ABSTRAK
Bahasa rupa merupakan suatu ilmu yang mempelajari pembacaan dan pemahaman suatu visual
tanpa memerlukan bantuan verbal pada visual tersebut. Adanya bahasa rupa ini sangat membantu
keberlangsungan dunia seni rupa baik bagi penikmat seni maupun seniman itu sendiri dalam
proses penciptaan seni. Primadi Tabrani, salah satu tokoh penting lahir dan berkembangnya bahasa
rupa di Indonesia menuturkan bahwa adanya bahasa rupa sangat tepat kegunaannya untuk
membaca gambar prasejarah, gambar anak, tradisi bahkan kini kehadiran bahasa rupa mampu
membaca gambar digital di era modern ini. Penulisan ini terfokus pada salah satu karya Ayu Rika
berjudul Overhaul yang dikaitkan dengan bahasa rupa dan didukung oleh pendekatan konotasi
yang mencoba melihat sebuah visual bukan hanya dari apa yang terlihat, namun juga melakukan
proses denotasi kemudian dielaborasi untuk mencoba mendapatkan arti sebuah visual dengan lebih
dalam. Selain itu penulis menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud sebagai pendukung
agar penulisan ini menghasilkan tulisan yang kaya. Alasan pemilihan teori psikoanalisis sendiri
adalah mencoba melihat karya dari sisi psikologi seniman guna memperdalam dan mengelaborasi
dua ilmu yang berbeda.
ABSTRACT
Bahasa Rupa (Visual Language) is a science that studies the reading and understanding of a visual
without the need for verbal assistance on the visual. The existence of this visual language is very
helpful for the continuity of the world of fine arts for both art connoisseurs and the artists
themselves in the process of creating art. Primadi Tabrani, one of the important figures in the birth
and development of visual language in Indonesia said that visual language is very useful for
reading prehistoric drawings, children's drawings, traditions and even now the presence of visual
language is capable of reading digital images in this modern era. This writing is interested in one
of Ayu Rika's works entitled Overhaul which is associated with visual language and is supported
by a connotative approach that tries to see a visual not only from what is seen, but also carries out
a denotation process and then elaborates it to try to get a visual in a deeper way. In addition, the
writer uses the psychoanalytic theory of Sigmund Freud as a support so that this writing can
produce rich writing. The reason for choosing the theory of psychoanalysis itself is to try to see the
work of psychological artists in order to deepen and elaborate on two different sciences.
METODE PENELITIAN
Bahasa Rupa dan Konotasi
Pada estetika sebagai filsafat seni, ada tiga poin yang terus
dipertimbangkan dalam melihat suatu karya seni, yaitu seniman sebagai
subyektivitas, karya seni sebagai obyektivitas ungkapan dari seniman ke publik,
dan penilaian seni yang tidak dalam apresiasi maupun kritik seni. Dari tiga poin
tersebut terdapat benang merah yang saling berhubungan bahwa seni merupakan
bentuk lahirnya sebuah kreativitas yang berasal dari idea seniman yang kemudian
direpresentasikan melalui proses penciptaan dengan mempertimbangkan beberapa
hal dengan harapan karya seni tersebut mampu dijadikan alat komunikasi non
verbal. Dari sisi ini kita melihat bahwa aspek komunikasi dalam seni amat sangat
penting sebagai bentuk penyampaian maksud, tujuan, makna atau pesan dari seni
tersebut (B.Wastap).
Komunikasi itu sendiri adalah suatu proses dalam penyampaian informasi
baik itu pesan, ide, maupun gagasan dari seseorang kepada pihak lain. Sebagai
seniman, berkesenian merupakan salah satu media komunikasi untuk
menyampaikan suatu gagasan maupun perspektif dari sang seniman kepada pihak
tertentu. Sama halnya dalam komunikasi verbal, komunikasi non verbal seperti
halnya sebuah karya lukis juga perlu memiliki bahasa yang disepakati sehingga
sebuah karya seni mampu diartikan dan dimengerti oleh penikmat seni. Penulis
berpendapat bahwa adanya bahasa rupa sangat membantu keberlangsungan dunia
seni baik bagi seniman, maupun bagi beberapa pihak seperti misalnya penikmat
seni yang memiliki keinginan untuk memahami sebuah karya seni.
Penelitian ini bertujuan untuk membaca cerita dibalik lukisan dengan
mencoba menganalisa hasil lukisan yang telah dibuat oleh Ayu Rika yang berjudul
Overhaul (dibuat pada 2022 dengan media dengan media cat air di atas kanvas,
ukuran: 300 X 250 cm). Pada proses menganalisa lukisan Ayu Rika ini, teori
utama yang digunakan yakni bahasa rupa dengan beberapa teori pendukung yaitu
teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud yang menyatakan bahwa perilaku manusia
dimotivasi oleh dorongan dan konflik yang tidak disadari sehingga sebuah karya
merupakan sebuah bentuk perilaku seniman yang menghasilkan pancaran dari apa
yang seniman rasakan namun tidak mampu direpresentasikan dengan bahasa
verbal yang mana hal ini berkaitan dengan keberadaan bahasa rupa: merupakan
sebuah ilmu menelaah, mengartikan dan mencoba memahami sebuah makna dari
sebuah visual (rupa).
