NURRICA WULANSARI
Konversi Agama Muslim Tionghoa di Batavia.
Alhamdulillah puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita semua. Shalawat
serta salam senantiasa kita persembahkan kepada junjungan Nabi besar kita
Aamiin
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata
Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya
tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi
BATAVIA”.
hambatan yang penulis hadapi. Alhamdulillah atas kerja keras dan semangat serta
dukungan dari semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.Oleh karena itu izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih
serta penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan
dukungan moril serta materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
kepada:
1. Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
i
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku
4. Kepada semua dosen Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah
5. Mamah yang selalu memberi nasehat, bimbingan, dukungan, dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan terima kasih juga
untuk Bapa yang rela banting tulang untuk membiayai penulis sampai
sekarang penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih karena Mamah dan
Bapak tidak pernah mengeluh selalu bersabar dalam mendidik penulis, berkat
doa, nasihat, dan bimbingan mamah dan bapa penulis dapat menyelesaikan
6. Kepada Ramdhoni Tiara Putra adik tercinta yang selalu memberi dukungan,
dan doa kepada penulis. Kepada Vinza yang selalu membuat penulis tertawa
ii
7. Kepada kakak, sahabat, partner Damar Aji Asmara, S. Kom yang selalu
9. Kepada Keluarga Besar SKI 2010 yang selama ini sudah menjadi keluarga,
terima kasih atas canda tawanya dan supportnya terhadap penulis. Khususnya
untuk Janah yang rela dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menemani
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat
kepada siapa saja yang menjadikan ini sebgai bahan bacaan mereka dan data
Nurrica Wulansari
1110022000038
iii
DAFTAR ISI
iv
3. Adat istiadat ............................................................................................ 46
4. Pakaian Adat ........................................................................................... 47
5. Makanan ................................................................................................. 48
C. Aktifitas Ekonomi ...................................................................................... 49
BAB IV MUSLIM TIONGHOA DI BATAVIA .................................................. 57
A. Faktor Konversi Masyarakat Tionghoa ...................................................... 57
B. Konversi Dalam Angka Masyarakat Tionghoa .......................................... 59
C. Dampak Konversi....................................................................................... 63
1. Dampak Sosial ........................................................................................ 65
2. Dampak bagi Keluarga ........................................................................... 69
a. Dampak Positif ................................................................................... 69
b. Dampak Negatif .................................................................................. 70
D. Asosiasi Muslim Tionghoa ........................................................................ 70
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 74
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
B. Saran ........................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76
A. Buku ........................................................................................................... 76
B. Sumber Elektronik ..................................................................................... 77
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia yang terdiri dari banyak suku, budaya dan bahasa mampu
adalah pendatang. Fakta sejarah ini tak bisa dihapus dan harus diterima sebagai
orang atau kurang lebih dari 2,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada
waktu itu.1
daerahnya kaya akan hasil tambang emas. Etnis ini memang dibutuhkan sebagai
meningkat, maka didatangkan pandai emas dari Cina Daratan. Ikut dalam
1
William G.Skinner, The Chinese Minority. New Haven: Shoutheast Asia Study, Yale
University 1963, h. 99.
1
kelompok tersebut adalah para pekerja pembuat bangunan dan perdagangan.
Mereka bermukim menyebar mulai dari Kabupaten Kutai, Sanggau Pontianak dan
daerah sekitarnya.2
mereka di bawah armada tentara laut Khubilai Khan atau juga sering disebut
utusan yang pertama ini tidaklah langsung menetap, hal ini dikarenakan
Pulau Jawa adalah orang-orang yang tidak puas karena Rezim Ching dari Dinasti
kala itu, mereka pun pindah ke wilayah Timur Laut Jawa Tengah.
menjadi pihak golongan kelas atas, etnis Tionghoa golongan kelas menengah
bawah dan orang Pribumi menempati kelas menengah bawah. Hal inilah yang
2
http://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-etnis-tionghoa-di-indonesia-
dari-masa-ke-masa/(diakses pada hari Sabtu, 17 Januari 2015.
3
Amen Budiman,Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia. Semarang: Penerbit Tanjung
Sari, 1979. hal 78.
4
Jean Gelman Tailor, KehidupanSosial di Batavia, Orang Eropa dan Eurasia di Hindia
Timur. Jakarta: Masup Jakarta, 2009. hal 60.
2
memicu persaingan antar Orang Pribumi dengan Orang Tionghoa yang
Keadaan mulai berubah mana kala Indonesia merdeka pada tahun 1945,
tepatnya pada tanggal 17 Agustus. Hal ini menimbulkan kebingungan bagi para
tentara Belanda yang tinggal di Indonesia, apakah mereka akan kembali ke negara
asal mereka, atau tetap tinggal di Indonesia menjadi warga negara. Tentara
dalam bukunya “Tribes, How Race and Religion, and Identity Determine Success
in the New Global Economy”(Suku, Ras dan Agama, dan Identitas dalam
secara keseluruhan. Tetapi jumlah yang kecil ini menguasai aset ekonomi
nasional sebesar 75% dan Pecinan selalu menjadi pusat kota dimana daerah
perdagangan berada.6
5
Jean Gelman Tailor, Kehidupan Sosial di Batavia, Orang Eropa dan Eurasia di Hindia
Timur, hal. 63.
6
http://forum.kompas.com/bincang-buku/262687-sejarah-china-islam-indonesia.html
(diakses pada hari Minggu, 5 Januari 2015).
3
Menurut pendapat beberapa ilmuan, di kalangan orang Indonesia muncul
anggapan bahwa etnis Tionghoa Indonesia adalah orang asing yang memiliki gaya
sosial dan lebih suka tinggal di kawasan tersendiri.Mereka juga dianggap selalu
mereka kepada bangsa dan Negara Indonesia diragukan. Di mata orang Indonesia,
kebangkitan golongan pengusaha Indonesia. Citra itu muncul dalam tulisan dan
memonopoli pun terhambat dan mereka terpaksa berbisnis dengan para pedagang
di Indonesia, dan jika etnis Tionghoa dan pribumi bersatu untuk melawan,
7
Charles Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994, hal. 26.
8
http://forum.kompas.com/bincang-buku/262687-sejarah-china-islam-
indonesia.html(diakses pada hari Jumat, 16 Januari 2015).
4
rakyat Eropa, golongan rakyat Timur Asing, dan golongan rakyat Pribumi.
Golongan pertama antara lain terdiri dari orang Belanda, orang-orang berkulit
putih lainnya dan orang Jepang, yang semuanya merupakan warga Negara kelas
satu, yang kedua antara lain terdiri dari orang India, Arab, dan Tionghoa, sedang
yang terakhir terdiri dari orang-orang pribumi yang merupakan warga Negara
kelas tiga.9
hebat dari etnis Tionghoa, sedangkan etnis Tionghoa juga menganggap dirinya
lebih hebat dari orang Pribumi. Klasifikasi tersebut menjadikan orang Pribumi
jelek di mata etnis Tionghoa, akibatnya terlihat pada berbagai bidang kehidupan
mereka pandang bisa menurunkan harkat diri mereka. Selain itu mereka juga
untuk berasimilasi total bagi etnis Tionghoa, di samping itu beliau juga berupaya
9
Amen Budiman,Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia.Semarang: Penerbit Tanjung
Sari, 1979, h. 46.
10
Lihat berbagai buku karangan Junus Jahja tentang kisah orang Tionghoa Indonesia yang
akhirnya memeluk agama Islam, seperti buku Muslim Tionghoa Indonesa, Islam di Mata WNI, dan
Kisah-kisah Saudara Baru. Jakarta: Yayasan Haji Karim Oey, 1999.
5
penyebaran agama Islam di kalangan etnis Tionghoa non-muslim, seperti yang
tercantum dalam tulisan Leo Suryadinata, yayasan ini mempunyai target ingin
apabila etnis Tionghoa memeluk agama Islam, segalanya akan terasa lebih ringan.
pemeluknya. Islam juga menuntut umatnya untuk berikhtiar dan membina diri
menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang selalu dalam keadaan serasi dan
Hingga ia hidup damai dan penuh kepercayaan terhadap dirinya. Hal inilah yang
dapat dikatakan tidak mengalami hambatan yang berarti. Memang pada awalnya
Tionghoa di Batavia yang memeluk agama Islam. Hal inilah yang akan penulis
11
Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia;
1988, h. 97.
12
Ibid, hal. 102.
6
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis melihat bahwa ada
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
Batavia?
7
b) Bagaimana gambaran Muslim Tionghoa di Batavia?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Tionghoa.
2. Dengan adanya penulisan skripsi ini, diharapkan dapat menarik peneliti lainya
sehingga penulisan tentang Cina Muslim ini dapat dikembangkan, dari segi
3. Dengan adanya penulisan skripsi ini, diharapkan bisa menjadi penimbang untuk
E. Metodologi Penelitian
8
langkah kegiatan di antaranya metode heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan
historiografi.13
sebagai berikut:
1. Heuristik
tertulis, berupa buku-buku dan skripsi-skripsi yang terkait dengan tema yang
Ageng Serang.
2. Kritik Sumber
yang didapat agar mendapatkan sumber yang valid dan relevan dengan tema yang
dikaji penulis.
