Anda di halaman 1dari 13

Nama : MUH.

NAUFAL FAYYADZ S (26)

Kelas : XI IPA 1

SENI RUPA
ALIRAN
REALISME
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu
karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-
embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha
dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa
menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan
kebudayaan yang bermula di Prancis pada pertengahan abad 19. Namun karya
dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di
kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.

TOKOH SENIMAN ALIRAN REALISME


LOKAL TOKOH SENIMAN ALIRAN REALISME
DUNIA :
1. Raden Saleh
2. Basuki Abdullah 1. Honore Daumier
3. Sindoesoedarsono Soedjojono 2. Gustave Courbet
4. Bari Sasmitawinata 3. Edouard Manet
5. Hendra Gunawan 4. Thomas Eakins
5. Henry O. Tanner
1. Raden Saleh

Maestro pertama yaitu raden shaleh sjarif boestaman atau sering kita kenal dengan
raden saleh yang lahir pada tahun 1881 di semarang jawa tengah. dengan bakat nya yang
dia punya semenjak kecil dan lebih mengasah lagi dengan belajar ke Belanda pada tahun
1829 dengan di dukung serta di biayai oleh gubenur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen.
Semenjak belajar di Belanda dia terpengaruh dengan tokoh romantisme Delacroix yang
menciptakan karya lukis romastisme nya yang begitu realis pada abad 19. Melalui karyanya
ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu
singa, rusa, banteng, dll.

Berkat usaha dan reputasi karya nya Raden saleh reputasi yang ditunjukkan oleh prestasi
artistiknya, membuat nya dikenang di indonesia maupun di luar negeri. Karya-karya
lukisannya pernah di pamerankan di museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam,
Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre,Paris, Perancis. Pada tahun 1883 di
adakan pameran di amsterdam untuk memperingati wafat nya Raden Saleh, Lukisan yang di
pamerkan yaitu Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran
Diponegoro. Raden saleh juga mendapatkan penghargaan dari tanah air nya Indonesia
berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia pada tahun 1969.
2. Basuki Abdullah

Basuki Abdullah yang lahir di surakarta jawa tengah pada tanggal 25 januari 1915,
seorang pelukis terkenal di indonesia beraliran realis serta terkenal sebagai pelukis di istana
merdeka jakarta yang karya-karya nya menghiasi istana negara dan kepresidenan indonesia.

Basuki Abdulah lebih dominan melukis potret seperti sesosok perempuan yang di
perindah lewat lukisannya. Jiwa seni yang dia punya turun menurun dari seorang ayah nya
yang bernama Abdullah Suriosubroto yang seorang pelukis dan penari. Semenjak
kecil bakat seni nya sudah terlihat dengan melukiskan toko terkenal seperti Mahatma
Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti. Kepandaian yang dimilikinya
dia memperoleh beasiswa yang membawa nya ke belanda untuk sekolah seni rupa
(Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, dengan waktu singkat selama 3 th. Beliau
jg sempat mengajar seni lukis pada tahun 1943 di gerakan poetra atau pusat tenaga kerja.
serta aktif di Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang)
bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo. Pada tanggal 6
September 1948, Basuki Abdullah mengikuti sayembara melukis di belanda amsterdam
sewaktu penobatan Ratu Yuliana. dan memenangkan sebagai pemenang dari 87 pelukis
Eropa. Pada saat itulah Basoeki Abdullah mulai terkenal dunia.
3. Sindoesoedarsono Soedjojono

Inilah Bapak Seni Lukis Indonesia Modern Sindoesoedarsono Soedjojono atau di


sebut juga S. Sudjojono serta orng pertama yang menjadi kritikus seni rupa, Lahir di Sumatra
Utara, 14 Desember 1913, Sebelum mentekadkan sebagai pelukis, dia sempat menjadi salah
satu guru di Taman siswa pada tahun 1931di banyuwangi. selama mengajar, dia mulai untuk
menekuni bakat yang ada pada dirinya sebagai pelukis. Dengan ciri khas kasar atau
bertekstur yang berbeda dengan yang lain, Lantas dia mengikuti pameran pada tahun 1937
di Kunstkring Jakarya, Jakarta. bersama peserta pelukis eropa, berawal dari situ lah S.
Sudjojono terkenal menjadi pelukis dan menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar
Indonesia (Persagi), dan awal seni lukis modern berciri Indonesia. Karya Lukis yang terkenal
dari S. Sudjojono yaitu : Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengunso serta Seko.
4. Bari Sasmitawinata

