Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DASAR DAN FUNGSI SENI

Seni mempunyai usia yang lebih kurang sama dengan keberadaan manusia di muka
bumi ini. Seni telah menjadi bagian dari sejarah kebudayaan manusia, menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia di berbagai belahan bumi. Dalam usianya
yang sudah sangat tua tersebut, seni hadir dengan beraneka macam fungsi, bentuk dan
jenisnya. Namun walaupun seni telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan kita tetapi seringkali kita kesulitan untuk menjelaskan apakah “seni” itu?.

A . Pengertian Seni

Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti
berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentukbentuk yang indah
atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda cilpa berarti pewarnaan, arti ini kemudian
berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak
disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para
cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Saat itu
belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni sebagai ekspresi
pribadi belum ada dan seni merupakan ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat
kolektif. Pemahaman ini pada kenyataannya tidak hanya terdapat di India dan Indonesia
saja, tetapi juga terdapat di Barat pada masa lampau.

Istilah seni yang disepadankan dengan kata art dalam bahasa Inggris berawal dari,
istilah-istilah dalam bahasa Latin pada abad pertengahan ars, artes, dan artista. Ars berarti
teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu;
adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran;
sedangkan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Dengan
demikian kata artista kiranya dapat dipersamakan dengan cilpa yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Kata ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l'arte (Italia), l'art
(Perancis), elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu artinyapun
berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya seni ini. Walaupun demikian, di
Eropa ada juga istilah-istilah lain yang berhubungan dengan seni, orang Jerman menyebut
seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang
lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art,
yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula
pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah
kegiatan yang berhubungan dengan seni.

Saat ini, seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian
yang dipahamai oleh masyarakat pada umumnya. Pengertian umum tersebut diantaranya
seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai
keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
sebagainya) (Depdikbud, 1989:816). Bentuk-bentuk (karya seni) yang memiliki nilai
keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-
rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Kesenian tradisional kita,
gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan
telinga (pendengaran). Hiasan berupa ukiran yang menempel pada dinding ruangan
memberikan kesemarakan pandangan mata. Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga
menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya.

Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan
tidak selamanya bertahan sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer
(termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga
karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan. Banyak karya seni kini yang
hadir justru “tidak menyenangkan”, tetapi menunjukkan berbagai persoalan yang rumit
(sebagai problem kehidupan). Tema dalam seni yang “tidak menyenangkan” ini tumbuh
dari manifestasi kesengsaraan, kemelaratan kekacauan atau bahkan protes sosial. Karya
seni tersebut dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan dengan berbagai teknik dan metode
penciptaan yang eksperimental dan bernuansa ekspresif. Seringkali setelah menonton atau
menikmati karya seni teater atau musik kontemporer, perasaan kita serasa digelitik, atau
pemikiran kita dikuras dalam upaya menelusuri alur cerita teater dan irama musik yang
absurd (tidak mudah dimengerti, tdak enak didengar atau tidak berujung pangkal).

Berkaitan dengan istilah seni ini beberapa filosof, seniman dan ahli seni pun mencoba
mengemukakan pendapatnya tentang seni. Schopenhauer misalnya, adalah orang pertama
yang menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada kondisi seni musik.
Schopenhauer berpikir tentang kualitas abstrak dari seni musik, dan hampir hanya dalam
seni musik saja seorang seniman memiliki kemungkinan untuk menarik perhatian publik
secara langsung, tanpa intervensi medium komunikasinya yang sering juga dipakai untuk
maksud-maksud lain. Penyair misalnya, menggunakan kata-kata yang berhubungan erat
dengan maknanya dalam dialog sehari-hari. Pelukis umumnya berekspresi dengan
pengambaran keadaan dunia ini. Hanya seorang komponis musiklah yang betulbetul bebas
menciptakan karya seni sesuai dengan kesadarannya sendiri, dan dengan tiada tujuan lain
kecuali untuk dapat menyenangkan.

