Anda di halaman 1dari 64

LUKISAN I WAYAN PENGSONG: SEBUAH KAJIAN

ESTETIKA HERBERT READ

SKRIPSI

OLEH:
MARGIA SASPINA
1612031014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
LUKISAN I WAYAN PENGSONG: SEBUAH KAJIAN ESTETIKA
HERBET READ

Oleh
Margia Saspina, NIM 1612031014
Jursan Seni dan Desain

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Lukisan I Wayan Pengsong; Sebuah Kajian


Estetika Herbert Read” yang pada prinsipnya akan fokus membahas Riwayat
hidup dan mengkaji elemen-elemen seni rupa yang memenuhi kriteria estetika
dalam lukisan I wayan Pengsong bedasarkan konsep estetika yang dikemukakan
oleh Herbert Read. penelitian ini adalah penelitian dekstriptif kualitatif yang
secara representatif akan membahas dua pokok bahasan tersebut. Berdasarkan
sumber data yang didapatkan melalui wawancara serta karya Pengsong kemudian
dianalisis menggunakan tahap reduksi, klasifikasi data, dan verifikasi, yang
merupakan metodologi dalam penelitian. Dengan demikian hasil penelitian ini
sebagai berikut: Pengsong mencoba mentransfer roh Lombok pada karyanya. Ia
menciptakan karya tidak hanya sebatas menuangkan ide melainkan ada
perenungan di dalamnya. Kedalaman rasa dan penghayatan terhadap kehidupan.
Pengsong menghadirkan karakter yang unik pada karyanya. Mempadupadankan
elemen seni rupa yang mampu membawa estetika tersendiri pada karyanya.
Elemen-elemen seni rupa hadir dengan pertimbangan yang tepat. Dari garis,
warna, nada/ irama, motif-motif struktural, bentuk dan kesatuan yang hadir dalam
satu kesatuan yang utuh dengan menawarkan kualitas keindahan pada lukisan.

Kata kunci: lukisan, I Wayan Pengsong, Estetika

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan seni rupa sudah ada sejak zaman prasejarah. Sampai hari ini

seni rupa terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Gairah seni rupa

di Indonesia kian merebak dibanyak perhelatan seni. Berbagai macam

eksplorasi terjadi dalam penciptaan karya.

Membongkar persoalan seni rupa sedikit banyak mempersoalkan

identifikasi melalui modifikasi pemikiran-pemikiran dengan menangkap

gejala seni rupa. Munculnya problema tentang wacana seni rupa modern

membawa sederet perubahan. Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga

standar nilai estetik yang kini sedang terancam oleh metode permasalahan

seni. Modernisme meyakini gagasan progres karena selalu mementingkan

norma kebaruan, keaslian dan kreativitas.

Menurut Iwan Meulia Pirous dalam tulisannya mengungkapkan bahwa

secara konseptual seni rupa modern sesuai dengan cara berpikir modernisme,

selalu berjalan menjauhi tradisi. Hal ini selaras dengan sejarah kemunculan

gagasan modernisme sendiri yang memang menolak elemen-elemen tradisi

yang dikaitkan dengan tirani kerajaan pada zaman Renaissance. (Iwan.P.

2000:43)

Apabila lebih jauh membicarakan tentang karya seni rupa, maka kita akan

dihadapkan dengan berbagai persoalan yang memiliki sudut pandang yang

bervariasi. Kesenian tingkat awal, walaupun hanya jejak-jejak peninggalan

1
2

masa lalu bukanlah sebuah benda tanpa kesan. Dalam buku Membongkar

Seni Rupa (2003), Mikke Susasnto menyatakan bahwa kesenian tingkat awal

telah menyertai kehidupan manusia sekaligus menunjukkan bahwa kesenian

merupakan bagian yang tidak terelakkan dalam kebudayaan. (Susanto:

2003:16)

Di Indonesia seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang paling

dominan di antara cabang-cabang seni rupa yang lainnya. Seni lukis juga

memiliki peranan penting dalam perintis perkembangan seni rupa modern.

Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa yang pada pengaplikasiannya

dalam bentuk dua dimensional. Sekarang ini, ruang dan dimensi yang

dihadirkan dalam dunia seni lukis telah terbuka lebar, juga tanpa batas-batas

persoalan media. Di Indonesia tradisi seni lukis tetap lebih mewarnai medan

seni rupa Indonesia.

Kendatipun, Seni lukis terus mengalami perkembangan mengikuti aliran

zaman. Dalam tesisnya Sasih Gunalan juga menyebutkan bahwa

Perkembangan dunia kesenian merupakan wujud dan ekspresi yang lahir dari

nilai-nilai budaya masyarakat (sosial) yang terus tumbuh pada setiap lini

kehidupan. Perkembangan dunia seni juga sangat dipengaruhi oleh budaya

masyarakat setempat. (Gunalan: 2019)

Selain, Bali, Yogyakarta, Bandung, Sumatera dan daerah lain dengan

tingkat perkembangan seni yang tinggi, kini nama Lombok kemudian mampu

menjadi salah satu daerah dengan bidang seni lukis yang mulai berkembang.

Lombok merupakan wilayah nasional yang meskipun bidang seni rupanya

belum terlalu mendunia dan bisa dikatakan perkembangan dunia keseniannya


3

masih relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah lain. Namun hari ini,

Lombok hadir dengan menggaungkan bidang seninya dengan kehadiran

seniman-seniman dengan beragam latar belakang yang membawa Lombok

menjadi daerah dengan dunia seni rupanya yang patut untuk diakui.

Salah satu seniman yang berkiprah di bidang seni lukis di Lombok yang

dikenal dengan I Wayan Pengsong kemudian hadir membawa pengaruh pada

dunia seni rupa di Lombok. Kemunculannya sebagai pelukis dimulai pada

tahun 1960-an. Dibuktikan dengan pada tahun 1963 Pengsong sudah

mengikuti pameran bersama di GNI Mataram. Dia kemudian mulai dikenal

atau diekspos oleh publik seni lukis lantaran karya-karyanya memberikan

pesona yang estetik dan bermakna.

Perjalanan berkeseniannya pun makin terasah dengan keikutsertaannya di

Sanggar Kamboja pada tahun 1989. Dalam buku “Pengsong, Ritus dan

Romantisme Tanah Lombok” yang ditulis oleh Mikke Susanto yang

mengupas tentang perjalanan berkesenian Pengsong mengungkapkan bahwa

keinginan untuk menambah wawasan dan kemauannya menembus jajaran

seni rupa di Jakarta, Surabaya dan Denpasar menjadi alasan untuk bergabung.

Sanggar kamboja yang beranggotakan sekitar 18 orang seperti Huang Fong,

Lie Tjoen Tjai dan lain-lain yang juga turut mengangkat namanya di jajaran

seni rupawan nasional. Dari sini pulalah eksistensinya semakin menanjak dan

diakui. Namun pada tahun 1992 Pengsong menyatakan mengundurkan diri

dari keanggotaan sanggar kamboja. (susanto, 1998)

I Wayan Pengsong sebagai seniman yang mengambil peran penting pada

perjalanan perkembangan seni lukis di Lombok dengan membawa tema yang


4

menarik dalam beberapa karyanya menjadi acuan berkesenian oleh seniman-

seniman di Lombok saat ini. Bentuk visual yang seolah mengajak pengamat

untuk melakukan perenungan mendalam.

Lebih lanjut dari buku yang sama, Pengsong menjadikan Lombok sebagai

sumber ilham. Apa yang direkamnya di Lombok Ia Tuangkan pada karyanya.

Sehingga apa yang muncul pada karyanya adalah tidak termasuk ke dalam

bingkai tradisional saja, melainkan percampuran antara nilai-nilai tradisi

dengan pola pikir kaum modern sering kali melahirkan gagasan yang baru.

Kini terobosan yang telah dilakukan Pengsong bukan tanpa hasil. Secara

tak langsung Pengsong berhasil menanamkan kepedulian tentang khasanah

budaya dan alam Lombok. Pengalaman yang telah dialami dalam perjalanan

hidupnya kemudian mampu memberikan pemahaman yang lebih. Dia

memaknai hidup dengan sesuatu yang harus disyukuri. Sehingga di dalam

karyanya lekat dengan berbagai persoalan kehidupan sehari-hari, budaya serta

alam Lombok.

Inilah mengapa lukisan I Wayan Pengsong menjadi sangat menarik untuk

dikaji menggunakan teori estetika. Sajian bentuk-bentuk visual yang menarik

pada karyanya serta terdapat pengalaman estetis seniman yang memunculkan

karya yang estetik pula.

Seiring dengan wacana perkembangan dunia seni rupa begitupun dengan

pergulatan makna estetika yang turut berkembang. Berbagai kesimpulan yang

digagas oleh para ahli definisi tentang estetika. Secara umum estetika yaitu

sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap

sebagai penilaian terhadap sentiment rasa. Sederhananya bahwa estetika


5

merupakan cabang filsafat yang membahas seni, keindahan, serta tanggapan

manusia terhadapnya.

Berbicara tentang seni tidak bisa lepas dari pembicaraan mengenai

perilaku yang bertalian dengan keindahan. Keindahan seharusnya sudah

dinilai begitu karya seni pertama kali diciptakan. Namun rumusan keindahan

pertama kali ditentukan berasal dari keindahan yang tercipta akibat proporsi,

keharmonisan, dan kesatuan.

Keindahan adalah bagian dari kehidupan manusia yang merupakan

kebutuhan kodrati. Karena itu, manusia berusaha menciptakan keindahan

untuk pemenuhan kebutuhannya. Manusia berkreativitas menghasilkan karya

cipta itu didasari dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup atau kenyataan

yang terjadi dalam masyarakat. Tujuannya dapat dilihat dari segi nilai

kehidupan manusia dan manfaat bagi manusia secara kodrati dan tujuan para

penulis menciptakan keindahan dan sekaligus mengungkapkan keburukan

melalui karya cipta mereka.

