Anda di halaman 1dari 26

Tugas Bahasa Indonesia

Karya Ilmiah
“Pengaruh Gaya Mengajar Guru terhadap Minat
Belajar Siswa SMA Negeri 1 Klaten”

Disusun oleh:
Andhika Cahyo Gumilar (03/XI IPA 7)
Hero Prakosa WI P. (13/XI IPA 7)

SMA N 1 KLATEN
Tahun Pelajaran 2018/2019
Halaman Pengesahan

2
Abstrak

3
Pernyataan Orisinilitas

4
Kata Pengatar

5
Daftar Isi

Halaman Pengesahan.............................................................................................................................2
Abstrak..................................................................................................................................................3
Pernyataan Orisinilitas...........................................................................................................................4
Kata Pengatar........................................................................................................................................5
Daftar Isi................................................................................................................................................6
Daftar Tabel...........................................................................................................................................7
Daftar Lampiran....................................................................................................................................8
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................9
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................................9
Bab II Kajian Pustaka..........................................................................................................................10
Bab III Metode Penelitian....................................................................................................................11
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................................................11
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................................................11
3.3 Populasi...................................................................................................................................11
3.4 Sampel.....................................................................................................................................11
3.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................11
3.6 Responden Penelitian...............................................................................................................11
3.7 Teknik Analisis Data...............................................................................................................11
Bab IV Pembahasan.............................................................................................................................12
Bab V Penutup.....................................................................................................................................13
5.1 Saran........................................................................................................................................13
5.2 Simpulan..................................................................................................................................13

6
Daftar Tabel

7
Daftar Lampiran

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan, ada salah suatu sebutan yang sering kita dengar, yaitu bodoh. Kata
yang merupakan kata sifat ini sering kita dengar digunakan untuk mengikuti sebuah kata benda,
misalnya anak bodoh, siswa bodoh, dan lainnya. Istilah ini biasa digunakan untuk merujuk pada
seorang anak atau murid yang tidak bisa dalam memahami pelajaran atau lebih sering didengar
ketika ada yang mendapat nilai jelek dari hasil ulangan atau tugas. Namun, pada hakikatnya,
tidak ada siswa yang bodoh di dunia ini. Allah SWT adalah Sang Maha Pencipta, yang
menyempurnakan setiap ciptaannya sedetail mungkin. Allah SWT telah memberikan kelebihan
kepada manusia dibanding hewan dan tumbuhan, yaitu memiliki akal dan pikiran. Jadi, sudahlah
jelas bahwa kita sebagai manusia memang diciptakan dengan memiliki kepintaran.
Lalu, bagaimana bisa ada siswa yang tergolong pintar dengan semua nilai bagus dan
penghargaan yang ia dapat serta ada siswa bodoh dengan nilai jeleknya? Sebenarnya, perbedaan
perolehan nilai dan penghargaan yang didapat berasal dari baagaimana dia mau belajar, berlatih,
mencoba, dan berusaha yang terbaik. Semakin banyak kita belajar, berlatih, mencoba, dan
berusaha, maka banyak ilmu baru yang kita dapat. Berpengalaman dalam menemui suatu
permasalahan akan lebih membuatnya siap dalam menghadapi ulangan yang sebenarnya. Dengan
kesiapan yang lebih ini, dapat membuatnya lebih mudah dalam memilih dan menjawab soal.
Akhirnya, hal itu bisa menjadikannya mendapat nilai yang bagus. Sehingga orang-orang
disekitanya memanggilnya anak yang pintar.
Dari uraian sebelumnya, salah datu komponen untuk mejadi pintar adalah dengan belajar.
Tiap siswa memiliki cara atau gaya belajarnya masing-masing. Hal ini dikarenakan taip anak
memiliki kondisi yang berbeda beda. Maka, tidaklah salah jika kita menemi anak yang cara
belajarnya berbeda dari yang lainnya.
Salah satu sarana bagi para murid untuk belajar adalah sekolah. Dengan adanya sekolah, tiap
murid menjadi memiliki bantuan dalam belajarnya. Gaya belajar adalah cara yang dimiki oleh
seorang siswa untuk mempelajari dan memahami pembelajaran yang disampaikan. Kita sering
melihat bahwa tiap guru memiliki efek yang berbeda terhadap semangat belajar muridnya. Yang
membuat hal ini terjadi adalah tiap guru memiliki cara mengajarnya masing-masing.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin meneliti tentang bagaimana
mengaruh gaya mengajar guru terhadap gaya belajar murid atau siswa

