Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS BAHASA RUPA DAN PENDEKATAN KONOTASI

PADA LUKISAN AYU RIKA YANG DI BERI JUDUL


“OVERHAUL”

Shofia Ajiba Alhaqiqi


Fakultas Seni Rupa dan Design, Institut Teknologi Bandung
Email : shofiaajiba39@gmail.com

ABSTRAK

Bahasa rupa merupakan suatu ilmu yang mempelajari pembacaan dan pemahaman suatu visual
tanpa memerlukan bantuan verbal pada visual tersebut. Adanya bahasa rupa ini sangat membantu
keberlangsungan dunia seni rupa baik bagi penikmat seni maupun seniman itu sendiri dalam
proses penciptaan seni. Primadi Tabrani, salah satu tokoh penting lahir dan berkembangnya bahasa
rupa di Indonesia menuturkan bahwa adanya bahasa rupa sangat tepat kegunaannya untuk
membaca gambar prasejarah, gambar anak, tradisi bahkan kini kehadiran bahasa rupa mampu
membaca gambar digital di era modern ini. Penulisan ini terfokus pada salah satu karya Ayu Rika
berjudul Overhaul yang dikaitkan dengan bahasa rupa dan didukung oleh pendekatan konotasi
yang mencoba melihat sebuah visual bukan hanya dari apa yang terlihat, namun juga melakukan
proses denotasi kemudian dielaborasi untuk mencoba mendapatkan arti sebuah visual dengan lebih
dalam. Selain itu penulis menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud sebagai pendukung
agar penulisan ini menghasilkan tulisan yang kaya. Alasan pemilihan teori psikoanalisis sendiri
adalah mencoba melihat karya dari sisi psikologi seniman guna memperdalam dan mengelaborasi
dua ilmu yang berbeda.

Kata Kunci : Bahasa rupa, konotasi, psikoanalaisis

ABSTRACT

Bahasa Rupa (Visual Language) is a science that studies the reading and understanding of a visual
without the need for verbal assistance on the visual. The existence of this visual language is very
helpful for the continuity of the world of fine arts for both art connoisseurs and the artists
themselves in the process of creating art. Primadi Tabrani, one of the important figures in the birth
and development of visual language in Indonesia said that visual language is very useful for
reading prehistoric drawings, children's drawings, traditions and even now the presence of visual
language is capable of reading digital images in this modern era. This writing is interested in one
of Ayu Rika's works entitled Overhaul which is associated with visual language and is supported
by a connotative approach that tries to see a visual not only from what is seen, but also carries out
a denotation process and then elaborates it to try to get a visual in a deeper way. In addition, the
writer uses the psychoanalytic theory of Sigmund Freud as a support so that this writing can
produce rich writing. The reason for choosing the theory of psychoanalysis itself is to try to see the
work of psychological artists in order to deepen and elaborate on two different sciences.

