Anda di halaman 1dari 7

Raden Saleh: Kontroversi Dibalik Lukisan

Penangkapan Pangeran Diponegoro Bagi


Indonesia
Syifa Afifah Pringgandani Annas
SMA Negeri 4 Kota Bekasi
Email: syifa.inggan@gmail.com

Abstract: Raden Saleh is one of Indonesia's accomplished painters who is known as a world-class
painter with a romantic touch. His paintings are contemporary witnesses, tell a lot about
struggles and life situations, especially about Java, and are also touted as the pioneers of modern
painting in Indonesia. Raden Saleh has many paintings that are known throughout the world, one
of which is the famous painting, the painting The Arrest of Prince Diponegoro. This painting by
Raden Saleh presents real events of colonial history. Describes how the strong character of
Prince Diponegoro fell victim to the cunning tactics of the Dutch East Indies government. Some
argue that this painting represents the nationalism of Raden Saleh, who has lived in Europe for a
long time. The painting of Prince Diponegoro's arrest has become a national collect ion of one of
the museums in Indonesia.

Keywords : Raden Saleh, Prince Diponegoro, History.

Abstract : Raden Saleh adalah salah satu pelukis ulung Indonesia yang dikenal sebagai pelukis
kelas dunia dengan sentuhan romantisme. Lukisan-lukisannya menjadi saksi kekinian, banyak
bercerita tentang perjuangan dan situasi kehidupan, khususnya tentang Jawa, dan juga disebut -
sebut sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia. Raden Saleh memiliki banyak lukisan yang
dikenal di seluruh dunia, salah satunya lukis an yang terkenal yaitu lukisan Penangkapan Pangeran
Diponegoro. Lukisan karya Raden Saleh ini menghadirkan peristiwa nyata sejarah kolonial.
Menggambarkan bagaimana karakter kuat Pangeran Diponegoro menjadi korban taktik licik
pemerintah Hindia Belanda. Ada yang berpendapat bahwa lukisan ini merepresentasikan
nasionalisme Raden Saleh yang sudah lama tinggal di Eropa. Lukisan penangkapan Pangeran
Diponegoro telah menjadi koleksi nasional salah satu museum di Indonesia.

Kata kunci : Raden Saleh, Pangeran Diponegoro, Sejarah.

PENDAHULUAN

Raden Saleh adalah seorang pelukis Indonesia yang terkenal dengan


lukisannya Penangkapan Pangeran Diponegoro. Raden Saleh hidup pada masa
penjajahan Belanda dan merupakan pelopor seni rupa modern di Indonesia.

Keistimewaan karya-karya Raden Saleh adalah perpaduan romantisme


yang populer di Eropa saat itu dengan unsur-unsur yang menunjukkan latar
belakang Jawanya. Lama dikenal sebagai salah satu seniman terbesar Indonesia,
Raden Saleh mendapat julukan Raja Pelukis.
1
Raden Saleh membuktikan kemampuannya menggambar karena
bersekolah di sekolah umum atau Volksskoulu. Pada usia 12 atau 15 tahun, Raden
Saleh berhasil menarik perhatian pelukis Belgia A.A.J.

Tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang sosok Raden Saleh pelukis
asal Indonesia yang dimana lukisan beliau banyak dikenal diseluruh dunia.
Tulisan ini juga akan memamparkan siapa itu Raden Saleh dan salah satu karya
nya yang menjadi lukisan sejarah bagi Indonesia.