1.2 Rumusan Masalah

1. Ada apa saja macam gaya mengajar pada guru?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangannya?
3. Bagaimana gaya mengajar pada guru yang cocok untuk mayoritas siswa di SMA Negeri
1 Klaten?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui macam gaya mengajar pada guru

9
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada tiap gaya mengajar pada guru
3. Untuk mengetahui gaya mengajar pada guru yang cocok untuk mayoritas siswa di SMA
Negeri 1 Klaten?

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberantas kemalasan siswa dalam belajar
2. Meningkatkan kualitas guru pada umumnya di lingkungan SMA N 1 Klaten
3. Meningkatkan kualitas siswa pada umumnya di lingkungan SMA N 1 Klaten

4.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pengertian siswa/peserta didik


Siswa atau yang biasa disebut dengan peserta didik merupakan salah satu dari komponen
pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta didik tidak akan mungkin
proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik merupakan komponen manusiawi yang menempati
posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajarmengajar, peserta didik sebagai
pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting
dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa
mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan
dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara
pendidik dan peserta didik.
Sudarwan Danim (2010: 2) menambahkan bahwa terdapat hal-hal essensial mengenai hakikat
peserta didik, yaitu:

 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik.
 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
 Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniatur
orang dewasa.
 Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi,
baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan.
 Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi
pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
 Peserta didik memiliki adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insan yang unik.
 Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok,
serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa termasuk gurunya.
 Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadap lingkungannya.
 Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
 Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak akan
mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.
Disamping itu Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan salah
satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran”. Sedangkan
Samsul Nizar (2002: 47) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan orang yang dikembangkan”.
Dilain pihak Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang pengertian peserta didik yaitu
“Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang

11
lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah seseorang
yang mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pendidikan dan pembelajaran pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan
penyimpan dari proses pembelajaran, dan untuk mengembangkan potensi tersebut sangat
membutuhkan seorang pendidik/guru.

Pengertian guru
Apa yang dimaksud dengan guru (teacher)? Secara umum, Pengertian guru adalah
seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing,
melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.

Definisi guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan
suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar memahami ilmu
pengetahuan yang diajarkannya tersebut.

Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pendidikan
lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya. Dari penjelasan tersebut,
maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses menciptakan
generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.

Agar lebih memahami apa arti guru, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut
ini:
1. Dri Atmaka
Menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab
untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.
2. Husnul Khotimah
Menurut Husnul Chotimah (2008), pengertian guru adalah orang yang memfasilitasi proses
peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
3. Ngalim Purwanto
menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu
ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun kepada sekelompok orang.
4. Mulyasa
Menurut Mulyasa, pengertian guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
5. Drs. M. Uzer Usman
Menurut Drs. M. Uzer Usman (1996:15), pengertian guru adalah setiap orang yang
berwenang dan bertugas dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan
formal.
6. UU No. 14 Tahun 2005
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga
pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