Keywords : Visual language, connotation, psychoanalysis


PENDAHULUAN
Dalam memahami sebuah karya seni, perlu adanya sebuah ilmu yang
mendukung proses membaca sebuah karya. Sama halnya seperti ucapan manusia
(verbal) yang mampu diartikan dan dipahami, karya seni rupa juga perlu memiliki
sebiah ilmu yang mengkaji apa yang dikatakan melalui sebuah karya seni tersebut.
Perlunya bahasa yang mengakaji rupa, adalah salah satu titik dimana terciptanya
bahasa rupa yang ditemukan oleh Primadi Tabrani. Beliau mengemukakan bahwa
bahasa rupa punya pengertian khusus dimana bahasa rupa memiliki ciri khasnya
sendiri, lebih tepatnya memilki cara yang berbeda dalam membaca sebuah karya.
Pada penjelasannya, bahasa rupa mampu membaca gambar sejarah, prasejarah,
tradisi, gambar anak, sampai dengan seni rupa digital masa kini. Hal ini
dibuktikan dengan bagaiman bahasa rupa mampu membaca salah satu relief pada
candi Borobudur yang sebelumnya disalah artikan oleh sebagian pihak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan bahasa rupa
adalah bahwa penggunaan bahasa rupa cenderung pada karya representatif dan
bukan abstrak. Hal ini karena dalam prosesnya, bahasa rupa menggunakan wimba
dan cara wimba yang pada tahap selanjutnya dijabarkan dengan tata ungkap luar
dan akhirnya berakhir pada tahap kesimpulan dengan mempertimbang dua taha
sebelumnya dan membentuk sebuah narasi cerita berisikan hasil makna dari
sebuah karya. Walau demikian dalam membaca sebuah karya seni, tidak segala
hal nampak jelas atau dengan kata lain karya seni direpresentasikan dengan
tersirat. Beberapa seniman memilih menggunakan simbol, tanda maupun visual
yang terkesan konotatif. Adapula seniman yang merepresentasikan idenya dengan
cara tersurat dan jelas atau biasa disebut denotatif.
Pada perpektif seniman memvisualisasikan sebuah ide kedalam karya,
merupakan hal yang subjektif. Tidak semua dari seniman mengetahui dengan baik
ilmu bahasa rupa, namun kendati demikian bahasa rupa tetap bisa membaca karya
mereka. Misalnya pada fenomena gambar atau artefak prasejarah, saat bahasa
rupa belum ditemukan, orang pada masa prasejarah belum tau menahu tentang
adanya bahasa rupa dan segala hal yang berhubungan dengan bagaimana karya
mereka mampu diartikan oleh pihak lain. Pada kenyataannya, bahasa rupa mampu
mengartikan karya mereka. Sama halnya dengan fenomena gambar atau artefak
prasejarah, bahasa rupa juga mampu membaca gambar anak yang mana sang anak
belum tentu paham dan bahkan tau apa itu bahasa rupa. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kalaupun sebuah karya visual diciptakan oleh seniman atau
seseorang yang belum mengerti dengan bahasa rupa, selama karya visual tersebut
memenuhi syarat yaitu representatif dan bukan abstrak, bahasa rupa mampu
membaca sebuah karya visual tersebut.
Karya seni dari seorang seniman merupakan penggambaran dari apa yag
ada dalam diri mereka. Apa yang mereka pikirkan, rasakan, keluhkan, dan tidak
mampu dibicarakan dengan media verbal, akan tercurahkan melalui visual yang
mereka ciptakan. Bagi seniman, karya merupakan sebuah hasil tindakan dari
segala kegelisahan yang pernah dirasakan seniman (entah pengalam pribadi atau
pengalaman orang lain yang pernah seniman lihat/dengar). Hal ini menjadikan
penulis mengaitkan penulisan kali ini dengan teori Sigmund Freud yang
mengatakan bahwa pengaruh dari pengalaman masa kanak-kanak dan proses
psikologis yang tidak sadar dalam membentuk perilaku dan pengalaman manusia.
Seniman Ayu Rika menggambarkan potrait dirinya dengan sangat jelas
sebagai objek utama dibeberapa karyanya tahun ini (2022). Dari visual karyanya,
sekilas menggambarkan kengiluan yang penulis artikan sebagai peagalam pribadi
miliknya sendiri yang ia representasikan kedalam karya lukis. Hal ini yang
melatarbelakangi penulis memiliki teori psikoanalisi dari Sigmund Freud sebagai
teori pendukung dalam menunjang penelitiannya mengartikan karyanya dengan
bahasa rupa.
Penelitian ini membahas salah satu karya lukis Ayu Rika berjudul
Overhaul dengan material cat air diatas kanvas. Ukuran karya yang terbilang
mengintimidasi (300x250 cm) dan visualnya bisa dibilang nyentrik, menarik
seseorang untuk terus melihatnya dan bertanya-tanya apa makna dari karya
tersebut.

