikut. a. Membangkitkan motivasi siswa dalam berkarya seni.

b. Motivasi berkarya visual lewat karya seni.

c. Belajar berorganisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pameran.

d. Meningkatkan apresiasi seni warga sekolah, khususnya siswa.

e. Penyegaran dari kejenuhan belajar di kelas.

19.Tugas Panitia Pameran


a. Pelindung
Tugasnya sebagai penanggung jawab terlaksananya kegiatan pameran di kelas atau
sekolah, baik yang menyangkut urusan ke dalam maupun ke luar.

b. Penanggung Jawab

Tugasnya memberikan arahan dan bimbingan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

c. Ketua Panitia

Tugasnya mengoordinasi dan memimpin semua kegiatan yang berhubungan dengan


pelaksanaan kegiatan pameran. Dalam menjalankan tugasnya, seorang ketua harus
mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak yang mendukung
kegiatan pameran.

d. Wakil Ketua

Tugasnya membantu ketua untuk kelancaran kegiatan pameran. Selain itu, seorang
wakil ketua juga harus bertanggung jawab atas kepengurusan berbagai hal,
memperlancar kegiatan seksi-seksi, dan mengganti tugas ketua apabila ketua
berhalangan datang.

e. Sekretaris

Tugas pokok sekretaris dalam suatu kegiatan pameran sebagai berikut. ) Menulis
seluruh kegiatan panitia selama penyelenggaraan pameran. 1

2) Membuat surat-surat pemberitahuan kepada kepala sekolah, orang tua, dan kepala
Dinas Pendidikan setempat.

3) Mengarsipkan surat-surat penting serta menyusunnya sesuai tanggal dan waktu


pengeluaran secara cermat dan teratur.

4) Bersama ketua, membuat laporan kegiatan sebelum, sedang, dan sesudah kegiatan
pameran berlangsung.

f. Bendahara

Tugasnya menangani bidang keuangan dan menyusun laporan pertanggungjawaban


atas penggunaan dan pengelolaan keuangan selama acara. Untuk itu, seorang
bendahara

harus memiliki sikap jujur, teliti, cermat, sabar, dan bertanggung jawab.

g. Seksi-Seksi

1) Seksi penyeleksi bertugas menyeleksi karya-karya yang akan dipamerkan.

2) Seksi dekorasi bertugas mengatur dan membuat ruang pameran menjadi lebih indah
dan menarik.

3) Seksi publikasi dan dokumentasi bertugas mendokumentasikan semua yang


berhubungan dengan kegiatan pameran. Seksi publikasi dan dokumentasi juga bertugas
untuk membuat laporan dokumentasi pameran dengan cara mengumpulkan hasil
pemotretan tentang kegiatan pameran.
4) Seksi keamanan bertugas menjaga keamanan selama pameran berlangsung sampai
berakhirnya pameran.
5) Seksi usaha bertugas mental datang dibutuhkan, misalnyana adalah dengan sponsor
atau donaugas mencari dana yang dibyar mendapatkan dangan dari donatur. juran
peserta pamera. Hal yang dapat dilakukan ageolektif, dan sumbangan dan alat-alat

6) Seksi perlengkapan sumbangan siswa sokan semua perlengkapan dimulai yang


dibutuhkan selamtugas mempersing sung. Tanggung jawab ini dimulai dari 7)

pengadaan sampai pengembalian Seksi konsumsi bertugas darbainanagung jawab


dengan berbagai hal yang berkaitan dengan konsumsi.

8) Seksi kesekretariatan bertugas membantu sekretaris dalam pembuatan dokumen


tertulis, seperti surat-menyurat, penyusunan proposal kegiatan, dan mencatat segala
sesuatu yang terjadi hingga pameran selesai.

9) Seksi stan atau petugas stan, bertugas menjaga kelancaran pameran dan mengatur
(mengarahkan) pengunjung mulai dari masuk sampai keluar dari ruang pameran.
Penjaga stan diharapkan melayani para pengunjung secara ramah dan sopan, serta
membantu memberikan informasi tentang karya-karya yang dipamerkan.

10) Seksi pengumpulan dan seleksi karya bertugas melakukan pencatatan, pendataan
karya (nama seniman, judul, tahun pembuatan, kelas, harga, dan sebagainya), serta
melakukan pemilihan karya yang akan dipamerkan.

Anda mungkin juga menyukai