12
Pengertian gaya mengajar
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan faktor alamiah seperti karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang dibawa seseorang
dalam melakukan aktivitas. Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa
mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, dalam praktek perilaku mengajar yang
dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam. Aneka ragam perilaku guru dalam mengajar ini
bila ditelusuri akan diperoleh gambaran pola umum interaksi antara guru, isi, atau bahan
pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan diistilahkan dengan
gaya mengajar atau teaching style. (M. Ali, 2010).
Guru sebagai manusia pun mempunyai gaya yang  berbeda satu dengan lainnya pada
saat mengajar di kelas, walaupun mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan
pengetahuan, membentuk sikap anak dan menjadikan siswa trampil dalam berkarya. Dan
gaya mengajar guru dikelas mencerminkan kepribadian guru itu sendiri. Gaya mengajar
tersebut pada prinsipnya sulit dirubah karena sudah menjadi bawaan sejak kecil atau sejak
lahir. Dengan demikian, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam membentuk
keberhasilan peserta didik. (Thoifuri, 2013)
Pendekatan dalam mengajar merupakan proses penentuan cepat tidaknya siswa
mencapai tujuan belajar. Pendekatan gaya mengajar akan menjadi tepat guna jika selaras
dengan tujuan, materi pelajaran,dan minat serta kebutuhan siswa, baik dilakukan dalam
bentuk pengajaran kelompok maupun individual. (Thoifuri, 2013)
Ali dalam bukunya yang berjudul “Guru dalam proses belajar mengajar” berpendapat
bahwa gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara
melaksanakan pengajaran, sesuai dengan pandangannya sendiri. Di samping itu landasan
psikologis, terutama teori belajar yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan juga turut
mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan. (M. Ali, 2010)
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar adalah
suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam menanamkan pengetahuan,
membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, perilaku dan kepribadian siswa
dalam mencapai tujuan proses belajar. Dengan demikian, gaya mengajar guru merupakan
faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Oleh karena itu,
apabila seorang guru memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar siswa
juga menjadi lebih baik.

Jenis-jenis gaya mengajar beserta kekurangan dan kelebihannya


1. Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu
masalah, kemudian dibahas sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Kelebihannya yaitu dapat memperluas pemikiran siswa; dapat membina siswa dengan
menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan kekurangannya adalah
kurikulum saat ini yang belum menunjang pelaksanaan metode ini; pemilihan topic unit yang
tepat, fasilitas cukup sesuai dengan kebutuhan siswa bukan pekerjaan mudah.

2. Metode eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Kelebihan metode ini adalah membuat siswa lebih percaya atas kebenaran berdasarkan
percobaannya; dapat membina siswa untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan

13
penemuan dari hasil percobaannya; dll. Sedangkan kelemahan metode ini adalah lebih sesuai
dengan bidang-bidang sains dan teknologi;menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan;
setiap percobaan tidak harus memberikan hasil yang diharapkan.

3. Metode Tugas dan Resitasi


Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru
memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. Kelebihan metode ini adalah lebih
merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok; dapat
mengembangkan kemandiirian siswa; mengembangkan kreativitas siswa, serta membina
tanggung jawab dan disiplin siswa. Sedangkan kekurangannya adalah siswa sulit dikontrol,
apakah ia mengerjakan sendiri atau tidak; tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individual siswa.

4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Kelebihan metode ini adalah mengembangkan sikap menghargai orang lain;
memperluas wawasan; serta merangsang kreativitas anak didik. Sedang kekurangannya
adalah tidak dapat dipakai kelompok yang besar; peserta mendapat inbformasi yang terbatas;
serta dikuasai oleh orang yang pandai berbicara saja.

5. Metode Sosiodrama
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya
dengan masalah sosial. Kelebihan metode ini adalah siswa dapat melatih dirinya untuk
memahami, dan mengingat isi bahan yang didramakan; siswa akan terlatih untuk berinisiatif
dan berkreatif; kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan baik; serta
siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama.
Sedang kekurangannya adalah banyak memakan waktu; serta mengganggu kelas yang lain.

6. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan kepada siswa
suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Kelebihan metode ini adalah
siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; proses pengajaran lebih menarik.
Kekurangannya adalah harus memerlukan ketrampilan khusus; fasilitas yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.