Dari banyaknya pemahaman yang berbeda-beda yang muncul dari banyak

kalangan tentang definisi dari estetika, muncullah para ahli dengan

kesimpulan sendiri dalam menanggapi apa pengertian dari estetika.

Herbert Read mendefinisikan bahwa keindahan adalah kesatuan dan

hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan indrawi kita.

Dalam konteks konsep yang dipegang Pengsong meghadirkan karya yang

mampu menjadi terapi bagi orang-orang. Kehadiran teori estetika ini akan

mengupas elemen-elemen seni rupa pada karyanya.


6

Memandang nilai estetik yang terkandung dalam bentuk fisik karya

lukisan Pengsong, Secara representatif penelitian ini diungkap dan dibahas

dengan menggunakan pendekatan teori estetika Herbert Read. Dalam arti

sempit penulis akan mengkaji bentuk estetika lukisan I Wayan Pengsong.

1.2 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan

menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Pada penelitian ini

akan berfokus membahas pada dua pokok permasalahan berikut: riwayat

hidup seniman I Wayan Pengsong, dan kajian estetika lukisan I Wayan

Pengsong.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana Riwayat Hidup I Wayan Pengsong?

1.4.2 Bagaimana Kajian Estetika Lukisan I Wayan Pengsong?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Mendeskripsikan Riwayat Hidup I Wayan Pengsong.

1.5.2 Mendeskripsikan Proses Kajian Estetika Lukisan I Wayan Pengsong.

1.6 Manfaat Penelitian


7

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan memberikan manfaat

secara teoritis maupun praktis:

1.6.1 Manfaat teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam pengembangan penelitian ilmu kajian budaya dan

sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman tambahan informasi tentang

kajian estetika lukisan I Wayan Pengsong.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha, penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan di bidang seni rupa.

1.6.2.2 Bagi penulis, tentunya dari penelitian ini berharap dapat

digunakan sebagai tambahan wawasan yang sangat berharga

terkhususnya tentang sosok seniman I Wayan Pengsong serta

kajian estetika karya lukisannya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Istilah

Penelitian ini berjudul “Lukisan I Wayan Pengsong; Sebuah Kajian

Estetika Herbert Read”. Berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian,

penulis akan menguraikan istilah-istilah yang terdapat di dalamnya serta akan

memberikan penegasan terhadap judul untuk menyamakan persepsi, sebagai

berikut:

Pengertian Seni lukis

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Seni lukis adalah

sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.

Istilah seni (Visual Arts) didefinisikan sebagai karya seni yang

dirasakan oleh penglihatan. Kata seni (arts) dalam bahasa Yunani kuno

adalah techne, kata techne dianggap setara dengan arts. Istilah art ini

masih merujuk pada pengertian teknik atau metode berkarya.

Menurut Leo Tolstoy (sumardjo, 200:62), seni lukis adalah ungkapan

perasaan pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat

merasakan apa yang dirasakan pelukis. Demikian ketika kita mengamati

lukisan akan dibawa menuju perenungan. bentuk yang ditampilkan

8
9

seniman dalam lukisannya dari berbagai ide, gagasan, dan tidak jarang

senimana menampilkan pengalaman dalam hidupnya.

2.1.1 Lukisan

Dalam buku memahami seni rupa (2015:12) menjelaskan, lukisan

(painting) dapat diartikan sebagai “visualisasi dengan media pictorial cat”.

Adapun definisi lain dari kata ini adalah “seni suatu karya yang diciptakan

melalui penerapan cat pada suatu permukaan”. Lukisan didefinisikan

sebagai suatu karya yang terbuat dengan cat, tidak disebutkan apakah cat

itu berwarna atau hanya hitam putih saja.

Lukisan merupakan bagian dari seni rupa yang diaplikasikan pada

bidang dua dimensi. Berbagai pengalaman estetis seniman tertuang dalam

bidang gambar.

2.1.2 I Wayan Pengsong

pada bab latar belakang juga sudah disinggung tentang siapa I Wayan

Pengsong. dalam periode kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang

pelukis telah melewati banyak poses. Dimulai dari Pengsong yang bukan

siapa-siapa menjadi Pengsong yang dijadikan kiblat berkesenian di

Lombok.

Pada bagian ini penulis tidak akan membahas panjang lebar karena

akan penulis uraikan lebih detail pada bab pembahasan.

2.1.3 Estetika
10

Estetika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas tentang

keindahan dan bagaimana keindahan bisa terbentuk. Meskipun awalnya

sesutau yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu

karya. Tetapi perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut

mempengaruhi penilaian terhadap keindahan.

Secara etimologi Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetikos yang

berarti keindahan, sensitivitas, kesadaran, berkaitan dengan persepsi

sensorik, yang mana merupakan turunan dari aisthanomai yang berarti

saya melihat, meraba, merasakan. Dengan demikian, sederhananya yang

dapat penulis tangkap adalah estetika merupakan pengukuran sebuah

keindahan akan sebuah karya seni.

2.1.4 Herbert Read

Herbert Read atau lengkapnya adalah Sir Herbert Edward Read, DSO,

MC, lahir pada 4 Desember 1894 – meninggal pada 12 juni 1968. Dia

adalah seorang penyair, kritikus sastra dan seni asal inggris. Dia adalah

penulis inggris pertama yang memperhatikan ekstensialisme dan sangat

dipengaruhi oleh pemikir proto-ekstensialisme Max Stirner. Dia telah

banyak mempublikasikan tulisannya tentang seni.

Teori yang dikemukakannya tentang estetika akan menjadi acuan dalam

membaca karya Pengsong. spesifiknya akan diuraikan di bawah.

Berdasarkan uraian di atas maka maksud penulis mengambil judul

skripsi ini yaitu untuk mengupas riwayat hidup I Wayan Pengsong dan

mengkaji unsur-unsur seni rupa yang terdapat dalam lukisan Pengsong


11

berdasarkan kebentukan yang tercipta dengan berbagai konsep maupun

pengalaman yang dituangkan Pengsong dalam karyanya. Dengan demikian

untuk memecahkan masalah tersebut teori Read akan dikupas dan teori

tambahan lainnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih

mendalam.

2.2 Kajian Teori

Kajian, Yaitu menyelidiki atau menelaah sebuah fenomena untuk

mengetahui baik buruk dari fenomena tersebut. Kajian teori dalam penelitian

ini bertujuan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat teori dan memperoleh

informasi yang berkaitan dengan topik pembahasan.

2.2.1 Definisi Riwayat Hidup/ Biografi

Secara umum seperti yang diketahui bahwa riwayat hidup diartikan

sebagai catatan singkat tentang suatu gambaran hidup seseorang.

Daud safari dalam tulisannya menjelaskan bahwa biografi merupakan

riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut masih

hidup atau sudah meninggal. (Safari. D. 2013)

Pada bagian ini penulis akan mengulas tentang kehidupan I Wayan

Pengsong baik yang berkaitan dengan latar belakang keluarga, pendidikan,

aktifitas berpameran, perjalanan berkesenian maupun peristiwa-peristiwa

yang pernah terjadi dalam kehidupannya.

Struktur penulisan biografi:


12

2.2.1.1 Orientasi

Orientasi merupakan sebuah bagian yang menerangkan atau

menjelaskan tentang pengenalan tokoh.

2.2.1.2 Peristiwa dan Masalah

Pada bagian ini menjelaskan tentang peristiwa atau kejadian yang

pernah dialami oleh tokoh. Bisa berupa peristiwa menarik,

mengesankan, mengharukan, atau peristiwa penting lainnya yang

pernah dialami.

2.2.1.3 Reorientasi

Pada aspek ini berisikan tentang mengenai pandangan penulis

terhadap tokoh yang ditulis. Singkatnya pada bagian ini adalah

bagian penutup.

I Wayan Pengsong akan dibahas detail pada bagian ini pada bab

pembahasan.

2.2.2 Konsep Estetika Menurut Herbet Read

Paradigma estetika dari zaman ke zaman terus mengalami perubahan

dan memiliki kecenderungannya sendiri. Paradigma estetika suatu zaman

tentu tidak terlepas dari perkembangan kebudayaan suatu masyarakatnya.

Perkembangan di era modern saat ini, estetika pun ikut mengalami

perubahan. Konsep keindahan tidak lagi seperti zaman-zaman sebelumnya.


13

Zaman Baroque dan Rococo yang menekankan pada ornamen menjadi

unsur utama pada desain dan arsitektur.

Melihat karya Pengsong yang menarik karena secara keseluruhan satu

unsure yang hadir pada lukisan Pengsong tidak berdiri sendiri melainkan

melengkapi unsur-unsur yang lainnya. Unsur garis tentu tidak hadir secara

sendiri, namun kehadiran warna juga menjadi penyeimbang. Begitupun

unsur yang lainnya. Segingga tepat kiranya untuk membedah estetika

lukisan Pengsong menggunakan pendekatan teori Herbert Read.

Konsep Estetika Menurut Herbet Read

Herbert Read (2000:2) menjelaskan bahwa setiap orang adalah

pengamat dan penikmat. Orang memberikan tanggapan terhadap bentuk,

permukaan serta massa-massa benda yang diamatinya. Dari unsur-unsur

karya yang terdapat tersebut kemudian menimbulkan perasaan terpesona

dan sensasi menyenangkan. Tetapi sebaliknya ketiadaan susunan tersebut

akan menimbulkan sensasi tidak puas, kecewa, dan muak. Kesadaran atas

hubungan-hubungan yang menyenangkan itulah yang dimaksud oleh

Hearbert Read sebagai kesadaran akan keindahan. Pun sebaliknya dengan

kesadaran akan ketiadaan keindahan. Singkatnya bahwa keindahan yang

tidak lain adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada di antara

kesadaran pesepsi kita.