3. Interpretasi
13
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, cet II . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007, h. 54.
9
Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan dikritisi, tahapan
yang telah dikritisi dan melihat serta menafsirkan fakta-fakta yang didapat oleh
4. Historiografi
hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah diatur dalam pedoman
skripsi, sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari segi isi tetapi juga baik
status sosial, dan sebagainya, oleh karenanya metode historis dengan pendekatan
F. Riset Terdahulu
akan tetapi sejauh yang penulis amati belum ada yang membahas tentang
“Konversi Agama Muslim Tionghoa di Batavia”, Ada pun buku dan laporan
14
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Yogyakarta: Pustaka Jaya, 1995, h. 109
15
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, cetII. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007, hal. 22.
10
penelitian berupa skripsi yang menjadi rujukan oleh penulis, di antaranya sebagai
berikut:
merupakan agama yang rasional dan universal.Oleh karena itu, agama Islam dapat
diterima siapa pun. Selain itu, Cheng Ho juga mengajarkan untuk menghargai
agama lain yang dianut penduduk setempat. Dalam setiap pelayarannya, Cheng
mengatur dengan apik sistem kerja dari awak kapalnya sesuai dengan tugas
masing-masing.
an, serta budaya yang di gunakan orang Tionghoa di Indonesia. Di dalam buku ini
juga menjelaskan bahwa ada banyak orang Tionghoa yang lahir di Indonesia,
16
Khong Yuanzi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di
Nusantara. Yayasan Obor Jakarta 2005.
17
Charles Coppel, Tionghoa dalam Krisis.Terj, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
11
yang dengan mudah dapat dianggap sebagai orang Indonesa, begitu pula
sebaliknya, ada orang Indonesia yang wajahnya mirip dengan orang Tionghoa
yang turut menjadi korban kekerasan anti Tionghoa. Sebagai akibat dari
perkawinan campur selama beberapa abad ini, maka penampilan fisik tidak dapat
karena apabila orang Tionghoa memeluk agama Islam segalanya akan terasa lebih
ringan, karena Islam memberikan identitas dan kepribadian yang mantap kepada
Jakarta, 2008 19 yang didalam membahas gambaran umum PITI dan stategi
Selain itu ada juga karya Ilmiah (skripsi) Johan Wahyudi, Persatuan Islam
yang membahas tentang peran PITI dalam proses Islamisasi masyarakat Tionghoa
di Semarang.
18
Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia;
1988.
19
Mahyudi, Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dalam
Meningkatkan Ibadah Anggota.UIN Jakarta, 2008.
20
Johan Wahyudi, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Semarang. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2010.
12
Dari semua kajian yang disebutkan, bagaimana konversi Agama Muslim
Tionghoa di Batavia belum terungkap dengan jelas.Dengan demikian hal ini yang
G. Sistematika Penulisan
bab, dimana didalam bab tersebut juga terdapat sub-sub bab. Diantara 5 bab
tersebut adalah
sistematika penulisan.
ekonomi.
Bab Keempat, merupakan bab inti dari penelitian ini seperti, Faktor
13
Bab Kelima, adalah bab terakhir dimana didalamnya berisikan kesimpulan
dari penelitian ini dan daftar sumber yang peneliti gunakan untuk menulis
penelitian ini.
14
BAB II
MASYARAKAT BATAVIA
Belanda. Perihal yang tidak disukai Coen karena ia ingin menamakan kota
ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai nama kota kelahirannya di Belanda.
didirikan Jan Pieterzoon Coen pada 1619 hingga 10 Desember 1942. Nama ini
dipilih untuk mengenang suku bangsa Germania yang disebut oleh C. J. Caesar
dalam bukunya Bellum Gallicum (50 SM) yaitu Batavir yang menghuni daerah di
Nama Batavia baru disahkan pada 1620, perihal yang tidak disukai Coen karena
ia ingin menamakan kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai nama kota
mendapat julukan Ratu Dari Timur, hal itu karena letaknya yang strategis baik
21
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/168/Batavia (diakses pada hari Senin,
16 Maret 2015).
15
fisik perkotaannya, sehingga Batavia yang awalnya mendapat julukan Ratu Dari
Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan
membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak
dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik
perbudakan.Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali
dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku
bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di
kota ini.23
pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai
Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis
di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada
tahun 1690.Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di
daerah Kota.
didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan
16
melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya.Dalam
data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari
berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis
yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Bali, Jawa,
Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan
orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah
ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut.Jumlah
orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia
etnis itu juga belum mengakar.Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering
sebagai bahasa nasional. Sebagai ibu kota negara Indonesia Jakarta menjadi
muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru Nusantara dan dunia.
24
Ensiklopedi Jakarta jilid III, hal 19.
25
Ensiklopedi Jakarta jilid V, hal 12.
17
Meskipun begitu, etnik Betawi diduga sebagai penduduk yang paling awal
beberapa ahli dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain disebabkan oleh rekayasa lingkungan alam Batavia yang menggunakan
teknologi Eropa (Belanda), terutama sistem kanal dan parit yang difungsikan
lahan, serta sebagai sarana pertahanan dan transportasi. Faktor eksternal lebih
banyak disebakan oleh akibat ikutan yang timbul dari faktor internal.Kota yang
menjadi lebih terbuka terhadap imigran luar dan asing, sehingga menimbulkan
areal kota. Penduduk kota menjadi lebih heterogen dan muncul kelompok-
Tidak ada data resmi dan akurat mengenai jumlah penduduk Kota Batavia
tahun 1700 sampai 1730 adalah antara 30.000 – 35.000 jiwa dengan jumlah
26
Tailor. KehidupanSosial di Batavia.Hal 105.
18
melaporkan bahwa penduduk Kota Batavia pada tahun 1722 sekitar 100.000
172.628 jiwa. Data pada tahun tersebut menggambarkan 89% penduduk tinggal di
luar benteng, dan dari 89% tersebut 59% di antaranya tinggal di bagian depan
sebelah barat kota. Data itu juga menggambarkan bahwa pada abad 18,
dengan kelompok etnis lain. Jejak kehidupan sosial masa itu masih dapat dilihat
besar yang terdiri dari orang Eropa, Mestizo atau Eurasia (indo), Timur Asing
Mereka dapat tinggal dimana saja, di dalam atau pun di luar benteng, meskipun
lebih banyak bertempat tinggal di depan kota sebelah Timur dan Selatan. Orang
Mestizo dan Eurasia banyak bertempat tinggal di dalam kotasisi Timur dan di
Timur bagian depan kota. Setelah peristiwa kerusuhan tahun 174029, orang-orang
27
Susan Blackburn, Jakarta Sejarah 400 tahun.Terj, Jakarta: Masup Jakarta, 2011, hal 47.
28
ibid, hal 56.
29
Tepatnya pada 1740 di wilayah Batavia terjadi pembantaian massal terhadap etnis
Tionghoa oleh penguasa kolonial Belanda.Tidak kurang 10 ribu orang Tionghoa dibantai dalam
19
Cina dilarang tinggal di dalam kota Batavia. Pada tahun 1766, untuk pertama
kalinya diangkat Kapiten dari golongan Cina peranakan. Nama kapiten tersebut
rumah ibadat atau masjid di kampung tempat mereka tinggal.Baru pada tahun
1786, orang Cina peranakan membangun masjid di atas tanah milik Kapiten
Masuk dalam kelompok Timur Asing lainnya adalah orang Moor. Sebutan
Moor pada awalnya digunakan untuk menyebut orang-orang Islam dari Kalingga,
Koromandel, India. Tapi de Haan juga menggunakan sebutan ini untuk menyebut
orang-orang Islam dari daerah lain seperti Gujarat, Benggala, Parsi, dan orang-
Mereka bertempat tinggal di luar benteng, di sekitar Kali Krukut, dan di sebelah
Utara kota bagian Barat. Orang Bali juga memiliki jumlah yang besar, mereka
peristiwa kekerasan dikenal dengan Tragedi Berdarah Angke pada 9 Oktober 1740. Peristiwa itu
bermula dari kekhawatiran persaingan dagang dan kekhawatiran akan pemberontakan kaum Cina
di Batavia terhadap pemerintahan Belanda. Adrian Valckenier selaku Gubernur Jendral VOC yang
ke 25 (1737-1741) memerintahkan pembantaian terhadap sekitar 10.000 kaum Cina. Pembantaian
mula-mula dilakukan terhadap tahanan di penjara, kemudian di rumah sakit, lalu meluas ke
seantero kota. Perlawanan kaum Cina juga berlangsung di Semarang dan kota-kota lain di luar
Batavia.
30
Molenvliet adalah nama jalan di Jakarta yang menghubungkan Kota lama dan Kota
Baru. Di bagian tengah jalan ini mengalir Kali Ciliwung.Jalan ini dibuat pada tahun 1648 oleh
pemuka masyarakat Phoa Beng Gan.
31
Peter Carey. 1985. Orang Jawa dan Masyarakat Cina, Terj.Jakarta : Pustaka Azet. Hal
77.
32
Jean Gelman Tailor. Kehidupan Sosial di Batavia. Hal 93.