7. Metode problem solving


Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar, tetapi juga merupakan satu metode berpikir, sebabdapat menggunakan metode-
metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Kelebihan metode ini adalah dapat mambuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan; dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah;
serta merangsang pengembangan kemampuan berpikirsiswa secara kreatif dan menyeluruh.
Sedangkan kekurangannya adalah proses belajar mengajar sering memerlukan waktu yang
cukup banyak; mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru.

8. Metode Karyawisata
Dikatakan teknik karyawisata karena cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk

14
mempelajari/menyelidiki sesuatu. Kelebihan metode ini adalah memiliki prinsip pengajaran
modern; lebih merangsang kreatifitas siswa; informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan
actual. Sedangkan kekurangannya adalah fasilitas dan biaya yang diperlukan sulit disediakan
oleh siswa/sekolah; memerlukan persiapan yang matang dsb

9. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, bias dari guru kepada siswa maupun siswa kepada guru. Kelebihan metode ini
adalah pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa; merangsang siswa untuk
melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan; mengembangkan keberanian
dan ketrampilan siswa. Sedangkan kelemahannya adalah siswa merasa takut; tidak mudah
membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa; sering membuang-buang
waktu.

10. Metode Latihan


Metode latihan (metod training), merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kelebihannya adalah untuk memperoleh
kecakapan motorik, mental, dan dalam bentuk asosiasi yang dibuat. Kelemahannya adalah
menghambat bakat dan inisiatif siswa; membentuk kebiasaan yang kaku; serta dapat
menimbulkan verbalisme.

11. Metode Ceramah


Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
siswa dalam proses mengajar. Kelebihan metode aini adalah guru mudah menguasai kelas;
mudah mengkoordinasikan tempat duduk; dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
Kelemahannya adalah mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata); sifatnya
membosankan; susah untuk dimengerti oleh siswa; siswa menjadi pasif.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Teknik pengumpulan dan analisis data

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya
dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.
Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Menurut Saryono (2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan
melalui pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Teknik pengumpulan data kualitatif yaitu dapat diperoleh dari kuesioner, wawancara,
catatan pengamatan, pengambilan foto, perekaman audio dan video.

1. Dokumen Kuesioner
Kuesioner merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Kuesioner
menggunakan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat yang
mendukung teori dan informasi yang dibutuhkan untuk proyek anda.

2. Dokumen Wawancara
Wawancara ialah salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam
penelitian dilakukan wawancara dengan pertanyaan, sehingga responden dapat
memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif.
Semua wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.

3. Catatan Pengamatan
Catatan pengamatan merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif.
Pengamatan untuk memperoleh data dalam penelitian memerlukan ketelitian untuk
mendengarkan dan perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat.
Catatan pengamatan pada umumnya berupa tulisan tangan.

16
4. Rekaman Audio
Rekaman audio ialah salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam
melakukan wawancara tidak jarang dibuat rekaman audio. Untuk menangkap inti
pembicaraan diperlukan kejelian dan pengalaman seseorang yang melakukan
wawancara. Anda dapat merekam audio wawancara sehingga dapat digunakan untuk
menggali isi wawancara lebih lengkap pada saat pengolahan data dilakukan.

5. Rekaman Video
Rekaman video merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif.
Dalam pnelitian sering dibuat rekaman video untuk melengkapi data. Rekaman video
dapat digunaan untuk menggali isi video lebih dalam pada saat pengolahan data
dilakukan.

6. Data dari Buku


Mengambil data dari buka merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data
kualitatif. Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari halaman tertentu
dari suatu buku. Data dari halaman buku tersebut dapat digunaan dalam pengolahan
data bersama data yang lainnya.

7. Data dari halaman web


Mengambil data dari halaman web merupakan salah satu dari teknik pengumpulan
data kualitatif. Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari halaman suatu
website. Seperti halnya data dari buku, data dari halaman web tersebut dapat digunakan
dalam pengolahan data bersama data yang lain.

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik dokumen kuesioner, data dari buku,
dan data dari halaman web.

Teknik Analisis Data Kualitatif


Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. Beberapa teknik
analisis data kualitatif sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data
adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan
akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif
(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.