Bari Sasmitawinata adalah seorang seniman pelukis realis sekaligus guru di ITB (Institut
Teknologi Bandung) terkenal di indonesia yang lahir di Bandung 18 Maret 1921, dia satu-
satu nya orang pribumi yang belajar di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang
tinggal di Bandung Pada tahu 1935 yang di suruh oleh kk ipar nya. disana dia mulai banyak
belajar melukis objek benda dan alam yang berguru ke Luigi Nobili seorang pelukis italia.dari
studio itulah Barli mengenal pelukis-pelukis lain, yaitu Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso,
dan Wahd, dari perkenalan itu mereka membuat kelompok yang di berinama kelompok
lima. Setelah dia menguasai teknik seni rupa, dia mulai mendirikan studio Jiwa Mukti
bersama Karnedi dan Sartono pada tahun 1948. dan ia pun mendirikan Sanggar Rangga
Gempol di kawasan Dago, Bandung pada tahun 1958. Hasil karya nya yang dia hasilkan
banyak di pamerankan diluar negeri terutama di museum barli bandung dan mendapat
menghargaan dari presiden yaitu Satyalancana Kebudayaan.
5. Hendra Gunawan

Hendra Gunawan yang lahir pada tanggal 11 Juni 1918 di Bandung, Jawa Barat ini
bermula masuksekolah dan belajar kepada wahdi (seorang pelukis pemandangan) banyak
yang dia pelajari dari seorang pelukis wahdi, selain itu juga Hendra gunawan bergabung
pada grup sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor untuk mengasah kemampuan melukis
nya. Pergaulan seorang pelukis tidak jauh dengan pelukis-pelukis lainnya. hendra gunawan
juga berteman dengan pelukis indonesia yaitu Affandi yang membantu dia menginpirasi
untuk menjadi seorang pelukis. Pada tahun 1940 Hendra gunawan dengan tekad
dan niat tulus membentuk Sanggar Pusaka Sunda dan mengadakan pameran bersama. dan
pada tahun 1947 bersama Affandi ,ia mendirikan sanggar Pelukis Rakyat yang melahirkan
pelukis berbakat seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta. Seni lukis yang dia tampilan memberi
semangat juang dengan warna da tema kerakyatan yang dia lukiskan di setiap karya lukis
nya. sumber pertama dia mengenal warna natural dan alami dari ikan yang warna nya
sangat cantik dan alami.
1. Honore Daumier (1808-1879)
Honore Victorien Daumier adalah salah satu pelukis terkenal
berkebangsaan Prancis, lahir di Marseille 26 Februari tahun 1808 dan meninggal
pada tanggal 10 Februari 1879 di Valmondais.[1] Pada masanya, Daumier lebih dikenal
sebgai karikaturis di majalah mingguan Caricature sejak 1823, yang mana majalah ini
menentang kehidupan sosial politik saat itu, hingga tahun 1837 dilarang untuk diterbitkan.
[1]
 Hal ini membuatnya harus pindah ke harian Charivari yang membahas tentang adat
kebiasaan.[1] Karikatur-karikatur buatannya telah banyak dinikmati oleh masyarakat melalui
dua media tersebut, meskipun karya-karya tersebut mengandung sindiran tajam terhadap
keadaan waktu itu.[1] Namun di sisi yang lain, nilai artistik serta estetiknya mampu
menandingi imajinasi yang terdapat di dalamnya.[1]
Awal abad ke-20, barulah karikatur-karikatur milik Daumier mendapat perhatian
berupa penilaian dan penghargaan yang kemudian mendapat tempat yang sejajar
dengan Michelangelo, walaupun sebelumnya dia pernah dipenjara karena memihak
golongan Republiken.[1] Dia merupakan pelukis yang memperkenalkan tehnik-tehnik lukisan
bertemakan impresionisme dalam seni modern.[2]

Gambar The Third Class Carriage (1862). Honore Daumier.

Honore Daumier dapat dianggap sebagai seniman Realis, karena karyanya


menyuarakan isu-isu sosial dan politik. Daumier banyak mengabdikan dirinya dalam dunia
karikatur. Ia bekerja sebagai kartunis politik, namun pada akhir hidupnya banyak berkarya
seni lukis.

Karya Daumier The Third Class Carriage (1862) menggambarkan para petani miskin yang
memenuhi gerbong kereta api Perancis penuh sesak. Rasa simpati yang mendalam terhadap
penderitaan orang-orang itu diungkapkannya secara karikatural. Para petani tampak
terpenjara dalam keterasingan dan kelas sosial yang tidak memungkinkannya lagi untuk
keluar dari penderitaan itu.
2. Gustave Courbet (1819-1977)

Jean Désiré Gustave Courbet (bahasa Prancis: [ɡystav kuʁbɛ]; lahir 10


Juni 1819 – meninggal 31 Desember 1877 pada umur 58 tahun) adalah seorang pelukis
asal Prancis yang memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Prancis abad ke-19.
Berkomitmen untuk hanya melukis apa yang dapat ia lihat, ia menolak konvensi akademik
dan Romantisisme dari generasi para artis seni rupa pada masa sebelumnya.
Independensiannya menghimpun contoh yang mempengaruhi kalangan artis pada masa
berikutnya, seperti Impresionis dan Kubistis.
Gustave Courbet adalah pelopor gerakan Realisme pada pertengahan abad ke-
19. Konsep Realisme Courbet adalah menolak tema yang tidak terkait langsung dengan
pengalaman hidup yang nyata di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Ia terkenal dengan
ucapannya, “Perlihatkan aku bidadari, aku akan melukisnya.” Pernyataannya bahwa
seniman harus melukis objek yang nyata dan ada diikuti dengan manifesto Realisme dan
pameran di “Paviliun Realisme” pada tahun 1855.

