Anda di halaman 1dari 9

Lampiran 1

BAHAN AJAR

A. Jenis, fungsi, tema dan nilai estetis karya seni rupa


1. Jenis karya seni rupa
1.1 Seni rupa berdasarkan fungsi.
a. Seni Rupa Murni
Seni rupa murni adalah seni rupa yang fokus terhadap nilai estetika atau nilai lainnya
tanpa mempertimbangkan fungsi terapan dari benda yang diciptakan. Seni ini dapat
menjadi sangat eksperimental dan tidak mudah dipahami oleh kalangan masyarakat
umum. Sebaliknya dapat pula menjadi suatu gerakan sosial yang justru dapat dengan
mudah masuk ke kalangan umum dan menyerukan pesan positifnya.
b. Seni Rupa Terapan
Sebaliknya, seni rupa terapan justru mengutamakan fungsi terapan yang dapat
diaplikasikan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, desain produk
yang harus memaksimalkan fungsionalitas dari produknya sendiri dibandingkan dengan
nilai keindahannya.
1.2 Seni rupa berdasarkan wujud.
a. Seni Rupa 2 Dimensi
Ketika berbicara seni dalam wujud 2d, maka terdapat berbagai parameter unik yang
muncul dan berbeda dari ragam wujudnya yang lain. Hal tersebut meliputi medium,
bahan karya, teknik, hingga keunikan lain yang membuatnya beda dari seni rupa 3d.
b. Seni Rupa 3 Dimensi
Seni rupa 3 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran sisi, artinya
medianya memiliki kedalaman atau ruang ketiga (z). Seni rupa 3d memiliki proses
berkarya yang berbeda. Wujud ini juga memiliki prioritas prinsip yang berbeda dari seni
2d.
1.3 Seni rupa berdasarkan masa
a. Seni Rupa Tradisional
Seni rupa tradisional adalah seni yang secara turun-temurun dijaga keaslian norma,
teknik, adat kebiasaan tertentu. Tradisi menjadi kata kunci utama bagi karya seni rupa
tradisional.
b. Seni Rupa Modern
Seni rupa modern adalah seni yang tidak terbatas pada tradisi atau adat istiadat suatu
daerah tertentu layaknya seni rupa tradisional. Seni modern mulai mengembangkan
seni rupa berdasarkan filsafat, ilmu dan prinsip-prinsip seni yang lebih mapan.
c. Seni Rupa Kontemporer
Seni kontemporer adalah seni yang terikat pada masa dan konteks keadaan sekitar
ketika karya tersebut diciptakan. Namun, mudahnya boleh dibilang juga bahwa seni
rupa kontemporer adalah seni yang tengah berjalan saat ini, detik ini, sekitar tahun dan
abad ini (sedang berlangsung).
2. Fungsi seni rupa
Fungsi seni rupa tentunya sangat bergantung pada jenis ragamnya. Misalnya, seni rupa
terapan jelas memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan produk yang diciptakannya. Seni murni
lebih memiliki fungsi riset dan akademis dan memberikan fungsi ekstrinsik seperti nilai sosial.
Namun, meskipun seni murni jelas-jelas tidak memperhatikan fungsi, sejatinya seni murni juga tetap
dapat bermanfaat bagi kehidupan sosial. Tidak jarang perupa murni yang menyematkan atau
menyuarakan pesan sosial dalam karyanya.
Secara umum, sebelum menjadi berbagai ragam jenis yang berbeda, terdapat setidaknya
dua fungsi umum yang menyelubungi seni. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Individu.
Merupakan fungsi yang bermanfaat pada individu pencipta seni rupa sendiri. Fungsi ini
terdengar hanya dapat didapatkan oleh perupa murni saja untuk menyalurkan ekspresi dan
gagasannya. Namun, sebetulnya para pelaku desain atau seni terapan lain juga dapat
memilikinya. Misalnya bagaimana prototyping suatu rancangan desain produk dapat
bermanfaat bagi desainernya, sebagai acuan dasar untuk memudahkan proses perancangan
selanjutnya yang akan dilemparkan ke pasar atau konsorsium tertentu seperti firma desain.
Intinya fungsi individu memberikan kelebihan khusus terhadap individu penciptanya sendiri.
b. Fungsi Sosial
Sementara meskipun fungsi sosial identik dengan para perupa murni yang sering menyerukan
pesan sosial dan nilai-nilai positif lain, seni terapan juga dapat memiliki fungsi ini. Sejatinya,
perupa seni terapan adalah teknokrat yang menyelesaikan banyak masalah sehari-hari yang
dialami oleh masyarakat. Sehingga secara otomatis produk tersebut akan memiliki fungsi sosial.
3. Tema karya seni rupa
Tema dalam karya seni rupa adalah gagasan, ide, ataupun isi yang terkandung di dalam
karya seni rupa, baik karya seni rupa dua dimensi, maupun seni rupa tiga dimensi. Dengan
memahami tema dalam karya seni rupa, berarti seseorang mengetahui tujuan penciptaan karya seni
yang dimaksud.
Pada zaman dahulu, tema-tema karya seni rupa hanya terbatas tema-tema keagamaan.
Misalnya, relief candi Buddha menceritakan kehidupan Sidharta Gautama dan relief candi Hindu
banyak mengangkat tema Ramayana dan Mahabarata.Namun, seiring berjalannya waktu, tema-
tema semakin beragam. Hal ini disebabkan karena fungsi seni rupa tidak hanya dalam hal
keagamaan, tetapi telah merambah menjadi seni profan yang berkaitan dengan kehidupan duniawi.
Tema-tema yang digunakan di dalam karya seni rupa selalu dipengaruhi oleh waktu dan
keadaan masa penciptaan. Salah satunya, dipengaruhi oleh sosial budaya. Oleh sebab itu,
keragaman budaya di Indonesia sangat mendorong munculnya berbagai tema seni rupa murni yang
dihasilkan. Adapun contoh tema-tema karya seni rupa, di antaranya yaitu keagamaan, sosial,
kemanusiaan, dunia binatang, alam, perjuangan, peperangan, tarian daerah, dunia anak, dan
sebagainya.
4. Nilai estetis karya seni rupa
Nilai estetis karya seni rupa merupakan salah satu aspek analisis seni yang paling
diperhatikan. Pada tataran pemahaman yang sederhana, nilai estetis sering hanya dikaitkan dengan
keindahan atau unsur bagus-jeleknya suatu karya saja. Namun, sebetulnya pemahaman nilai estetis
sangatlah terjal dan menyebar pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Apakah seseorang
dianggap cantik harus selalu putih? Apakah lukisan yang indah itu harus realis/natural? Bukankah
indah atau cantik itu relatif?
Jenis nilai estetika
Untuk membedakan nilai estetis mana yang akan kita lihat, kita harus membedakan nilai
estetis berdasarkan sudut pandang estetika yang digunakan. Menurut (Tim Kemdikbud 2018, hlm.
10) Nilai karya seni rupa secara teoretis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objektif/intrinsik
dan subjektif /ekstrinsik.

1. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni, aktivitas ini mendasarkan kriteria
ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan formal karya seni. Tata formal ini maksudnya
adalah bagaimana kualitas setiap unsur pada karya. Apakah seniman menerapkan penggunaan
unsur garis yang tepat? Bagaimana pengaplikasian kontrasnya? Apakah karya cukup tampak
jelas atau justru sengaja dibuat kuat kontras untuk menampilkan nuansa romantis? Berbagai
pertanyaan ini dapat dinilai secara objektif dan tidak mengenai selera semata. Seorang seniman
yang telah berpengalaman mampu mengolah garis, bidang, gempal, warna, serta prinsip seni
rupa seperti kontras, keseimbangan yang apik dan menghasilkan karya yang apik secara bentuk
atau konkretnya (formal).
2. Sementara itu, nilai subjektif kita peroleh dari pengalaman mengamati karya seni, misalnya
tentang “pesan seni” dan nilai keindahan berdasarkan reaksi dan respons pribadi kita sebagai
pengamat. Dalam hal ini, nilai estetis sangatlah subjektif. Setiap orang atau bahkan suatu
masyarakat pada suatu region tertentu akan memiliki interpretasi yang berbeda. Misalnya suku
Sunda menganggap warna putih adalah warna suci sehingga digunakan oleh pengantin pada
pesta pernikahan. Sementara masyarakat Sulawesi justru menganggap warna putih bukanlah
warna yang baik untuk digunakan pada acara besar seperti pernikahan.

5. Tokoh karya seni rupa


Karya seni rupa dibuat atau diciptakan oleh seorang seniman atau perupa. Dalam dunia
seni rupa, seorang seniman atau perupa dianggap sebagai tokoh, terutama karena kepeloporan,
keunikan bentuk atau gagasan karyanya yang dikenal luas menginspirasi perupa lainnya. Tokoh
seni rupa umumnya dijumpai pada penciptaan karya-karya seni rupa murni, seperti karya seni Lukis,
seni patung, atau pada penciptaan karya-karya seni rupa modern dimana sebuah karya selalu
disertai dengan inisial pembuat atau penciptanya.
Indonesia memiliki tokoh-tokoh seni rupa yang mendunia. Sejak sebelum kemerdekaan, seni rupa
Indonesia terus berkembang mencari bentuk ketimurannya. Tokoh-tokoh seperti Abdullah Suriosubroto
dengan gaya Mooi Indie, Affandi dengan impresionisme, hingga Popo Iskandar dengan ekspresionisme
terkenal dengan kekhasan masing-masing. Baca selengkapnya di artikel "Mengenal Tokoh-Tokoh
Karya Seni Rupa Indonesia", https://tirto.id/giQv
Sebagian besar nilai seni rupa menonjolkan kekuatan visual, meskipun juga ada yang
berkisar di seni kriya. Kesan yang dimunculkan dalam seni rupa kerap kali berupa olahan
konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Contoh karya seni rupa dua dimensi.

Gambar 1. Abdullah Suriosubroto


Gambar 2. Affandi (ekspresionisme)

Gambar 3. Popo Iskandar (Modern)


Contoh karya seni rupa tiga dimensi.
Gambar 4. Patung garuda wisnu kencana bali. (Nyoman Nuarta)

Gambar 5. Patung dirgantara/ Pancoran. (Edhi Sunarso)


Gambar 6. Gerabah (seni rupa terapan)
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Sekolah Seni Budaya Kelas XII.
Revisi. Jakarta: Kemendikbud.
https://tirto.id/giQv
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221115101357-569-873833/mengenal-jenis-
karya-seni-rupa-dan-contohnya
https://www.mikirbae.com/2016/03/menulis-kritik-seni-rup.html

Anda mungkin juga menyukai