Dalam teorinya Herbert Read menjelaskan bahwa pernyataan tentang

seni yang disamakan dengan estetika atau keindahan adalah sesuatu yang

salah kaprah. Seni yang merupakan hasil budaya dari manusia yang

disebut juga unsur-unsur kebudayaan tidak serta merta hanya berbentuk


14

yang indah-indah saja, seni juga dapat berupa suatu objek buatan manusia

yang unik, menyeramkan, antik, dan tidak melulu hal yang memiliki nilai

keindahan akan tetapi memiliki kesan di hati orang lain sebagai penikmat

seni.

Konsep Read tentang estetika jika dipetakan akan dapat ditarik

kesimpulan bahwa estetika dalam suatu karya dapat dikaji secara objektif,

yaitu keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetik yang sifatnya

(kualitas) memang melekat pada bentuk indah pada visual terlepas dari

orang yang mengamat. Yang kedua adalah secara subjektif menyatakan

bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada,

yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu

benda.

2.2.3 Elemen-elemen Hasil Karya Seni

Seni lukis adalah salah satu dari sekian banyak cabang seni rupa yang

muncul pada masa Renaisans, yang artinya belum lama.

Adapun elemen-elemen di bawah ini merupakan elemen yang akan


dikaji pada lukisan I Wayan Pengsong menggunakan pendekatan estetika
Herbert Read.

2.2.3.1 Garis

Elemen garis adalah elemen yang paling dasar setelah titik. Bahkan

sejak dari zaman prasejarah dengan adanya lukisan di gua-gua sudah

terbentuk elemen garis. Sampai saat ini garis tetap menjadi elemen

paling penting dalam seni rupa.


15

Jika dilihat dari potensi garis, setiap elemen bahkan punya bahasa

sendiri untuk berbicara menjelaskan maknanya. Garis mampu

memunculkan ekspresi-ekspresi pembuatnya. Selain itu, garis juga

merupakan perwujudan dari gelap terang.

Sidik (1979:10) dalam jurnal joko maruto menjelaskan bahwa garis

merupakan coretan panjang (lurus, bengkok, atau lengkung). Daris

juga dapat berupa tepi suatu bidang datar, sumbu atau arah dari suatu

bentuk (shape) sebagai kontur atau garis lurus suatu benda.

2.2.3.2 Nada (Tone)/ Irama

Nada (tone, toon) adalah suatu perkataan yang dipergunakan dalam

beberapa cabang seni. Kata ini kita sering dengar pada seni musik

tetapi pada abad XVI kata ini mulai digunakan pada seni lukis.

Kesan gerak dalam irama dapat bersifat harmoni dan kontras,

pengulangan atau repetisi, serta variasi.

2.2.3.3 Warna

Warna adalah salah satu elemen seni rupa yang paling mudah

ditangkap oleh indera mata, jika terdapat cahaya. Warna juga

merupakan unsur pokok dalam karya seni rupa, karena segala sesuatu

pengungkapan itu selalu menggunakan warna.

Kehadiran warna dalam sebuah karya seni lukis dapat memberikan

kesan nyata pada lukisan, hal ini juga disebut sebagai kegunaan natural

meskipun tidak selalu.


16

Warna memiliki banyak variasi. Warna-warna yang bervariasi

tersebut mempunyai karakter dan menyarankan suasana yang berbeda.

Warna kuning dan merah misalnya, dapat menimbulkan kesan yang

mempunyai daya kekuatan panas, penuh semangat. Berbeda dengan

warna biru dan hijau, dapat menimbulkan kesan dingin, tenang, segar,

penuh kedamaian dan keadilan. Juga warna jingga memiliki karakter

yang berbeda yang dapat menimbulkan kesan meriah, menyala,atau

mencolok dan sebagainya.

Jika dikaji lebih dalam tentang lukisan Pengsong, dalam

lukisannya Dia cenderung menghadirkan warna-warna pastel meski

ada beberapa karyanya yang menggunakan warna konstras, seperti

merah terang, biru dan hijau.

2.2.3.4 Bentuk (Form)

Perpaduan atau perpotongan garis dengan garis akan menghasilkan

bidang. Sedangkan bidang dengan bidang dapat menghasilkan bentuk.

Simpelnya bentuk adalah suat bidang kecil yang dibatasi oleh suatu

garis dan dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap

terang pada arsiran atau karena adanya testur.

Bentuk adalah bagian yang paling sukar di antara elemen yang lain.

Plato membedakan antara bentuk yang relatif dan yang absolute.

Bentuk relatif adalah perwujudan yang perbandinga maupun

keindahannya terkait pada hakikat bentuk-bentuk yang ada di alam

dan merupakan tiruannya. Sedangkan bentuk absolute adalah suatu


17

bentuk atau suatu abstraksi yang terdiri dari garis-garis lurus dan

lengkung dan bidang-bidang atau bentuk-bentuk tiga dimensional yang

dihasilkan dari bentuk-bentuk di alam itu dengan perantaraan mesin

bubut, penggaris, dan siku-siku. Keindahan bentuk yang tidak berubah

serta absolute ini dipersamakan dengan nada suara murni dan halus,

yang memiliki keindahan bukan karena dihubungkan dengan sesuatu

yang lain, melainkan semata-mata karena sifat-sifatnya sendiri.

Dalam jurnalnya Joko Maruto (2014:29) menuliskan bahwa bentuk

adalah bidang yang memiliki batas tertentu, dalam artian Shape bentuk

mempunyai dimensi panjang dan lebar. Sementara itu, bentuk dalam

arti form, mengarah pada tiga dimensi yang memiliki volume (massa).

Bentuk atau bangun dapat ditinjau sebagai ekspresi atau kepribadian,

seperti kaku, luwes, tegas, figur-samar, terang, dinamis, dan aneh.

2.2.3.5 Kesatuan

Kesatuan merupakan salah satu prinsip komposisi yang

menekankan pada keselarasan dari elemen-elemen yang disusun, baik

dalam wujudnya maupun ide yang melandasinya.

Dalam suatu hasil seni yang sempurna, semua elemen yang ada di

dalamnya harus saling berhubungan dengan baik, elemen-elemen

tersebut menyatu membentuk suatu kesatuan yang memiliki nilai-nilai

yang lebih dari jumlah nilai elemennya.

Kesatuan (unity) adalah kesan yang timbul dari unsur-unsur seni

rupa yang terpadu. Menjadi satu bentuk dan menghasilkan satu


18

ungkapan. Prinsip kesatuan ini menekankan pada adanya integritas

jalinan konseptual antara unsur-unsurnya. Artinya apa yang hendak

diungkapkan seniman merupakan kebulatan dalam satu konsep atau

gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa kesatuan unsur-unsur ini bukan

sekedar sekelompok bentuk-bentuk, warna-warna, akan tetapi di

dalamnya mengandung suatu kesatuan yang menyatukan unsur-unsur.

Dalam penelitiannya Dina Noventin dkk, (2019: vol.1. Edisi 2)

menuliskan bahwa kesatuan atau unity adalah keterpaduan dan

keutuhan berbagai unsure fisik dan non fisik dengan karakter berbeda

dalam sebuah karya.

2.2.3.6 Motif-motif Struktural

Dalam seni lukis, unsur-unsur seni rupa akan disusun

berdasarkan pertimbangan keindahan. Hal itu akan direalisasikan

melalui aspek visual. Sehingga dalam suatu lukisan akan ada pesan

atau kesan di dalamnya.

Struktur suatu hasil seni tidak selalu jelas, mungkin juga ia

merupakan sebuah imbangan yang subtil dalam satuan-satuan yang

tersusun tidak beraturan.

Motif-motif struktural ini sangat penting dalam penciptaan seni

lukis atau cabang-cabang seni rupa lainnya, sekalipun hal itu tidak

harus merupakan hasil pemilihan yang serius oleh seorang seniman.

Pemilihan terhadap struktur tertentu itu ternyata lebih banyak

dipengaruhi oleh nafas zaman.


19

2.3 Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa penelitian lainnya

yang relevan dengan penelitian ini. berikut ini beberapa hasil penelitian yang

relevan yang dijadikan bahan telaah bagi peneliti.

Yang pertama adalah hasil penelitian oleh Yulianto yang berjudul

“Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan” yang dikaji menggunakan

pendekatan kreativitas Monroe Beardsley dengan kesimpulan bahwa dari

enam karya yang dikaji, masing-masing karya terlihat adanya kesatuan di

antara unsur-unsur yang saling melengkapi antara unsure (titik, garis, warna,

tekstur), prinsip (harmoni, repetisi, gradasi, perspektif), dan azas (kesatuan,

keseimbangan). Yang secara keseluruhan unsur-unsur seni tersebut secara

sinergi membentuk dan mengisi bentuk/figure yang disajikan dalam karya seni

lukis Koeboe.

Penelitian ini relevan dengan penelitian penulis karena ada unsur

kesamaan yang dikaji yaitu karya lukis dengan mengkaji unsur atau elemen-

elemen pada objek. Perbedaannya penulis mengkaji karya lukis I Wayan

Pengsong dengan menggunakan konsep estetika Herbert Read.

Penelitian relevan yang kedua adalah hasil penelitian skripsi tahun 2016

dari Alexandra Ivanto yang berjudul “Garis Sebagai Ide Penciptaan Dalam

Seni Lukis”, pada penelitian ini yang memfokuskan bagaimana garis menjadi

perwujudan ide dalam seni lukis. Ini relevan dengan penelitian penulis karena
20

garis adalah elemen yang penting dalam suatu karya. Hal itulah yang akan

dikaji menurut konsep estetika Read pada karya I Wayan Pengsong.

“kajian Estetika Seni Lukis Objek Alam Karya Arfial Arsad Hakim” yang

ditulis oleh Yudo April Asmoro merupakan penelitian Relevan ketiga yang

digunakan oleh penulis sebagai bahan telaah. Perbedaan penelitian Yudo April

Asmoro dengan penelitian penulis yaitu pendekatan yang digunakan untuk

mengkaji estetika pada karya. Dalam penelitiannya Yudo April Asmoro

menggudakan teori Weitz Morris sedangkan penulis menggunakan teori

Herbert Read dalam rangka membedah lukisan I Wayan Pengsong.

