Anda di halaman 1dari 4

Deskripsi

“Penangkapan Diponegoro” merupakan lukisan karya Raden Saleh yang dibuat pada tahun
1857 pada kanvas berukuran 112 cm × 178 cm yang merupakan hadiah untuk Raja William III
di Belanda. Lukisan ini merupakan penggambaran ditangkapnya Raden Saleh oleh Letnan
Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. Lukisan ini berpindah-pindah tangan
hingga pada akhirnya dipajang di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Analisis Formal
1. Dari gambar diatas terlihat banyak objek/figur manusia dari bagian tengah hingga bawah
gambar dengan corak yang berwarna putih, hitam, serta kuning dan kecoklatan dengan pola
ornamen nusantara yang terlihat hal ini merupakan figur/objek masyarakat Ponegoro dengan
berbagai ekspresi yang ditampilkan seperti wajah marah, sedih, bingung dan khawatir.
2. Beberapa figur manusia lainnya menggunakan warna ungu gelap dengan bawahnya
berwarna putih dengan sentuhan corak berwarna kuning keemasan yang condong berada di
posisi tengah gambar adalah figur kolonial Belanda yang datang ke Indonesia dengan kepala
yang ditampakan sedikit lebih besar dibandingkan dengan figur masyarakat Ponegoro.
3. Warna dengan gradien kuning dan biru serta 2 objek membelenduk dengan campuran
warna hijau merupakan background gambar yang berada si posisi kanan atas yang
menggambarkan sebuah pemandangan langit pagi serta 2 buah gunung.
4. Di bagian belakang figur manusia terdapat corak berwarna putih dan coklat dengan bentuk
geometris memanjang dan segitiga berwarna merah diatasnya merupakan gambaran rumah
yang menjadi tempat tinggalnya pangeran diponegoro.
Interpretasi
1. Lukisan ini menangkap momen bersejarah yaitu menggambarkan peristiwa pengkhianatan
Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri perang Jawa pada 1830. Pada saat
itu, Belanda berdalih mengundang Pangeran Diponegoro ke Magelang untuk membicarakan
kemungkinan gencatan senjata, namun pada kenyataannya sesampainya Pangeran
Diponegoro di Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap.
2.Lukisan ini difungsikan sebagai penangkap momentum bersejarah pada saat pengkhianatan
Belanda pada saat itu. dengan kerendahan hati Pangeran Diponegoro yang menjunjung tinggi
adab ketimuran dalam menyelesaikan perkara (secara kekeluargaan), pada akhirnya
membawanya pada penyesalan.
3.Goresan kuas yang halus dan detail yang dibuat pada lukisan ini membawa suasana
dramatis, ketegangan, amarah dan kesedihan. hal ini terlihat pada penggambaran ekspresi
pada tokoh. dimana ekspresi pangeran Diponegoro melambangkan rasa tidak percaya dan
amarah, sementara tokoh Belanda yang memiliki ekspresi mematung seakan tidak peduli,
kemudian dibawah mereka pengikut pangeran Diponegoro yang bersimpuh dalam kesedihan.
4.Kemudian disamping para pengikut pangeran Diponegoro terdapat tokoh Belanda yang
mengendarai kereta kuda dan menggenggam cambuk yang patah . hal ini merupakan simbol
dari rasa tidak menghormati tamu dan merasa tinggi, namun dengan cambuk yang patah
tersebut menggambarkan bahwa adanya harapan penderitaan rakyat akan segera berakhir.
5.Lukisan Penangkapan Diponegoro ini memiliki pesan jangan mudah percaya dengan orang
asing. serta lukisan ini bermaksud memperlihatkan ketangguhan dari pangeran Diponegoro
sebagai pemimpin.
Evaluasi
1. Evaluasi Orisinalitas
Lukisan dengan judul “Penangkapan Diponegoro” mengangkat sebuah peristiwa sejarah
yang pernah terjadi di Indonesia yaitu, penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pihak
Belanda pada akhir perang jawa di tahun 1830, peristiwa ini terjadi karena adanya
pengkhianatan dari Belanda dengan dalih untuk berunding masalah gencatan senjata.
Dengan peristiwa yang sudah terjadi Raden Saleh ingin mengangkat kembali peristiwa yang
