Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Seni Rupa

Seni rupa secara sederhana, didefinisikan sebagai seni yang dapat


dilihat atau tampak kasat mata. Dalam bahasa Inggris seni rupa
disebut visual art, karena memang seni rupa hanya dapat dirasakan
lewat penglihatan. Ini ditegaskan oleh Humar Sahman dalam bukunya
“Mengenali Dunia Seni Rupa” sebagai berikut:

…peranan mata sangat menentukan apakah dalam proses mencipta


sejak dari pengamatan sampai pada visualisasi, gagasan ataupun
dalam proses apresiasi produk visualisasi itu. Orang yang buta warna
walaupun sepintas-lintas matanya nampak beres-beres saja, tidak akan
mampu menjadi perupa atau apresiator karya seni rupa yang
kompeten (Humar Sahman, 1993: 200).

Banyak pendapat mengenai seni rupa selain visual art di antaranya


spatial art yang dalam kamus bahasa Inggris berarti mengenai
ruang/tempat. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Humar Sahman
sebagai berikut:

… disebut spasial art jika yang diaksentuasi adalah ruang (space)


seperti bangunan (arsitektur = seni mencipta ruang). Atau apabila
karya yang diciptakan menempati ruang, baik dalam arti faktual
maupun virtual (Humar Sahman, 1993:200).

Dalam artian terbatas seni rupa dapat diartikan “plastic” jika dalam
konteks hanya memanfaatkan teknik membentuk bahan-bahan plastis
(lunak) (Herbert Read, 2000: 1). Contoh dari pengertian ini adalah
patung, keramik termasuk juga instalasi.

Pendapat Jim Supangkat dalam SanentoY., (2001: ix) mengenai seni


rupa dalam pengantar buku ‘Dua Seni Rupa” dapat dijadikan sebagai
landasan dalam penelitian ini. Menurutnya seni rupa bila diterjemahan
secara harfiah ke dalam bahasa Inggris maka terdapat dua istilah yang
berbeda yaitu visual art dan fine art.

Visual art mengacu pada pengertian seni yang menekankan “rupa”.


Istilah ini mempunyai lingkup jauh lebih luas dari fine art. Seni rupa
ini dapat dikatakan setua kebudayaan umat manusia karena memang
ada di semua kebudayaan di segala zaman sejak zaman primitif.
Sedangkan fine art mempunyai lingkup yang sangat sempit dan
tradisinya terikat pada kebudayaan Barat.

Membongkar persoalan seni rupa sedikit banyak mempersoalkan


identifikasi melalui modifikasi pemikiran-pemikiran dengan
menangkap gejala seni rupa. Munculnya seni rupa kontemporer
mungkin dapat melahirkan persoalan rumit, sebab tidak semua seni
yang dibuat pada masa sekarang adalah kontemporer. Hal ini akhirnya
menyebabkan kecenderungan yang tidak bisa sepenuhnya dicerna
dengan konsep, misalnya seni instalasi atau praktek-praktek seni rupa
lainnya yang dianggap ekstrim.

Setiap karya seni hendaknya memberikan manfaat pada masyarakat


atau kehidupan umat, karya seni seperti inilah disebut karya seni yang
berkualitas artinya masyarakat bisa menikmati dengan kepolosan
apresiasi serta pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian akan
timbul keseimbangan antara seniman karya seni dengan apresiator. Di
lain pihak karya seni tidak harus selalu dapat dimengerti oleh
masyarakat, akhirnya melahirkan gejala kurangnya apresiasi,
kampungan, ketinggalan zaman dan sebagainya.

Persoalan di atas merupakan permasalahan yang menyelesaikannya


menuntut kreativitas. Setiap seniman dalam proses penciptaan karya
seni hendaknya memakai pemikiran yang sangat matang. Berkaitan
dengan proses penciptaan dalam hal ini Dharsono (2004: 28)
membaginya dalam tiga komponen proses penciptaan karya seni
yaitu tema, bentuk dan isi. Ketiga komponen ini merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

2.1.1 Tema

Tema merupakan rangsang cipta seniman dalam usahanya untuk


menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan sehingga dapat
memberikan konsumsi batin manusia secara utuh dan perasaan
keindahan. Kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan
serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya. Dalam sebuah karya
seni hampir dapat dipastikan adanya tema, yaitu inti atau pokok
persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya pengolahan objek
(baik objek alam atau objek imajinasi), yang terjadi dalam ide seorang
seniman dengan pengalaman pribadinya. Ada kalanya seorang
seniman mengambil “alam” sebagai objek karyanya, tetapi karena
adanya pengolahan dalam diri seniman tersebut maka tidaklah
mengherankan apabila bentuk (wujud) terakhir dari karya ciptannya
akan berbeda dengan objek semula.

