Modern
Kepandaiannya bergaul
memudahkannya masuk ke
lingkunge orang-orang Belanda dan
lembaga-lembaga elit Hindia Beland
Kenalannya, Prof. Caspar
Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bog
sekaligus Direktur Pertanian,
Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan
wilayah Jawa dan pulau sekitarnya,
menilai Raden Saleh pa mendapat
ikatan dinas dari departemennya.
Kebetulan di ins iru ada pelukis
keturunan Belgia, A.A.J. Payen,
yang didatang dari Belanda untuk
membuat lukisan pemandangan
Pulau J untuk hiasan kantor
Departemen van Kolonieen di
Belanda. Tema dengan bakat
Raden Saleh, Payen berinisiatif
member Belanda, ini cukup
membantu Raden Saleh menyelami
seni k Barat dan teknik
pembuatannya. Payen juga
mengajak Saleh muda dalam
perjalan dinas keliling Jawa mencari
model pemandangan untuk lukisan,
la menugaskan Saleh menggambar
tipe-tipe orang Indonesia di daerah
yang disinggahi. Terkesan dengan
bakat luar biasa anak didiknya,
Payen mengusulkan agar Raden
Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul
ini didukung oleh Gubernur
Jenderal Van der Capellen, yang
memerintah Hindia Belanda waktu
itu (1819-1826), setelah ia melihat
karya Raden Saleh.Pangeran
Diponegoro oleh Jenderal De Cock
pada tahun 1830 di kediaman
Residen Magelang. Dalam lukisan
itu Raden Saleh menggambarkan
dirinya sendiri dengan sikap
menghormat menyaksikan suasana
tragis tersebut bersama-sama
pengikut Pangeran Diponegoro.
Jendral De Cock digambarkan
sangat segan dan hormat saat
mengantarkan Pangeran
Diponegoro
menuju kereta. Sebenarnya, saat
penangkapan itu Raden Saleh
masih berada di Belanda. Beberapa
tahun kemudian, saat kembali ke
Indonesia, ia mencari informasi dari
kerabat Pangeran Diponegoro, lalu
melukiskannya di atas kanvas.
4.Realisme Kerakyatan di
Yogyakarta
Sejak Revolusi Fisik tahun 1946
dan kepindahan ibu kora ke
Yogyakarta, sejumlah pelukis juga
ikut hijrah ke Yogyakarta. Para
pelukis yang hijrah ini kemudian
menerap di Yogyakarta dan banyak
berkarya dengan tema-tema
perjuangan. Setelah situasi nasional
mulai membaik dan pusat
pemerintahan dikembalikan ke
Jakarta, para pelukis yang tinggal di
Yogyakarta ini mulai melukis
dengan tema tema yang mengrink
perkembangankeadaan sosial yang
timpang, Gaya yang dianut oleh
sejumlah pelukis Yogu tersebut
dikenal sebagai Realisme
Kerakyatan. Ada pula yang
menyebutnya sebagai Realisme
Sosial.Para pelukis tersebut
mendirikan organisasi seniman par
tahun 1950 yang dikenal sebagai
Pelukis Rakyur. Organiz ini
semakin berkembang karena
memiliki hubungan erat dengan
tokoh pemerintahan sehingga
memperoleh banyak pesanan karya
lukisan, patung, dan relief untuk
gedung gedung pemerintahan.
Selain itu, perkumpulan ini pun
memiliki bubungan yang ta dengan
Lembaga Kebudayaan Rakyat
(LEKRA) yang didirikan pada tahun
1950. Pada waktu itu lembaga ini
amat berpengaruh dalam
menentukan arah kebudayaan
nasional
5.Mazhab Bandung
Sejak didirikannya Balai Pendidikan
Guru Gambar di lingkungan
Technische Hogeschool (sekarang
ITB) pada tahun 1949 di Bandung,
berkembanglah seni rupa
lingkungan akademis. Pada tahun
1953, atas bimbingan Reis Mulder,
seorang pelukis.Belanda. Achmad
Sadali, But Mukhtar, Mokhtar Apin,
dan para mahasiswa lainnya
melakukan eksperimen dengan
merombak objek lukisan menjadi
pola geometris dan membagi-bagi
bidang datar sesuai dengan
komposisi garis dan warna.