Kesamaan beberapa elemen yang dikaji menjadikan penelitian ini relevan

dengan penelitian penulis. Bahwa isi dari karya seni adalah semua unsur dari

karya seni lukis tersebut.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut (moleong 1998:3),

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan

gambaran yang lebih jelas tentang situasi sosial.

Penelitian ini dapat mengungkapkan lebih spesifik dengan memusatkan

perhatian kepada riwayat hidup I Wayan Pengsong dan bagaimana kajian

estetika pada lukisan I Wayan Pengsong.

3.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Lombok. proses observasi

dan proses lainnya menyesuaikan dengan situasi narasumber untuk

kelengkapan data penelitian. Selain itu untuk melengkapi kebutuhan seperti

foto karya yang tidak didapatkan secara langsung penulis dapatkan melalui

jejaring sosial seperti internet, youtube dan buku-bukut terkait.

21
22

3.3 Sumber data

Dalam Penelitian ini melakukan proses penggalian sumber data dengan

memperhatikan beberapa aspek. Aspek tersebut adalah menentukan siapa yang

akan diwawancarai sebagai informan atau narasumber. Menentukan tempat

dan mencari data lebih lanjut.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

memiliki keterkaitan dengan I Wayan Pengsong, baik keluarga, kerabat atau

orang yang pernah meneliti tentang I Wayan Pengsong sebelumnya.

Adapun Sasih Gunalan adalah narasumber atau informan yang pertama

dalam mengumpulkan data penelitian ini. Sasih Gunalan adalah dosen DKV di

Universitas Bumi Gora, Lombok yang sekaligus adalah kurator di Lombok.

Beberapa tulisannya tentang I Wayan Pengsong juga mempermudah penulis

dalam mengumpulkan data. Adapun data yang di dapatkan yaitu beberapa dari

hasil pertanyaan yang sudah dipersiapkan penulis seperti bagaimana riwayat

kehidupan seniman I Wayan Pengsong dan konsep dalam karyanya.

Mantra Ardana merupakan narasumber kedua penulis. Dia adalah anak

dari I Wayan Pengsong selain itu Mantra Ardana merupakan seniman yang

turut berpengaruh di Lombok. Adapun data yang didapatkan dari wawancara

dengan Dia adalah proses kreatif dan konsep karya dari I Wayan Pengsong,

dan dokumentasi foto karya I Wayan Pengsong.

I Wayan Gredeg, S.Sn. adalah narasumber ketiga penulis. Data yang

didapatkan yaitu perjalanan berkesenian I Wayan Pengsong dan buku

Pengsong.
23

Menentukan karya lukisan dari Pengsong juga sebagai sumber data yang

dipilih. Dokumen tertulis yang merupakan sumber tambahan penelitian yang

didapatkan dari: buku, tesis, skripsi, jurnal, artikel, data internet maupun

dokumen pribadi yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan informasi yang relevan dan berkaitan sebagai bahan referensi

dalam kajian dan membantu menyusun kerangka teoritis.

Teknik Cuplikan (Sampling)

Sutopo (2006:62) menjelaskan bahwa teknik cuplikan dilakukan dengan

pemilihan dan pembatasan jumlah serta jenis dari sumber yang akan

digunakan dalam penelitian. Karena dalam menentukan sumber data, peneliti

harus memutuskan siapa narasumber atau informan yang tepat. Serta

dokumen apa yang akan dikaji sebagai sumber informasi sehingga dapat

dijamin kemantapannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Pengambilan

informan/sampel sebagai sumber data dilakukan dengan cara purposive dan

snowball sampling.

Menurut Sugiono (2009), pengambilan sampel sebagai sumber data

dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif,dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.

Dari teknik pengambilan sampel yang dilakukan, peneliti mendapatkan

19 karya yang diambil dari internet dan buku Pengsong yang memuat

perjalanan berkeseniannya dan foto karya, sebagai berikut:


24

1. Lukisan Yang Berjudul: Sorong Serah, 2006. Oil On Canvas (60x100

Cm)

2. Lukisan Yang Berjudul Upacara Sorong Serah (Sorong Serah

Ceremony), 2012. Mixed Media On Canvas (105x120 Cm)

3. Lukisan Yang Berjudul “Figur Wanita”. Oil On Canvas. 100x80 Cm.

4. Lukisan Yang Berjudul “Study Wanita”. 49x49 Cm. 0il On Canvas.

1998.

5. Lukisan Berjudul “Pasar Di Bali”, 1991. Mixed Media On Canvas.

(81x100 Cm)

6. Lukisan Berjudul “Cuci Beras”. 100x80 Cm. Oil On Canvas, 1995.

7. Lukisan Berjudul “Istirahat”. 103x103 Cm. Oil On Canvas, 1998.

8. Lukisan Yang Berjudul “Di Pasar”, 100x80 Cm, Oil On Canvas,

1996.

9. Lukisan Yang Berjudul “ Gadis”, 55x78.5 Cm, Oil On Canvas, 1998.

10. Lukisan Berjudul “ Gadis Dan Kucing”, 78.5x55 Cm, Oil On

Canvas, 1998.

11. Lukisan Berjudul “Ibu Dan Anak”, 72.5x72.5 Cm, Oil On Canvas,

1989.

12. Lukisan Berjudul “ Study Wanita”, 49x49 Cm. 0il On Canvas. 1998.

13. Lukisan Berjudul “Gadis Nelayan”, 100x60 Cm, Oil On Canvas,

1995.

14. Lukisan Berjudul “Nude”, 100x80 Cm, Oil On Canvas, 1998.

15. Judul Karya: “Gadis Lombok”, 1999. Oil On Canvas (60x45 Cm)

16. Judul Karya: “Wanita Lombok”, 1999. Oil On Canvas (80x106 Cm)
25

17. Judul Karya: “Panen”, 2012. Mixed Media On Canvas (100x120 Cm)

18. Judul Karya: “Penjual Buah”, 1999. Oil On Canvas (50x40 Cm)

19. Judul Karya : Angel 1- Kedamaian Dan Keindahan, 2008. Uk

(60x118cm)

19 satu karya yang terpilih di atas didapatkan berdasarkan prinsip yang

digunakan dalam analisis data serta mengacu pada kesesuaian dengan konsep

Read.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah dalam suatu aktivitas, sebab

kegiatan ini sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Karena

kevaliditas nilai sebuah penelitian sangat ditentukan adanya data. Apabila data

yang diperoleh itu benar, maka akan sangat berarti sekali bagi penelitian.

Dalam usaha untuk mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian kali

ini. Peneliti memperolehnya melalui tiga cara, yaitu:

3.4.1 Wawancara

Salah satu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah wawancara. Dimana teknik ini merupakan teknik

pendukung untuk mendapatkan informasi terkait I Wayan Pengsong

maupun karya seniman.

Meskipun penulis tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

wawancara langsung dengan seniman terkait yaitu I Wayan Pengsong.


26

tetapi penulis telah memilih beberapa narasumber yang memiliki

keterkaitan dengan seniman.

Sasih Gunalan adalah narasumber atau informan pertama yang

diwawancarai. Adapun data yang dikumpulkan pada narasumber/informan

pertama antara lain; riwayat hidup I Wayan Pengsong, pengalaman,

pendapat dan beberapa informasi yang terkait data seniman. Penulis

memilih Sasih Gunalan sebagai narasumber pertama dalam penelitian ini

karena dia banyak menulis tentang I Wayan Pengsong. Sebagai syarat

kelulusannya pada pendidikan magisternya dia juga membahas tentang

perkembangan seni rupa di Lombok. Dimana Pengsong juga termasuk

seniman yang membawa pengaruh besar pada peta seni rupa di Lombok.

Adapun informan yang kedua adalah Mantra Ardana. Penulis merasa

harus menjadikan dia sebagai narasumber pada penelitian ini. dia adalah

anak dari Pengsong yang juga mengikuti jejaknya sebagai seniman.

Wawancara dilakukan secara informal dengan beberapa pertanyaan yang

sudah dipersiapkan oleh penulis. Beberapa yang menjadi pertanyaan

penulis selama mewawancarai Dia dan data yang diperoleh adalah proses

kreatif dan konsep karya lukis I Wayan Pengsong serta dokumentasi karya.

Dan pendapat terkait pengaruh I Wayan Pengsong selaku pelukis pada

perkembangan seni rupa di Lombok. Selama wawancara penulis juga

menggunakan teknik dengan recording untuk menjaga keabsahan

informasi.

Dan informan yang ketiga adalah I Wayan Geredeg. Dia juga

merupakan anak pertama dari Pengsong. kedua anak Pengsong turut


27

mengambil peran dalam perkembangan seni rupa di Lombok. Dalam

wawancara terbuka ini Wayan Geredeg memberikan informasi penting

terkait perjalanan I Wayan Pengsong dan data pendukung untuk

kelengkapan penelitian penulis seperti buku.

Melalui wawancara ini penulis berusaha mendapatkan informasi

sejelas mungkin. Wawancara dilakukan dengan proses Tanya jawab

langsung dengan narasumber.

3.4.2 Dokumentasi

Dokmentasi merupakan teknik pengumpulan sumber data melalui

benda-benda yang ada, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Dalam

mengupayakan hal ini, Peneliti juga berusaha mendokumentasikan segala

hal yang diperlukan dalam proses penelitian, mulai dari mencari, melihat

langsung ataupun menulis dalam bentuk data.

Pada teknik ini penulis berusaha mendokumentasikan segala bentuk

kegiatan selama proses pencarian data baik ketika wawancara dengan

narasumer maupun memfoto karya sebagai bukti dan menjaga keakuratan

data. Penulis melakukan video, recording dan foto sebagai bentuk

pengaplikasiannya.