… problem yang sangat penting dalam mencipta sebuah karya seni


bukanlah apa yang digunakan sebagai objek tetapi “bagaimana” sang
seniman mengolah objek tersebut menjadi karya seni yang punya
nafsu dan citra pribadi sehingga dalam pengertian tema, tidaklah
dapat diterangkan begitu saja tanpa seseorang terlibat di dalamnya
(dalam proses-proses penciptaan). Tema merupakan bentuk dalam ide
sang seniman, artinya bentuk yang belum dituangkan dalam media
atau belum lahir sebagai bentuk fisik. Maka dapat dikatakan pula
bahwa seni adalah pengejawantahan dari dunia ide sang seniman
(Dharsono, 2004: 30).

2.1.2 Bentuk

Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk adalah totalitas dari
pada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan
atau komposisi dari unsur pendukung karya. Ini dijelaskan lebih lanjut
oleh Dharsono bahwa ada dua macam bentuk yang pertama adalah
bentuk visual yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau kesatuan
dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Selanjutnya adalah
bentuk khusus yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan
timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk
fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional.

2.1.3 Isi

Isi adalah bentuk psikis dari karya yang dihasilkan seorang seniman.
Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri seniman. Bentuk
hanya cukup dihayati secara inderawi tetapi isi atau arti dihayati
dengan mata batin seorang seniman secara kontemplasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan tema seseorang
seniman.
2.2 Fungsi Seni Rupa

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak bisa disangkal bahwa


manusia tidak bisa lepas dari seni, karena seni merupakan bagian dari
kehidupan manusia dari sejak zaman prasejarah hingga sekarang
artinya seni adalah kebutuhan yang sama pentingnya dengan
kebutuhan lain.

Karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu: fungsi
personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Seni memang tidak lepas dari
fungsi, di mana kehidupan manusia tidak bisa lepas dari seni, ini
menandakan bahwa kita adalah makhluk sosial yang sekaligus
sebagai makhluk individu. Selain sebagai keindahan, religius atau
benda pakai seni mempunyai fungsi yang sangat mendalam
(Dharsono, 2004: 31).

Setiap manusia pasti membutuhkan tata cara (norma) hidup. Dari tata
cara hidup itulah manusia akhirnya melahirkan kebudayaan dan dari
kebudayaan itu lahirlah seni. Sebagai instrumen ekspresi personal,
seni semata-mata tidak dibatasi untuk dirinya sendiri. Maksudnya seni
tidak secara eksklusif dikerjakan berdasarkan emosi pribadi namun
bertolak pada pandangan personal menuju persoalan-persoalan umum
di mana seniman itu hidup, kemudian diterjemahkannya lewat
lambang dan simbol. Ciri-ciri kemanusiaan seperti kelahiran, cinta
dan kematian yang punya dasar instrumen secara umum diangkat
sebagai tema seni, tetapi pengolahan terhadap wujud karya tidak bisa
lepas dari adanya keunikan seniman dalam menangkap atau
membentuk idenya.

Definisi dan pengertian seni rupa tradisional adalah unsur


kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu suku,
dan menjadikan karya seni tersebut sebagai adatnya. Karya seni
tradisional biasanya menjadi sebuah barang yang khas dari saerah
pembuatnya. Seni tradisinal yang ada disetiap daerah selalu berbeda
dengan daerah lain. Meskipun beberapa daerah memiliki kemiripan
namun, bentuk dan penempatan objeknya pasti tidak sama. Karena,
setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri. Secara umum, seni
tradisonal mengacu pada sebuah kebudayaan tertentu dan berbeda
dengan seni modern masa kini. Seni tradisional sering berpengaruh
dengan kebudayaan daerah setempat dan pada zaman dahulu seni
tradisional ini sering digunakan sebagai upacara adat.

Keberagaman lokasi geografis dan keanekaragaman seni tradisional


membuat karya seni ini tidak bis didiskrispsikan secara jelas namun,
semua karya seninya memiliki ciri-ciri yang sama. Contoh seni
tradisional diantaranya adalah wayang kulit, wayang beber, wayang
golek, kemudian batik, songket, tenun dan sebagainya. Untuk ciri-
cirinya sebagai berikut :

 Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktifitas


dalam sebuah budaya, bisa berupa aktifitas religius ataupun
seremonial.
 Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
 Mengutamakan fungsi dibandingkan estetika.
 Dianggap naif karena tidak mengindahkan kaidah seni.
 Bersifat impulsif, hanya spontanitas saja.

Anda mungkin juga menyukai