Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

GERAKAN SENI RUPA BARU

Nama kelompok :

1. Brillyant Chautshar (07)


2. Endang Sulandri (12)
3. Lila Nurrohmah (21)
4. Rizka Indryani (29)
5. Rizky Yuda Pratama (31)
6. Septiana Wahyu Intani (33)

XI. MS 5

SMA NEGERI 1 SELONG

JALAN TGH. UMAR 17, SELONG, LOMBOK TIMUR,

NUSA TENGGARA BARAT

2017
Kelompok gerakan seni rupa baru muncul pada tahun 1975 yang pada dasarnya
memiliki cita-cita bahwa seni rupa harus menyuarakan lingkungannya, kondisi
masyarakatnya dan menjadi refektor zamannya. Pada dasarnya kelompok seniman ini sangat
menentang sikap spesialisasi dalam karya seni rupa dan aliran-aliran seni yang selama ini
dikelompokkan. Termasuk dalam desain yang digagas sebagai satu ungkapan utuh.
Perlawanan seni rupa baru ini muncul sebagai bentuk protes keras terhadap pakar seni rupa
atas penjurian karya seni lukis terbaik pada tahun 1974 yang dikenal sebagai (Desember
Hitam). Hal ini memberikan dampak bagi pendidikan seni rupa yang selama ini terlalu
feodalis dan elitis.

Terdapat dua tokoh seniman yang sangat berpengaruh pada era gerakan seni rupa baru
dan kontemporer di Indonesia yakni Sanento Yuliman dan Jim Supangkat. Melalui Galeri
Aktuil pada majalah Aktuil pada tahun 1970an yang berisi tentang partisipasi masyarakat
awam terutama generasi muda untuk berekspresi secara bebas dengan mengadopsi perupa-
perupa “POP” di barat. Sebagian besar karya mereka memuat unsur kritik social serta
sindiran kesewenangan, ketidakadilan, penindasan, kebebasan berbicara, hingga ungkapan
kesenjangan social. Gebrakan Seni Rupa Baru Indonesia menyatakan: “Pertentangan
terhadap pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan senirupa Indonesia tergantung
pada seni rupa luar negeri dan menentang habis-habisan bahwa seni rupa Indonesia
merupakan bagian dari sejarah seni rupa dunia”
Gerakan ini awalnya mengundang banyak perdebatan baik dari kritikus dan
masyarakat, namun dalam perkembangannya ungkapan estetik dari gerakan ini banyak
mengundang perdebatan baik dari kritikus seni maupun masyarakat. Bagi pendidikan tinggi
seni rupa menilai sebagai bentuk seni rupa alternative yang kemudian dapat diterima oleh
para pengajar di ITB sebagai bagian dari diamika berkesenian.

Arif Budirahman (seorang budayawan) mengungkapkan bahwa “yang dilakukan oleh


Gerakan Seni Rupa Baru tidak terbatas pengaruhnya pada gerakan seni rupa saja, karena yang
diperjuangkan adalah sebuah sikap budaya yang tidak hanya mempengaruhi cabang-cabang
seni lainnya, tapi juga kehidupan budaya bangsa ini termasuk orientasi politik dan ekonomi”

Emanuel Subangun (Pengamat kehidupan sosial) menilai sebagai sebuah gejala kota
yang puralistik dengan ciri segi estetik surut ke belakang dan segi kemasyaraktan muncul ke
depan. Kenyataan itu terlihat dari gelar Seni Rupa Baru berjudul Proyek-1 Pasaraya Dunia
Fantasi yang banyak menyindir permasalahan social di kota-kota besar seperti merajalela
produk-produk konsumtif, kemacetan lalu lintas, seni popular, iklan, kesenjangan social dan
sebagainya.

Pada era tahun 1980 hingga 1990an para seniman di Indonesia menggunakan tema
kebangsaan dan kritik social yang mana diwarnai dengan tampilan seni rupa instalasi ,
interdisiplin dengan intermedia. Sebagian ada yang menggabungkan puisi dan rupa (puisi
bebas), tari dan ekspresi rupa, tayangan video dan rupa, seni lukis dan seni patung dan lain
sebagainya. Karya-karya senirupa tidak hanya keindahan diatas kanvas melainkan dapat
dilakukan dengan berbagai media yang sangat unik dan menarik. Tema pameran yang
dilaksanakan lebih mengarah ke kritikan terhadap lingkungan, pengangguran, persoalan
buruh, tema lingkungan, hak asasi manusia, kemajuan teknologi, penyimpangan
pembangunan, dan persoalan politik.