20
Kampung Angke, dan Kampung Pisangan Batu, yang menurut de Haan telah ada
sejak tahun 1687. Satu kampung baru untuk orang Bali adalah Kampung Gusti
yang dibangun pada tahun 1709. Menurut data tahun 1779, Etnis Belanda
bertempat di luar benteng kota, terutama di depan kota bagian Barat dan Timur.
Pada tahun 1715, diberitakan adanya satu masjid di luar pintu gerbang Roterdam
(timur bagian depan kota) sebagai tempat ibadah orang Belanda yang memeluk
agama Islam.33
penduduk dan masyarakat kota pada masa VOC (Vereenigde Oost Indische
juga dalam permukiman. Pada umumnya, banyak penduduk yang beragama Islam
bermukim di sisi depan kota bagian Barat, sedangkan orang Kristen bermukim
atau dimukimkan di sisi depan kota bagian Timur yang tercermin pada sejumlah
peninggalan sejarah dan purbakala berupa gereja dan masjid. Dengan melihat
33
Ibid. Hal 124.
34
Tailor. KehidupanSosial di Batavia. Hal 143.
21
B. Kehidupan Politik Masyarakat Batavia
terdapat penulis Eropa yang memberi nama daerah yang masih asing ini dengan
sebutan Kalapa. Kalapa yang dimaksud persisnya tertuju kepada bandar terbesar
pada jaman kerajaan Hindu yang dikenal dengan nama Sunda yang berada kurang
Ketika pertama kali menjajaki kota Kalapa ini, rombongan orang Eropa
bernama Fatahillah. Nama ini yang kemudian dijadikan sebuah nama jalan dan
museum yang sangat terkenal bagi penduduk Jakarta. Pemuda ini berasal dari
kerajaan yang berkuasa didaerah Kalapa kemudian merubah sebutan Sunda dan
Kalapa menjadi Jayakarta yang memiliki arti Kemenangan Yang Tercapai pada
Nusantara pada abad-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta
pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat
Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan
35
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.Sejarah Daerah DKI Jakarta.
Jakarta: Depdikbud 1997-1998.
22
mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar,
India.36
dagang VOC yang memiliki pengurus terdiri atas tujuh belas orang yang disebut
seperti Banten, Cirebon, dan Surabaya. Gubernur jenderal bersama Dewan Hindia
terbatas. Selain Gubernur Jenderal, diangkat pula seorang Direktur Jenderal yang
memiliki keterampilan dan latihan kerja yang memadai dalam berbagai jenis
36
Lilie Suratminto dan Mulyawan Karim.Kota Tua Punya Cerita. Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara, 2012. Hal 91.
37
Dewan Hindia merupakan organisasi pusat bagi pemerintahan kolonial Hindia
Belanda diAsia antara tahun 1609-1942, di samping gubernur jenderal. Awalnya, Dewan Hindia
didirikan sebagai badan yang memberikan nasihat pada gubernur jenderal.Lebih lanjut, Dewan
Hindia juga mengontrol gubernur jenderal yang dicurigai despot, dengan memeriksa dan
mengendalikan mereka.Mereka memberi nasihat pada gubernur jenderal untuk pengangkatan
pegawai dan pembicaraan masalah ekonomi dan keuangan.
38
Johan Fabricius. Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad Ke-19, Terj. Jakarta:
MAsup Jakarta 2008. Hal 122.
39
Pax Neerlandica (Perdamaian Nerlandika) merupakan kesatuan Indonesia di bawah
penjajahan Belanda.
23
terampil dan berpengetahuan, agar nanti dapat dipekerjakan pada kantor-kantor
dengan tujuan agar hubungan dengan rakyat Indonesia semakin lebih baik.
oleh Raad van Indie (dalam prinsipnya terdiri atas enam orang anggota dan dua
Amsterdam.
tertentu saja, seperti Batavia, yang diperintah secara langsung oleh VOC. Dalam
sistem seperti ini, kaum pribumi nyaris tidak terlibat dalam struktur kepegawaian
VOC. Meskipun kaum elit pribumi terlibat dalam pemerintahan, tetapi status
40
Volksraad yang diambil dari bahasa Belanda dan secara harafiah berarti "Dewan
Rakyat", adalah semacam dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda. Dewan ini dibentuk pada
tanggal 16 Desember 1916oleh pemerintahan Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur-
Jendral J.P. Van Limburg Stirum bersama dengan Menteri Urusan Koloni Belanda; Thomas
Bastiaan Pleyte. Pada awal berdirinya, dewan ini memiliki 38 anggota, 15 diantaranya adalah
orang pribumi. Anggota lainnya adalah orang Belanda (Eropa) dan orang Timur Asing: Tionghoa,
Arab dan India. Pada akhir tahun 1920-an mayoritas anggotanya adalah kaum pribumi.
24
mereka bukan pegawai VOC dan tidak digaji secara tetap oleh kongsi dagang
tersebut. Para elit pribumi lebih banyak diperlakukan sebagai mitra kerja demi
kepentingan VOC.41
pendatang dari Cina kian memadati kota tertua di Asia Tenggara itu. Setidaknya
4.000 orang Cina bermukim di dalam tembok kota, sedangkan sekitar 10.000
orang berada di luar tembok kota.Gubernur Jenderal VOC Kongsi Dagang Hindia
pengangguran itu ke Sri Langka karena di Pulau Tenggara India itu VOC juga
berkembang di Batavia bahwa orang-orang Cina yang dikirim dengan kapal ke Sri
Cina dalam tembok kota, melengkapi diri dengan berbagai senjata. Di beberapa
Pada 9 Oktober 1740, terjadilah huru hara di dalam tembok Kota Batavia.
Cina.Permukiman Cina dibakar. Semua warga Cina dalam tembok kota, baik pria,
maupun wanita, bahkan anak-anak yang lari berhamburan ke jalanan kota itu
dibunuh dengan keji.Bahkan, beberapa ratus orang Cina yang menjadi tahanan di
41
Hendrik E. Niemeijer. BATAVIA Masyarakat Kolonial Abad XVII, Terj. Jakarta: Masup
Jakarta 2012. Hal 255.
42
Johannes Theodorus Vermeulen. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740, Terj.
Jakarta: Komunitas Bambu, 2010. Hal 65.
43
Meester Cornelis adalah nama daerah yang sekarang berganti nama menjadi Jatinegara.
25
Stadhuis Balai Kota Batavia 44dibebaskan, lalu disembelih di halaman belakang
gedung itu. Diperkirakan antara 5.000 sampai 10.000 warga Cina telah dibantai.45
Rumah Kapitan Cina Ni Hoe Kong yang terletak di Roa Malaka46 dijarah
Ambon.47
Sebenarnya VOC sudah tidak ada sejak tahun 1796. Akan tetapi, baru
48
pada tanggal 1 Januari 1800 setelah masa berlaku oktroi -nya berakhir
membawa dampak yang cukup berarti bagi wilayah Hindia Timur. Hal ini antara
lain karena di Negeri Belanda sendiri masih terjadi kekacauan setelah Napoleon
44
Stadhuis Balai Kota Batavia, kini Museum Sejarah Jakarta.
45
Vermeulen.Tionghoa di Batavia. Hal 72.
46
Roa Malaka adalah dari kata bahasa Portugis Rua Malaka artinya Jalan Malaka,
kawasan ini pernah menjadi tempat pemukiman tawanan Portugis di Batavia.Yang sekarang
teerletak di kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
47
B. Hoetink. NI HOE KONG Kapitein TIONG HOA di Betawie dalem tahon 1740.
Jakarta: Masup Jakarta, 2007. Hal 87.
48
Hak hak istimewa (oktroi) VOC :1. hak memonopoli perdagangan dari ujung Afrika ke
sebelah timur sampai ujung selatan Amerika. 2. hak memiliki tentara sendiri dan pengadilan. 3.
hak memiliki mata uang sendiri. 4. Hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-
kerajaan lain di daerah kekuasaan monopoli perdagangannya.
26
masih dipegang orang-orang lama. Akan tetapi, para pejabat Belanda di Hindia
sendiri dilanda kebimbangan setelah adanya surat edaran dari Raja Willem yang
orang itu kurang cakap. Para mantan pejabat yang dongkol ini kemudian
mahkota.49
sebagai kota terbuka yang mereka umumkan melalui selebaran tidak menjadi
alasan bagi Jepang untuk tidak melakukan penyerangan. Karena menyadari akan
kekalahannya, maka pada tanggal 8 Maret 1942 Letnan Jendral Ter Poorten
Kalijati.
49
G. J. Resink. 350 Tahun Dijajah, Terj. Jakarta: Komunitas Bambu 2012. Hal 312.
27
Bangsa Indonesia umumnya dan rakyat Jakarta khususnya dengan demikian
seringkali menetap di Batavia sekedar untuk menunggu iklim yang baik untuk
kembali ke negara asal mereka.Selain itu, tidak sedikit orang-orang Cina yang
Bataviatidak lebih dari sebuah kota perbudakan. Kala itu perbudakan mendapat
tempat yang subur karena memiliki payung legalitas dari pemerintah kolonial.
Akibatnya budak tidak hanya didatangkan dari berbagai pulau di luar Jawa
seperti Maluku, Sulawesi atupun Bali, melainkan juga dari luar negeri seperti
India, Srilanka, hingga Filipina. Para budak ini kemudian diperjualbelikan oleh
50
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.Sejarah Daerah DKI Jakarta.