METODE

Penulisan artikel ini menggunakan studi pustaka dalam pengumpulan data,


dimana data yang diperoleh adalah data sekunder yang di peroleh dari berbagai
sumber tertulis, seperti buku, bahan bacaan, beberapa penelitian, dan jurnal ilmiah
lainnya yang terkait pembahasan mengenai Raden Saleh dan karya-karya nya yang
sangat mendunia. Data yang telah di kumpulkan dari berbagai sumber kemudian
diklasifikasikan, diinterpretasikan, dan disusun untuk dianalisis. Dengan
menggunakan studi pustaka diharapkan dapat menjelaskan mengenai siapa itu
sosok Raden Saleh dan penjelasan mengenai lukisan pangeran diponegoro.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Raden Saleh

Raden Saleh Syarif Bustaman lahir di Terbaya, Semarang, Jawa Tengah


dari pasangan Mas Ajeng Zarip Husen dan Sayid Husein bin Alwi bin Awal,
Penguasa Terbaya saat itu. Beberapa sumber menyebutkan tahun kelahirannya
sebagai 1807, 1811 dan 1814.
Sejak kecil, Raden Saleh banyak belajar dari orang-orang yang ahli di
bidangnya. Dia mempertajam pemilihan drafnya dengan Antonie A.J Paijen dan
J.Th. Mönch. Bakat dan keterampilan ini membawa Raden Saleh kesempatan
untuk berkembang lebih jauh di Eropa.
Pada tahun 1829 Raden Saleh muda melakukan perjalanan ke Belanda
dengan kapal Pieter en Karel untuk ikut serta dalam perjalanan bisnis pegawai
pajak Hindia Belanda. Di sana ia belajar melukis potret dengan Cornelis
Kruseman dan melukis panorama dengan Andreas Schelfout. Selain itu,

2
kecintaannya sebagai ilmuwan muda mendorongnya untuk menggunakan
kesempatan ini untuk belajar banyak hal di luar seni lukis.
Pada tahun 1851 Raden Saleh menyelesaikan petualangannya di Eropa dan
kembali ke Batavia. Ia menikahi Raden Ayu Danudiredjo setelah mengakhiri
pernikahannya dengan istri Belanda pertamanya. Pada tahun 1865 ia melakukan
perjalanan menjelajahi pulau Jawa dan berhasil menemukan beberapa fosil. Selain
itu, ia berhasil mengumpulkan ratusan artefak kuno.
"Raja pelukis" ini meninggal pada hari Minggu, 25 April 1880. Seperti
yang tertulis dalam obituari, banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat
mengikuti perpisahannya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Berita kematian di
surat kabar Java Bode, 28 April 1880:
“Kami memiliki koresponden dari Bogor untuk mendapatkan berita yang
mengatakan: Pada hari Minggu, 25 April, pukul 6, kematian Raden Saleh diikuti
oleh banyak Ambtenar, Asisten Kandjeng Toean, Toean Boetmy dan jari kaki
negara lainnya, Haji-Hadji, salah satu keturunan Muslim, di kedua barisan dan
yang tidak berpangkat dan Jawa, bahkan anak-anak sekolah Landbouw Jawa
mengirim tanah mereka ke Koeboer. Penghoeloe-penghoeloe, pendeta soedah dan
saleh djoega ikoet anter. Orang-orang Itoe Selam dan Jawa dan terlebih lagi
orang-orang saleh yang berjanji akan pergi dengan suara sedih." (Indriawati,
2022)