17
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik analisis reduksi data.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu : Senin, 17 Februari 2019 – meong, 99 Februari 2019
Tempat : Lingkungan beberapa SMA/MA

3.3 Sampel
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode proyek
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode eksperimen
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode tugas dan resitasi
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode diskusi
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode problem solving
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode latihan
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode ceramah
 Guru SMA N 1 Klaten dengan metode demonstrasi
 Siswa dan siswi SMA kelas XI

3.4 Teknik Pengumpulan Data


 Observasi kepada guru
Observasi kepada guru dilakukan oleh peneliti ketika peneliti mengikuti KBM dengan guru
yang bersangkutan.
 Angket kepada siswa
Angket kepada siswa dilakukan dengan memberikan formulir elektronik yang berisi
pertanyaan yang dibutuhkan.
 Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mencari sumber data dari internet dan beberapa
buku.

18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Survey pertama
Survey pertama dilakukan kepada 65 orang responden. Hasil dari survey dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Tipe belajar

Dari diagram di atas menunjukan bahwa 61,5 % responden merupakan siswa dengan
tipe belajar visual. Selanjutnya, 29,2% responden merupakan siswa dengan tipe belajar
audio. Dan yang terakhirm 9,2 % responden merupakan siswa dengan tipe belajar
kinestetik.

b. Mata pelajaran kesukaan

Dari diagram di atas diperoleh hasil : 13 orang suka mata pelajaran pendidikan agama; 2
orang suka mapel PPKN; 25 orang suka mapel biologi; 18 orang suka mapel fisika; 20
orang suka mapel kimia; 4 orang suka mapel bahasa Indonesia; 16 orang suka mapel
bahasa inggris; 3 orang suka mapel bahsa daerah; 16 orang suka mapel penjasorkes; 2
orang suka mapel PKWU; 10 orang suka mapel sejarah; 15 orang suka mapel matematika
dasar; 12 orang suka mapel matematika peminatan; 4 orang suka mapel seni budaya;
dan 9 orang suka mapel ekonomi.

19
c. Mata pelajaran yang tidak disukai

Dari diagram di atas diperoleh hasil : 2 orang tidak suka mata pelajaran pendidikan
agama; 6 orang tidak suka mapel PPKN; 9 orang tidak suka mapel biologi; 20 orang tidak
suka mapel fisika; 10 orang tidak suka mapel kimia; 3 orang tidak suka mapel bahasa
Indonesia; 8 orang tidak suka mapel bahasa inggris; 10 orang tidak suka mapel bahsa
daerah; 3 orang tidak suka mapel penjasorkes; 5 orang tidak suka mapel PKWU; 11
orang tidak suka mapel sejarah; 6 orang tidak suka mapel matematika dasar; 7 orang
tidak suka mapel matematika peminatan; 8 orang tidak suka mapel seni budaya; dan 5
orang tidak suka mapel ekonomi.

d. Rata-rata durasi belajar

Dari diagram di atas diperoleh hasil : 1 anak rata-rata tidak belajar di rumah setiap
harinya; 23 anak rata-rata belajar selama 1 jam di rumah setiap harinya; 25 anak rata-
rata belajar selama 2 jam di rumah setiap harinya; 14 anak rata-rata belajar selama 3
jam di rumah setiap harinya; 2 anak rata-rata belajar selama 5 jam di rumah setiap
harinya

e. Mayoritas guru dalam memberikan tugas

20
Dari diagram di atas diperoleh jawaban: banyak memberikan tugas (31 anak); sedang-
sedang saja dalam memberikan tugas (25 anak); jarang memberikan tugas (2 anak);
banyak memberikan tugas dan belum mengajarkan konsepnya (1 anak); banyak
memberikan tugas dan tidak dibahas (1 anak); ada yang banyak memberikan tugas dan
ada yang tidak banyak memberikan tugas (1 anak); tiap guru memiliki cara tersendiri
dalam pemberian tugas, bergantung pada jenis materi, keadaan murid, dan pemahaman
murid (1 anak); jarang memberikan tugas tapi jika sekali memberikan selalu banyak dan
harus dilakukan (1 anak); banyak guru yang berada dikelas, tetapi tidak ngapa2in seperti
tdak adapelajaran, tetapi kemdian di akhir sesidiberi tugas (1 anak); Ada yang jarang
memberi tugas, adayang memberi tugas sewajarnya, adayang sering memberi tugas
dandalam jumlah yang banyak. (1 anak).