Jakarta: Depdikbud 1997-1998.
51
Hembing Wijayakusuma, Pembantaian Massal 1740; Tragedi Berdarah Angke,
Penerbit Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2005.Hal 118.
28
pergundikan, kriminal, hingga kekerasan.Kemunculan budak dan pendatang ke
Batavia telah menjadikan kota ini sebuah kuali adukan (melting pot).52
Timur atau perusahaan dagang Belanda yang aktif di Asia Tenggara. Sebagai
dengan alasan strategis dan akan lebih mudah menyingkirkan Portugis yang
wilayah kekuasaan Banten. Namun, beberapa tahun kemudian EIC dari Inggris
persaingan antara VOC dan EIC.Saat terjadi persaingan VOC dan EIC Jan Pieter
52
Ibid. hal 120.
53
Johan Fabricius, Cerita Tuan Tanah Batavia Abad ke-19. Terj, Mansup Jakarta
2008.Hal 95.
29
Zoon Coen diangkat menjadi gubernur jenderal. Untuk memenangkan persaingan,
Pangeran Jayakarta dan sekaligus menutup izin berdagang EIC. Sejak tanggal 31
Mei 1619, VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta. Dan sejak saat itu pula
sebagai berikut55 :
1. Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen, hak jual beli
2. Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan
oleh VOC.
3. Barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah tangga, garam dan kain
harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.
54
Ibid hal 105.
55
Resink, 350 Tahun. Hal 132.
56
Hak ekstirpasi adalah hak untuk menumpas pohon rempah-rempah yang dianggap
berlebihan agar harga rempah-rempah di pasar mancanegara tetap tinggi.
57
Pelayaran Hongi adalah pelayaran bersenjata lengkap untuk mengawasi pohon rempah-
rempah yang berlebihan dan mencegah petani rempah-rempah berhubungan dengan pembeli lain.
30
adalah membuat Batavia menjadi pusat perdagangan Asia yang besar. Dari empat
pusat dagang, yakni Persia, India dan Ceylon, Maluku, dan Jepang, barang-barang
rata-rata dividen 10 persen setahun selama 30 tahun pertama keberadaan VOC. Ini
berarti pembagian total 20 Juta gulden. Para pemegang saham tidak tahu bahwa
VOC lebih keras dari pada bangsa Portugis, terutama di Maluku.Untuk mencegah
pelayaran hongi.
31
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan
yang dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual
menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan
4. Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan
istilah Contingenten
58
Resink, 350. Hal 154.
32
Seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari
rempah-rempah ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad 18
tersebut.Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh daerah
Priangan.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa
33
b. Menghadapi persaingan perusahaan dagang asing
monopoli
keuntungan riil VOC sangat kecil.Barulah setelah itu hingga tahun 1654.menurut
demikian masih ada keuntungan sebesar 25 juta gulden.Lalu sebanyak 9.7 juta
gulden dikirim ke Eropa dan sisanya disimpan di Batavia. Pada tahun 1700-an
mentah di Batavia dari 50 gulden menjadi 12 gulden per pikul. Bahkan untuk
canggih terhadap Pikul Gunung seberat 102 kg dan Pikul Batavia seberat 56 k.
Para produsen dipaksa menyerahkan jumiah kopi dalam ukuran Pikul Gunung tapi
dibayar dalam Pikul Batavia. Dengan manipulasi Itu para pejabat VOC tentu saja
Ekonomi Batavia secara kasar dapat dibagi dalam dua kategori: kegiatan
bisnis perdagangan, kerajinan tangan, pasar dan pertokoan di dalam kota, serta
59
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2014/03/kota-batavia-masa-voc(diakses pada hari
Selasa, 10 Maret 2015).
60
http://bataviadigital.pnri.go.id/kisah/?box=detail&id_record=17&npage=1&search_key
=&search_val=&status_key=&dpage=1 (diakses pada hari Minggu, 15 Maret 2015).
34
perdagangan VOC yang semarak mendukung sejumlah sektor kunci pada
milik angkatan laut yang terletak di Pulau Onrust.61Beberapa kontrak yang dibuat
antara pemilik kapal swasta dan para investor bercerita tentang jangkauan yang
bagian timur. Kebanyakan budak merupakan milik pribadi dan sebagian besar
beras dan sejumlah sayur mayur dan buah-buahan. Ribuan kontrak kecil yang
dibuat antara para pemilik lahan pertanian dan pekerja, antara para pedagang dan
produsen semuanya menjadi saksi betapa rajinnya orang Betawi, yaitu warga
(Muslim) Asia bebas dari berbagai keturunan campuran. Warga Asia bebas yang
61
Pulau Onrust merupakan bagian dari Kepulauan Seribu Jakarta. Pulau Onrust menjadi
salah satu destinasi wisata tempat bersejarah di Kepulauan Seribu.Pada tahun 1615 Belanda
membangun Dermaga dan galangan kapal yang tujuannya untuk memperbaiki kapal VOC
tentunya dengan izin dari Pangeran Jayakarta. Kemudian pada tahun 1658, Belanda membangun
benteng kecil dan pada tahun 1671 Belanda memperluas benteng di Pulau Onrust tersebut menjadi
bentuk persegi lima sekaligus membangun gudang serta kincir angin. Kemudian pada tahun 1911
peranan Pulau Onrust beralih menjadi tempat untuk Karantina Jama’ah Haji dengan bangunan
Karantina seperti Rumah Sakit, yang pada waktu itu para jama’ah haji diwajibkan ikut karantina
selama 5 hari di Pulau Onrust. Pada tahun 1972 Pulau Onrust ditetapkan menjadi Suaka Purbakala
oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
62
http://www.sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarun/category/27/ (diakses pada hari
Rabu, 11 Februari 2015).
35
merupakan pemilik lahan dan pedagang yang aktip dan banyak di antara mereka
penduduk Portugis yang paling awal tinggal di Tugu di akhir abad ketujuhbelas.63
63
http://www.sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarun/category/30/ (diaksees pada hari
Rabu, 11 Februari 2015).
36
BAB III
MASYARAKAT TIONGHOA DI BATAVIA
kedatangan bangsa Mongolia dibawah arahan Kubilai Khan masuk melalui daerah
teknologi pembuatan kapal dan dalam hal alat tukar, yakni uang berbentuk koin.
tiba di daerah Ternate dan Tidore, di Kepulauan Maluku untuk membeli cengkeh,
namun kemudian mereka diusir keluar oleh para pedagang Jawa seiring
Islam), yang mengepalai berbagai ekspedisi di Asia Tenggara sekitar tahun 1405-
1430. Dalam buku The Overall Survey of the Ocean's Shores, Ma Huan
Tionghoa di Nusantara dan peninggalan yang diwarisi oleh Cheng Ho dan anak
buahnya.65 Para pedagang ini bermukim di sepanjang pesisir pantai Jawa, namun
64
Aimee Dawis, Orang Tionghoa Indonesia Mencari Identitas. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010. Hal 39.
65
Dawis, Orang Tionghoa. hal. 52.
37
ini setelah abad ke-16. Para Muslim Tionghoa ini diperkirakan telah melebur ke
Cina melegalkan perdagangan swasta di tahun 1567 dan mulai mengizinkan lima
puluh kapal yang berlayar per tahun. Beberapa tahun kemudian uang mulai
mengalir ke kawasan itu, dimulai dari Jepang, Meksiko, dan Eropa, dan kegiatan
Banten.67
Nusantara memiliki daya tarik tersendiri bagi dunia luar, terutama dengan
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang melimpah.Hal ini
secara jelas.68Namun, sejak masa dinasti Han (206 SM-220 M) dan dinasti Jin
corak Cina.Selain itu, terdapat pula misi perjalanan yang terkenal, dipimpin oleh
66
Afthonul Afif, Identitas Tionghoa Muslim Indonesia, Pergulatan Mencari Jati Diri,
Depok: Penerbit Kepik, 2012.Hal 52.
67
ibid. hal 73.
68
Hendrik E. Niemeijer, Batavia; Masyarakat Kolonial Abad XVII. Jakarta: Penerbit
Masup, Jakarta, 2012.Hal 59.
69
Ibid, Hal 73.
38
Pada awalnya seperti yang diuraikan di atas, kedatangan orang-orang Cina
merasa nyaman tinggal di Nusantara sehingga banyak dari mereka yang kemudian
Cina tersebut merasa nyaman. Salah satu tempat yang membuat mereka nyaman
adalah Jayakarta yang kemudian berganti nama menjadi Batavia saat orang-orang
mayoritas. Mereka terdiri dari orang Tionghoa dan ribuan buruh dari segala
macam etnis di Nusantara. Jumlah buruh itu kurang lebih setengah dari penghuni
kota Batavia. Sementara orang Jawa dan orang Banten tidak diperbolehkan
menetap di dalam kota dan mereka menghuni di luar benteng Batavia. Berikut
70
Raffles, I,1978; II, Volkstelling 1930, VIII, 1936: 164-166; sensus 1972 dalam Ekadjati,
1995. Hal 42.
39
Jawa Barat 58.178 167.751 259.718 329.381 360.934
kembali ke negara asal mereka. Tidak sedikit orang-orang Cina yang merasa
dalam kurun waktu 1629 sampai 1632, orang-orang Cina di Batavia diberikan
berbagai kemudahan. 73 Hal ini membuat banyak orang Cina yang menetap di
kemudahan lain yaitu orang-orang Cina yang kaya raya diperkenankan tinggal
71
Johannes Theodorus Vermeluen. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740, Terj.