Gambar 1 Lukisan Ayu Rika dengan judul Overhaul


(Sumber : dokumentasi pengunjung pameran yang diikuti Ayu Rika, 2022)

METODE PENELITIAN
Bahasa Rupa dan Konotasi

Pada estetika sebagai filsafat seni, ada tiga poin yang terus
dipertimbangkan dalam melihat suatu karya seni, yaitu seniman sebagai
subyektivitas, karya seni sebagai obyektivitas ungkapan dari seniman ke publik,
dan penilaian seni yang tidak dalam apresiasi maupun kritik seni. Dari tiga poin
tersebut terdapat benang merah yang saling berhubungan bahwa seni merupakan
bentuk lahirnya sebuah kreativitas yang berasal dari idea seniman yang kemudian
direpresentasikan melalui proses penciptaan dengan mempertimbangkan beberapa
hal dengan harapan karya seni tersebut mampu dijadikan alat komunikasi non
verbal. Dari sisi ini kita melihat bahwa aspek komunikasi dalam seni amat sangat
penting sebagai bentuk penyampaian maksud, tujuan, makna atau pesan dari seni
tersebut (B.Wastap).
Komunikasi itu sendiri adalah suatu proses dalam penyampaian informasi
baik itu pesan, ide, maupun gagasan dari seseorang kepada pihak lain. Sebagai
seniman, berkesenian merupakan salah satu media komunikasi untuk
menyampaikan suatu gagasan maupun perspektif dari sang seniman kepada pihak
tertentu. Sama halnya dalam komunikasi verbal, komunikasi non verbal seperti
halnya sebuah karya lukis juga perlu memiliki bahasa yang disepakati sehingga
sebuah karya seni mampu diartikan dan dimengerti oleh penikmat seni. Penulis
berpendapat bahwa adanya bahasa rupa sangat membantu keberlangsungan dunia
seni baik bagi seniman, maupun bagi beberapa pihak seperti misalnya penikmat
seni yang memiliki keinginan untuk memahami sebuah karya seni.
Penelitian ini bertujuan untuk membaca cerita dibalik lukisan dengan
mencoba menganalisa hasil lukisan yang telah dibuat oleh Ayu Rika yang berjudul
Overhaul (dibuat pada 2022 dengan media dengan media cat air di atas kanvas,
ukuran: 300 X 250 cm). Pada proses menganalisa lukisan Ayu Rika ini, teori
utama yang digunakan yakni bahasa rupa dengan beberapa teori pendukung yaitu
teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud yang menyatakan bahwa perilaku manusia
dimotivasi oleh dorongan dan konflik yang tidak disadari sehingga sebuah karya
merupakan sebuah bentuk perilaku seniman yang menghasilkan pancaran dari apa
yang seniman rasakan namun tidak mampu direpresentasikan dengan bahasa
verbal yang mana hal ini berkaitan dengan keberadaan bahasa rupa: merupakan
sebuah ilmu menelaah, mengartikan dan mencoba memahami sebuah makna dari
sebuah visual (rupa).
Dalam penjelasannya, bahasa rupa mencoba membaca sebuah visual
dengan memperhatikan beberapa poin pada bagian rupa khususnya pada bentuk
tiap rupa yang digambarkan. Misalnya ada bagian rupa yang diperbesar itu berarti
sebuah rupa tersebut ditekankan dan memiliki arti lebih penting dibanding visual
lain yang lebih kecil atau yang lebih minoritas. Pada proses berkesenian, mulai
dari pembentukan ide hingga terciptanya sebuah karya seni, seniman tidak hanya
melakukan mimesis atau sekedar menggambarkan apa yang ia lihat kemudian
menirunya. Namun ada sebuah pesan atau bahkan perkara yang diselipkan melalui
simbol maupun tanda yang ingin ia bagikan kepada beberapa pihak yang mana
melalui media seni rupa, pesan tersebut mampu tersampaikan. Hal ini penulis
kaitkan dengan salah satu pernyataan dari Leo Tolstoy seorang filsuf dari Rusia
yang menerangkan bahwa “seniman memiliki tanggung jawab untuk menularkan
penontonnya dengan perasaan yang sama seperti yang dialaminya sendiri. Tolstoy
juga menerangkan bahwa Melalui infeksi perasaan, seni harus berkontribusi pada
peningkatan moral rakyat pada penindasan kekerasan. Maka dari sini sudah jelas
tujuan dari seniman bukan sekedar menciptakan karya seni melalui cara mimesis,
namun karya seni dari seorang seniman merupapkan sesuatu yang perlu dibaca,
diketahui dan dipahami salah satunya dengan bahasa rupa.
Untuk menetahui makna yang ingin disamampaikan oleh Rika Ayu pada
lukisan diatas, perlu adanya tahap pembedahan yang mana mengaharuskan
peneliti untuk memahami wimba-wimba yang nampak. Wimba merupakan sebuah
objek yang ada pada sebuah gambar. Karena karya berisi akan satu objek yang
didugu seorang wanita ini, penulis membagi satu objek pada lukisan tersebut
menjadi bagian-bagian lebih kecil agar mampu mencapai titik fokus yang
diperlukan.
Setelah beberapa wimba ditentukan, tahap selanjutnya yaitu mengamati
cara wimba atau bisa dibilang cara penggambaran wimba tersebut. Beberapa
macam cara wimba yang menjadi poin-poin penting oleh penulis dalam
pembahasan karya Ayu Rika kali ini, diantaranya yaitu, cara wimba I ukuran
pengambilan, cara wimba II sudut pengambilan, cara wimba III skala, cara wimba
IV penggambaran dan cara wimba V cara dilihat. Berikut penulis gambarkan pada
tabel dibawah:

TABEL 1 CARA WIMBA

Selanjutnya, beralih pada proses membaca tata ungkap. Tata ungkap yaitu
cara pemanfaatan cara wimba dalam menggambar atau cara pemanfaatan bidang
gambar yang satu dan yang lainnya dalam menyampaikan pesan dan arti tetentu.
Tata ungkap dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tata ungkap dalam dan tata
ungkap luar. (Tabrani, 2012: 201). Tata Ungkap Dalam (TUD) merupakan tata
ungkap yang menyatakan ruang dalam artian dapat menyatakan keadaan ruang
suatu gambar. Pengertian ‘ruang’ pada ranah ini dapat diartikan sebagai dimensi,
jarak antara wimba, maupun suatu tempat (lokasi) (Tabrani, 2012: 201).
Sedangkan Tata Ungkap Luar (TUL) adalah cara merangkai isi wimba yang
diantaranya yaitu gambar yang satu ke gambar yang berikutnya pada suatu
rangkaian gambar, agar ada kesan berkesinambungan antara rangkaian gambar
tersebut. TUL erat kaitannya dengan gambar bergerak. Tata ungkap luar terdiri
segala hal yang menyatakan ruang, menyatakan gerak, menyatakan waktu dan
ruang, juga menyatakan penting (Tabrani, 2012: 206). Penting disini maksudnya
yaitu penting yaitu suatu cara yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
objek dianggap lebih penting di antara objek-objek lain yang tampak pada gambar
(Tabrani, 2012: 204).
Tidak jauh berbeda dengan proses mengetahui wimba, Tata Ungkap Luar
juga punya cara pandang pandang yang beragam. Lebih jelasnya penulis
merangkum ada 4 kelompok Tata Ungkap Luar sebgaai berikut:
1. Menyatakan ruang
2. Menyatakan gerak
3. Menyatakan waktu dan ruang
4. Menyatakan penting

Kajian pendukung yang penulis gunakan adalah melalui mendekatan


konotasi yang mana secara harfiah berarti makna yang bukan sebenarnya atau
makna kias. Makna konotasi tidak mengandalkan pandangan pertama atau yang
disebut first impress dalam melihat sebuah visual. Mengelaborasi sebuah visual
salah satunya dengan melewati makna denotasi terlebih dahulu untuk menarik
hasil kesimpulan pada makna konotasi.

