Anda di halaman 1dari 8

Tugas seni budaya

Karya seni lukis

Nama : Amara Azkiyyatunafsiyah

Kelas : XI Mipa 2

0
(Penampakan diponegoro (karya nya)

Judul lukisan : Penampakan dipenogoro

Pelukis : Raden Saleh

Media : lukisan cat minyak di atas canvas

adalah satu Pelukis Maestro Legendaris Indonesia pada era sebelum kemerdekaan, saat
Indonesia masih dijajah Belanda. Raden Saleh merupakan salah satu Pelukis Maestro
Indonesia yang diakui sebagai Pelukis kelas Dunia. Karya-karya lukisanya merupakan saksi
sejarah, banyak menceritakan tentang situasi pada jaman perjuangan dan kehidupan
masyarakat khususnya Jawa. Salah satu karya lukisanya yang terkenal adalah
Penangkapan Diponegoro, Raden Saleh juga mendapat pengahargaan atas talenta karya
seninya, sehingga Beliau mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda untuk Studi di
Negara Belanda dan Negara-negara Eropa lainya. Gaya aliran Lukisan saleh adalah gaya
Naturalism, Realism dan Klasik.

1
(wajah-wajah putra irian (karyanya)

Judul lukisan : wajah-wajah putra Irian

Pelukis : Affandi

Media : lukisan cat di atas kanvas

Ukuran : 98cm X 126cm

Merupakan salah satu Pelukis Maestro Legendaris Indonesia yang namanya telah mendunia
karena karya-karya lukisan abstraknya yang unik dan berkarakter, dimana gaya lukisanya
tersebut belum pernah ada, atau belum pernah diciptakan oleh pelukis sebelumya. Gaya
aliran Lukisanya merupakan gaya baru dalam aliran lukisan modern khususnya
ekspresionism. Karya-karya Lukisanya banyak mendapatkan apresiasi dari para pengamat
seni baik dari dalam dan luar negeri, beliau aktif berpameran tunggal di Negara-negara
seperti: Inggris, Eropa, Amerika dan India, pada masa Tahun 1950-an.

Affandi merupakan salah satu Pelukis yang paling produktif, dimana beliau telah
menciptakan lebih dari 2 ribu lukisan selama hidupnya, karyanya telah tersebar diseluruh
pelosok Dunia dan dikoleksi oleh para Kolektor kelas lokal dan Dunia.

2
(mencari kutu rambut (karyanya)
Judul lukisan : Mencari kutu rambut
Pelukis : Hendra Gunawan
Media : Lukisan cat di atas kanvas
Ukuran : 84cm x 65cm.

Hendra Gunawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1918, dan Wafat di Denpasar,
Bali. 17 Juli 1983. Hendra Gunawan adalah seorang pelukis, penyair, pematung dan
pejuang gerilya. Selama masa mudanya ia bergabung dengan tentara pelajar dan
merupakan anggota aktif dari Poetera (Pusat Tenaga Rakyat) dan organisasi yang dipimpin
oleh Sukarno dan lain-lain. Ia juga aktif dalam Persagi (Asosiasi Pelukis Indonesia, sebuah
organisasi yang didirikan oleh S. Soedjojono dan Agus Djaya pada tahun 1938.

Hendra Gunawan memiliki komitmen dalam pandangan politiknya, mengabdikan hidupnya


untuk memerangi kemiskinan, ketidak adilan dan kolonialisme. Dia dipenjara di Kebon
Waru atas keterlibatannya di Institut Budaya Populer (Lekra), sebuah organisasi budaya
yang berafiliasi dengan komunis sekarang sudah tidak berfungsi, Partai Indonesia (PKI).
Penahanan Hendra Gunawan selama 13 Tahun dimulai pada tahun 1965 hingga tahun

3
1978. Selama di dalam penjara beliau tetap aktif berkarya membuat lukisan bertema
tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada jamanya, seperti: Panen Padi, berjualan
buah, kehidupan nelayan, suasana panggung tari-tarian, dll. Hampir disemua Lukisanya
berlatar belakang alam.

Dengan talenta sebagai seorang Pelukis senior dan memiliki karakter karya Lukisan yang
khas, menjadikan namanya masuk dalam daftar Pelukis Maestro Legendaris ternama
Indonesia.

Karakter Lukisan beliau sangat berani dengan ekspresi goresan cat tebal, dan ekspresi
warna kontras apa adanya, karya Lukisanya banyak dikoleksi oleh para kolektor dalam
negeri. Perjalanan Aliran Lukisan karya Hendra Gunawan pada awalnya adalah realism yang
melukiskan tema-tema tentang perjuangan sebelum kemerdekaan, namun setelah era
kemerdekaan, karya-karya lukisan ber metamorfosa kedalam aliran lukisan ekspresionism,
tema-tema lukisanya tentang sisi-sisi kehidupan masyarakat pedesaan.

4
( seko ( perintis gerilya) karyanya)

Judul lukisan : Seko (perintis gerilya)


Pelukis : S. SUDJOJONO
Media : lukisan cat di atas kanvas
Ukuran : 173,5cm x 194cm

S. Sudjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara 14 Desember 1913 , dan wafat di Jakarta 25
Maret 1985. Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya,
Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara,
beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS,
Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta
(waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu
melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di
Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada
R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis
Jepang, Chioji Yazaki.

S. Sudjojono sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di
perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar
Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931. Namun
ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran

5
bersama pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai
pelukis, Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia
(Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri
Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai
pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisanya memiliki
karakter Goresan ekspresif dan sedikit bertekstur, goresan dan sapuan bagai dituang
begitu saja ke kanvas.

Pada periode sebelum kemerdekaan, karya lukisan S.Sudjojono banyak bertema tentang
semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan Belanda, namun
setelah jaman kemerdekaan kemudian karya Lukisanya banyak bertema tentang
pemandangan Alam, Bunga, aktifitas kehidupan masayarakat, dan cerita budaya.

6
(upacara pembakaran jenazah di bali (karyanya)

Judul lukisan : upacara pembakaran jenazah di bali

Pelukis : Basuki Abdullah

Media : oil on canvas

Ukuran : 78cm x 58cm

Basuki Abdullah lahir pada tanggal 27 januari 1915 di Surakarta, jawa tengah dan
meninggal pada tanggal 5 november 1993. Termasuk salah satu pelukis maestro Indonesia
dengan alirannya realis dan naturalis. Jiwa seninya tertanam dri bakat ayahnya yaitu
Abdullah suriossubroto. Pada saat pemerintahan jepang, basuki masuk ke dalam gerakan
poetra dan tugasnya untuk mengajar seni lukis ke murid-muridnya , selain itu basuki juga
aktif di kebudayaan jepang saat itu. Ketika di belanda beliau berhasil mengalahkan 87
pelukis di eropa dan menjadi pemenang. Wow, bangga yah beliau telah mengharumkan
Indonesia. Selin itu ia sering kali berkeliling eropa seperti Italy dan prancis dimana banyak
pelukis di negara sana.

Basuki terkenal dengan pelukis potret yang dapat melukis wajah cantik wanita, terkadang
lukisannya lebih indah dibanding wajah aslinya . Pendidikan seninya tidak sia sia, hingga
akhirnya pada tahun 1974 beliau menetp di Jakarta untuk diangkat sebagai pelukis istana
merdeka.

Anda mungkin juga menyukai