Penerbit Komunitas Bambu, Jakarta, 2010. Hal 10.
72
Adalah Gubernur Jendral melakukan banyak perubahan di Batavia, terutama
membentuk Kali Besar yang tadinya berkelok, dibuat lurus agar dapat melewati Kota. Seperti JP.
Coen, Specx juga dikenal sebagai orang Belanda yang dekat dengan bangsa Cina, dan
menganggap bangsa Cina berperan penting dalam pembangunan Batavia. Mona Lohanda, Sejarah
Para Pembesar Mengatur Batavia. Jakarta: Masup Jakarta, 2007. Hal 97.
73
Ibid, Hal 19.
40
kepada Kapiten Tionghoa (penghubung antara orang Cina dengan pemerintah
Mardijker76 5.362 - -
Arab - 318 -
Jawa - 3.331 -
Sumbawa - 232 -
74
B. Hoetink. NI HOE KONG Kapitein TIONG HOA di Betawie dalem tahon 1740.
Jakarta: Masup Jakarta, 2007. Hal 93.
75
L. Castles, Teater Lenong Betawi. Indonesia, dalam Kleden, no 3, 1967.Hal 105.
76
Sebutan untuk penduduk Jakarta dari golongan orang-orang keturunan Portugis, berasal
dari India, dan penduduk Indonesia lain yang beragama Katolik. Mereka umumnya adalah para
tawanan yang dijadikan budak-belian oleh Belanda.Kebanyakan sebagai pembantu tukang-tukang
Belanda untuk membuat meubelair yang dibawa bersama Kompeni. Mereka dijanjikan
akan diberikan kebebasan dengan syarat mau menjadi anggota Gereja Refomasi, gereja bagi
penganut agama Kristen, oleh karena itu mereka disebutMardijker atau orang yang dimerdekakan.
41
B. Akulturasi Tionghoa-Batavia
diartikan oleh para sarjana antropologi sebagai proses sosial yang timbul bila
unsure-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
sendiri.78
77
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, Surabaya: Gitamedia Press,
2006. Hal 21.
78
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1981. Hal 247-
248.
79
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005. Hal 140.
80
Ibid. Hal 146.
42
e. Pengetahuan tentang budaya Pribumi sebelum berimigrasi.
melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain misalnya, melalui
Indonesia (kultur tuan rumah), kultur mereka akan dipengaruhi oleh kultur tuan
kultur tuan rumah semakin menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada
waktu yang sama, tentu saja kultur tuan rumah berubah juga. Tetapi pada
penerimaan kultur baru bergantung pada sejumlah faktor. Imigran yang datang
dari kultur yang mirip dengan kultur tuan rumah akan terakulturasi lebih mudah.
Demikian pula, mereka yang lebih muda dan terdidik lebih cepat terakulturasi
juga berpengaruh, orang yang senang mengambil resiko dan berpikiran terbuka,
misalnya lebih mudah terakulturasi. Akhirnya orang yang terbiasa dengan kultur
Pada abad ke-16 dan ke-17 terjadi migrasi besar-besaran orang Tionghoa
43
pembangunan, mereka memerlukan banyak tenaga kerja. Karena itu mereka
mengambil tenaga kerja asal Tiongkok yang dinilai ulet dan rajin.83
dari berbagai daerah termasuk dengan budaya Betawi, dan masuk ke dalam
dan kuliner. Bisa dimaklumi kalau Batavia menjadi kota yang multietnis. Selain
sekitaran pelabuhan Sunda Kalapa. Banyak orang dari berbagai suku dan ras
1. Seni
pada alat musik geseknya, yaitu Tehyan, Kongahyan dan Sukong.Sedangkan alat
musik lainnya yaitu Gambang, Kromong, Gendang, Kecrek dan Gong merupakan
pula lagu-lagu yang jelas bercorak Cina, baik nama, melodi maupun liriknya
83
http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/10/menelusuri-jejak-tionghoa-di-jakarta-
363698.html (diakses pada hari rabu, 3 Desember 2014).
84
Rachmat Syamsudin dan Dahlan, Petunjuk Praktis Latihan Dasar Bermain Musik
Gambang Kromong. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1996. Hal 5.
44
Seiring dengan perkembangannya, setelah orang Tionghoa dan Betawi
2. Arsitektur
Langkan ada juga Pangkengyang artinya tempat tidur, serta Tapang yang artinya
ruangan kecil di depan rumah. Biasanya pada rumah adat Betawi terdapat balai-
balai sebaguna sebagai tempat bersantai.Di tempat tersebut tersedia kendi dan
perabot lainnya, seperti dipan (tempat tidur-tiduran), Paseban atau teras tempat
warga Cina pendatang.Jendela tanpa daun dan hanya diberi jeruji dengan warna
85
Nirwanto Hendrowinoto, dkk, Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman. Jakarta: Dinas
Kebudayaan DKI, 1998. Hal 169.
86
Langkan adalah pembatas teras yang terbuat dari kayu dan menyerupai pagar, tetapi
berada di atas teras.Langkan ini juga bisa digunakan untuk duduk.
45
kuning dan hijau, demikian pula dengan penambahan motif hias pada tiang, jaang
sekali ditemukan rumha Betawi yang tiangnya polos, biasanya selalu diramaikan
penyokong yang lazim disebut Sekor Tou-Kung, sebagaimana yang terlihat pada
Masjid yang resmi beriri pada 2 April 1761 itu dirancang oleh Syaikh Liong Tan
serta dibiayai oleh Tan Nio, yang masih saudara dengan Ong Tin Nio (istri dari
antara unsur Jawa dan Tionghoa, karena pendirinya memang berlatar belakang
dua etnis tersebut.Hal tersebut terlihat dari pintu masuk dan ujung atap yang mirip
Klenteng.Selain itu, desain atap tumpang susun Masjid Angke ini mirip dengan
3. Adat istiadat
jajanan atau masakan pada hari-hari raya, dan tradisi membakar petasan saat
peraturan yang diskriminatif terhadap bangsa Tionghoa. Sebab kini, tidak perlu
87
Doni Swadarma dan Yunus Aryanto, Rumah Etnik Betawi. Jakarta: Griya Kreasi
(Penebar Swadaya Grup), 2013. Hal 23-24.
88
Ibid. Hal 27.
46
lagi memperdebatkan dikotomi warga keturunan Tionghoa dengan masyarakat
Batavia pada tahun 1865, dalam Kawontenaning Nagari Betawi, seperti yang
Tionghoa. Misalnya, cara orang Betawi memperkenalkan diri juga seperti orang
Tionghoa. Cara mereka duduk dan bercakap-cakap juga sama dengan Tionghoa
yaitu duduk di kursi. Orang Betawi juga belajar silat dari orang Tionghoa.Orang
4. Pakaian Adat
Budaya Betawi terus berkembang dari masa ke masa dengan ciri yang
zaman.Salah satu ciri khas dari kebudayaan Betawi yang dimaksud adalah sisi
pakaian.Pakaian khas masyarakat Betawi terdiri atas berbagai jenis, ada pakaian
merupakan akulturasi dari berbagai macam budaya lain seperti Cina, Arab dan
Eropa.
Pengaruh budaya Cina yang kental dapat kita lihat lewat pakaian
89
Damardjati Supadjar, Nawang Sari: Butir-butir Renungan Agama, Spiritualitas, dan
Budaya, cet. Ke-3. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002.Hal 157.
90
Ridwan Saidi, Profil orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat.
Jakarta: PT. Gunara Kata. 2004. Hal 43.
47
pakaian yang serupa dengan pakaian putri Cina. Baju pengantin Putri Cina itu
terdiri dari serangkaian Kembang Goyang dengan Burung Hong serta penutup
baju Toaki (Toa-Ki), dan bawahan berupa rok lipit yang disebut Kun. Di bagian
bahu dan dadanya pengantin perempuan memakai aksesori yang disebut Terate
(In-Kian).91
Selain pada baju pengantin wanita, adaptasi budaya Cina juga dapat kita
lihat pada pakaian sehari-hari yang sering dipakai oleh perempuan Betawi pada
harganya mahal, maka masyarakat Betawi yang ekonominya lemah tidak bisa
membelinya.Melihat hal tersebut maka orang Cina yang ekonominya lebih baik
kemudian mengadaptasi pakaian asli Betawi tersebut dengan harapan mereka bisa
diterima dan menjadi bagian dari penduduk asli.Karena banyak orang Cina yang
Kebaya Nyonya.92
Pribumi sangat beragam, mulai dari pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
5. Makanan
Betawi merupakan sebutan untuk suku asli kota Jakarta. Sejarah betawi
91
Saidi, Profil orang Betawi, Hal 50.
92
Supadjar, Nawang Sari.Hal 163.
