Anda di halaman 1dari 13

IMAN KEPADA RASUL RASUL ALLAH

Pengertian Iman kepada Rasul

Pengertian menurut bahasa, rasul berarti utusan Allah. Dapat juga diartikan
sebagai seseorang yang mengikuti berita-berita yang mengutusnya.

Pengertian menurut istilah, berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa


Allah SWT telah mengutus manusia laki-laki terpilih yang diberi wahyu oleh
Allah SWT dan wahyu tersebut harus disampaikan kepada umatnya
sebagai pedoman dan petunjuk hidup, agar hidupnya selamat dari dunia
hingga kelak di akherat.

Adapun ayat-ayat Al Qur’an yang memuat keimanan kepada rasul, antara


lain:

1. Surah al-Mukmin ayat 78


2. Surah An-Nahl : 36
3. Surah al-Baqarah ayat 285
4. Surah al-Furqan ayat 20
5. Surah al-Maidah ayat 41
6. Surah an-Nahl ayat 43

Nabi dan Rasul


Nabi adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri
tanpa berkewajiban menyampaikan kepada orang lain. Rasul adalah orang
yang menerima wahyu yang selain untuk dirinya juga berkewajiban
meyampaikan kepada orang lain.
Jumlah nabi dan rasul itu banyak sekali, menurut hadist riwayat Ahmad
jumlah nabi ada 124.000 orang, sedangkan jumlah rasul 315 orang, akan
tetapi yang tercantum dalam Al Qur’an yang wajib diimani sebanyak 25
orang.

Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu,
di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara
mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi
seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah;
Maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara)
dengan adil. dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada
yang batil.( QS. Al-Mukmin : 78 )

Cara beriman kepada para rasul


Meyakini dengan sepenuh hati bahwa misi para rasul adalah benar-benar
dari Allah SWT
Tidak boleh membeda-bedakan antara rasul satu dengan rasul yang lain
Meyakini kebenaran semua yang disampaikan kepada para rasul

Para rasul telah dikodratkan oleh Allah SWT dengan empat sifat, yakni;
sidiq artinya benar (jujur), amanah artinya dapat dipercaya, tablig artinya
menyampaikan dan fatonah artinya cerdas. Dengan sifat-sifat tersebut, apa
yang disampaikan dan dilakukan oleh para rasul pasti benar. Dan para
rasul terjauhkan dari sifat-sifat mustahil,yakni; kizib artinya dusta, kianat
artinya tidak dapat dipercata, kitman artinya menyembunyikan dan baladah
atau jahlun artinya bodoh.

Membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul dan menjadikan apa yang
dibawa oleh Rasul sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Mempercayai dengan sepenuh hati bahwa para Rasul diutus oleh Allah
SWT untuk menjadi teladan hidup bagi manusia.
Meyakini bahwa nabi muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul yang
terakhir

Jumlah rasul yang diabadikan Allah dalam AlQur’an ada 25 orang. Delapan
belas nama diantara mereka disebutkan dalam Surah Al-An’am ayat 83-86
dan selebihnya disebutkan dalam surat-surat yang lain. Dua puluh lima
rasul tersebut adalah sebagai berikut:

1.Adam as 11.Yusuf as 21.Sulaiman as


2.Idris as 12.Ayub as 22.Zakariya as
3.Nuh as 13.Zulkifli as 23.Yahya as
4.Hud as 14.Syu’aib as 24.Isa as
5.Saleh as 15.Yunus as 25.Muhammad saw
6.Ibrahim as 16.Musa as
7.Luth as 17.Harun as
8.Ismail as 18.Ilyas as
9.Ishak as 19.Ilyasa as
10.Ya’kub as 20. Daud as

Rasul Ulul Azmi

Rasul ulul azmi adalah rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan
kesabaran luar biasa dalam menghadapi halangan dan rintangan ketika
melaksanakan perintah Allah SWT, yaitu menyampaikan wahyu Allah SWT
kepada ummatnya. Hal ini berdasarjan firman Allah SWT dalam surat Al
Ahqaaf ayat 35.
Artinya : “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu
meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab
yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di
dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang
cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”
Tugas Rasul :