3.4.3 Kepustakaan

Analisis dokumen merupakan teknik pengumpulan data dari berbagai

sumber dalam bentuk dokumen dan tulisan yang relevan untuk menyusun

konsep penelitian serta mengungkap objek penelitian.


28

Teknik ini memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas

atau dibicarakan oleh peneliti atau penulis. Teori–teori dan hipotesis yang

mendukung permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan dan

metode atau metodelogi yang sesuai.

Penelitian ini melakukan pengumpulan data dan menggali informasi

dari dokumen yang relevan terkait dengan penelitian dan seniman serta

analisis atau kajian karya lukisannya yang bersumber dari buku, jurnal,

tesis, artikel, dll. Kemudian data yang didapatkan penulis dari sumber yang

sudah disebutkan di atas penulis gunakan untuk memecahkan masalah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dimaksud disini adalah alat atau media yang digunakan

pada proses pengambilan data penelitian. Beberapa alat dan media yang

digunakan sebagai berikut:

3.5.1 Alat rekam, ketika proses wawancara, penulis tidak lupa merekam

narasumber untuk menjaga detail informasi. alat yang digunakan

untuk merekam adalah HP penulis sendiri.

3.5.2 Note book, buku catatan mini menjadi penunjang selama pengambilan

data untuk mencatat informasi-informasi penting yang disampaikan

narasumber atau informan.

3.5.3 Kamera, kamera untuk dokumentasi dengan narasumber maupun

untuk mengambil gambar karya seniman.


29

3.6 Teknik Analisis

Seperti halnya dengan teknik pengumpulan data, analisis data juga

merupakan bagian yang paling penting dalam penelitian, karena dengan

analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penilitian.

Analisis data dapat diartikan sebagai upaya dalam pengolahan

data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat data yang

diteliti tersebut dapat dengan mudah dipahami

Teknik analisis data dalam penelitian ini memakai model yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994:12) yang membagi kegiatan

analisis menjadi beberapa bagian yaitu:

3.6.1 Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih data yang sudah terkumpul sesuai dengan

infrerensial datanya, kemudian diperinci sehingga menjadi data yang

akurat. Langkah dalam reduksi data adalah:

3.6.1.1 Identifikasi Data

Adapun pada tahap ini adalah kegiatan menyeleksi data. Dalam

penelitian ini satuan data yang diambil adalah lukisan I Wayan

Pengsong. Dari beberapa lukisan lalu diseleksi untuk mendapatkan

karya yang relevan dengan yang akan dikaji. Hasil dari identifikasi

data ini penulis mendapatkan 19 karya saja.


30

3.6.1.2 Klasifikasi Data

Perincian data dengan cara mengklasifikasikan beberapa data

berdasarkan dengan kesesuaian objek dengan teori. Pada taham ini

penulis mengklasifikasikan dalam satu teori elemen unsur seni rupa,

penulis mengkaji 3 atau 4 karya saja.

3.6.1.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara teks yang bersifat naratif,

yaitu dengan mendeskripsikan dan menguraikan sesuai dengan

tinjauan dan tujuan penelitian.

3.6.2 Sajian Data

Penulis menyajikan data penelitian dalam bentuk naratif atau

penjelasan dalam bentuk tulisan paragraf. Menurut penulis, penyajian data

penelitian kualitatif lebih memudahkan bagi pembaca untuk dapat

memahami isi penelitian.

3.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian guna menjawab

masalah yang telah dirumuskan. Akan tetapi kesimpulan tersebut bukan

merupakan kesimpulan final mengingat ketidaksempurnaan dari awal

hingga akhir penelitian ini agar barang siapa saja yang ingin melakukan

penelitian tentang kajian estetika khususnya pada karya seni lukis dapat

melakukannya dengan lebih mudah, efektif dan efisien.


31

Singkatnya model analisis ini yaitu pertama mencatat semua temuan di

lapangan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, berikutnya

yaitu menelaah kembali catatan hasil pada tahap sebelumnya serta

menyeleksi data yang memang diperlukan pada penelitian ini, penyajian

atau membuat analisis akhir dalam bentuk laporan hasil penelitian, dan

pada tahap akhir yaitu membuat kesimpulan dari keseluruhan penelitian.

Penulis mengembangkan baganmodel analisis data sesuai dengan apa

yang telah dilakukan oleh penulis. Berikut bagannya:


32

LUKISAN I WAYAN PENGSONG:


SEBUAH KAJIAN ESTETIKA
HERBERT READ

Rumusan masalah
1. Riwayat hidup I Wayan
Pengsong.
2. Bagaimana kajian Estetika
lukLukisan I Wayan Pengsong

Teknik pengumpulan data

wawancara Dokumentasi Studi Pustaka

Pemilihan
Data

Mendeskripsi
Verivikasi
kan
Karya

Penarikan
Kesimpulan
Bagan 3.1. Bagan analisis data
BAB IV

ISI

4.1 Riwayat Hidup I Wayan Pengsong (1943-2016)

Gambar 4.1 I Wayan Pengsong. Sumber:https:/www.netralnews.com

I Wayan Pengsong adalah Seniman kelahiran 15 Desember 1943, di

Cakranegara yang merupakan daerah yang teletak di Lombok Barat. Ia lahir

dari pasangan I Wayan Gede dan Ni Wayan Darti. Dari kecil I Wayan

33
34

Pengsong sudah akrab dengan dunia seni karena pengaruh dari lingkungan dan

keluarga. Ayahnya adalah seorang tukang kayu dan pembuat perlengkapan

upacara adat ngaben seperti wadah/babe dan industri rumah tangga yang juga

turut membentuk dirinya menjadi seorang seniman.

Riwayat pendidikan I Wayan Pengsong ditempuh di Lombok. Pada tahun

1951 Pengsong menempuh studi pertamanya di Sekolah Rakyat No. 4

Cakranegara. Hingga menginjak kejenjang pendidikan berikutnya di SMP

Katholik Cakranegara pada tahun 1957. Dan dilanjutkan ke Sekolah Guru

Atas (setingkat SPG) Negeri Mataram pada tahun 1959. Dalam hal ini bakat

melukisnya sudah mulai terlihat dan dikembangkan. Terlihat dari

ketertarikannya pada mata pelajaran Seni Rupa dan dibuktikan ketika

karyanya dibawa oleh gurunya untuk diapresiasi ke Sekolah-Sekolah lain.

Pada tanggal 15 Desember 1967, Pengsong menikah dengan Ni Nengah

Sri Wardani. Mereka dikaruniai tiga orang anak. I Wayan Gede Geredeg

adalah anak pertama mereka yang lahir pada 21 Januari 1969. Ni Made Sri

Herawati adalah anak kedua Pengsong dan I Nyoman Putra Ardhana adalah

anak ketiga mereka.

Pengsong dikenal sebagai seorang pekerja keras dan memiliki semangat

yang mendalam dalam menekuni bidangnya yaitu melukis. Hasil wawancara

dengan Mantra Ardana bahwa sebelum aktif melukis I Wayan Pengsong

pernah membuat poster untuk film-film, membuat taman dan bekerja di

maebel. Kemudian Pengsong mulai aktif berkesenian dan sudah mengikuti

banyak pameran bersama dan pameran tunggal.


35

Sebelum namanya dikenal sebagai seorang seniman, Pengsong menempuh

perjalanan yang panjang dan tidak mudah. Kehadirannya dikancah kesenian

yang bergelut di bidang Seni lukis menjadi ikon penting dalam perjalanan seni

rupa di Lombok, NTB. Dia membawa pengaruh yang cukup besar pada peta

seni rupa di Lombok. Sampai saat ini banyak seniman muda yang menjadikan

karya Pengsong sebagai kiblat dalam berkarya. Pengsong memiliki semangat

yang luar biasa dalam berkaya.

Gambar 4.2, 4.3: sumber buku pengsong

Dalam buku ini dipaparkan bagaimana perjalanan berkesenian Pengsong

dan kegiatan berparmeran yang pernah diikuti.

Aktifitas berkeseniannya yaitu:

1963 : Pameran Bersama di GNI Mataram.

1972 : Pameran Tunggal di Mataram.


36

1973 : Pameran Tunggal di Gedung Wanita, Mataram.

1974 : Pameran Bersama di Mataram.

1975 : Pameran Bersama di Hotel Suranadi Lombok.

1976 : Pameran Bersama di Hotel Suranadi Lombok.

1977 : Pameran Tunggal di Mataram.

1983 : Pameran Bersama di Gelanggang Mahasiswa Lombok.

1985 : Pameran Bersama di Bentara Budaya Yogyakarta.

1987 : Pameran Lukisan BKKN di Hotel Granada Mataram Lombok.

Pameran Bersama yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian

Ditjen Kebudayaan Depdikbud di TIM Jakarta.

1988 : Pameran Bersama “Kelompok 4” di Darwin Australia.

1988 : Pameran Bersama TRIENALE di Art Center Bali.

Pameran Seni Rupa dan Desain di Museum Negeri Mataram NTB.

1989 : Pameran Bersama Sanggar Kamboja di Museum Denpasar Bali.

Pameran Bersama di art Center denpasar Bali.

Pameran Bersama Sanggar Kamboja di Mitra Budaya Bali.

Pameran dalam ranngka pameran pembangungan di solong

Lombok timur.

1991 : Pameran dan Bursa Lukisan di Hotel Hilton Jakarta.


37

Pameran Bersama di Padma Legian Bali.

Pameran Bersama di Art Center Bali.

Pameran Bersama Sanggar Kamboja di Balai Budaya Jakarta.

1992 : Pameran Lukisan “Sosok Wanita” di Andi’s Gallery Jakarta.

1993 : Pameran Bersama ‘Sapuan Impresionistik’ di MON Décor Gallery

Jakarta.

Mendapat penghargaan Hadiah Seni Dari Gubernur NTB.