Gambar The Stone Breaker (1849). Gustave Courbet.

Lukisan Courbet yang pertama, The Stone Breaker (1849), mengandung ciri-ciri


pokok yang menentukan konsep Realisme Courbet. Tema yang menggambarkan lelaki tua
dan lelaki muda sedang bekerja di jalan didasarkan pada pengamatan nyata oleh Courbet. Ia
mendatangkan mereka untuk berpose di studionya. Ia kemudian menciptakan adegan yang
menggambarkan lelaki yang terlalu tua dan terlalu muda untuk jenis pekerjaan itu. Karya
Courbet ini dikritik berbau “sosialistik” pada masa itu. Karya Courbet yang lain misalnya A
Burial at Ornans (1849-1950). Lukisan ini menampilkan tema yang tidak lazim tetapi diambil
dari kenyataan, yaitu suasana pemakaman.

Gambar A Burial at Ornans. (1849-1950). Gustave Courbet.


3. Edouard Manet (1832-1883)
Édouard Manet (US /mæˈneɪ/ atau UK /ˈmæneɪ/; bahasa Prancis: [edwaʁ manɛ]; 23
Januari 1832 – 30 April 1883) adalah seorang pelukis Prancis. Dia adalah salah satu seniman
abad ke-19 yang pertama kali melukis kehidupan modern, dan tokoh penting dalam transisi
dari Realisme ke Impresionisme.
Lahir dalam sebuah rumah tangga kelas atas dengan koneksi politik yang kuat, Manet
menolak masa depan yang awalnya direncanakan untuk dia, dan menjadi asyik dalam dunia
seni lukis. Karya-karya awalnya, The Luncheon on the Grass (Le déjeuner sur
l'herbe) dan Olympia, kedua tahun 1863, menimbulkan kontroversi besar dan menjadi titik
kumpul bagi para pelukis muda yang akan menciptakan Impresionisme. Hari ini, lukisan-
lukisan ini dianggap lukisan watershed yang menandai lahirnya seni modern. 20 tahun
terakhir hidup Manet melihatnya membentuk ikatan dengan seniman-seniman besar
lainnya dari waktu itu, dan mengembangkan gayanya sendiri yang akan digembar-
gemborkan sebagai inovatif dan berfungsi sebagai pengaruh besar bagi pelukis masa depan.
Gaya lukisan Edouard Manet merupakan inspirasi bagi perkembangan seni rupa
moderen. Ia memulai penggunaan pewarnaan secara datar, menghindari gelap-terang
khiaroskuro yang tradisional. Tema lukisan Manet banyak mengacu pada realisme Courbet.
Ia juga dianggap sebagai salah satu seniman yang memunculkan gagasan seni untuk seni,
bahwa goresan kuas dan warna merupakan unsur pokok dari realitas lukisan.

Manet merupakan tokoh penting bagi pelukis-pelukis muda yang dikenal


sebagai kelompok Impresionis. Meskipun ia tidak pernah secara formal sebagai Impresionis,
karya-karya akhirnya menunjukkan ciri khas Impresionisme, yaitu penggunaan warna cerah.

Gambar Lucnheon on the Grass (1863) Edouard Manet.

Karya Manet, Luncheon on the Grass (1863), menggambarkan orang laki-laki


berpakaian rapi sedang duduk di rerumputan bersama seorang wanita telanjang. Tema
lukisan itu jelas tidak dimaksudkan sebagai suatu alegori, tetapi diletakkan dalam kehidupan
nyata. Lukisan itu dianggap memalukan oleh banyak kritikus Perancis pada waktu itu, karena
isinya yang tidak senonoh itu.

Komposisi dan figur telanjang pada lukisan Manet bersumber pada seni rupa klasik.
Lukisan itu didasarkan pada engraving Renaisans karya Marcantonio Raimondi, yang
selanjutnya bersumber pada karya gambar Raphael (Judgment of Paris). Karya Raphael
bersumber pada relief yang menggambarkan figur-figur dewi-dewi sungai yang sedang
berbaring. Konsep asli figur telanjang yang ideal masih tampak pada lukisan Manet.

Gambar Olympia (1863) Edouard Manet.