Peran Raden Saleh

Raden Saleh merupakan tokoh penting dalam perkembangan seni rupa


modern di Indonesia. Guru pertama Raden Saleh adalah AA Payen dari Belgia,
yang ditugaskan oleh pemerintah kolonial untuk melukis alam dan pemandangan
di Hindia Belanda. Berkat bakatnya, pada tahun 1830 ia mendapat kesempatan
untuk memperdalam ilmunya di Belanda. Di sana Raden Saleh belajar melukis
potret dengan Cornelis Krusemen dan melukis pemandangan dengan Andreas
Schelfhout.
Dia tidak terlalu tertarik melukis potret dan lanskap. Dia melakukannya
demi uang. Ketakutannya hilang ketika dia bertemu dengan rombongan sirkus
hewan yang dipimpin oleh Henri Martin dari Paris yang sedang mengunjungi Den
Haag. “Saleh melukis potret Henri Martin sendiri. Itu tipuan untuk membuat
3
Henry membiarkan Saleh datang melihat hewan sirkusnya kapan saja," kata
Kraus.
Saleh membuat banyak sketsa singa dan harimau dari Martin. Inilah awal
ketertarikannya untuk melukis kehidupan binatang. Salah satu lukisannya adalah
"Kepala Singa" yang menggambarkan wajah seekor singa yang menatapnya tajam
dan berwibawa. Lukisan ini menjadi koleksi Museum Seni Rupa
Kupferstichkabinett di Berlin, Jerman.
Pada tahun 1851 Raden Saleh kembali ke Jawa setelah menikah dengan
seorang wanita kaya Eropa, Miss Winkelman. Pernikahan itu tidak berlangsung
lama. Raden Saleh bercerai dan menikah lagi dengan seorang wanita Jawa.
Di Jawa, Raden Saleh ditunjuk sebagai kurator Koleksi Benda Seni. Raden
Saleh melakukan perjalanan ke Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk melukis
pemandangan dan potret raja dan ratu. Namun, salah satu karya fenomenalnya
adalah melukis
"Penangkapan Diponegoro" (1857). Setelah berhasil mengatur
penangkapan Pangeran Diponegoro, Hendrick Merkus de Kock kembali ke
Belanda dan mendapat gelar pahlawan nasional. Untuk menghormati dan
merayakan prestasi tersebut, de Kock meminta Cornelis Kruseman, guru Raden
Saleh, untuk membuat lukisan dirinya. (Ismayanto, 2018)

Karya-Karya Raden Saleh

Dalam karyanya, Raden Saleh menggambarkan sebagian besar


Romantisisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19. Kualitas
Romantisisme dalam lukisan Raden Saleh mengandung paradoks. Misalnya
gambaran keagungan dan kekejaman, cerminan harapan (agama) dan
ketidakpastian nasib (kenyataan).
Melalui karyanya, ia menyindir hasrat manusia yang terus mengganggu
makhluk lain, seperti cara kita berburu binatang. Selain itu, Raden Saleh juga
mengusung ide kemerdekaan dan kemerdekaan, kemerdekaan dan melawan
penindasan dalam karya-karyanya. Salah satunya dihadirkan dalam lukisan (1857)
Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Raden Saleh awalnya menghadiahkan lukisan itu kepada Raja Willem III,
tetapi Indonesia mengembalikannya pada tahun 1978, sebagaimana dikutip dalam
buku pelajaran sejarah seni rupa Indonesia karya Yofita Sandra. Pada tahun 1883
4
diadakan pameran dunia bertajuk Exposition Universelle Coloniale at Exportation
General di Amsterdam. Pameran ini memiliki bangunan khas kolonial yang
menampilkan berbagai barang dan produk dari daerah kolonial Belanda.
Ada juga 19 lukisan karya Raden Saleh, sebagian dari Raja Willem III.
Lukisan-lukisan yang dikagumi Raden Saleh antara lain lukisan yang
menggambarkan adu banteng, adu singa, dan lukisan Penangkapan Pangeran
Diponegoro, seperti dikutip dari buku Di Penjajah karya Harry A. Poeze.
Berkat kiprahnya, Raden Saleh pun mendapat banyak penghargaan di
Belanda dan Indonesia. Dari Belanda ada Stars Ridder of the Order van
Eikenkoon (REK), Commandeur met de ster dari Frans Joseph Orde (CFJO),
Ridder of the Koonorde van Pruisen (RKP) dan Ridder van de Witte Valk.
Dianugerahi oleh pemerintah Indonesia, secara anumerta dianugerahkan
pada tahun 1969 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupa sertifikat
Anugerah Seni sebagai pelopor seni lukis di Indonesia. Selain itu, pada akhir
tahun 1967, PTT mengeluarkan rangkaian perangko Raden Saleh yang
menampilkan reproduksi dua lukisannya yang menggambarkan perjuangan
binatang buas. (Kusuma, 2023)