1994 : Pameran Lukisan ‘Sosok Wanita 2’ Di Andi’s Gallery Jakarta.

Pameran Bersama GEBYAR SENI 94 di Mon Décor Gallery,

Jakata.

1995 : Pameran Dan Bursa Di YSRI Jakarta.

Pameran Lukisan FIGURATIF di Andy’s Gallery Jakarta.

1996 : Pameran Dan Bursa di YSRI Jakarta.

Pameran Sketsa di Taman Budaya NTB.

1997 : Pameran ‘Dana Punia’ Di Pengsong Art Gallery Cakranegara.

Pameran dan Bursa di YSRI Jakarta.

Pameran Lukisan dan Patung BAB (Bulan Apresiasi Budaya) IV di

Taman Budaya NTB.


38

1998 : Pameran Koleksi Depdikbud di Gedung Pameran Depdikbud RI

Jakarta.

Pengsong mengembangkan karirnya sebagai seniman dengan mengikuti

banyak pameran bersama maupun pameran tunggal selama hidupnya. Sebagai

pelukis yang cukup ternama, pada tahun 2019 lalu Almarhum Pengsong

dianugerahi penghargaan “Erkaem Award 2019 Tribute To Pengsong” oleh

komunitas gerakan gerilya kesenian rumah kucing montong atau biasa disebut

eRKaeM. Erkaem Award ini merupakan program yang digagas sekelompok

seniman di Lombok untuk memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada

seorang pengkarya seni. (Ujianto, 2019)

Pengsong tidak mendapatkan pengalaman pendidikan seni rupa secara

formal. Dia tidak pernah mengenyam Pendidikan Tinggi Tetapi dia

mendapatkan pengetahuan tambahan dari salah satu seniman akademik yang

juga merupakan pelopor seni rupa di Lombok yaitu I Gusti Lanang Kebon.

Keberadaan anak-anaknya yang sekaligus lulusan pendidikan tinggi juga

memberikan sumbangsih kepada Pengsong dalam menemukan perspektif

baru pada karyanya.

Dalam wawancara secara langsung dengan narasumber Sasih Gunalan

yang juga merupakan kurator di Lombok berpendapat bahwa :

kalau saya melihat Pengsong secara individu memiliki peran


penting pada peta seni rupa di Lombok atau di NTB, karena kalau
kita melihat bahwa pensong itu memiliki isme tersendiri. Saya
menyebutkan Pensong sebagai seniman yang mengembangkan
corak beauty parler karena beberapa karya pengsong itu selalu
menghadirkan figur wanita yang dirias”. (Sasih Gunalan,
wawancara, 01 Januiari 2020)
39

Namun pada Kamis, tanggal 11 Agustus 2016 silam sang maestro

menghembuskan nafas terakhirnya. Dia telah meninggalkan Lombok dengan

menitipkan kejayaan melalui karya-karyanya yang telah mendapat

penghargaan di dunia kesenimanan (Seni Lukis) di Tanah Air.

Dalam hidupnya Pengsong merekam setiap jejak kehidupannya menjadi

sesuatu yang harus disyukuri dan dinikmati. Pada wawancaranya yang terakhir

oleh pihak GALNAS yang dipublikasikan pada tanggal 27 november 2016

sebelum kepergiannya, Ia mengungkapkan bahwa melukis adalah bagian dari

jiwanya. Semangatnya yang membara berharap dapat menjadi inspirasi bagi

kalangan seniman-seniman muda saat ini. baginya melukis adalah kenikmatan

tersendiri. Dia menikmati setiap goresan yang dia ciptakan.

Seniman sebagai kreator seni tentu memiliki latar belakang yang

bervariasi. Terkhususnya pada proses pelahiran kreasi seni sangat memberi

peluang bagi pengembangan pribadi seniman. Inilah yang menyebabkan

terwujudnya berbagai bentuk karya seni dalam gaya individu masing-masing

seniman.

Apapun bisa dijadikan inspirasi dalam melukis. Tetapi Pengsong

mengungkapkan dalam sebuah wawancaranya bahwa dia sangat senang

menjadikan figur wanita sebagai objek dalam karyanya. Dia mengatakan

bahwa “saya sangat senang melukis figur wanita. dulu saya langsung saja

melukis di Pasar, tempat-tempat keramaian, upacara-upacara adat”.

(wawancara I Wayan Pengsong sumber: dari youtube).

Dalam wawancara yang sama, pengsong juga mengungkapkan: “saya

banyak melukiskan melodi dan irama. Melodi-melodi kesusahan dan


40

kesenangan. Saya menikmati setiap prosesnya. Saya merasakan betapa

indahnya melukis, nikmatnya itu luar biasa”. (wawancara I Wayan Pengsong

sumber: youtube).

Melalui ungkapan Pengsong di atas dapat diartikan bahwa untuk

menciptakan karya tidak hanya sebatas menuangkan ide melainkan ada

perenungan di dalamnya. Kedalaman rasa dan penghayatan terhadap

kehidupan.

Spirit yang luar biasa serta hidup yang membuat Pengsong belajar banyak

hal. Pada dasarnya tema-tema lukisannya dalam perkembangan tidak banyak

berubah yaitu memperlihatkan kebanyakan Pasar-Pasar, Bale Lumbung,

sentuhan dekoratif dan figur wanita sebagai objek.

Objek-objek lain yang dihadirkan pengsong banyak mendapatkan inspirasi

dari Lombok selatan. Entah dari alam, kehidupan sosial, pasar, upacara adat di

Lombok.

4.2 Kajian Estetika Lukisan I Wayan Pengsong

Seperti yang dijelaskan pada kajian teori, bahwa secara etimologi

Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetikos yang berarti keindahan,

sensitivitas, kesadaran, berkaitan dengan persepsi sensorik, yang mana

merupakan turunan dari aisthanomai yang berarti saya melihat, meraba,

merasakan. Dengan demikian, sederhananya yang dapat penulis tangkap

adalah estetika merupakan pengukuran sebuah keindahan akan sebuah karya

seni.
41

Bambang (2012:27) dalam jurnal yang ditulis oleh Puspitasari

menjelaskan bahwa estetika dimaksud sebagai aesthesis, yaitu persepsi yang

dibentuk oleh sensibilitas. (Puspitasati, 2017:29)

Secara keseluruhan Pengsong menghadirkan estetika tersendiri dalam

lukisannya. Ukuran keindahan dalam penelitian ini akan dilihat dari unsur

kebentukan yang tercipta dalam lukisan Pengsong. Penilaian estetis pada

lukisan pengsong akan dilakukan dengan melihat keindahan pada objek

lukisan atau yang bersifat material. Yang berhubungan dengan elemen-

elemen yang tercipta pada lukisannya. Dari hasil pengamatan terhadap

lukisan-lukisan Pengsong ternyata banyak terdapat elemen-elemen seni rupa

seperti garis, warna, bentuk dan lain-lain hadir dalam lukisannya.

Sesuai dengan teori yang digunakan untuk mengkaji lukisan Pengsong

yaitu teori estetika menurut Herbert Read. Pandangan Read tentang kaidah

keindahan yaitu perasaan yang dikomunikasikan melewati bentuk-bentuk

tertentu. Unsur kebentukan seni adalah kesadaran estetiknya. Pengsong

menginvestasikan perasaanya pada lukisannya, emosi yang disalurkan untuk

membuat bentuk-bentuk yang baik.

Lukisan I Wayan Pengsong kerap kali hadir dengan membawa aroma etnik

Lombok. Khas Lombok sangat lekat pada lukisannya. Sehingga banyak

lukisannya hadir dengan berbagai bentuk. Karya-karyanya lahir dari

pengalaman hidup yang dialami maupun ditemuinya. Nilai-nilai estetis dalam

lukisan Pengsong akan membawa kita untuk mencerna, dan merasakan yang

ingin disampaikan oleh seniman. Bahkan secara visual, Pengsong


42

menciptakan karyanya dengan cukup unik. Elemen-elemen seni rupa hadir

dengan sentuhan khas Pengsong.

Karya seni merupakan pandangan kehidupan batiniah pencipta. Oleh

karena itu, Pengsong tidak mewujudkan lukisannya sekedar sebagai wujud

lahiriah semata, tetapi lebih dari itu. Semacam ada komunikasi lekat di

dalamnya.

Berikut kajian estetika lukisan I Wayan Pengsong:

Judul karya : Sorong Serah

Tahun : 2006

Media : Oil on canvas

Ukuran : 60x100 cm

Gambar 4.4. “sorong serah”. Sumber: https://www.artnet.com/artists/i-


wayan-pengsong/

Karya yang berjudul “Sorong Serah” yang bertemakan suasana prosesi

adat, Pengsong melukiskan suasana masyarakat yang sedang melakukan ritual


43

adat dimana kegiatan ini hanya dilakukan ketika upacara adat perkawinan di

Lombok.

Sentuhan dekoratif kerap muncul menghiasi lukisan Pengsong. Hal ini

dapat dilihat dalam beberapa karyanya. Hal itu hadir sebagai bentuk

pengembangan bagi objek-objek yang lain.

4.2.1 Warna;

Warna disini berperan menjadikan lukisan tampak nyata. Pengsong

menyapukan warna dalam lukisannya dengan leluasa dan sangat variatif.

Dia menampilkan berbagai warna yang dikombinasikan. Warna hijau

kebiru-biruan dan warna gelap mendominasi pada karya ini. warna-warna

terang hanya ditunjukkan pada beberapa sentuhan saja seperti figur wanita

dengan ukuran paling besar yang diberikan warna putih terang dibagian

kulit dan dadanya menunjukkan sebagai point center dan kain yang

mengikat di pinggangnya yang berwarna orange, merah gelap.

Permainan gradasi warna (hijau-putih, orange-merah, hijau-biru,

merah-hitam, merah ungu) dan kesatuan warna lain yang hadir menjadi

warna objek ataupun latar belakang telah membentuk harmoni yang

menarik untuk dilihat.