Tujuan untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan ini rupanya menjadi


makna seni yang dianut juga oleh Herbert Read yang secara sederhana menyimpulkan
bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk yang menyenangkan berarti memuaskan kesadaran rasa keindahan kita. Rasa
indah itu tercapai bila kita bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-
bentuk yang kita amati. Pengertian ini menyatakan pandangan tentang seni dari segi
kebentukan fisik (obyektivitas).
Pengertian seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yang
menyebutkan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas
dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan semata-mata karena kehendak akan
kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual. Sendok misalnya, dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut
sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai,
misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan
pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni
yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian benda
kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh,
pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau
pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta
modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut. Hiasan atau model yang
dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian adakalanya
beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni
tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat sentuhan seni.

Pengertian lain tentang seni dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang tokoh
Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul
dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan
manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut (Ki Hajar Dewantara, 1962).
Definisi Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan
bahwa seni memiliki proses ‘transfer of feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta
ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan
manusia (Tolstoy, 1960).

Pengertian seni yang menekankan pada kegiatan rohani dikemukakan oleh Akhdiat
Kartamiharja. Menurut Akhadiat, seni adalah kegiatan psikis (rohani) manusia yang
merefleksi kenyataan (realitas). Hal tersebut terjadi karena bentuk dan isi karya tersebut
memiliki daya untuk membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam
psikis (rohani) si penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, pengertian tersebut
menunjukkan peranan jiwa (seniman) dalam proses berkarya seni dan karya seni itu
sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan menggerakkan anggota tubuhnya saja
(aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang
dibuatnya belum dapat dinamakan seni.

Ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas Munro, mendefinisikan seni
sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain
yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapantanggapan yang berujud pengamatan,
pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional (Munro, 1963).
Kedua definisi terakhir tersebut di atas memberikan pernyataan yang sama, yaitu
seni sebagai kegiatan psikis (rohani) atau merupakan manifestasi jiwa. Sudjojono, seorang
pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia, yang dianggap sebagai pendobrak tradisi
seni lukis pemandangan alam, juga menyatakan bahwa seni adalah produk ekspresi jiwa.
Seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam. Isi karya seni yang hidup tercermin dari
kandungan psikis/jiwanya (Yuliman, 1976)

Popo Iskandar, pelukis akademis, yang pengabdiannya pada dunia seni lukis dan
pendidikan seni rupa telah cukup lama, menyatakan bahwa seni merupakan ekspresi yang
dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau bermasyarakat. Karya seni juga
memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung oleh adanya komunikasi antara masyarakat
dengan pencipta (seniman). Ekspresi seni yang terwujud menjadi karya seni yang
merupakan sarana komunikasi dan dalam upaya berinteraksi sosial. Mustahil karya seni
dikatakan keberadaannya tanpa dukungan masyarakat penikmat (apresiator). Justru
proses berkesenian merupakan satu kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga
terjadi interaksi apresiatif. Masih banyak pengertian tentang seni dari para pakar seni,
seniman, guru seni ataupun masyarakat penikmat seni. Berdasarkan beberapa pendapat,
definisi atau pengertian tersebut maka kita dapat menyusun sendiri sebuah pengertian
seni. Seni ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan
pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang
timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir karena
upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial, ekonomi, alam, dan
sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak (tari), suara (musik),
rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan melahirkan kesatuan estetik.

B. Fungsi Seni

Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat,
tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya
imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa merujuk pada nilai-nilai budaya,
norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat.
Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam karya-karyanya, terutama berpangkal
pada rasa tidak puas terhadap kemapanan yang ada. Demikian pula seandainya seniman
mengungkapkan pembaharuan dalam karyanya, ia tentunya berpangkal kepada kenyataan
sosial budaya yang dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang mendambakan
semangat kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan
(sistem sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka.

Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karyakaryanya


memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya
menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk
menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang
hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing (dalam Budhisantoso 1994), sampai pada
kesimpulan bahwa kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai delapan fungsi sosial
yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang
bersangkutan. Kedelapan fungsi sosial itu adalah :

1. Sarana kesenangan dan hiburan

Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat
menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi. Di sela-sela
waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang akan menyisihkan waktu
untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu ialah
dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian. diantaranya dengan menikmati dan
menghasilkan karya-karya seni untuk memberi kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana
hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai sarana kesenangan. Kegiatan kesenian
merupakan salah satu sarana objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang tanpa
menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kenikmatan dan kepuasan jiwa bagi orang yang menikmatinya.

2. Sarana peryataan jati diri,

Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni memungkinkan
seseorang menyatakan kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni
orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan mengungkapkan jati dirinya, dan dengan
mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran
yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan
masyarakat dan bahkan tidak jarang menjadi pujaan (idola).

3. Sarana integratif,

Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan perwujudan
pemikiran, seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang
kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Poster misalnya,
sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga
dengan lagu-lagu perjuangan yang dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan
dan kesatuan.

4. Sarana terapi / penyembuhan,

Mengingat sifatnya yang relatif bebas dari ketentuan sosial yang kaku, kesenian
merupakan sarana objektif bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni yang dapat memberikan kesenangan,
kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus menjadi sarana terapi yang baik bagi
penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh
para ahli kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan para penderita gangguan
jiwa. Dalam beberapa hal fungsi ini tampak menyerupai fungsi seni sebagai sarana hiburan,
tetapi apabila diamati dengan seksama kegiatan seni yang dilakukan seseorang sebenarnya
salah satu upaya untuk memberikan terapi pada kesehatan jiwanya. Orang-orang yang
mengunjungi karaoke misalnya, selain mencari hiburan untk kesenangan, tidak sedikit
diantara merak yang bertujuan untuk mengobati ketegangan (stress) akibat tekanan
pekerjaannya sehari-hari.

5. Sarana pendidikan,

Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan
sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi
sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai keagamaan bahkan sebagai sarana
untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat tradisional seni
digunakan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan
kepercayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni.
Dalam era modern saat ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan
bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu mendorong berbagai
potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun terintegrasi,
pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah sangat membantu
tidak saja terhadap pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga membantu pemahaman
terhadap berbagai bidang studi lainnya.

6. Sarana pemulihan ketertiban,

Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan emosional masyarakat


sekitarnya, menyebabkan kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan
ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan, pertentangan dan ketegangan
sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai sarana untuk memulihkan ketertiban dan
persatuan masyarakat dengan pesan-pesam terselubung yang disampaikan secara indah
dan memikat. Pesan-pesan secara halus dan terselubung itu dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi, masyarakat agar dapat mengendalikan perasaan permusuhan dan
persaingan ke arah perdamaian. Fungsi ini terutama dibangun melalui kegiatan apresiasi
seni. Dengan menghargai berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai
berbagai perbedaan, budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok
masyarakat lain. Lagu We Are The World yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan
Imagine yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya, merupakan sebagian dari
sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup dalam
damai.
7. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis,

Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan pemikiran


mereka secara terselubung dan indah seringkali merupakan daya pikat yang kuat dan
bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni tersebut. Tidak jarang karya-
karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu membangkitkan perasaan benci,
cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai dengan pesan-pesan terselubung yang
disampaikan melalui karya-karya seni. Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan
diberbagai media massa cetak dan lagu yang mengiringi berita bencana alam di tanah air
kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta
pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini turut
larut dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis fotofoto
dan musik tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang indah.

Mengingat pentingnya fungsi sosial kesenian bagi kehidupan suatu masyarakat,


tidaklah mengherankan kalau di dunia ini tiada suatu masyarakat pun yang tidak
mengembangkan kesenian. Fungsi pokok kesenian pada mulanya sekedar sarana untuk
membebaskan seseorang dari ketegangan dengan cara mengungkapkan perasaan dan
pemikirannya secara objektif. Dalam perkembangannya ia mampu menanggung fungsi
sebagai sarana yang dapat membangkitkan kepekaan pengertian dan mengandung
tanggapan emosional, yang dapat membina keseimbangan hidup perorangan maupun
kolektif. Dengan demikian kesenian tidak hanya penting sebagai sarana ungkapan perasaan
dan pernyataan pemikiran perorangan, tetapi juga sebagai sarana ungkapan dan
pernyataan kolektif yang mengandung pesan-pesan kebudayaan.