f. Mayoritas guru dalam gaya mengajar


Dari diagram di atas diperoleh jawaban: serius tapi santai (27 anak); serius dan mata
pelajaran yang diajarkan dapat dipahami (14 anak); materi yang diajarkan tidak begitu
jelas (1 anak); mudah diajak bercanda (4 anak); banyak yang terlalu serius tapi kadang
meteri yang diajarkan tidak bisa dipahami (1 anak); ada yang serius dan ada yang tidak
tapi mayoritas serius (1 anak); biasa saja dan kurang komunikatif (1 anak); terlalu serius
(1 anak); membingungkan (1 anak); guru serius tapi murid tidak serius (1 anak); ada yang
sangat serius dan ada juga yang masih bisa diajak santai. Materi yang diajarkan masih
bisa dipahami (1 anak); biasa saja (2 anak); seenaknya sendiri (1 anak); tiap guru punya
cara sendiri (1 anak); ada yang serius dan ada juga yang santai (1 anak); terlalu cepat (1
anak); bikin ngantuk (1 anak); ada yang serius dan ada yang bikin ngantuk (1 anak);
membingungkan (1 anak); serius tapi kurang bisa dipahami (2 anak); membingungkan (1
anak); membingungkan (1 anak); membingungkan (1 anak); terlalu banyak tugas namun
materi tidak jelas.

g. Yang tidak disukai ketika KBM


Dari diagram di atas diperoleh jawaban: sering ulangan (20 anak); jarang ulangan (6
anak); ulangan mendadak (2 anak); sering disuruh mengerjakan soal tanpa diberi materi
terlebih dulu (1 anak); terlalu serius dan tidak jelas dalam menyampaikan materi (1
anak); memberikan soal ulangan yang sulit (1 anak); meminta murid untuk
memprioritaskan mata pelajaran yang diampu (1 anak); sering ulangan dan jarang
ulangan (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1
anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1
anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak); (1 anak);

h. Tipe guru yang disukai


Dari diagram di atas diperoleh jawaban: mudah diajak bercanda (15 anak); serius tapi
santai (32 anak); serius dan materi dapat tersampaikan (14 anak); bersahabat dan tidak
galak namun tetap tegas (1 anak); banyak inisiatif (1 anak); serius tapi santai dan materi
dapat tersampaikan (1 anak); guru yang dapat dengan bijaksana menentukan kapan
harus serius dan santai (1 anak).

2. Survey kedua
a. Sesuatu dari guru yang paling memperngaruhi minat belajar

21
Dari data di atas diperoleh jawaban: metode dan sikap guru dalam mengajar (23 anak);
kejelasan dalam mengajar (6 anak); kesan pertama terhadap guru (2 anak); sementara
mata pelajaran yang diampu dan penampilan guru tidak mempengaruhi minat belajar
siswa.

b. Metode mengajar guru yang diinginkan


Dari diagram di atas diperoleh jawaban: metode proyek (6 anak); metode eksperimen
(12 anak); metode tugas dan resitasi (1 anak); metode diskusi (1 anak); metode
sosiodrama (3 anak); metode demonstrasi (14 anak); metode problem solving (15 anak);
metode karyawisata (6 anak); metode tanya-jawab (8 anak); metode latihan (9 anak);
metode ceramah (6 anak).
c. Metode mengajar guru yang tidak diinginkan
Dari diagram di atas diperoleh jawaban: metode proyek (5 anak); metode eksperimen (2
anak); metode tugas dan resitasi (18 anak); metode diskusi (8 anak); metode sosiodrama
(6 anak); metode demonstrasi (1 anak); metode problem solving (0 anak); metode
karyawisata (3 anak); metode tanya-jawab (4 anak); metode latihan (2 anak); metode
ceramah (7 anak).