1. Mengajak umatnya untuk menyembah hanya kepada Allah ( ajaran Tauhid


)
2. Menyampaikan amanat dari Allah.
3. Memberi peringatan kepada umat manusia.
4. Memberikan kabar gembira dan peringatan.
5. Membawa petunjuk dan agama yang benar.
6. Menjadi teladan hidup bagi umat manusia

Rasul-rasul yang termasuk ulul azmi ada 5 orang rasul, mereka adalah :
1. Muhammad SAW,
2. Nuh AS,
3. Ibrahim AS,
4. Musa AS
5. Isa A.S

Rasul dan Mukjizat


Mukjizat mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi rasul
dalam melaksanakan tugas kerasulannya. Mukjizat memiliki dua fungsi
pokok yaitu :
Sebagai bukti bahwa orang yang memilikinya adalah benar-benar utusan
Allah SWT.
Sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentangnya.

Mukjizat adalah peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh akal kemampuan
manusia. Mukjizat dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :

1. Mukjizat kauniyah adalah mukjizat yang berkaitan dengan peristiwa


alam, seperti dibelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad
SAW dan dibelahnya Laut Merah oleh Nabi Musa as dengan tongkat.
2. Mukjizat syakhsiyyah adalah mukjizat yang keluar dari tubuh seorang
nabi dan rasul, seperti air yang keluar dari celah-celah jari Rasulullah
SAW, cahaya bulan yang memancar dari tangan Nabi Musa as serta
penyembuhan penyakit buta dan kusta oleh Nabi Isa as.
3. Mukjizat salbiyyah adalah mukjizat yang membuat sesuatu tidak
berdaya seperti ketika Nabi Ibrahim as dibakar oleh Raja Namrud,
akan tetapi api tidak mampu membakarnya.
4. Mukjizat aqliyyah adalah mukjizat yang rasional atau masuk akal.
Contoh satu-satunya adalah Al Qur’an.

Contoh Perilaku beriman kepara rasul :

Mempercayai dengan sepenuh hati bahwa para Rasul adalah manusia


biasa yang dipilih oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu/ firman-Nya
kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.

Mempercayai dengan sepenuh hati bahwa para Rasul diutus oleh Allah
SWT untuk menjadi teladan hidup bagi manusia.

Membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul dan menjadikan apa yang
dibawa oleh Rasul sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Meyakini bahwa nabi muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul yang
terakhir

Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:


“Apakah kalian ingin kuberi tahu mengenai dosa-dosa besar yang paling berat?, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali, sampai orang-orang menjawab,
“Ya tolong beritahukan kepada kami Ya Rasulullah.” Kemudian beliau mengatakan “Mempersekutukan
Allah dan tidak taat kepada orang tuamu.”
Menghormati orang tua (birrul walidain)
a. Dalil naqli
- Qs. Al-Isra/17:23 - 24

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
- Qs. An-Nisa/4:36

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
- Qs. Al-Baqarah/2:115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
- Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
tentang amal-amal yang paling utama dan paling dicintai Allah. Beliau menjawab , pertama, shalat pada
awal waktu, kedua, berbakti kepada kedua orang tua dan ketiga, jihad di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).

- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dari Abdullah bin Amr, dikatakan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka
Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (H.R. Bukhari).

- Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu dia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
berbakti kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu”, Dia bertanya lagi , “Kemudian siapa?”, Beliau
menjawab, “Ibumu.”, Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?.” Beliau menjawab, “Ibumu.”, DIa bertanya
lagi, “Kemudian siapa?.”, beliau menjawab, “Kemudian ayahmu.” (H.R. Bukhari)

b. Sikap dan perilaku yang menunjukkan birrul walidain

- Mengikuti segala nasihat yang baik dan berusaha menyenangkan hatinya.