48
dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropa, dan Arab.Citarasa gurih dan sedap
Pengaruh kuat Cina terlihat jelas dalam bahan makanan, seperti bakso dan
bakmi.Bak dalam bahasa Cina berarti babi, jadi bakmi adalah mie yang dicampur
dengan daging babi, demikian pula bakso yang berarti bulatan daging babi.
Karena daging babi haram bagi umat Islam,maka diganti dengan ayam atau
daging sapi. Mie atau bihun juga berasal dari Cina yang juga menjadi hidangan
istimewa khas betawi, seperti soto mie, taoge goreng, ketoprak, dan pecel bihun.
C. Aktifitas Ekonomi
Bahkan sudah ada yang cukup lama menetap di wilayah tersebut untuk menanam
tebu dan menyuling arak yang terkenal di kalangan para pelaut.Ketika VOC mulai
hubungan baik dengan Orang Cina. 93Gubernur pertama Batavia Jan Pieterzoon
mereka sebagai golongan mayoritas baru, hal ini serupa saat Vermeulen mengutip
pernyataan Coen “tidak ada bangsa lain yang dapat melayani kita sebaik orang
Tionghoa”.94
dimulai Etnis Tionghoa mengalami situasi dan kondisi yang paling berat
93
Susan Blackburn. Jakarta : Sejarah 400 Tahun. Jakarta : Masup Jakarta, 2011.hal 33.
94
Johannes Vermeulen,Tionghoa di Batavia dan Huru-hara 1740, Terj. Jakarta:
Komunitas Bambu, 2010. Hal 7.
49
dibanding tempat-tempat lain di Jawa. Di tempat tersebut, di samping dominasi
kontrol VOC yang sangat ketat, juga lingkungan sekitarnya tidak terlalu kondusif
samping lingkungan sekitar Batavia yang secara politis tidak terlalu mendukung
Priangan, lebih banyak digunakan demi kepentingan VOC dan para pejabatnya
daripada memberi peluang bagi aktivitas bisnis para pedagang Cina. Kekuasaan
agen-agen dan para penjabat VOC yang ditempatkan di sana daripada kongsi
luas bagi para pelaku bisnis kelompok etnis Cina untuk menjalin interaksi pribadi
95
Daerah di sekitar Batavia yang terbentuk atas daerah inti yang bernama Jakarta, meluas
kearah Timur dan Selatan membentuk perkampungan baru. Merupakan daerah bagian Batavia
yang dibedakan menjadi dua, yaitu Ommelanden bagian barat yaitu Tangerang (Benteng), dan
Ommelanden bagian selatan yaitu Bogor. Daerah Ommelanden mula-mula dikuasai kepala daerah
dari kalangan Bumi Putera tetapi secara administrative kekuasaan Bumi Putera dirampas dan
diletakkan di bawah Belanda.Dahulu Ommelanden merupakan perkebunan orang Tionghoa di
daerah sekitar Batavia.Tidak jauh dari situ terdapat klenteng bagi dewa Xuan-tian shang-di yang
dibangun pada tahun 166 yang kemudian menjadi pelopor bangunan-bangunan lain yang serupa
pada abad ke-18. Belanda kemudian menjual tanah di Ommelanden kepada orang Eropa partikulir
dan bangsa-bangsa lain untuk mendapatkan uang secara cepat.penjualan tanah ini semakin meluas
sampai ke daerah Bogor. Dengan demikian Ommelanden merupakan wilayah di luar kekuasaan
Belanda. Mencakup sungai Angke di sebelah barat Tangerang dan Bekasi-Karawang di sebelah
Timur meluas ke selatan hingga Pelabuhan Ratu sampai Bogor.
96
Robert van Niel, Java’s northeast coast Java 1740-1840: a study in colonial
encroachment and domination. Sydney: CNWSB publ. 2005, hal. 103.
97
Selain menjalin hubungan pribadi dengan para tokoh penting VOC setempat, para
pedagang Cina juga menjalin kemitraan di antara mereka sendiri.Umumnya mereka memiliki
jaringan bisnis keluarga dan pola ini sangat dominan di pesisir utara jawa pada abad XVIII-XIX.
Peter Boomgaard, Linking Destinies: Trade, Towns and Kin in Asian History. Leiden, KITLV
Press,2008, hal. 197.
50
menjalankan dagangannya.Mereka pada umumnya menjadi pedagang pengecer
yang menerima bekal barang seperti konsinyasi 98 dari pedagang Cina yang lebih
kaya dan bertindak sebagai pedagang grosir.99Sementara itu pedagang grosir ini
umumnya terdiri atas orang Cina kaya atau orang Eropa baik pejabat VOC
Dalam aktivitasnya tersebut, para pedagang juga mencoba jenis usaha lain
misalnya pedagang kelontong Cina. Selain berdagang mereka juga suka menjadi
Kondisi berbeda dialami oleh para pedagang perantara dan pedagang besar
taktik dan spekulasi bisnisnya, dan terpusat di kota-kota besar, serta umumnya
dekat dengan bandar-bandar yang menjadi lokasi impor barang dari luar.Sejumlah
keluarga pedagang Cina kaya yang berada di sepanjang pesisir Utara Jawa
98
Hubungan kerjasama penjualan antara penyalur penjualan barang dengan pemilik
barang, dimana pemilik barang akan memasukkan barang ke toko penyalur penjualan untuk di
display agar bisa dilihat dan dibelioleh calon pembeli. Pemilik toko akan membayar sejumlah nilai
nominal netto dari barang yang terjual dengan ketentuan yang telah disepakati. Penjualan
konsinyasi sering dikenal juga titip jual.
99
Para pedagang keliling ini sering disebut sebagai Cina Kelontong, karena mereka selalu
menyembunyikan sebuah gendering kecil saat berkeliling di perjalanan untuk menarik perhatian
pembeli.Gendering kecil ini disebut sebagai kelontong. Singapore Institute of Southeast Asia
Study, 1992, hal. 171.
100
Benny G. Setiono, Tionghoa dalam Pusaran Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2007. Hal 172.
51
khususnya di kota-kota pelabuhan, dikenal sebagai pedagang sementara bukan
hanya bagi penguasa VOC melainkan juga bagi para pedagang Cina lainnya.101
kekuasaan VOC pada saat itu, mendorong VOC untuk memberikan tanah kepada
orang yang dianggap berjasa.Hal ini menyebabkan banyak warga Cina yang
membeli atau menyewa tanah kepada VOC untuk membuka perkebunan tebu,
banyaknya Etnis Tionghoa yang datang ke Batavia.Dalam hal ini kedua belah
pajak dari orang Tionghoa yang tinggal di Batavia terpenuhi, sementara pelaut
dikuasai VOC. Pedagang Tionghoa juga mendapat harga bersaing untuk kain
yang merantau ke Batavia, serta kemajuan kota Batavia. Hal ini menyebabkan
sekitar Batavia dan daerah pesisir lainnya yang dikuasai VOC, berkembang
industri gula, dan hampir seluruh industri ini dimiliki oleh orang-orang
101
Linda Y.C Lim, “Southeast Asian Chinese Business and Regional economic
development”, dalam Tan Chee Beng, Routledge Handbook of the Chinese diaspora. Oxon:
Routledge, 2013, hal. 250.
102
Hembing Wijayakusuma,Pembantaian massal 1740 : Tragedi berdarah Angke. Jakarta
: Pustaka Populer Obor, 2005. Hal 65.
103
Benny Setiono,Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta. Transmedia, 2008. Hal 114-
115.
52
tinggal di Batavia memperoleh banyak kemajuan.Sudah tentu, ini menjadi daya
namun kedatangan para imigran Tionghoa ini ke Batavia tetap saja terjadi. Hal ini
dikarenakan pada mulanya, pemerintah VOC merasa takut kehilangan bea cukai
Inggris, The Britisch East India Company (EIC) yang berpusat di Callcuta,
India.Hal ini terjadi karena tiba-tiba harga gula di pasaran internasional menurun
drastis.
pemilik perkebunan tebu gulung tikar, sehingga banyak kuli Tionghoa yang
orang telah mengakibatkan jalan-jalan di luar kota pada malam hari tidak aman,
mereka melakukan banyak tipuan kasar, pencurian, penipuan, dan tindakan tidak
104
Ibid, hal 122.
105
Vermeulen,Tionghoa di Batavia. Hal 19.
106
Ibid,Hal 22.
53
pantas lainnya.Timbul masalah sosial hingga terjadi pemberontakan pada 1740
diantaranya adalah dikeluarkannya surat ijin tinggal pada 10 Juni 1727. Bagi
orang Tionghoa yang tidak memiliki surat tersebut, akan mendapat hukuman
(Srilanka) untuk kerja paksa. Vermeulen mengatakan bahwa hal ini juga berlaku
terhadap warga Tionghoa yang telah menetap 10-12 tahun namun tidak dapat
Sejak akhir 1739 dan awal 1740, mulai muncul keributan akibat
terhadap 100 lebih warga Tionghoa yang dicurigai tidak memiliki Surat Izin
Menetap.109
107
Ibid. hal 31.
108
Ibid, hal 35.
109
Daradjadi, Geger Pacinan 1740-1743 Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013. Hal 30.
54
Tangerang, juga diserang pasukan Tionghoa. Sebanyak 16 serdadu VOC tewas.
