Anda di halaman 1dari 7

Artikel May 4

2017
Seniman
Indonesi
a
Anggota :
Anida Ulfiana
Daniya Salsabila
Ika Fujirahmawati XI. MS- 5
Khaerina Umami
Riskan Gilang Ahmad
LaluTeguh Bangun A.M
TOKOH-TOKOH SENIMAN INDONESIA
Indonesia sangat dikenal di mata dunia dengan alam, budaya, dan kulinernya yang
beragam, tidak hanya itu, Indonesia ternyata juga juga memiliki segudang seniman-seniman
senirupa hebat yang juga sangat tersohor di dunia. Berikut nama-nama seniman Indonesia
yang sering diwacanakan di forum senirupa Dunia.

1. Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah salah seorang pelukis paling terkenal dari
Indonesia. Bisa dibilang ialah orang pertama Indonesia yang meng-internasional.
Pergaulannya yang lusa menghantarkannya pada bangsawan dan keluarga kerajaan Inggris,
Prusia, Austria dan Belanda. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan,
yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de
Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde
Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll.

Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni
sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang
makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno,
sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun
1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya
bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.

Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa
menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di
museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.

 Karya
Arab Attacked by Lion
2. Affandi
Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia
internasional, berkat gaya ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an
ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat.
Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.

Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang


mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang
yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya,
memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan
yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.

Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis
kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi
bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja
sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung
bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada
bidang seni lukis.

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu


kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso,
dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok
ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok
ini berbeda denganPersatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan
sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung


Poetera Djakarta
yang saat itu sedang
berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari
Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta,Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur—

memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian.
Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S.
Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung
Karno.

 Karya
Para Pejuang

3. Barli Sasmitawinata
Barli Sasmitawinata adalah seorang pelukis realis asal Indonesia. Ia mulai menekuni
dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan merupakan bagian dari “Kelompok Lima” yang
juga beranggotakan Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Awalnya ia menjadi
pelukis atas permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai belajar melukis di
studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di sana ia banyak
belajar melukis alam benda. Setelah berguru pada pelukis Italia Luigi Nobili (juga di
Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan pendidikan seni rupa di Eropa.

Latar belakang pendidikan tingginya di Belanda dan Perancis (Académie de la Grande


Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956)
terwakili dalam karya-karyanya yang menunjukkan penguasaan teknik menggambar
anatomi tubuh secara rinci.

 Karya
Penari Kipas
4. Hendra Gunawan
Hendra Gunawan dilahirkan pada 11 Juni 1918 di Bandung, Jawa Barat. Ia beruntung
karena sempat sempat masuk sekolah dan belajar melukis pada Wahdi, seorang pelukis
pemandangan. Kegiatannya bukan hanya melukis semata, tetapi pada waktu senggang ia
menceburkan diri pada grup sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor. Dari pengalaman
itulah, ia mengasah kemampuannya.
Pertemuannya dengan Affandi merupakan fase dan sumber inspirasi jalan hidupnya
untuk menjadi seorang pelukis. Keberaniannya terlihat ketika ia membentuk Sanggar Pusaka
Sunda pada tahun 1940-an bersama pelukis Bandung dan pernah beberapa kali
mengadakan pameran bersama. Lukisan “Pengantin Revolusi”, disebut-sebut sebagai karya
empu dengan ukuran kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah
semangat juang. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam pemaparan lukisannya.

 Karya
Pasar di Pinggir Laut

5. Agus Suwage
Agus Suwage merupakan salah satu seniman kontemporer terkemuka di Indonesia
saat ini. Sejak akhir tahun 1980-an ia mulai aktif berkiprah dalam peta seni rupa
kontemporer. Karya-karya Agus Suwage dianggap berhasil menghidupkan kembali jenis seni
rupa yang nyaris diabaikan selama ini yaitu gambar (drawing).

Agus Suwage menghadirkan persoalan ketegangan antara kesadaran individu pada


karya-karyanya, seperti pernyataannya yang menyatakan pandangannya bahwa : “Ada
bermacam-macam paksaan yang tidak bisa ditolak dan membuat kita tidak punya pilihan.
Paksaan itu tidak bisa dibilang jahat, tapi kenyataannya mengikat, menyakitkan, bahkan
menakutkan.” Potret-diri (self-portrait) merupakan “trademark” karya seni rupa Agus
Suwage yang merupakan hasil pengolahannya yang intens untuk menghadirkan sejumlah
persoalan; tubuh, gender, seni rupa, citra fotografi, persoalan sosial-politik, sejarah,
eksistensi diri manusia, kritik sosial, hingga kritik diri.

 Karya
Cakrawala Dwipantara

Anda mungkin juga menyukai