Manusia, sebagaimana dinyatakan oleh Hoebel (1958) bisa hidup tanpa kesenian,
namun manusia tidak dapat dipisahkan dari kesenian. Tidak berkesenian berarti tidak
manusiawi, karena kesenian merupakan motor penggerak dan inti setiap kebudayaan.
Karenanya bukan tidak beralasan kalau pembinaan dan pengembangan kebudayaan itu
dimulai dengan pembinaan dan pengembangan kesenian. Berhasil tidaknya pengembangan
suatu kebudayaan, tergantung pada keberhasilan pembinaan kesenian. (Budhisantoso,
1994),

Harus diakui bahwa peranan karya seni dalam kehidupan suatu bangsa sangat besar.
Para ahli ilmu pengetahuan akan mengalami berbagai kesulitan untuk membaca kenyataan
masa lalu tanpa peninggalan produk seni, baik yang berkaitan langsung dengan aktivitas
hidup sehari-hari maupun aktivitas rohani. Cukup jelas bagi kita bahwa pada masa gelap
historis, produk seni yang berhasil ditemukan memberikan sepercik fakta guna
merekonstruksi kenyataan masa lampau. Pada masa yang gelap itu, produk seni menjadi
petunjuk terungkapnya tingkat peradaban suatu bangsa, disamping membantu
menjelaskan tingkat religiusitas masyarakatnya dan pengetahuan yang dimiliki juga
teknologi yang digunakan pada masa itu. Pada awal bangsa Indonesia memasuki era
sejarah, peninggalan purba berupa bangunan candi, patung, relief, dan sebagainya
mempunyai arti penting untuk mengungkap alam pikir dan moral spiritual masyarakat
waktu itu. Kebiasaan merekam suatu peristiwa atau ajaran yang tersamar dalam bentuk
karya seni, merupakan pencerminan budaya elit yang selalu bertumpu pada tujuan
harmonis. Banyak ditemukan bentuk seni yang mencerminkan sikap dan perilaku simbolik,
sehingga diperlukan kepekaan rasa guna menerjemahkan setiap pesan yang disampaikan.
KONSEP DASAR MUSIK
Musik merupakan salah satu jenis seni yang cukup tua umurnya, musik hadir
bersamaan dengan saat pertama kali orang mampu mendengarkan dan mengeluarkan
bunyi. Bagi anak-anak bunyi merupakan sarana komunikasi pertama yang digunakan
ketika mereka belum bisa berbicara. Melalui perbedaan bunyi pula anak mencoba
mengidentifikasi orang-orang disekitarnya. Perkembangan saat ini bahkan menunjukkan
proses pendidikan menggunakan musik sejak anak masih berada dalam kandungan. Lagu-
lagu klasik diyakini oleh beberapa ahli dapat meningkatkan kecerdasan anak apabila
diperdengarkan saat anak masih berada dalam kandungan.

Menyadari peran musik dalam kehidupan anak-anak inilah salah satu yang mendasari
penggunaannya dalam pendidikan. Sebagai seorang guru saudara diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi emosi dan kecerdasan siswa melalui seni
musik. Untuk itu dalam sub unit ini saudara akan mendapatkan informasi mengenai dasar-
dasar musik yang sangat bermanfaat bagi saudara dalam memahami peran seni musik
dalam kehidupan anak dan implemantasinya kelak dalam pembelajaran di sekolah