Sore harinya pasukan Tionghoa mengambil posisi dekat gerbang kota Batavia.110
telah sampai di gerbang kota Batavia. Namun pada pukul 8 pagi, VOC di bawah
pimpinan anggota Raad van Indie (Dewan Hindia), von Imhoff dan van Aerden
bagian.111
reda, dan pengejaran terhadap warga Tionghoa yang memberontak di luar tembok
kota terhenti pada bulan November. Setelah tragedi ini terjadi, kondisi ekonomi
yang disebut Diestpoort, sekarang bernama Glodok. Warga Etnis Tionghoa yang
rumah yang tidak ikut terbakar, atau di sejumlah daerah di luar benteng kota.
kota.113
110
Ibid. hal 39.
111
Vermeulen, Tionghoa. Hal 61.
112
Hembing Wijayakusuma,Pembantaian massal 1740 : Tragedi berdarah Angke.Jakarta
: Pustaka Populer Obor, 2005. Hal 112.
113
Wijayakusuma,Pembantaian. hal 114.
55
Tionghoa di Batavia.Dalam hal ini tidak dapat diketahui berapa pastinya jumlah
warga Tionghoa yang menjadi korban dalam insiden ini, maupun jumlah warga
Tionghoa yang ada di Batavia pada saat itu.Mona Lohanda menguraikan di dalam
Tionghoa yang selamat sebanyak 3.441 jiwa. Terdiri dari 1.442 pedagang, 935
orang petani, 728 orang pekerja perkebunan dan perkayuan, dan 336 orang
Tionghoa yang tewas dalam insiden itu, maupun jumlah populasi Tionghoa
sebelum terjadinya Tragedi Angke, dapat disimpulkan bila warga Tioghoa yang
diri dari kemarahan warga etnis lain. Sementara itu korban selamat dari insiden
114
Daradjadi, Geger Pacinan. Hal 48.
115
Ensiklopedi Jakarta jilid VI, hal 10.
56
BAB IV
TIONGHOA MUSLIM DI BATAVIA
Sebutan etnis Tionghoa atau etnis China di Indonesia, bukan sebutan yang
aneh bagi pendengarnya. Artinya etnis Tionghoa atau etnis China sudah menjadi
bagian dari bangsa Indonesia. Etnis Tionghoa yang hidup turun temurun di
Indonesia hingga saat ini memang bukan generasi dari imigran Tionghoa yang
suku bangsa dari dua provinsi di China. Kedua provinsi itu adalah Fukien dan
Kwangtung. 116 Proses pembauran antara etnis Tionghoa dengan etnis lain di
Indonesia terjadi cepat karena ada asimilasi secara kultural, yaitu melalui
lokal.117
Tionghoa yang datang ke Jawa, Muslim atau bukan, adalah pedagang dan
secara bertahap menjadi pemukim mapan di sepanjang pantai utara Jawa dan
Sumatra. Mereka menjadikan Jawa sebagai batu loncatan menuju Timur Tengah.
Ketika Belanda pertama kali datang ke Pulau Jawa, interaksi Tionghoa dan
pelabuhan, tapi juga di desa-desa dan menjalin hubungan timbal balik tanpa
116
M.D. Laode, Tiga Muka Etnis Cina. PT. Bayu Indra Grafika : Yogyakarta 1997, hal
97.
117
Fatmawati,Solidaritas Sosial Orang Cina Muslim dengan Non Muslim dan Fakktor-
Faktor yang Mempengaruhinya (Studi di Kotamadya Pontianak Propinsi Kalimantan Barat),
Bandung: Tesis Universitas Padjajaran Bandung 2000.Hal 5.
57
menjadi faktor penting perkembangan kota-kota di Jawa dan tumbuhnya pusat-
atau menjadi penganut agama tertentu lainnya, sebagaimana diungkap para pelaku
konversi, dengan berbagai alasan, baik yang berkaitan dengan konsepsi teologis
1. Faktor Keluarga
konversi agama dalam usahanya dalam meredakan tekanan batin yang menimpa
dirinya.Para ahli sosiologi pada umumnya juga sepakat bahwa konversi agama
dilakukan atas dasar pengaruh, anjuran atau propaganda yang kuat dan terus-
118
Teguh Setiawan, Tionghoa Indonesia, Cina Muslim dan Runtuhnya Republik Bisnis.
Jakarta: Republika, 2012. Hal 31.
119
Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006, hal 108.
58
pengaruh positif maupun negatif pada orang-orang di sekitarnya, sehingga
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara.
3. Perubahan Status
dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang
4. Kemiskinan
Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong
cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih
nusantara.Beberapa sumber mencatat bahwa ada di antara wali dari Wali Songo,
59
akhirnya terpecah tatkala Belanda datang dan mengembangkan politik adu
domba (devide et impera). Politik ini membagi penduduk menjadi tiga golongan,
Tionghoa masuk Islam dan melarang kaum muslim pribumi menikah dengan
muslim Tionghoa dengan etnis Tionghoa, dan etnis Tionghoa dengan pribumi di
Namun, pada 1972, atas desakan Kejaksaan Agung, yang menilai Islam
adalah agama universal, sehingga tidak ada istilah Islam Tionghoa atau Islam
lainnya, maka PITI berubah menjadi Pembina Iman Tauhid Islam. PITI kembali
Tidak ada data resmi mengenai jumlah muslim Tionghoa di Batavia. PITI,
sebagai organisasi yang menaungi kaum muslim Tionghoa tidak pernah mendata
60
menimbulkan kesan dikotak-kotakkan antara muslim Tionghoa dan muslim
pribumi.
heran, disadari atau tidak, masyarakat masih memiliki penilaian tertentu atas etnis
maka PITI memiliki misi menjadi mediator. PITI yang sudah merasa tak ada
masalah lagi dengan penduduk asli yang mayoritas muslim, memiliki tugas untuk
telah tertanam kuat dalam benak kedua belah pihak.Seperti anggapan etnis
Tionghoa itu eksklusif, pedagang, orang kaya, padahal persepsi itu tidak
Islam atau pribumi itu kelas bawah, sehingga orang Tionghoa tidak perlu bergaul
Tionghoa non muslim lebih mudah. Kesamaan karakter antara muslim Tionghoa
dan Tionghoa non muslim diharapkan dapat menciptakan komunikasi yang lebih
bebas. Dengan demikian, kesalahan persepsi antara pribumi dan Tionghoa non
61
tidak afdhol bila tak mengupas Yayasan Haji Karim Oei.Karim Oei adalah
seorang tokoh Islam keturunan Tionghoa yang terkenal akrab dengan tokoh-tokoh
bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Selain dikenal sebagai muslim yang
taat menjalankan syariat Islam, Ia juga pengusaha sukses yang ikut mendirikan
Yayasan yang berdiri pada 1991 ini didirikan oleh tokoh pembauran H
Junus Jahya untuk mengenang Karim Oei.Yayasan Haji Karim Oei Jakarta
terletak di sebuah ruko berlantai empat di Jalan Lautze 87-89 Pasar Baru, di mana
Berikut ini adalah data muslim Tionghoa yang penulis dapat dari Masjid
1997 104
1998 84
1999 50
2000 52
2001 47
2002 51
120
Wawancara pribadi dengan H. M. Ali Karim Oei, SH yang sekarang menjabat sebagai
ketua dari Yayasan Haji Karim OEI, wawancara dilakukan penulis pada, 17 Maret 2015.
121
Data Pengislaman ini diambil dari Masjid Lautze Yayasan Haji Karim Oei.
62
2003 31
2004 32
2005 58
2006 60
2007 55
2008 61
2009 50
2010 55
2011 70
2012 43
2013 32
2014 15
2015 8
C. Dampak Konversi
63
Skinner sangat menonjol berkait dengan kuat melekatnya ciri budaya yang
dibawanya dari negeri asalnya. Meskipun di Indonesia telah banyak orang Cina
yang menganut agama Islam namun sangat terbatas pengetahuan yang berkait
Demikian pula pandangan mereka tentang konflik yang mereka alami sebagai
dirinya. Sehingga diperlukannya adaptasi yang baik agar komunikasi dan interaksi
dengan keadaan pribadi. 123 Begitu juga halnya dengan etnis Tionghoa muslim
ketika berhadapan dengan keluarganya yang non muslim. Adaptasi sosial sangat
keluarganya. Hal ini juga terjadi kepada etnis Tionghoa yang melakukan konversi
keluarganya.
122
Pandangan Skinner tersebut dikutip oleh Sanjatmiko dalam “Orang-orang Keturunan
Cina di Tangerang: Suatu Kajian tentang Faktor-faktor yang Mendorong dan Menghambat
Proses Asimilasi Antara Penduduk Golongan Etnik Keturunan Cina Terhadap Penduduk
Golongan Etnik Pribumi”dalam Makara, No. 3, Seri C Agustus 1999. Hal 71.
123
Ibid, hal 82.
64
Karena selama ini penilaian orang yang muncul pada saat etnis Tionghoa
memeluk agama Islam, maka otomatis etnis Tionghoa muslim tersebut akan
Tionghoa tersebut.