sebenarnya terjadi dengan sudut pandang rakyat Indonesia dimana sesosok Pangeran
Diponegoro yang memiliki sifat rendah hati dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah
dengan niat kekeluargaan.
Dalam lukisan ini juga terdapat sesosok pria yang memiliki kumis tebal yang letaknya
berada di antara kumpulan pengikut Pangeran Diponegoro, pria yang sedang melihat kearah
barat laut ketika kita sedang melihat lukisannya, ia sedang menghadap kearah Pangeran
Diponegoro, dan berada dekat dalam peristiwa tersebut, sosok pria itu adalah Raden Saleh
sendiri yang menggammbarkan dirinya dalam peristiwa yang sedang terjadi saat itu, ia
menggambarkan dirinya berada pada pihak Pangeran Diponegoro, meskipun sebenarnya
pada saat peristiwa itu terjadi Raden Saleh sebenarnya tidak berada disana, saat itu Raden
Saleh hanya berusia 14 tahun dan tinggal di daerah Jawa Barat dan berada jauh sekali pada
pusat peristiwa.
Sebenarnya hal semacam ini juga sering dilakukan oleh para pelukis di eropa saat
melukiskan peristiwa sejarah, mereka menggambarkan diri mereka sendiri dalam peristiwa
yang terjadi, Raden Saleh sendiri meletakkan dirinya dalam peristiwa ini untuk
memperlihatkan perlawanannya terhadap Belanda, dan melalui lukisan ini juga Raden Saleh
dengan kuat menyatakan bahwa dirinya sebagai anti Belanda.
2. Evaluasi Teknis
Raden Saleh dalam membuat karyanya kali ini menggunakan cat minyak dan kanvas
berukuran 85 cm x 140 cm sebagai media lukisnya, dengan menggunakan sebuah teknik lukis
yang bernama Teknik Tempera yang eksis di daerah eropa pada tahun 1200 sampai dengan
1500.
Teknik Tempera ini dilakukan dengan cara mencampurkan kuning telur ke dalam cat
sebagai bahan perekat, teknik tempera dapat menggunakan kayu sebagai kanvasnya dan
bias juga menggunakan tembok sebagai medianya.
3. Evaluasi Kesejahteraan
Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro memiliki dua versi yaitu versi pertama
dibuat oleh pelukis Belanda yang bernama Nicolas Pieneman dan yang kedua yaitu versi
Raden Saleh, peristiwa yang diangkat adalah peristiwa yang sama namun karya Nicolas
memiliki sudut pandang dari orang berdarah Belanda dan karya Raden Saleh memiliki sudut
pandang orang yang berdarah dan berkebangsaan Indonesia, dalam perspektif karya lukisan
Raden Saleh pada peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro memiliki cerita bahwa
penangkapan ini sebelumnya memiliki dalih dengan tujuan berunding mengenai gencatan
senjata namun ternyata perundingann tidak pernah berlangsung, Pangeran Diponegoro
ditangkap oleh pihak Belanda lalu diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.
Sedangkan dalam lukisan karya Nicolas digambarkan dengan cerita bahwa Pangeran
Diponegoro yang sedang menyerahkan diri kepada pihak Belanda, dengan visualisasi
sebagaimana terlihat Pangeran Diponegoro yang terlihat tertunduk pasrah mengikuti
perintah yang diberikan Belanda dan pengikutnya yang sedang menangis sedih disekitarnya,
sedangkan pada lukisan Raden Saleh terlihat bahwa tatapan Pangeran Diponegoro yang
sangat tajam serta memiliki gestur seperti sedang melawan karena dipegangi oleh pihak
Belanda.
Kedua lukisan ini juga memiliki beberapa detail yang sama, contohnya sangat terlihat
pada sosok Pangeran Diponegoro yang mengenakan jubah putih, celana dan jaket, serta
tangan sedang memegang tasbih dan bersorban hijau. Perbedaan perspektif pada kedua
lukisan tersebut juga sangat terlihat pada judul yang diberikan oleh kedua pelukis, Nicolaas
Pieneman memberi judul karyanya sebagai “Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada
Jenderal De Kock”. Sedangkan Raden Saleh memberi judul lukisannya “Penangkapan
Pangeran Diponegoro”.

Anda mungkin juga menyukai