A. Pengertian Seni Musik

Seni Musik adalah salah satu cabang seni yang menggunakan bunyi sebagai media,
ditinjau dari sumber bunyinya, bahannya dan cara memainkannya. Bahkan alat yang
digunakan ada yang di tala maupun tidak. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan antara
musik yang satu dengan lainnya. Ada musik yang dibuat dengan mengeksplorasi sumber
bunyi yang dihasilkan oleh organ tubuh manusia, seperti; tepuk tangan, bersiul, suara
mulut, dan sebagainya, tetapi adapula yang menggunakan alat-alat lainnya seperti; batu,
bambu, kayu, logam, dan sebagainya, dan adapula yang menggunakan alat-alat musik yang
sengaja dibuat baik secara tradisional maupun menggunakan teknologi canggih, seperti;
gamelan, angklung, rebana, piano, gitar, biola, flute, saxophone, Trompet dan sebagainya.
Dengan banyaknya alat yang digunakan sebagai sumber bunyi, maka karya-karya musik
yang dihasilkanpun sangat beraneka ragam baik dilihat dari alat-alat musik yang
digunakannya maupun komposisi musik yang dihasilkannya.

B. Fungsi Musik

Sejak dahulu hingga sekarang musik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Musik senantiasa hadir setiap saat kapan pun manusia membutuhkannya. Musik bukan
hanya milik si kaya atau si miskin, tetapi musik adalah milik semua orang. Musik juga tidak
hanya diperlukan oleh orang-orang tertentu, karena musik milik semua orang dan
diperlukan oleh siapapun yang hidup di dunia ini.
Setiap musik pasti memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Fungsi tersebut sesuai dengan keinginan dari para pencipta atau masyarakat pemiliknya.
Dari sejumlah musik yang tersebar di daerah, dilihat dari fungsi dapat dikelompokan
menjadi beberapa bagian, yaitu; (1) musik sebagai media ekspresi; (2) musik sebagai
hiburan; (3) sebagai media upacara; dan (4) musik sebagai media komersial; (5) musik
sebagai media untuk mengiringi tarian.

1. Musik sebagai media ekspresi


Bagi para seniman, seni adalah merupakan satu-satunya media yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengungkapkan ekspresi yang ada di dalam dirinya. Seniman
tari mengungkapkannya melalui gerak, Pelukis mengungkapkannya dalam bidang karya
lukis, begitupun dengan seniman dalam bidang seni music

Pemusik (musikus) menjadikan musik sebagai satu-satunya alat untuk mencurahkan


berbagai ekspresi yang dimilikinya. Karya-karya musik hasil curahan ekspresi para
musikus tersebut, ada yang berbentuk musik vokal, instrumental, dan ada pula yang
merupakan campuran antara vokal dan instrumen. Disamping sebagai media ekspresi
musik juga berfungsi sebagai media untuk menunjukkan eksistensi diri senimannya. Untuk
menunjukkan eksistensinya ini seorang pemusik dapat saja menyanyikan atau memainkan
lagu ciptaan orang atau musisi lain. Dengan demikian sebagai media ekspresi, musik tidak
saja berfungsi bagi penciptanya tetapi juga bagi orang lain yang memainkan atau
menyanyikannya

2. Musik sebagai media hiburan

Bagi masyarakat, musik-musik yang merupakan hasil karya cipta para seniman itu
dapat memberikan hiburan di sela-sela kesibukannya sehari-hari. Banyak cara yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk dapat mendengarkan musik, ada yang sengaja nonton
pagelaran musik di gedung-gedung pertunjukan, ada yang hanya nonton pertunjukan
musik pada acara-acara hajatan, ada yang hanya mendengarkan melalui siaran di radio,
dan ada pula yang menyaksikan tayangan-tayangan musik dari siaran televisi.

Setiap orang memiliki selera yang berbeda dalam memilih musiknya sebagai hiburan,
ada yang suka dangdut, pop, jazz, dan ada pula yang suka dengan musik-musik tradisional,
seperti Calung, Angklung, Klenengan, Degung, saluang, dan sebagainya. Ekspresi yang
diberikan oleh setiap penonton dalam menyaksikan pertunjukan pun berbeda-beda, ada
yang menunjukannya dengar cara berjoged, ada yang hanya menggerak-gerakan telunjuk
tangannya, kepala, kaki, dan ada pula yang hanya diam terpaku sambil menikmati alunan
musik yang di dengarnya

