Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SENI BUDAYA

SENIMAN RADEN SALEH DAN


BASUKI ABDULLAH

O
L
E
H

Nama : Adisty Luthfiah


Kelas : IX.3
Sekolah : SMPN 25 PADANG
Mata Pelajaran : Seni Budaya
Guru : Ibu Nurmasyni
Raden Shaleh

Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa


yang mempionirkan seni modern Indonesia . Lukisannya merupakan perpaduan
Romantisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen
yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis. Raden Saleh dilahirkan
dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Dia cucu dari Sayyid Abdoellah
Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal
bin Jahja, seorang keturunan Arab. Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen,
tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang.

Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan
belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama
lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Krusemen dan tema
pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera
dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana
yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.

Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai
dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam.
Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak
menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan
menangkap watak seni lukis Barat.
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa.
Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan
mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus
melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan
ketidaknyamanannya di Jawa. "Disini orang hanya bicara tentang gula dan kopi,
kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat.

Saleh membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan istana


Callenberg, dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang
luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum
pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, Taman Ismail Marzuki
dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri
sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.

Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Kraton
Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia
menyewa sebuah rumah dekat Kebun Raya Bogor yang berpemandangan
Gunung Salak. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke
Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia.
Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga
sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal
pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.

Pada Jum'at pagi 23 April 1880, Saleh tiba-tiba jatuh sakit. Ia mengaku diracuni
oleh salah seorang pembantunya yang dituduh Saleh telah mencuri. Namun dari
hasil pemeriksaan diketahui bahwa aliran darahnya terhambat karena
pengendapan yang terjadi dekat jatungnya. Ia dikuburkan dua hari kemudian di
Kampung Empang, Bogor. Seperti yang dilaporkan koran Javanese Bode,
pemakaman Raden "dihadiri sejumlah tuan tanah dan pegawai Belanda, serta
sejumlah murid penasaran dari sekolah terdekat."

LUKISAN

Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden


Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme
berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di
Perancis .Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang
mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan
harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi
yang dirintis pelukis Perancis Gerricault dan Delacroix ini diungkapkan dalam
suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna
abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.Lukisan-lukisannya yang
dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang
romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus
mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll.
Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga
mencernanya untuk menyikapi realitas di hadapannya. Kesan kuat lainnya
adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka
ia menentang penindasan

Hasil-hasil karya-nya :

1. Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro

Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, Penangkapan


Pangeran Diponegoro, yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan
pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang
Jawa pada 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang untuk
membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun pihak Belanda
tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun
ditangkap.

2. Lukisan “A Food on Java” tahun 1865-1876


3. Lukisan berjudul “Berburu” yang disimpan pada museum
Mesdag,Belanda.

4. Lukisan “Lion And Tiger Fighting” tahun 1811-1880


5. Lukisan “Arab attacked By Lion” tahun 1811-1880

6. Lukisan “Berburu Singa”

7. Lukisan “Fighting With A Lion” tahun 1870

8. Lukisan “Forest Fire Ana Fleeing Animals” tahun 1811-1880


9. Lukisan “Lion And Horse fighting”

10. Lukisan “Nursing Tiger

11. Lukisan “Penangkapan Diponegoro II”


12. Lukisan “Ship In Storm”

13. Lukisan “Javanesse Ladscape, with Tiger listening to The sound of


travelling Group”

Peringatan dan Penghargaan yang pernah ia raih:


1. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen
Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur
jenderal seperti Johannes van den Bosch, Jean Chrétien Baud, dan
Herman Willem Daendels
2. Yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat
bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur
met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota
Prusia (R.K.P.), dan Ridder van de Witte Valk (R.W.V.).
3. Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di
Amsterdam untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas
prakarsa Raja Willem III dan Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha. Di
antaranya terdapat lukisan Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di
Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro
4. Pemerintah Indonesia diberikan pada tahun 1969 lewat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta, berupa
Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.
Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di
Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden
Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda
berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan
perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.
5. Pada tahun 2008, sebuah kawah di planet Merkurius dinamai
darinya

Basuki Abdullah
Basuki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – meninggal di
Jawa Tengah, 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro
pelukis Indonesia.Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah
diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya
menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi
barang koleksi dari penjuru dunia

Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto, yang juga seorang pelukis
dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional
Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun
Basuki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma
Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti.

Pendidikan formal Basuki Abdullah diperolehdi HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat
bantuan Pastur Koch SJ, Basuki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk
belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda,
dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat
Royal International of Art (RIA)
Pada masa Pemerintahan Jepang, Basuki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau
Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra
ini Basuki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi
(pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi
Poetra, Basuki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan
milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basuki
Resobawo.

Penghargaan Yang Diraih oleh Basuki Abdullah :


1. Mendapatkan Penghargaan Royal International Of Art (RIA)

2. Karyanya pernah dipamerkan di Bangkok - Thailand, Malaysia, Jepang,


Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain.

3. Tahun 1974 Basoeki Abdullah menetap di Jakarta, diangkat sebagai


pelukis Istana Merdeka.

Hasil Karya Basuki Abdullah :

1. Lukisan “Flower”
2. Lukisan “Lady With Kebaya”

Anda mungkin juga menyukai