- Selalu memohonkan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Bergaul dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.
- Merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada keduanya.
- Apabila orang tua sudah meninggal, maka seorang anak harus memohonkan ampun kepada Allah,
membayar utang, melaksanakan wasiat dan menyambung silaturrahim kepada teman dan kerabat kedua
orang tuanya.
- Membantu orang tua dalam segala hal, baik akal fikiran, tenaga maupun financial.

Menghormati guru

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,


“Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu.”
(H.R. Abu Hasan Mawardi).

Imam Al-Ghazali berkata,


“Seorang murid hendaklah memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya, mendiamkan diri sewaktu
guru sedang menyampaikan pelajaran dan menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan guru.”
Sikap dan perilaku yang menunjukkan hormat dan patuh/santun pada guru

- Memuliakan, tidak menghina atau mencaci guru.


- Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju
surga.” (H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
- Ketika belajar hendaknya berpakaian rapi dan sopan
- Tidak mengobrol atau sibuk sendiri saat guru sedang menjelaskan pelajaran.
- Beranya kepada guru apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti dengan cara yang baik.
- Saat bertanya menggunakan cara dan bahasa yang baik.
- Tidak menyeletuk atau bertanya yang tidak ada faedahnya yang sekedar mengolok-olok.

C. Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesame

Pentingnya menuntut ilmu

- Wahyu pertama yang diterima Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perintah menuntut
ilmu. Qs. Al-Alaq/96:1-5.
- Allah mengangkat derajat orang-orang yang
berilmu.

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.Qs. Al-Mujadilah/58:11.

Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa


Sallam untuk menuntut ilmu.
- Qs. At-Taubah/9:122

Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang
rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang
memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.
- Dari Anas radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas semua orang Muslim.” (HR. Baihaqi).
- “Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur.” (HR. Bukhari).
Sikap orang yang bersemangat menuntut ilmu
- Ikhlas.
- Memiliki banyak teman yang memberinya motivasi untuk menuntut ilmu
- Hadir disekolah tepat waktu, mematuhi tata tertib sekolah, dan berdoa sebelum/sesudah belajar agar
ilmu menjadi berkah.
- Sabar dalam menuntut ilmu
- Gemar membaca dan mencari ilmu.

NASEHAT IMAM SYAFI’I DALAM MENUNTUT ILMU

Dalam menuntut ilmu harus memenuhi 6 perkara,


1. Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti
IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat
menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka
berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang
gila atau orang yang idiot yang memang akalnya sudah tidak bisa
menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat,
namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang
tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah
laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka
pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan
maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering
dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam
daya tangkapnya dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu
menerima ilmu apapun juga.

2. Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan,


mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan
menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang
mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh
karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat
sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu
itu
sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa
hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan
pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena
hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan
ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kirta
dapatkan dalam tolabulilmi

3. Sabar, artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari


ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus
menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada
mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang
yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada
umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti
umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu
sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya
mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-
lain .

4. Biaya, artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap


manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus
punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan
kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus
merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman
sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para
santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh
sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang
sangfat fakir,imam syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan
banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil
khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,
5. Petunjuk ustadz, artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh
dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan
barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [
saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama]
barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan
ada pula makalah
andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata
orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa
melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para
sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an
kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada
para sahabat,sahabat menyampaikan
kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-
tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu
ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai
pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah
ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah
subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang
belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa
menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam
sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua
yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,

6. Lama, artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini


bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya
target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,
Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan
dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap
mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah
kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga
menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.

Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu
maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti
dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt.
memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang
perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku!
Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
(Q.S. al-Isra’/17: 23-24)

Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap
keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua.
Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.

Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu,
mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang
tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang
tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)

Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai
oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?”
Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali,
bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat
ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah
merupakan balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan
orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai
orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat
baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal
yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa
alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada
kedua orang tua dan guru.

Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah
yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti
berikut.

1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan
umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh
Allah Swt.

Anda mungkin juga menyukai