Meskipun demikian objek
lukisannya masih terlihat samar
seperti halnya objek gambar dilihat
melalui tabir kaca kristal. Pada
waktu bersamaan, Oesman Effendi
juga melakukan hal yang sama di
Jakarta. Gaya semacam ini juga
kemudian menjadi ciri khas para
pelukis yang belajar di ITB.
Kelompok ini, oleh sejumlah pelukis
beraliran Realisme. dianggap
sebagai gaya estetis hasil
Laboratorium Barat.Selanjutnya,
berkembang gaya abstrak di
lingkungan seniman ITB yang dapat
dibagi menjadi dua kelompok.
Lukisan karya But Mukh Pertama,
gaya abstrak tanpa objek, tetapi
lebih menekankan kepada olah
bahasa rupa dan imajinasi si
pelukis. Gaya lukisanabstrak imi
amar variatif, mulai dari model
pengamatan bumi dilihat dari
angkasa, detail tebing yang seperti
mengalami korosi, pelapukan
batang kayu, permainan bidang
geometris, ataupun hanya
eksperimen ber dasarkan imaji rupa
si pelukis. Kedua, adalah abstrak
non-figuratif, berupa bentuk-bentuk
figur yang mengalami
pengabstrakan. Dalam beberapa
segi masih terlihat unsur figur yang
dijadikan objek, namun terlihat
samar atau bermakna konotarif
meskipun telah meng alami
perubahan bentuk dari wujud
aslinya.
W
c. Tradisi Inovasi
1) Pesawat Terbang
2) Kapal Laut
Selain industri pesawat terbang,
pemerintah membangun industri
pembuat kapal PT PAL-Indonesia
pada tanggal 15 April 1980 di
Surabaya. Awalnya industri ini
membuat kapal dengan lisensi dari
Friederich Lurssen Werf-Bremen
untuk membuat kapal patroli cepat
berukuran 57
meter (400 ton) dan 28 meter (60
ton). Kemudian, bekerja
samadengan Boeing Marine
System membuat jetfoil
berkecepatan 50 knot. Selain itu,
secara bertahap juga telah
merancang kapal fregat 2500 ton,
kapal patroli cepat FPB-28, dan
FPB-57 sejalan dengan kegiatan
lainnya. Divisi Kapal Niaga telah
menyelesaikan dua kapal tanker
3500 DWT dengan lisensi dari
Mitsui Engineering Co. untuk
Pertamina, serta berbagai jenis
kapal tipe coaster Caraka Jaya'.
Tahap pertama telah dibuat 5 buah,
kemudian 24 buah, dan tahap ke
tiga telah diproduksi 34 buah.
Sampai tahun 1993, industri
perkapalan nasional hanya memiliki
20 perusahaan yang dapat
memproduksi kapal dengan GRT
(Gross Registered Tewne) antara
1000-3000, serta hanya PT PAL dan
PT Dok Ferkapalan Kodja Bahari
yang dapatmemproduksi kapal
dengan besaran
30.000 GRT.Kegiatan desain di PT
PAL-Surabaya telah berkembang
cukup lama, sejak industri ini masih
merupakan bagian dari pangkalan
angkatan laur di bawah koordinasi
TNI-AL.
6) Kerajinan ModernAkar
perkembangan industri kecil
kerajinan di Indonesia tidak terpisah
dari budaya keterampilan yang
telah diwariskan nenek moyang
bangsa Indonesia secara turun
temurun, Jika sebagian besar
wilayah nusantara yang subur
ditumbuhi oleh hutan, kemudian
kaya akan lempung dan bebatuan,
maka keterampilan tangan yang
pertama-tama dimiliki nenek
moyang yang hidup di wilayah ini
adalah keterampilan membuat
perabotan dari kayu, tembikar, dan
batu. Artifak-artifak yang terbuat
dari kayu memang umurnya
pendek. sehingga karya-karya
adiluhung yang diciptakan
cenderung punah. Sedangkan
artifak dari
tembikar sebagian masih tersisa
dan artifak yang terbuat dari batu
memiliki usia yang lebih bertahan
lama, seperti halnya candi, nisan,
prasasti, ataupun relief.Tradisi
kerajinan tangan yang telah dirintis
oleh nenek moyang bangsa
Indonesia itu. merupakan landasan
keterampilan turun temurun dengan
hasil yang berkualitas tinggi. baik
yang dibuat hanya sebagai sebuah
pelengkap upacara atau keperluan
raja atau yang dibuar massal untuk
keperluan masyarakat kebanyakan.