Selain itu warna orange, kuning dan kemerahan juga ditampilkan pada

bentuk lain seperti pada pohon, figur manusia dan bentuk lainnya pada

karya tersebut.
44

Gambar 4.5: “Upacara Sorong Serah. sumber:


https://www.artnet.com/artists/i-wayan-pengsong/

Jika warna pada karya sebelumnya menjadikan warna dingin lebih

dominan, maka lukisan pada gambar 4.5 yang berjudul “Upacara Sorong

Serah” (2012. Mixed Media On Canvas,105x120 Cm) berikut menjadikan

warna-warna panas sebagai kontras. Warna dalam lukisan ini cenderung

diolah dengan tegas. intensitas cahaya yang kuat. Warna divisualisasikan

dominan warna panas. Perpaduan warna merah terang, kuning, biru, ungu,

jingga, gelap dan kesan warna putih terang pada figur dan latar belakang

lukisan.

Permainan warna dalam lukisan ini terlihat dibentuk dengan menumpuk

namun teratur sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Akibat dari

penumpukan tersebut sehingga terbentuk kesan bidang dan garis semu.


45

4.2.2 Garis;

Unsur adalah bagian terkecil dari sesuatu yang membentuk kesatuan

sistem. Garis mamberikan representasi struktur, bentuk dan bidang. Garis

dalam lukisan Pengsong hadir sebagai kontur sekaligus memberi

penegasan bentuk-bentuk yang ditampilkan.

Judul karya : Figur Wanita

Media : oil on canvas

Ukuran : 100x80 cm

Tahun : 1996

Gambar 4.6. “Figur Wanita” sumber: buku Pengsong

karya yang berjudul “figur Wanita” di atas adalah salah satu diantara

sekian karya yang bertajuk sama. Pengsong menghadirkan sosok wanita

dengan pose duduk yang sedang memeluk lututnya dengan ekpresi wajah

yang sendu. Keberadaan sosok wanita dalam karya Pengsong muncul bukan

tanpa alasan. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan pada wawancaranya
46

bahwa Dia merindukan sosok ibu. Pengsong mengibaratkan wanita sebagai

cerminan kasih sayang.

Sentuhan dekoratif menjadi tidak asing pada karya Pengsong. Selain

bentuk figur manusia terlihat pengsong juga menghadirkan bentuk hewan

yang mengabur pada latar belakang lukisan yang dibentuk dengan sentuhan

garis nyata meskipun tidak terlalu diperjelas. Terlihat pada gambar yang

sama:

Pada karya tersebut didominasi oleh garis nyata berupa kontur. Selain itu

terdapat garis lurus, lengkung dan gabungan. Garis yang dibentuk sebagai

outline pada figur wanita sangat detail dan menjadikan figur wanita sebagai

kontras pada karya tersebut. Hal itu dipertegas dengan posisi figur wanita

yang sentral dan mencolok dengan sentuhan warna yang soft.

Karakter yang mirip juga dihadirkan pengsong pada lukisan yang berjudul

“Study Wanita”, 49x49 cm, oil on canvas, karya tahun 1988 dan karya yang

berjudul “Pasar Di Bali” karya tahun 1991.


47

Gambar 4.7. “Study Wanita”. sumber: buku Pengsong.


Gambar 4.8. “pasar di bali”. Sumber: https://www.artnet.com/artists/i-
wayan-pengsong/

Judul karya : “Study Wanita” Judul Karya : “Pasar Di Bali”

Media : Oil On Canvas Media : Mixed On Canvas

Ukuran : 49x Cm Ukuran : 81x100 Cm

Tahun : 1996 Tahun : 1991

Tampilan wanita-wanita cantik pada karya Pengsong menjadi terapi

bagi penikmat seni. Wanita-wanita pada ketiga karya tersebut jelas adalah

objek. Permainan tekstur pada latar lukisan yang berjudul “Studi Wanita”

menunjukkan adanya kesan garis. Keberadaan garis yang muncul akibat

perpaduan warna maupun kesinambungan antara satu titik dengan titik

yang lain yang ditampilkan pengsong mampu memberikan gambaran

suasana yang berbeda.

Dengan demikian garis yang dimunculkan pada ketiga karya di atas

menimbulkan kesan yang berbeda. Namun tidak menghilangkan nilai

estetik yang ada. Elemen garis yang terdapat pada karya tersebut tentu
48

tidak berdiri sendiri. Beberapa unsur berkesinambungan membentuk karya

yang tidak biasa.

4.2.3 Bentuk (Form)


Atas pengalamannya menjajaki berbagai tempat mulai dari

pedalaman sampai pesisir pantai, dari sini banyak diperoleh dalam

karyanya; bilik-bilik rumah adat dan lumbung-lumbung padi, wanita

dalam balutan khas pakaian adat Lombok, dan upacara-upacara adat.

Gambar 4.9. “Cuci Beras”. Sumber: buku Pengsong.

Judul karya : “Cuci Beras”

Media : oil on canvas

Ukuran : 100x80 cm

Tahun : 1995
49

Tidak hanya gradasi warna tetapi perspektif bentuk merupakan kunci

utama terbentuknya kesan kedalaman ruang. Bentuk gabungan bidang-

bidang membentuk ruang dan adanya sudut pandang yang membentuk

perspektif.

Bentuk yang disajikan pada karya ini tidak semata-mata hadir berdiri

sendiri melainkan dari kesatuan unsur-unsur yang telah diolah sedemikian

rupa sehingga membentuk kesan ruang. Pada lukisan tersebut Nampak

bidang geometri yang ditunjukkan kepada bale lumbung dan benda yang

di atas kepala figur manusia. Dan bidang non geometri terdapat pada figur

manusia itu sendiri.

Hal serupa juga terdapat pada lukisan di bawah ini yang berjudul

“Istirahat”.

Gambar 4.10 “Istirahat”. Sumber: buku Pengsong.

Lukisan yang bertema “Istirahat” (103x103 Cm, Oil On Canvas,

1998) di atas memperlihatkan lagi-lagi figur wanita yang sedang duduk

dengan posisi kepala menoleh ke kanan. Setumpuk padi yang sudah


50

dipanen di sampingnya. Suasana yang digambarkan adalah sekelompok

orang yang sedang memanen padi di sawah.

kesan ruang yang ditimbulkan akibat gabungan bidang-bidang

Nampak pada area perkampungan.

Gambar 4.11. “Di Pasar”. Sumber: buku Pengsong.

Judul Karya : Di Pasar”

Ukuran : 100x80 Cm

Media : Oil On Canvas

Tahun : 1996

Ketiga lukisan di atas masing-masing dengan menghadirkan tajuk

yang berbeda tetapi akibat pengulangan bentuk dan kesan cahaya telah

membentuk ruang memberikan variasi tersendiri pada karya ini. dengan


51

penempatan bentuk manusia (figur), objek Bale Lumbung, objek pohon

dan bentuk lain adalah kesatuan bentuk yang harmoni.

Perhatian ruang juga terlihat pada dua lukisan di bawah ini yang

berjudul “Gadis Dan Kucing (78.5x55 Cm, Oil On Canvas, 1998) dan

lukisan “Gadis” (55x78.5 Cm, Oil On Canvas, 1998). hal ini dilihat dari

cara pengsong memperhitungkan bidang sebagai ruang dwimatra dengan

adanya pembagian ruang gambar. Susunana bidang tersebut tidak

dimaksudkan untuk memperlihat kedalaman ruang, tetapi menunjukkan

bidang yang datar.

Lihat gambar di bawah:

Gambar 4.12 “gadis” dan gambar 4.13 “Gadis Dan Kucing”. sumber: buku
Pengsong.

4.2.4 Motif-motif strultural

Motif-motif struktural ini adalah pembentukan internal karya seni,

misalnya garis, bentuk, warna dan tekstur atau unsur lainnya. Motif-motif
52

struktural ini biasanya terbentuk dari hasil pemilihan yang serius maupun

tidak oleh seorang seniman.

Dalam lukisan Pengsong terlihat motif-motif struktural ini terbentuk

pada sisi sebelah kiri lukisan. Lihat pada gambar 4.14 yang berjudul “Ibu

Dan Anak” (72.5x72.5 Cm, Oil On Canvas, 1998) pada gambar sebelah

kanan yang sudah penulis zoom. Hasil gabungan dari unsur garis dan

bentuk yang hadir menjadi Bale bengong.

Gambar 4.14 “Ibu Dan Anak” sumber: buku Pengsong.

Hal serupa juga hadir pada lukisan di bawah ini:

Gambar 4.15 “Study Wanita”. Sumber : buku pengsong.


53

Judul Karya : “Study Wanita

Ukuran : 49x49 Cm

Media : Oil On Canvas

Tahun :1988

Sususan dari garis yang terbentuk melingkar, lengkung dan adanya

tekstur yang tersusun secara teratur. Hal ini dilakukan secara berulang-

ulang sehingga terbentuk berbagai pola seperti pada gambar. Pola yang

dimaksudkan yaitu penyebaran garis dan warna dalam suatu bentuk

bidang gambar. Tujuan struktural dari segala macam hal ini adalah

harmoni. Dimana harmoni sendiri merupakan kepuasan dari kesadaran

keindahan.

Pada dasarnya lukisan Pengsong cenderung mengarah pada bentuk

dekoratif atau dengan kata lain yaitu hiasan. Pengsong yang memiliki

darah Bali sudah lekat denga pola-pola seperti itu.

4.2.5 Nada (Tone)/ Irama


Perjalanan perkembangan karya Pengsong memang selalu

mengikuti perjalanan hidup. Sehingga apa yang dituangkan pada

karyanya tidak jauh dari kehidupan nyata, wanita-wanita, bahkan

Pengsong tidak melupakan alam sebagai bagian dari karyanya.