Sebagai media hiburan, musik juga berfungsi sebagai saran untuk terapi atau
pengobatan. Tekanan pekerjaan, lingkungan belajar, masalah rumah tangga dan sebagainya
dapat dinetralisir dengan memainkan, mendengarkan musik atau menyanyikan lagu-lagu
tertentu

3. Musik sebagai media upacara

Musik-musik yang berkembang di masyarakat, selain memiliki fungsi untuk


memberikan hiburan kepada masyarakat penggemarnya, ada pula musik-musik yang
khusus diciptakan untuk kebutuhan upacara yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Jika di
daerah Jawa Tengah terdapat Gamelan Sekaten yang biasa dibunyikan pada acara Maulid
Nabi untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhamad S AW, maka di Jawa Barat pun ada
musik Jentreng yang biasa dibunyikan pada setiap upacara panen padi. Musik-musik yang
memiliki fungsi seperti ini banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia, baik di Bali,
Sumatera utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Papua/Irian Jaya, dan
sebagainya.

Fungsi musik sebagai media upacara diperuntukan bagi sesuatu yang diupacarakan.
Fokus yang diupacarakan itu bisa ditujukan kepada Tuhan, para Dewa-Dewi, roh Nenek
Moyang, roh halus, dan sebagainya.

4. Musik sebagai media komersial

Bagi para seniman, kegiatan bermusik bukanlah hanya kegiatan untuk menyalurkan
bakat dan hobbinya di dalam bidang musik, tetapi juga dapat dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan, bahkan ada pula orang-orang yang mata
pencahariannya dalam bidang seni musik baik sebagai pencipta maupun pemain.

Jika mereka mereka menciptakan musik untuk dijual baik dalam bentuk rekaman
kaset, CD, maupun yang lainnya, mereka akan mendapatkan uang dari hasil penjualan
karya yang diciptakannya itu. Begitu pula jika mereka dipanggil untuk memainkan musik
pada acara-acara tertentu, seperti pada acara hajatan dan sebagainya, maka mereka akan
diberi imbalan dalam bentuk uang. Besarnya imbalan yang diterima, biasanya tergantung
kepada hasil kompromi antara sipenanggap dengan pihak seniman. Bagi seniman imbalan
yang diperoleh dari hasil memainkan musik tersebut dapat dijadikan mata pencaharian
dalam kehidupannya sehari-hari.

Musik sebagai media komersil ini termasuk juga jenis-jenis musik yang digunakan
untuk menyertai promosi produk atau iklan di media elektronik. Karena sifatnya yang
mengikuti iklan media elektronik yaitu diperdengarkan berkali-kali, maka seringkali musik
atau lagu yang menyertai iklan ini cepat menjadi akrab dengan pendengarnya
5. Musik sebagai iringan tari

Jika kalian sering melihat pertunjukan tari, maka di dalam pertunjukan tari tersebut
ada unsur musik yang khusus diciptakan untuk mendukung gerakgerak tari yang
dipertunjukan. Untuk kepentingan pertunjukan tari tersebut, musik harus benar-benar
menyesuaikan dengan gerak-gerak yang diciptakan dalam tari. Tari memang tidak bisa
dilepaskan dari unsur musik, karena tari tanpa musik seperti sayur tanpa garam.

6. Musik sebagai media pendidikan

Sebagai media pendidikan, musik digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.


Musik misalnya, digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kecintaan siswa terhadap tanah
air melalui lagu-lagu perjuangan. Memperdengarkan lagiu dari berbagai daerah juga dapat
digunakan untuk pendidikan siswa dalam hal menanamkan sikap toleransi terhadap
perbedaan suku, ras dan agama. Siswa menghargai perbedaan budaya melalui berbagai
varian musik yang diperdengarkan. Dalam pendidikan, musik juga dapat digunakan sebagai
sarana pengembangan diri siswa. Keberanian untuk mencipta lagu dan menampilkannya
dihadapan publik sekolah dapat meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri siswa

Anda mungkin juga menyukai