Aliran Seni lukis Raden Saleh banyak dipengaruhi oleh dua aliran utama yang sedang berdialog hangat di
Barat pada masa hidupnya. Ia mempelajari teknik lukis setelah periode Renaisans banyak mempengaruhi
dunia seni Barat. Namun Ia juga merasakan dampak dari aliran seni rupa yang sedang mapan pada saat itu,
yakni aliran seni rupa romantisisme.
Ciri-ciri aliran romantisisme sangat kental pada karyanya setelah dia berpetualang ke negara-negara Eropa.
Aliran romantisisme adalah aliran yang mengutamakan imajinasi, emosi, dan sentimen idealisme yang
biasanya dituangkan melalui alegori alam. Karena itulah banyak lukisan Raden Saleh yang melibatkan
satwa liar dan pemandangan alam yang dramatis. Bahkan lukisan suasananya pun tetap dibumbui oleh
pencahayaan alam yang emosional.
Raden Saleh menghasilkan banyak sekali karya yang memuat pelbagai tema dan subjek. Teknik lukisnya
banyak dipengaruhi oleh seniman-seniman Barat. Meskipun demikian Ia tidak lantas lupa pada tanah
airnya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada lukisan Penangkapan Diponegoro hasil karyanya.
Pangeran Diponegoro dan pengikutnya tampak tidak membawa senjata pada lukisan ini. Keris di pinggang, ciri khas
Diponegoro, pun tak ada. Tampaknya Raden Saleh ingin menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan.
Meskipun Saleh tidak sedang berada di Hindia Belanda pada peristiwa itu, ketika pulang ia langsung mencari pelbagai
informasi mengenai berita penangkapan tersebut. Pangeran Diponegoro dan pengikutnya datang untuk berunding,
namun gagal.Diponegoro ditangkap dengan mudah karena jenderal De Kock tahu bahwa musuhnya sedang tidak
siap untuk berperang di bulan Ramadhan. Meskipun tampak tegang, Pangeran Diponegoro tetap digambarkan
berdiri dalam pose siaga.
Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan emosi, tangan kirinya menggenggam tasbih yang mungkin
ingin menunjukan Beliau tetap bersabar dan tidak lupa pada yang Maha Kuasa ketika musibah menimpanya.
Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan sosok yang mirip dengan dirinya sendiri. Sosok itu
menunjukan sikap empati menyaksikan suasana tragis itu bersama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain.
Jenderal De Kock pun kelihatan tampak sangat segan dan menaruh hormat saat menangkap Pangeran Diponegoro
menuju ke tempat pembuangan.
Terdapat ciri paradoks dari Romantisisme disini, manusia seolah diputarbalikan menjadi mahluk yang buas
(seperti hewan) yang berburu mangsanya. Padahal banteng bukanlah hewan yang lazim diburu di
nusantara. Tidak ada budaya untuk memakan santapan daging banteng di Hindia Belanda, latar belakang
Raden Saleh pada saat menciptakan karya ini.
Hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia ini tampak secara tidak langsung menyindir nafsu
manusia yang terus mengusik mahluk lain. Padahal predator alami sendiri biasanya tidak berani untuk
memburu banteng. Tapi manusia dengan nafsu yang tidak terbatas berani dan bahkan berhasil
menaklukan hewan yang raja rimba saja tidak berani menyentuhnya. Singa berburu agar dapat bertahan
hidup, berburu adalah satu-satunya sumber makanan baginya. Sementara manusia? Sebetulnya apa yang
diburu dalam perburuan banteng itu?
MAKALAH MINYAK BUMI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : RISQI AULIA SYAHFITRI
KELAS : XI MIPA 4
MADRASAH ALIYAH NEGERI
LABUHANBATU