Kaliorang, 5 november
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...................................……….. 1
KATA PENGANTAR………………………………………………....................................……………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………....................................……………………….... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG……………………………………………...........................………..... 4
B.TUJUAN…………………………………………………..………………................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.DESKRIPSI.....................................…………………...........................………........ 5
B.MENGANALISIS……………………………………………............................................ 5
C.MENAFSIR.................................………………………………….............................. 5
BAB III KESIMPULAN
A.PENILAIAN………………………………………………………………................................ 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 7
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pada tahun 1829-1851, Raden Saleh, di bawah naungan pemerintah Hindia Belanda, tinggal di Eropa,
di mana ia menerima pendidikan seni. Setelah kembali ke tanah airnya, dia memutuskan untuk
mempraktekkan apa yang telah dia pelajari di Eropa dan dengan demikian berkontribusi pada
modernisasi Jawa. Untuk gambaran yang direncanakannya, Raden Saleh memilih plot dari sejarah
Jawa, yaitu penyerahan pemimpin pemberontakan Jawa dari Diponegoro kepada pasukan kolonial di
bawah komando Letnan Jenderal Hendrik Mercus de Kock yang terjadi pada tahun 1830.diketahui
keluarga Saleh mendukung Diponegoro, banyak kerabatnya ikut serta dalam pemberontakan. Menurut
kritikus, sehubungan dengan ini, Saleh ingin menampilkan versinya sendiri, non-kolonial — berbeda
dengan karya oleh seniman Belanda Nicolaas Pieneman dalam lukisan berjudul Penyerahan Pangeran
Diponegoro kepada Jenderal De Kock (1830-1835).Dalam lukisan kedua seniman itu, Diponegoro
berdiri di sebelah de Kock di tangga sebuah rumah kolonial, dikelilingi oleh perwira Belanda dan orang
Jawa yang dilucuti. Namun Saleh mengisi karyanya dengan suasana kesedihan, menggambarkan
Diponegoro dan de Kock sejajar dengan latar fajar hari baru, sehingga mengisyaratkan, menurut para
kritikus, pembebasan masa depan Jawa dari kolonialisme.saleh melukis lukisan itu pada tahun 1856-
1857, setelah itu ia secara pribadi menyerahkannya kepada Raja Willem III dari Belanda. Pada tahun-
tahun berikutnya, kanvas ini disimpan di Istana Het Loo, Den Haag. Pada tahun 1978, lukisan itu
disumbangkan kepada pemerintah Indonesia yang sudah merdeka, setelah itu dipamerkan di Museum
Nasional Indonesia dan Istana Kepresidenan di Jakarta. Karena lukisan tersebut berada dalam keadaan
yang buruk, lukisan tersebut sepenuhnya direstorasi pada tahun 2013. Kini lukisan tersebut menjadi
bagian dari koleksi Museum Kepresidenan.
B.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI
Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan yang begitu gigih melawan kolonialisme
di Indonesia.
Salah satunya Belanda melakukan tipu muslihat yang berakhir dengan penangkapan
Pangeran Diponegoro pada 28 Maret 1830. Peristiwa terjadi di Magelang setelah Pangeran
Diponegoro terbujuk oleh tipu rayu Kolonel Jan Baptist Cleerens (prajurit Belanda).
Peristiwa ini diabadikan oleh pelukis tersohor Indonesia yaitu Raden Saleh. Lukisan tersebut
berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Pada lukisan, tampak Pangeran Diponegoro
digiring oleh prajurit Belanda berkulit putih dengan seragam biru-putih.
Baca juga: Biografi Pangeran Diponegoro, Pemimpin Perang Jawa
Terlihat tangan dari Jenderal De Kock berwajah tak acuh mengisyaratkan Pangeran
Diponegoro untuk masuk ke kereta kuda. Kereta kuda yang ditunggangi oleh Prajurit
Belanda menandakan bahwa rencana pengasingan Pangeran Diponegoro telah
dipersiapkan.
Dikutip dari jurnal Raden Saleh Dipanagara and The Painting of The Capture of Dipanagara
at Magelang (1982) oleh Peter Carey, sang pelukis, Raden Saleh mencantumkan dirinya
sendiri dalam lukisan tersebut sebanyak dua kali, yaitu sebagai seorang prajurit yang
menunduk kepada pemimpin yang menangkapnya dan sebagai seorang prajurit yang
menghadap ke arah penonton.
B.MENGANALISIS
Reprentasi visual yang ditampilkan dalam bentuk Romantisme adalah menampilkan
sesuatu peristiwa atau kesan yang dramatis. Seorang pelukis romantisme tentunya
harus bisa membuat penikmat seni larut dalam mekanika alam lukisan, seolah olah
kita sedang berada di peristiwa tersebut.
C.MENAFSIR
Lukisan ini menggambarkan peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda yang menandai
berakhirnya perlawanan Diponegoro pada tahun 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang
membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun kenyataannya Pangeran Diponegoro dan pengikutnya
ditangkap lalu diasingkan.
• Teknik aquarel
• Teknik mozaik
• Teknik plakat
BAB IIII
A. PENILAIAN
Penilaian Suatu karya tentu tidak hanya dilihat dari penampakkan hasil karya, melainkan melalui penyampaian
isi atau makna karya lukisan tersebut. Karya lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” merupakan suatu
maha karya. Terdiri dari dua lukisan yang bertemakan sama yakni menceritakan penangkapan pangeran
diponegoro dan Penyerahan Pangeran Diponegoro. Penyampaian makna dari lukisan yang bisa ditangkap
dengan mudah yang berasal dari penggambaran objek karya dan perpaduan warna yang proporsional. Karya
ini telah digarap dengan serius dengan bukti makna dari lukisan dan keselarasan dengan sejarah. Sejarah itu
penting, agar kita dapat mengevaluasi dari apa kesalahan kita, agar kita tidak mengulanginya lagi di masa yang
akan datang.
Melupakan sejarah merupakan musibah namun mengingat terus tidak akan gunanya. Diperlukan langkah
nyata. Namun saat sudah berhasil, sebagai pemuda Indonesia dan penikmat seni, kita harus ingat, bahwa kita
mungkin saja tidak akan bisa seperti jika tidak ada jasa para pahlawan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Penangkapan Pangeran Diponegoro https://g.co/kgs/rGKdni