 GEBRAKAN SENI RUPA BARU INDONESIA

1. Dalam berkarya, membuang sejauh mungkin imaji “seni rupa” yang diakui hingga
kini, (gerakan menganggapnya sebagai “seni rupa lama”) yaitu seni rupa yang dibatasi
hanya di sekitar: seni lukis, seni patung dan seni gambar (seni grafis).Dalam Gerakan
Seni Rupa Baru Indonesia, penetrasi di antara bentuk-bentuk seni rupa di atas, yang
bisa melahirkan karya-karya seni rupa yang tak dapat dikategorikan pada bentuk-
bentuk di atas, dianggap “sah” (“Seni Rupa Baru”).
Dalam berkarya, membuang sejauh mungkin imaji adanya elemen-elemen
khusus dalam seni rupa seperti elemen-elemen lukisan, elemen-elemen gambar dan
sebagainya. Keseluruhannya berada dalam satu kategori, elemen-elemen rupa yang
bisa berkaitan dengan elemen-elemen ruang, gerak, waktu dan sebagainya.
Dengan begitu, semua kegiatan yang dapat dikategorikan ke dalam seni rupa
di Indonesia, kendati didasari “estetika” yang berbeda, umpamanya yang berasal dari
kesenian tradisional, secara masuk akal dianggap sah sebagai seni rupa yang hidup.
2. Membuang sejauh mungkin sikap “spesialis” dalam seni rupa yang cenderung
membangun “bahasa elitis” yang didasari sikap “avant-gardisme” yang dibangun oleh
imaji: seniman seharusnya menyuruk ke dalam mencari hal-hal subtil (agar tidak
dimengerti masyarakat, karena seniman adalah bagian dari misteri hidup?).
Sebagai gantinya, percaya pada segi “kesamaan” yang ada pada manusia
dikarenakan lingkungan kehidupan yang sama. Percaya pada masalah-masalah sosial
yang aktual sebagai masalah yang lebih penting untuk dibicarakan daripada sentimen-
sentimen pribadi. Dalam hal ini, kekayaan ide atau gagasan lebih utama daripada
ketrampilan “master” dalam menggarap elemen-elemen bentuk.
3. Mendambakan “kemungkinan berkarya”, dalam arti mengharapkan keragaman gaya
dalam seni rupa Indonesia. Menghujani seni rupa Indonesia dengan kemungkinan-
kemungkinan baru, mengakui semua kemungkinan tanpa batasan, sebagai
pencerminan sikap “mencari”. Dari sini, menentang semua penyusutan kemungkinan,
antara lain sikap pengajaran “cantrikisme” di mana gaya seorang guru diikuti murid-
muridnya, yang sebenarnya dapat berbuat lain, memperkaya kemungkinan “gaya”
seni rupa Indonesia.
4. Mencita-citakan perkembangan seni rupa yang “Indonesia” dengan jalan
mengutamakan pengetahuan tentang Sejarah Seni Rupa Indonesia Baru yang berawal
dari Raden Saleh. Mempelajari periodisasinya. melihat dengan kritis dan tajam
caranya berkembang, menimbang dan menumpukkan perkembangan selanjutnya ke
situ. Percaya bahwa dalam Sejarah Seni Rupa Indonesia Baru ini terdapat masalah-
masalah yang sejajar bahkan tidak dimiliki buku-buku impor, dan mampu mengisi
seni rupa Indonesia dengan masalah yang bisa menghasilkan perkembangan yang
bermutu. Mencita-citakan perkembangan seni rupa yang didasari tulisan-tulisan dan
teori-teori orang-orang Indonesia, baik kritikus, sejarawan ataupun pemikir.
Menentang habis-habisan pendapat yang mengatakan perkembangan seni rupa
Indonesia adalah bagian dari sejarah seni rupa Dunia, yang mengatakan seni adalah
universal. yang menggantungkan masalah seni rupa Indonesia pada masalah seni rupa
di Mancanegara.
5. Mencita-citakan seni rupa yang lebih hidup, dalam arti tidak diragukan kehadirannya,
wajar, berguna, dan hidup meluas di kalangan masyarakat.

Lima poin gebrakan seni rupa baru Indonesia diatas hingga saat ini masih terasa
pengaruhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan perkembangan seni rupa
kontemporer indonesia saat ini. sekilas kita dapat melihat penjabaran dari poin 1 hingga
poin 3.

 Tokoh –Tokoh Yang Berperan GERAKAN SENI RUPA BARU INDONESIA

1. Ris Purnomo, 
2. S. Prinka, 
3. Anyool Soebroto, 
4. Satyagraha, 
5. Nyoman Nuarta, 
6. Pandu Sudewo, 
7. Dede Eri Supriya, 
8. Jim Supangkat, 
9. Siti Adiyati Subangun, 
10. F.X Harsono, 
11. Nanik Mirna, 
12. Hardi, 
13. Wagiono. S, 
14. Agus Tjahjono, 
15. B. Munni Ardhi
16.  Bachtiar Zainoel

 Contoh Gambar Gerakan Seni Rupa Baru

Anda mungkin juga menyukai