Judul karya : “Gadis Nelayan”

Media : Oil On Canvas


54

Ukuran : 100x60 cm

Tahun : 1995

Gambar 4.16. “Gadis Nelayan”. Sumber: buku Pengsong.

Selain perpaduan figur manusia dengan objek bale lumbung dan yang

lainnya pada karya sebelumnya, pengsong juga lihai mempadupadankan

figur manusia dengan alam. Seperti yang terlihat pada lukisan tersebut

yang berlatarkan laut dan pegunungan. Suasana yang memperlihatkan

kegiatan bernelayan. Proporsi dan anatomi pada lukisan ini sudah

mendekati kaidah naturalistik. Irama hadir dari repetitif arah yang terdapat

pada perahu layar dan air laut yang terlihat seperti bergerak berirama.

Irama juga hadir pada lukisan yang berjudul “Nude” (100x80 cm, oil

on canvas, karya tahun 1998). Meski dengan tajuk yang berbeda, pada

karya di bawah ini figur wanita mendominasi yang dibentuk dengan garis

kontur yang memperjelas objek. Dua figur wanita dengan pose yang

bertolak belakang. Figur wanita A yang berada pada posisi depan yang

menjadi center point yang hanya dibaluti oleh kain yang menutupi

dadanya sedikit dan yang digunakan sebagai penutup bagian bawah


55

wanita. dan figur B yang berada pada posisi latar dengan pose duduk

telanjang. Terlihat samar dengan pemilihan cahaya yang redup.

Lihat gambar di bawah:

Gambar 4.17 “Nude”. Gambar 4.18 “Gadis Lombok”


Sumber: buku Pengsong https://www.artnet.com/artists/i-wayan-
pengsong/

Irama hadir pada proporsi dan anatomi tubuh figur wanita. Sentuhan

kontras yang lembut dan lekukan tubuh yang memperlihatkan keluwesan,

lembut dan elok. Selain itu dengan adanya objek burung-burung pada

lukisan di sampingnya (“Gadis Lombok”, 60x45 Cm, Oil On Canvas,

1999) yang sedang terbang menimbulkan kesan irama yang menarik.


56

Gambar 4.19 “wanita Lombok”. Sumber: https://www.artnet.com/artists/i-


wayan-pengsong/

Lukisan diatas (“Wanita Lomobk”, 80x106 Cm, Oil On Canvas, 1999)

juga memiliki kesamaan kehadiran figur wanita dengan posisi saling

membelakangi. Mengambil konsep dengan penempatan komposisi serta

perbandingan proporsi antara figur wanita dengan objek lainnya adalah

irama yang mengalir.

4.2.6 Kesatuan (Unity)

Pengsong menjaga kesatuan kebentukan dan narasi dalam setiap

lukisannya. Dalam banyak lukisannya, Pengsong menghadirkan dari

objek hingga narasi yang coba dibangunmya merupakan sebuah kesatuan

tetang tema wanita, kehidupan sosial, dan lainnya.

dalam mengadaptasi antara alam, kehidupan dan wanita cenderung

saling melengkapi dan menyesuaikan diri. Terlihat jelas pada lukisan di

bawah ini:
57

Gambar 4.20 “Panen”. Sumber: https://www.artnet.com/artists/i-wayan-


pengsong/

Lukisan di atas yang berjudul “Panen” (2012. Mixed media on canvas,

100x120 cm). Pembangunan kesatuan yang dilakukan Pengsong juga

terjadi pada sebagian karyanya yang pada fase-fase tertentu menggunakan

warna senada. Seperti warna pastel, hijau, merah, abu-abu.

Gambar 4.21. “Penjual Buah” gambar 4.22. “Angel 1”


58

Lukisan pada gambar 4.21 yang berjudul “Penjual Buah” (50x40 Cm, Oil

On Canvas, 1999) dan lukisan di sampingnya yang berjudul “Angel 1-

Kedamaian dan Keindahan” (60x118 Cm, Oil On Canvas, 2008).

Kehadiran figur wanita selalu mengisi lukisan Pengsong. dari cara

Pengsong menampilkan figur wanita dalam lukisannya terkesan erotis. Hal ini

terlihat dari figur-figur tersebut dihadirkan dengan telanjang dada maupun

dengan tranfaran. Tetapi Pengsong merespon wanita dalam karyanya sebagai

sosok yang lembut dan penuh kasih sayang. Bahwa wanita sebagai sumber

kedamaian dan sebagai sumber kesuburan. Perwujudan wanita dalam

lukisannya sebagia bentuk keindahan dan keselarasan dengan konsep yang

dituangkan.

Pengolahan bentuk dengan memperhatikan proporsi dan perspektif,

ketepatan dalam menempatkan figur dengan objek yang lain, dengan

penggunaan warna serta adanya gradasi warna, menjadikan keseluruhan unsur

dalam elemen-elemen lain dalam lukisan Pengsong terkesan harmoni dan

menyatu.
59

BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

I Wayan Pengsong yang hadir sebagai pelaku seni yang sudah

digelutinya mulai dari tahun 1960-an menjadi aset bagi Lombok yang

kemudian menjadi tonggak kemajuan dibidang kesenian. Ia membawa nama,

budaya dan alam Lombok ke fora seni rupa nasional. Pengsong hadir

memberikan sumbangsih bagi peta seni rupa di Lombok. Dalam karya yang

Dia ciptakan telah menjadi terapi tersendiri bagi orang-orang.

Kehidupan yang dijalaninya kemudian menjadikan Lombok sebagai

sumber ilham dalam berkarya seni lukis. Dia menghadirkan berbagai latar

belakang konsep yang dihadirkan dalam karyanya. Pengsong mencoba

mentransfer roh Lombok pada karyanya. Ia menciptakan karya tidak hanya

sebatas menuangkan ide melainkan ada perenungan di dalamnya. Kedalaman

rasa dan penghayatan terhadap kehidupan.

I Wayan Pengsong menautkan Lombok bersama hatinya yang sudah

menjadi satu membawa dunia nyata dengan dunia lukis. Atas semangatnya
60

membawa budaya, lingkungan dan aktivitas masyarakat Lombok yang

memberikan banyak inspirasi. Karya-karya pengsong telah memberikan

kontribusi dalam membentuk gumpalan besar seni lukis Indonesia yang

indonesiawi.

Pada bagian ini penulis juga akan memberikan kesimpulan terkait

elemen-elemen seni rupa yang tercipta pada karyanya berdasarkan teori

Herbet Read yang sudah peneliti kaji.

Kesimpulan kajian estetika lukisan I Wayan Pengsong

Warna; elemen warna adalah yang palling dominan dalam lukisan

Pengsong. hal ini karena bagaimana Pengsong memainkan warna-warna yang

menarik dan sangat variatif. Warna yang hadir dalam lukisan pengsong jika

dilihat kembali yang terbagi menjadi beberapa fase. Fase abu-abu, pada

beberapa karyanya juga terlihat dengan warna pastel yang diinspirasi dari

tanah yang ada di Lombok. selain itu pada fase yang berbeda. Pengsong

berusaha memadukan warna-warna yang sangat kontras seperti biru dengan

merah, hijau dengan kuning dan sebagainya. Pada fase kehijauan, dari sini

Pengsong ingin melangkah mencapai maksud lebih jauh. Dimana warna hijau

yang menurutnya dapat mencapai keseimbangan lahir batin yang dapat

membawa kepuasan bagi dirinya dan penikmat. Sehingga tidak heran pada

karyanya nuansa dengan warna hijau pun hadir menghiasi karyanya.

Unsur garis yang muncul pada karyanya pun hadir dengan berbagai

proses kreasi yang diciptakan. Terbentuk baik dari garis nyata maupun garis

semu yang dibentuknya dengan perpaduan satu atau lebih warna.


61

Terbentuknya tekstur pada karyanya pun tidak luput menjadi efek garis dalam

lukisannya. Garis lengkung, lurus maupun gabungan yang menghiasi atau

sebagai pembatas antara objek dengan objek.

Bidang-bidang geometri pada lukisan pengsong hadir membentuk ruang

yang menunjukkan kesan perspektif ataupun sebagai ruang datar saja.

Sebagai pendukung dan penyeimbang Pengsong juga menambahkan bidang

non geometri seperti kebanyakan terlihat pada lukisannya melalui

penggambaran alam, figur manusia Maupun tumbuhan.

Motif-motif struktural; Penulis dapat menarik kesimpulan dari motif-

motif struktural yang dihadirkan Pengsong terbentuk atas susunan unsur-

unsur yang tersusun secara teratur maupun tidak teratur yang membentuk

pola.

Selain motif-motif struktural, Irama hadir dari repetitif garis yang

terbentuk dengan adanya kesan-kesan kemolekan tubuh pada figur wanita

atau kemahiran Pengsong menghadirkan repetitif arah pada karya sehingga

terbentuk irama atas kesatuan unsur yang lain. kesatuan Hadir atas kesatuan

kebentukan dan narasi dalam setiap lukisannya.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis berkenaan dengan

penelitian ini, antara lain:

Yang masih menjadi catatan bahwa wacana perkembangan seni rupa

(seni lukis) di Lombok masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah


62

yang lain. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini sekaligus menjadi

harapan penulis maupun menjadi harapan bersama adalah dapat menjadi

inspirasi untuk kemudian mengangkat minat seniman muda maupun senior

untuk terus berkarya dan menggaungkan Lombok di bidang seni dengan

potensi-potensi yang dimiliki.

Dengan kehadiran Pengsong dan seniman-seniman lain seharusnya

menjadi kiblat dengan mengambil semangat dan spiritnya dalam menggeluti

bidangnya.

Dengan demikian penelitian ini hadir untuk menjadi acuan bagi penulis

maupun yang akan melakukan penelitian yang sama nantinya untuk terus

menggali lebih dalam tentang seniman-seniman yang ada di Lombok dan

belajar memahami karya-karyanya dari berbagai teori.

Anda mungkin juga menyukai