Perkembangan selanjurnya, tradisi
tersebut terbagi atas dua kelompok.
Yaitu, produk-produk yang memiliki
nilai adiluhung yang dibuat tunggal
atau terbatas (pesanan khusus,
tradisi keraton) yang lalu
dikategorikan sebagai seni kriya
dan produk-produk untuk konsumsi
masyarakat banyak, kerap disebut
sebagai produk kerajinan.Raffles
pada abad ke-19 mencatat bahwa
telah tumbuh industri
kerajinan rumah tangga di pulau
Jawa sejak abad ke-18, yang terdiri
dari industri pertenunan, produk
kayu, anyaman, barang dan alat
dari besi, kerajinan emas dan
perak, bata dan genteng,
tembikar.persenjarzan, produk kulit,
kertas, serta kerajinan tanduk,
batok kelapa, dan tulang.
Fenomena ini juga dapat dilihat dari
tumbuhnya industri kecil yang
mengolah produk perak dan
perkayuan di sekitar Juwana,
Jepara, dan Semarang yang
kemudian diekspor melalui Batavia.
5.Tumbuhnya Eklektisisme
Eklektisme awalnya merupakan
puncak kampera aneka penis prohik
yang berkembang pada tahun 1750
di Inggr yang mengakibatkan
perluasan pabrik umrak memproduk
barung dengan akala
yang lebih besar lagi serta harga
(wal rendah Pada akhir abad ke-18,
gaya ini dianggap sebagai satu
gaya yang menguntungkan secara
komersial karena di samping
banyak disukai masyarakat
konsumen, kesederhana an
omamennya memudahkan dalam
proses produksi. Eklektisime
memiliki semangat untuk
mencampuradukkan dan menggado
gadokan semua unsur yang
kebetulan disenang. Eklektime
selalu ada di setiap saman, sebagai
tanda alanya krisis kebudayaan
atau proses pencarian dengan
jalary melirik kembali ke masa
lampau araupun sekedar cara untuk
meningkatkan nilai jual sebuah
produkDi Indonesia, eklektisisme
tumbuh secara alamiah sebagai
bagian dari industri pembuat barang
dan arsitektur, baik semasa
pemerintahan kolonial maupun
pemerintahan sesudah
kemerdekaan. Bentuk-bentuk
eklektik tersebut dapat
dijumpai pada sejumlah barang
sehari hari, baik pakaian,
perabotan, maupun perumahan di
kota-kota besar. Umumnya terdapat
empat kategori produk eklektik di
Indonesia. Yaitu: paduan aneka
ornamen etnik beberapa daerah:
paduan ornamen etnik dengan
desain modern; campuran gaya
gado-gado, baik gaya modern
dengan etnik maupun gaya klasik
dengan modern; dan berbagai jenis
produk imitasi yang menempelkan
unsur ornamen sebagai bagian
untuk meningkatkan nilai artistik
sebuah barang atau bangunan.
Penerapan gaya eklektik terjadi di
berbagai jenis produk, mulai dari
poster, iklan, kemasan, mebel,
pakaian, rumah, hingga barang-
barang industri.
NURTANIO PRINGGOADISURYO.
Salah seorang desainer dan perintis
industri pesawat terbang di
Indonesia. Karirnya dimulai ketika
Seksi Percobaan dan Pangkalan
Udara Andir ditingkatkan menjadi
Design Development and
Production Depot. Delapan tahun
setelah itu namanya diubah menjadi
Institute of Aero Industry
Esthablishment yang kemudian
dikenal sebagai LAPIP (Lembaga
Persiapan Industri Penerbangan)
dan diresmikan pada
tanggal 16 Desember 1961 dipimpin
oleh Nurtanio Pringgoadisuryo.
LAPIP berhasil merancang dan
menerbangkan pesawat 'Si Kunang'
dan 'Si Belalang' mengelilingi pulau
Jawa. Nurtanio mendapat
kecelakaan tragis ketika
pesawatnya jatuh di sekitar Andir,
Bandung. Namanya pernah
diabadikan menjadi nama Industri
Pesawat Terbang dan kini
diabadikan sebagai nama
Perguruan Tinggi Kedirgantaraan di
Bandung.