1. Dampak Sosial
tiba di Pulau Jawa, masyarakat Tionghoa di Jawa terdiri dari dua kelompok
16 sampai 17, populasi Tionghoa Muslim terus meningkat dan memainkan peran
pengoleksi cukai pelabuhan, dan pengatur lalu lintas kapal atas nama penguasa.
elite lokal.125
Situasi ini berlangsung terus sampai akhir abad ke-17, memasuki abad ke-
seperti Salmon dan Lombard, mencatat sejumlah faktor penyebab semua ini.
124
Hendrik E. Niemeijer,BATAVIA Masyarakat Kolonial Abad XVII, Terj. Jakarta: Masup
Jakarta 2012.
125
Ibid, hal 42.
65
Pertama, ketegangan yang muncul di dalam komunitas Tionghoa, Muslim dan
Muslim Cina juga dilarang keluar kota.Imigran dari daratan Cina yang
datang ke Jawa pada tahun-tahun berikutnya tidak lagi didominasi Muslim, tapi
orang-orang Hokian dari Amoy di Fukian, Kwang Fu (Kanton) dan Macau. Pada
1740.Dari 25 ribu penduduk Batavia saat itu, 20 ribu adalah Tionghoa.Kulit putih
dan Belanda hanya sekitar 2000, lainnya adalah budak dari berbagai etnis. Ketika
untuk mereka yang memeluk Islam akibat trauma oleh pembantaian dan hidup
126
Benny G. Setiono, Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah
Tersembunyi Orang Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Trans Media, 2002. Hal 52.
127
Laode, Tiga Muka Etnis Cina. Hal 97.
128
Mona Lohanda, Sejarah Pembesar Mengatur Batavia. Jakarta: Masup,2007.Hal 72.
66
berdam pingan dengan pribumi.Istilah ini digunakan untuk membedakan dengan
Tionghoa atau orang Tionghoa yang telah berbaur dengan orang lokal
dipisahkan.Tionghoa harus membayar pajak jauh lebih mahal dari pribumi karena
statusnya sebagai orang asing, sedangkan Tionghoa yang telah memeluk Islam
Overseas mencatat konversi ke Islam terus terjadi sampai pengujung abad ke-18.
Di Batavia, Madura, dan kota-kota lain di Jawa, etnis Tionghoa potong taucang
pajak yang tinggi dan mendapatkan akses berdagang lebih luas. Sebagai
129
surat jalan bagi penduduk Tionghoa yang hendak ke luar kota untuk mengontrol
aktivitas Tionghoa dan menghentikan pembauran dengan penduduk lokal.
130
Amen Budiman, Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia.Semarang:Tanjung Sari,
1979.Hal 32.
67
Tionghoa. Wijk (permukiman) Tionghoa dipecah menjadi dua yaitu Muslim dan
Madura saat itu terpaksa mengangkat dua kapten untuk Muslim dan non-
Muslim.131
Dossol.Lalu, diteruskan oleh anaknya Tamien Dossol dan kapten ketiga adalah
Muslim Tionghoa di Batavia dan kota-kota lain di Jawa mengalami titik paling
rendah. Saat Perang Jawa, tepatnya tahun 1827, Belanda melakukan reorganisasi
Tionghoa.132
Pangeran Diponegoro melihat Tionghoa sebagai sumber dana dan logistik bagi
68
Pangeran Diponegoro tidak benar-benar menjalankan kebijakan nonkompromi
dari etnis Tionghoa, memeluk Islam, dan telah menjadi Jawa.Peter Carey menolak
bukti ini, tapi Ong Tae Hae seorang petualang Cina abad ke-19 dalam laporannya
melihat Perang Jawa menyebabkan Tionghoa yang telah menjadi Muslim kembali
ke kepercayaan leluhur.133
Kalaupun ada Tionghoa yang dengan sadar memeluk Islam, menurut The Siauw
Giap dalam Islam and Chinese assimilation in Indonesia and Malaysia, mereka
menerima mereka, bahkan, mualaf menjadi abusive word karena pribumi tetap
mencurigai mereka.134
merasa senang karena keluarga mendukung, tapi ada pula yang merasa gelisah
a. Dampak Positif
1) Orang-orang Tionghoa yang konversi agama merasa tenang dan damai jiwa
69
2) Hidup menjadi lebih terarah karena selalu menjalankan apa yang
b. Dampak Negatif
1) Masyarakat Tionghoa yang konversi agama tidak percaya diri karena berbeda
konversi.
ada dua macam, yang pertama kelompok sosial keagamaan yang berbentuk
atau sejenis dengan persaudaraan Islam.Kelompok yang kedua ini lebih bersifat
kelompok keagamaan ini telah membentuk suatu organisasi dan Malis Ta’lim
pertama didirikan pada tahun 1936 di bawah pimpinan Liem Kie Chie.135
135
Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia, Kompas:Jakarta, 2008,
hal 11.
70
Menurut sebuah berita dalam harian Sinar Deli yang terbit di Medan edisi
menerima sumbangan 20.000 meter persegi tanah dari para anggotanya yang
PIT tampaknya maju dengan pesat. Menjelang akhir tahun 1938 pada saat
anggotanya diberitakan telah mencapai 4800 orang, akan tetapi pada saat
Islam di kalangan etnis Tionghoa. Seperti halnya yang pernah dikatakan oleh Haji
masyarakat Tionghoa bukan merupakan suatu hal yang mudah, banyak faktor
yang menjadi penghambat orang Tionghoa yang ingin memeluk agama Islam,
yang pertama bersumber dari masa penjajahan Belanda, adanya peraturan yang
masing diantaranya adalah golongan rakyat Eropa, yang terdiri dari orang
Belanda, orang-orang berkulit putih lainnya dan orang Jepang, yang semuanya
merupakan warga Negara kelas satu. Kedua adalah golongan rakyat Timur Asing
antara lain terdiri dari orang India, Arab dan Tionghoa yang merupakan warga
136
Budiman, Masyarakat Islam. Hal 42.
137
Koran Tempo, terbit 3 Februari 1973. Hal 4.
71
Negara kelas dua, dan yang ketiga adalah golongan rakyat Pribumi yang
Faktor lain terlihat pada agama Islam itu sendiri, etnis Tionghoa
dengan agama Kristen, hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan etnis
Tionghoa tentang agama Islam. Kelangkaan bahan bacaan tentang agama Islam
khusus bagi etnis Tionghoa juga merupakan faktor lain yang menjadi penghambat
etnis Tionghoa masuk Islam. Karena kurangnya pengetahuan tentang Islam, etnis
Tionghoa telah menganggap agama Islam sebagai suatu agama yang asing bagi
dikenal di Tiongkok dan telah menjadi sebuah agama utama bangsa Tionghoa.139
sebagian besar muslim baru tersebut tidak bergabung atau menjadi anggota suatu
138
Afthonul Afif, Identitas Tionghoa Muslim Indonesia Pergulatan Mencari Jati Diri,
Kepik:Depok, 2012, hal 70.
139
Afif, Identitas, hal 75.
140
Ibid, hal 83.
72
Perasaan takut terhadap organisasi itu berlaku pada seseorang Muslim
Cina lainnya, keagamaan tersebut juga berlaku seperti mereka yang bergabung
dalam suatu organisasi PITI tersebut beralasan yaitu dengan masuk organisasi
Indonesia secara tuntas. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dengan masuk suatu
organisasi, Muslim Cina akan melahirkan suatu ekslusifme baru, padahal mereka
keturunan.141
141
Budiman, Masyarakat Islam. Hal 45.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembauran antara orang Cina dengan etnis lain di Indonesia terjadi
cepat karena ada asimilasi secara kultural, yaitu melalui amalgamasi biologis
Dari uraian bab-bab yang telah penulis jelaskan, maka dapat diambil
batinnya, ternyata tidak didapatkan yang ada mereka merasa terlempar dari
yang cukup rumit untuk diselesaikan, kondisi ini berpengaruh besar terhadap
74
rata-rata cukup riskan terjadinya konversi, kebutuhan untuk memenuhi sandang
pangan ini harus dipenuhi dan mengarapkan dunia yang lebih baik.
B. Saran
diharapkan peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama bisa
meneliti diberbagai tempat, sehingga penelitian tentang Muslim Tionghoa ini bisa
75
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Blackburn, Susan. Jakarta Sejarah 400 tahun. Jakarta: Masup Jakarta, 2011.
Carey, Peter. Orang Jawa dan Masyarakat Cina.Jakarta : Pustaka Azet, 1985.
Fabricius, Johan. Cerita Tuan Tanah Batavia Abad ke-19.Terj, Mansup Jakarta
2008.
Laode, M.D. Tiga Muka Etnis Cina. PT. Bayu Indra Grafika : Yogyakarta 1997
76
Skinner, G. William. Golongan Minoritas Tionghoa. Jakarta: Leknas-LIPI dan
Yayasan Obor Indonesia, 1979.
B. Sumber Elektronik
http://forum.kompas.com/bincang-buku/262687-sejarah-china-islam-
indonesia.html
http://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/perkembangan-etnis-tionghoa-di-
indonesia-dari-masa-ke-masa/
http://alfiananda.wordpress.com/2010/07/14/sejarah-dan-perkembangan-muslim-
tionghoa-indonesia/
http://tionghoa-muslim.blogspot.com/2012/06/muslim-tionghoa-di-era-
kolonial.html
77