Lukisan Pangeran Diponegoro

Lukisan Raden Saleh tentang Pangeran Diponegoro merupakan tanggapan


atas lukisan Nicolaas Pieneman dari tahun 1809-1860. Saat itu, Nicolaas
Pieneman ditugaskan untuk mendokumentasikan penculikan Pangeran
Diponegoro oleh pemerintah Belanda.
Kasus penculikan ini berawal dari ajakan Pangeran Diponegoro untuk
datang ke Magelang. Undangan ini awalnya dimaksudkan untuk membahas
gencatan senjata. Kemudian ternyata Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya
telah ditangkap dan dideportasi. Saat kejadian itu terjadi, Raden Saleh sedang
berada di Eropa, yang kemudian mengetahui kejadian tersebut melalui lukisan
Pieneman.
Raden Saleh kemudian mengilustrasikan kembali lukisan tersebut dengan
cerita serupa sebagai tanggapan atas penculikan lukisan tersebut oleh Pangeran
Diponegoro. Raden Saleh memulai lukisan Pangeran Diponegoro dengan
membuat sketsa pada tahun 1856. Setahun kemudian ia menyelesaikan lukisannya
5
dengan cat minyak.
Raden Saleh melaporkan foto penculikan itu kepada temannya dari Jerman
Ernst II, Adipati Saxe-Coburg dan Gotha dengan judul "Pemandangan sejarah,
penangkapan pemimpin Jawa Diepo Negoro". Direktur "Diponegoro". Diketahui,
nama yang diberikan pada lukisan Raden Saleh berbeda dengan nama yang
diberikan Pieneman. Selain judul yang diberikan oleh Raden Saleh dan Pieneman,
ada perbedaan pandangan lain tentang nasionalisme dalam lukisan tersebut.
Hal ini menjadi kontroversi dikarenakan lukisan Pangeran Diponegoro
buatan Raden Saleh dan Pieneman memiliki banyak perbedaan. Lukisan Raden
Saleh tentang Pangeran Diponegoro memiliki perbedaan nasionalis dengan
lukisan Pieneman yang menggambarkan penculikan. Pieneman, yang bernama
lengkap Nicolaas Pieneman, adalah seorang pelukis litograf dari Belanda Utara.
Terlepas dari perbedaan tersebut, lukisan wajah Pangeran Diponegoro
karya Pieneman menunjukkan kelesuan dan ketundukan. Namun dalam lukisan
Raden Saleh, wajah Pangeran Diponegoro digambarkan dengan ekspresi tegas dan
menahan amarah. Kemudian perbedaan selanjutnya adalah pada judul lukisan ini,
lukisan Pieneman berjudul “Penyerahan Diponegoro” sedangkan lukisan Raden
Saleh berjudul “Penangkapan Diponegoro”. Perbedaan berikutnya ada pada
deskripsi bendera Belanda. Raden Saleh tidak menunjukkan bendera Belanda
seperti lukisan Pieneman. (Salma, 2022)

KESIMPULAN

Raden Saleh adalah seniman yang dikenal sebagai pelopor seni rupa modern
Indonesia, karya-karyanya bernilai dan diakui dunia. Lukisan-lukisan Raden Saleh
juga memiliki subjek yang beragam, objek yang berbeda-beda, cocok untuk segala
lingkungan kehidupan dan mengandung nilai-nilai positif bagi masyarakat.
Kemudian lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro ini menarik
perhatian publik dunia dan menjadi lukisan sejarah di Indonesia, meskipun
kontroversinya sudah diketahui masyarakat umum.

6
DAFTAR PUSTAKA

Indriawati, T. (2022). Biografi Raden Saleh: Sang Pelukis Raja. Jakarta: Kompas.
Ismayanto, D. (2018). Pelopor Seni Lukis Modern Indonesia. Jakarta: HistoriA.
Kusuma, P. T. (2023). Mengenal Raden Saleh Beserta Karya Lukisannya. Jakarta: DetikEdu.
Salma, N. (2022). Sejarah Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang Muncul di
'Mencuri Raden Saleh'. Jakarta: Insertlive.

Anda mungkin juga menyukai