Fokus Penelitian
Fokus penulisan kali ini terfokus pada bagaimana menemtukan dan
menelaah wimba yang kemudian dengan bantuan pendekatan Konotasi melalui
makna denotasi terlebih dahulu, hingga menghasilkan arti dari sebuah visual lebih
kaya. Selain itu, penulis mengaitkan penulisan ini dengan teori pendukung
Psikoanalisis dari Sigmund Freud untuk memperdalam hasil penulisan dan
mencoba menelaah psikologi dari seniman. Hal ini dirasa perlu karena pada
proses penciptaan karya seni, seniman tidak serta merta tanpa alasan menentukan
sebuah ide untuk dijadikan karya, melainkan pemilihan ide itu lahir dari alam
bawah sadar yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman tertentu yang pernah
ia lewati.
Beberapa winmba telah penulis tetapkan untuk membatasi penelitian agar
menelitian tetap berjalan pada alur garis tanpa mengobrak-abrik pembatas batas
pembahasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Makna Bahasa Rupa dan Konotasi pada gambar
Ukuran berbeda dari aslinya merupakan cara lihat yang paling menonjol
pada karya Ayu. Karya ini menampilan TUL pada poin 4 yaitu Menyatakan
Penting dengan melakukan alis skala Zoom in/out yabg mana pada bagian petut
dan payudara dibesarkan untuk menampilkan pesan terpenting dari sebuah karya
tersebut. Hal ini penulis kutip melalui buku Bahasa Rupa Primadi Tabrani
(halaman 109) pada poin Alih Skala yang menerangkan bahwa:
“Alih skala dilakukan dengan zoom in maupun zoom out. Bila penting
untuk diketahui detailnya, maka di zoom in hingga skala lebih besar. Sedang bila
penting diketahui untuk objek itu tidak penting, maka di zoom out hingga skala
lebih kecildan jadi tidak penting.”
Wimba dibesarkan dan ditambah aksen mengkilap pada abgain yang
dianggap bervolume (mislanya perut, payudara, paha) menjelaskan bahwa Ayu
ingin memperlihatkan bahwa wimba itu penting jangan berharap tidak luput dari
pandangan penikmat seni. Dapat disimpulkan mengapa pada bagian yang
diterangkan diatas, diberi aksen tertentu, supaya lebih menonjol, lebih menarik,
lebih mencoloh dan menyita perhatian dibanding dnegan wimba lainnya.

Gambar 2 wimba pada karya Overhaul


(Sumber : Pribadi)
Tahap ini penulis mencoba menganalisa cara wimba yang ada pada
beberapa wimba yang telah ditentukan sebelumya.