22
B. Pembahasan

1. Survei Pertama

a. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden merupakan murid


yang memiliki tipe belajar visual. Hal ini membuktkan bahwa kebanyakan
responden lebih memilih untuk membaca atau melihat sendiri materi yang
diajarkan.

b. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden lebih menyukai mata


pelajaran biologi yang kita ketahui bahwa mata pelajaran biologi merupakan
mata pelajaran yang lebih mengutamakan hanya membaca materi. Namun,
tidak menutup kemungkinan untuk berlatih mengerjakan soal untuk melatih
ingatan.

c. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden tidak menyukai


pelajaran fisika dimana kita ketahui bahwa mata pelajaran fisika merupakan
mata pelajaran yang lebih mengutamakan latihan daripada membaca materi.

d. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden belajar di rumah


selama 2 jam. Hal ini dikarenakan waktu belajar para responden di rumah rata-
rata hanya di malam hari. Dimana pada pagi hingga sore hari, mereka sudah
belajar di sekolah.

e. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden merasa bahwa guru


terlalu banyak memberikan tugas kepada para mereka. Hal ini disebabkan
karena dalam memberikan tugas para guru tidak berkoordinasi satu sama lain.
Misal ada 5 guru dan masing-masing guru hanya memberikan satu tugas
namun kelima guru tersebut mengajar di hari yang sama. Sehinga terasa ada 5
tugas yang menumpuk dalam hari yang sama.

f. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden lebih suka pengajar


atau guru yang mengajar dengan serius tapi santai. Para responden
mengungkapkan bahwa mereka lebih suka pengajar yang mengajar dengan
santai, humoris, dan menyenangkan. Namun, materi yang diajarkan dapat
tersampaikan dan dapat dimengerti oleh mereka.

g. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden tidak suka jika guru
terlalu sering memberi ulangan. Mereka mengatakan bahwa kadang guru
belum bisa menyampaikan materi yang diajarkan. Namun, guru tetap
bersikeras untuk mengadakan ulangan untuk materi yang belum tersampaikan
itu. Mereka merasa belum siap. Mereka takut mendapat nilai yang jelek pada
ulangan itu.

2. Survei kedua

23
a. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden berpendapat bahwa
yang paling mempengaruhi gaya belajar mereka adalah metode dan sikap pada
guru. Mereka mengatakan bahwa dua hal ini sangat mempengaruhi mereka
dalam kenyamanan mereka dalam belajar pada mata pelajaran guru tersebut.

b. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ketika mereka diajar oleh guru suatu
materi baru atau yang belum mereka pahamai, mereka menginginkan untuk
melakukan praktek terlebih dahulu. Setelah itu, mereka membutuhkan
demonstrasi dari guru untuk meluruskan hipotesis mereka selama praktek tadi.
Setelah mulai mengerti, mereka menginginkan untuk diajak memecahkan
suatu masalah yang berhubungan dengan materi yang diajarkan tadi dengan
didampingi oleh guru tersebut.

c. Dari penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden tidak suka jika diberi
banyak tugas oleh guru. Mereka kadang merasa terbebani. Mereka sudah lelah
belajar seharian di sekolah. Mereka harus mengerjakan tugas lagi semalaman
di rumah. Memang mereka memiliki cukup waktu di rumah untuk
mengerjakan di rumah. Namun, mereka merasa hal ini akan membuat mereka
kehilangan banyak waktu untuk belajar materi lain, berkumpul bersama
keluarga, ataupun istirahat, seperti tidur, bermain, makan, dan lainnya.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Saran

5.2 Simpulan

25
26

Anda mungkin juga menyukai