Lukisan Manet yang berjudul Olympia (1863) juga menampilkan figur wanita
telanjang dalam konteks nyata. Lukisan mengingatkan karya Raphael Venus of Urbino,
namun dimaksudkan sebagai potret seorang pelacur yang sangat terkenal di Paris. Seraya
berbaring di tempat tidurnya wanita itu menampilkan tatapan yang ramah dan tanpa malu.
4. Thomas Eakins (1844-1916)
Thomas Eakins (1844-1916) adalah seorang pelukis dan pemahat asal Amerika Serikat.
[1]
 Eakins dilahirkan di kota Philadelphia, Pennsylvania, AS.[2] Pada masa mudanya, ia
menghabiskan waktu sebagai mahasiswa di Sekolah Kedokteran Jefferson (Jefferson Medical
College) dan di Sekolah Seni Rupa Pennsylvania (Pennsylvania Academy of the Fine Arts).
[2]
 Setelah menghabiskan beberapa tahun di Eropa untuk memperdalam ilmu seni, Eakins
kembali ke Pennsylvania untuk mengajar sebagai seorang profesor seni rupa. [2] Di tempat
asalnya, ia menciptakan bebeberapa karya seni.[2] Salah satunya adalah lukisan Gross
Clinic yang dibuat pada tahun 1875, lukisan tersebut merupakan hasil karyanya yang paling
terkenal.[2] Pada tahun 1886, ia diberhentikan sebagai pengajar seni karena
memperkerjakan model telanjang dalam kelas melukis. [2] Setelah dipecat, Eakins
menghabiskan masa hidupnya untuk berkonsentrasi dalam bidang seni, di mana ia berhasil
mendapatkan popularitas publik. Thomas Eakins meninggal dunia pada bulan Juni, 1916 di
Philadelphia, Pennsylvania.[2]
Thomas Eakins dinilai mempunyai pengaruh yang besar terhadap bidang seni dan
kemanusiaan, bahkan setelah dia meninggal.[2] Meskipun ketika hidup banyak karya Eakins
yang terlupakan, kini ia merupakan salah satu seniman yang banyak dipelajari di berbagai
penjuru dunia, terutama dalam bidang seni seksualitas. [2]
Thomas Eakins menggabungkan seni rupa dan sains dalam fotografi maupun seni lukis.
Ia pernah belajar melukis di Eropa pada pelukis akademik Jean-Leon Gerome. Ia juga
mendapat pengaruh dari Velazquez, Rembrandt, dan Courbet. Ia tertarik pada gerak tubuh
manusia, yang dihasilkannya melalui studi fotografi. Eakins termasuk seniman Amerika yang
pertama kali menggunakan studi model telanjang untuk pembelajaran seni rupa, yaitu di
Pennsylvania Academy of Fine Arts. Hal ini mengecewakan para kritikus konservatif pada
masa itu. Karya Eakins The Agnew Clinic (1875) dan The Gross Clinic (1889) menggambarkan
suasana di kamar operasi.

Gambar The Agnew Clinic (1875). Thomas Eakins.


Gambar The Gross Clinic (1889). Thomas Eakins.

5. Henry O. Tanner (1859-1937)

Henry Ossawa Tanner (21 Juni 1859 - 25 Mei 1937) adalah seorang seniman Amerika
dan pelukis Afrika-Amerika pertama yang mendapatkan pengakuan internasional. [1] Tanner
pindah ke Paris, Prancis, pada tahun 1891 untuk belajar, dan terus tinggal di sana setelah
diterima di lingkungan seni Prancis. [2] Lukisannya yang berjudul Daniel in the Lions 'Den
diterima di Salon 1896, [3] pameran seni resmi Académie des Beaux-Arts di Paris. Setelah
belajar sendiri di bidang seni semasa muda, Tanner mendaftar pada tahun 1879 di Akademi
Seni Rupa Pennsylvania di Philadelphia. Satu-satunya siswa kulit hitam, ia menjadi favorit
pelukis Thomas Eakins, yang baru-baru ini mulai mengajar di sana. Tanner membuat koneksi
lain di antara para seniman, termasuk Robert Henri. Pada akhir 1890-an ia disponsori untuk
perjalanan ke Mutasarrifat Yerusalem oleh Rodman Wanamaker, yang terkesan oleh
lukisannya tentang tema-tema alkitabiah.
Henry O. Tanner adalah pelukis Afrika-Amerika yang belajar pada Eakins di Philadelphia
pada tahun 1880-an. Lukisan Tanner yang terkenal berjudul The Banjo Lesson (1893) yang
dikerjakannya setelah pindah ke Paris. Lukisan ini menunjukkan tema kehidupan sehari-hari
dengan gaya Realisme objektif, yang merupakan pengaruh Eakins.

Gambar Banjo Lesson (1893), Henry O. Tanner.

Anda mungkin juga menyukai