Tabel 2 wimba dan cara wimba pada karya berjudul Overhaul


Wimba Cara Wimba
Kepala Digambar dengan ukuran dikecilkan dibanding
yang lain
Raut wajah Digambar naturalis dengan ekspresi dan
menatap kebawah
Payudara Digambar tampak diperbesar
Perut dan Paha Digambarkan tampak lebih besar
Perut bagian kanan Dibesarkan dengan aksen warna lebih gelap
Paparan diatas menjelaskan bahwa mulai terlihat beberapa poin yang ingin
disampaikan oleh Ayu pada karyanya yang berjudul Overhaul. Ayu
menggambarkan karyanya dengan nuansa gelap yang menarik penikmat seni
untuk ikut masuk dalam ketakutan dan penggambaran naturalis yang ia lakukan
memberi dampak nyata sehingga kengerian yang timbul tampak sangat nyata.
Tampak pada bagi perut bawah, digambarkan garis beaks jahitan yang
masih sangat kentara, tentu sangat jelas bahwa itu adalah bekas jahitan paska
melahirkan yang didapat seorang wanita setelah berhasil melewati proses bersalin.
Kendati demikian, beberapa wimba nampak dibesarkan, yang pasti itu
menunjukkan sesuatu. Yang pertama yaitu bagian payudara, diikuti perut dan
paha. makna denotasi mencatat bahwa karya diatas adalah potret wanita yang
telah menyelesaikan proses bersalin. Namun untuk mendapatkan makna konotasi,
diperlukan ketelitian untuk mengetahui apakah paparan makna denotasi sudah
cukup mengartikan karya diatas, atau justru perlu di elaborasi lebih dalam lagi.
Dari hasil penelitian melalui literasi mengenai wawancara terhadap Ayu,
penulis menemukan latar belakang ayu yang memiliki pengalaman kekerasan
secara verbal maupun fisik dimasa kecilnya yang mana hal ini memecut penulis
untuk lebih dalam ingin tahu mengenai apa maksud sebenarnya dari karya
Overhaul ini. Maka penulis menemukan sebuah ungakapan dari Ayu yang
memaparkan bahwa ia beranggapan tubuh seakan mencatat moment penting,
perihal keberlangsungan hidup. Nampak Ayu menuangkan rasa campur-aduk-nya
dalam karya ini didukung dengan raut wajah gelisah di wimba (wajah wanita).
Penulusuran menegnai dampak psikologis Ayu juga ikut serta
mempengaruhinya dalam berkarya dirasa sangat membantu penulis untuk
membaca setiap wimba dengan mengaitkan tiap wimba dan hasil data yang
didapat penulis kemudian dianalisis pada tabel di bawah:

Tabel Makna Konotasi

Wimba Cara Wimba Makna Konotasi


Digambar tampak dari Seorang wanita dengan
mata semut dan realis wajah mengarah ke
bawah untuk menengok
apa yang ada pada
bahian bawah tubuhnya.
Bila diperhatikan lebih
dalam lagi, nampak
wanita tersebut seakan
mengerutkan dahi dan
memunculkan ekspresi
Bagian Kepala Lebih Kecil sedih, menyesal dan
tidak berdaya
Bulan digambar Pada bagian keplaa
naturalis diperkecil dari ukuran
Kepala digambar lain. Walau hakikatnya
diperkecil kelapa berada paling
jauh dari jarak pandang
penikmat seni, namun
ukuran kepala dirasa
tidak seimbang dengan
ukuran tubuh yang lain.

Bagian kepala berukuran


lebih kecil dari bagian lain
Kepala digambar Bagian payudara
diperbesar digambarkan lebih
besar seakan
mendominasi point of
interest pada karya ini.
Seakan menjadi sebuah
tanda bagi para
oebikmat seni untuk
melihat objek tersebut
Bagian payudara
karena adanya
digambarkan lebih besar
perubahan yang terjadi
pada payudaranya
paska melahirkan
Perut digambar Bagian perut digambar
diperbesar lebih besar dari yang
Penggambaran warna lain. Kendani objek
perut memang dirasa
memiliki jarak pandang
yang paling denkat
dengan mata penikmat
seni, namun ukurannya
terbilang diluar batas
Pada bagian perut normal dengan
berukuran besar dan dibuat tambahan warna yang
menggunakan warna lebih lebih gelap seakan
gelap mengisyaratkan bahwa
bagian perut juga jadi
salah satu bagian paling
ingin ditunjukkan oleh
seniman dan jadi point
of view dari karya seni
tersebut. Tekstur yang
digunakan dalam
merepresentasikan
karyanya digambarkan
dengan cukup detail
sehingga meimbulkan
kesan bervolume pada
beberapa bagian.