Dalam penjelasannya, bahasa rupa mencoba membaca sebuah visual
dengan memperhatikan beberapa poin pada bagian rupa khususnya pada bentuk
tiap rupa yang digambarkan. Misalnya ada bagian rupa yang diperbesar itu berarti
sebuah rupa tersebut ditekankan dan memiliki arti lebih penting dibanding visual
lain yang lebih kecil atau yang lebih minoritas. Pada proses berkesenian, mulai
dari pembentukan ide hingga terciptanya sebuah karya seni, seniman tidak hanya
melakukan mimesis atau sekedar menggambarkan apa yang ia lihat kemudian
menirunya. Namun ada sebuah pesan atau bahkan perkara yang diselipkan melalui
simbol maupun tanda yang ingin ia bagikan kepada beberapa pihak yang mana
melalui media seni rupa, pesan tersebut mampu tersampaikan. Hal ini penulis
kaitkan dengan salah satu pernyataan dari Leo Tolstoy seorang filsuf dari Rusia
yang menerangkan bahwa “seniman memiliki tanggung jawab untuk menularkan
penontonnya dengan perasaan yang sama seperti yang dialaminya sendiri. Tolstoy
juga menerangkan bahwa Melalui infeksi perasaan, seni harus berkontribusi pada
peningkatan moral rakyat pada penindasan kekerasan. Maka dari sini sudah jelas
tujuan dari seniman bukan sekedar menciptakan karya seni melalui cara mimesis,
namun karya seni dari seorang seniman merupapkan sesuatu yang perlu dibaca,
diketahui dan dipahami salah satunya dengan bahasa rupa.
Untuk menetahui makna yang ingin disamampaikan oleh Rika Ayu pada
lukisan diatas, perlu adanya tahap pembedahan yang mana mengaharuskan
peneliti untuk memahami wimba-wimba yang nampak. Wimba merupakan sebuah
objek yang ada pada sebuah gambar. Karena karya berisi akan satu objek yang
didugu seorang wanita ini, penulis membagi satu objek pada lukisan tersebut
menjadi bagian-bagian lebih kecil agar mampu mencapai titik fokus yang
diperlukan.
Setelah beberapa wimba ditentukan, tahap selanjutnya yaitu mengamati
cara wimba atau bisa dibilang cara penggambaran wimba tersebut. Beberapa
macam cara wimba yang menjadi poin-poin penting oleh penulis dalam
pembahasan karya Ayu Rika kali ini, diantaranya yaitu, cara wimba I ukuran
pengambilan, cara wimba II sudut pengambilan, cara wimba III skala, cara wimba
IV penggambaran dan cara wimba V cara dilihat. Berikut penulis gambarkan pada
tabel dibawah:
Selanjutnya, beralih pada proses membaca tata ungkap. Tata ungkap yaitu
cara pemanfaatan cara wimba dalam menggambar atau cara pemanfaatan bidang
gambar yang satu dan yang lainnya dalam menyampaikan pesan dan arti tetentu.
Tata ungkap dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tata ungkap dalam dan tata
ungkap luar. (Tabrani, 2012: 201). Tata Ungkap Dalam (TUD) merupakan tata
ungkap yang menyatakan ruang dalam artian dapat menyatakan keadaan ruang
suatu gambar. Pengertian ‘ruang’ pada ranah ini dapat diartikan sebagai dimensi,
jarak antara wimba, maupun suatu tempat (lokasi) (Tabrani, 2012: 201).
Sedangkan Tata Ungkap Luar (TUL) adalah cara merangkai isi wimba yang
diantaranya yaitu gambar yang satu ke gambar yang berikutnya pada suatu
rangkaian gambar, agar ada kesan berkesinambungan antara rangkaian gambar
tersebut. TUL erat kaitannya dengan gambar bergerak. Tata ungkap luar terdiri
segala hal yang menyatakan ruang, menyatakan gerak, menyatakan waktu dan
ruang, juga menyatakan penting (Tabrani, 2012: 206). Penting disini maksudnya
yaitu penting yaitu suatu cara yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
objek dianggap lebih penting di antara objek-objek lain yang tampak pada gambar
(Tabrani, 2012: 204).
Tidak jauh berbeda dengan proses mengetahui wimba, Tata Ungkap Luar
juga punya cara pandang pandang yang beragam. Lebih jelasnya penulis
merangkum ada 4 kelompok Tata Ungkap Luar sebgaai berikut:
1. Menyatakan ruang
2. Menyatakan gerak
3. Menyatakan waktu dan ruang
4. Menyatakan penting
Fokus Penelitian
Fokus penulisan kali ini terfokus pada bagaimana menemtukan dan
menelaah wimba yang kemudian dengan bantuan pendekatan Konotasi melalui
makna denotasi terlebih dahulu, hingga menghasilkan arti dari sebuah visual lebih
kaya. Selain itu, penulis mengaitkan penulisan ini dengan teori pendukung
Psikoanalisis dari Sigmund Freud untuk memperdalam hasil penulisan dan
mencoba menelaah psikologi dari seniman. Hal ini dirasa perlu karena pada
proses penciptaan karya seni, seniman tidak serta merta tanpa alasan menentukan
sebuah ide untuk dijadikan karya, melainkan pemilihan ide itu lahir dari alam
bawah sadar yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman tertentu yang pernah
ia lewati.
Beberapa winmba telah penulis tetapkan untuk membatasi penelitian agar
menelitian tetap berjalan pada alur garis tanpa mengobrak-abrik pembatas batas
pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Damajanti, Irma. (2006). Psikologi Seni, Cetakan 1. Bandung: Kiblat Buku
Utama.
Kemala Putri, Citra. (2019). Analisis Tata Ungkap dalam dan Luar pada Film
Animasi Pendek Death of The Firstborn Egyptians, 33-42.