Dari paparan konotasi diatas menyampaikan bahwa visual yang dihasilkan


dari proses penciptaan Rika Ayu mempertimbangkan ukuran dan warna sebagai
highlight utama sebagai media menyampaikan cerita yang ada dibenaknya.
Seseorang seniamn mengekspresikan perasaan (dari rangsangan) ke luar dirinya
dalam bentuk benda seni. Rika Ayu seakan berjuang dengan medium seni yang
dipakainya. Di sini dituntut ketrampilan, atau penguasaan teknis atas mediumnya.
(untuk menemukan kesesuaian perasaannya, intuisi, ide, dengan wujud karya).
Adanya seleksi dan penamatan perasaan terhadap suatu rangsangan akan
melahirkan intensitas perasaan yang diekspresikan.
Perasaan tertentu dalam seni dapat begitu tajam dan menggores karena
senimannya berhasil mengekspresikan pengalaman perasaannya itu dengan
pilihan yang tepat dan sasaran yang tegas. Pada karya Overhaul, Ayu menyoroti
perubahan bentuk tubuh, yakni luka sayat pada bagian bawah perut. Pilihan warna
yang gelap dan suram yang merepresentasikan rasa ngeri yang ia rasakan paska
melahirkan seakan menginfeksi para penikmat seni dengan seakan ikut merasakan
hal yang sama. Selain itu, dari ukuran karya yaitu 250x300cm yang seakan
mengintimidadi, Ayu menekan ukuran penikmat seni agar terlihat kecil dan
seakan membungkam penikmat seni agar karyanya didengar.
Beberapa objek pada karya Ayu apabila ditelaah dengan Cara Wimba 1
dengan Ukuran Pengambilan, didapati kesimpulan bahwa Ayu menjadikan
lukisannya secara Close Up. Dengan kata lain, Ayu menggambarkan suatu objek
dengan menonjolkan organ tertentu dengan ditambah bagian organ yang
berhubungan erat dengan pendukung. Misalnya pada penggambaran wanita karya
Ayu menonjolkan bagian perut dan diikuti bagian payudara serta didukung bagian
kepala yang nampak lebih kecil.
Adapun raut wajah yang seakan menyesal namun tetap berpose demikian
seperti memperlihatkan kegalauan yang ia rasakan. Antara ingin berhenti dan
terus melanjutkan. Hal ini didukung dengan salah satu kalimat yang dilontarkan
Ayu dalam wawancaranya pada Pameran Meta Hasrat (23 September - 23 Oktober
2022) “Saya lahir di Grobogan, Jawa tengah. Tumbuh dan berkembang di daerah
Lereng Kendeng yang sarat akan panas bumi, saya kira luar biasa mengambil
andil dalam ketidakstabilan emosi serta ketidakseimbangan pola dan gaya hidup
yang saya kenali sedari kecil. Tempat yang cukup mengantar saya menyaksikan
dan mengalami secara langsung kekerasan verbal maupun fisik secara intens.”
Selanjutnya Ayu menjelaskan bahwa pengalaman kekerasan yang secara langsung
ia alami membuatnya merasa campur aduk saat mengalami proses persalinan. Ia
merasa kesakitan, namun dalam waktu yang bersamaan ia juga merasa
kenikmatan yang membuatnya ingin melakukan hal yang menyebabkan ia merasa
kesakitan. Ayu berhasil mengekspresikan sebuah pengalaman yang melahirkan
berbagai rasa kontras, namun juga adiktif. Pengalaman yang ia miliki seakan jadi
guru dan petunjuk bagi proses kreasinya. Selaras dengan teori psikoanalisis dari
Freud yang menerangkan bahwa alam bawah sadar ikut mengendalikan perilaku
seseorang. Dan bagi seniman, penciptaan karya seni merupakan salah satu bentuk
dari prilaku yang didasari pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA
Damajanti, Irma. (2006). Psikologi Seni, Cetakan 1. Bandung: Kiblat Buku
Utama.

Kemala Putri, Citra. (2019). Analisis Tata Ungkap dalam dan Luar pada Film
Animasi Pendek Death of The Firstborn Egyptians, 33-42.

Tabrani, Primadi. 2012. Bahasa Rupa. Edisi 3. Bandung: Kelir

Anda mungkin juga menyukai