Anda di halaman 1dari 27

BAHAN SEMESTER

SENI BUDAYA
MENGANALISIS KARYA SENI RUPA BERDASARKAN JENIS, FUNGSI, TEMA, DAN TOKOH
DALAM BENTUK LISAN DAN TULISAN

DISUSUN OLEH
M.DARMAWAN,SPd

KELAS
XI IPA - IPS

SMA NEGERI 1 AIKMEL

Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
serta sholawat sera salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan
jalan kemudahan dari Allah makalah Seni Budaya dapat terselesaikan.
Terselesaikannya makalah ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada guru Seni Budaya. Semoga bantuan dari Bapak/Ibu dan sdr/I
menjadi suatu ladang amal dan diberikan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
“Tiada gading yang tak retak” sebagaimana makalah ini masih belum sempurna. Namun demikian
penyusun hanya bias berusaha untuk memberikan yang terbaik. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

AIKMEL, 2 MARET 2020


Penulis

Seni rupa adalah cabang dari seni untuk menghasilkan karya seni dengan ekspresi dan kualitas yang bisa dilihat
oleh indera penglihatan dan diraba oleh indera peraba.
Jadi seni rupa lebih menuju keindahan visual dibandingkan daripada keindahan indera yang lainnya. Secara kasar
seni rupa jika diterjemahkan ke Bahasa Inggris adalah fine art. Namun seiring berkembangnya seni modern
artifine art lebih condong ke seni rupa murni dan kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke
dalam bahasan visual arts .

A. Jenis-jenis Seni Rupa

Jenis-jenis seni rupa ada 3 yaitu berdasarkan wujudnya, waktu/masanya dan terakhir berdasarkan fungsinya.
Berikut jenis-jenis seni rupa:
1. Jenis Seni Rupa Berdasarkan Dimensinya
Seni Rupa Dua Dimensi atau Dwimatra adalah karya seni rupa yang terbentuk dua ukuran, yaitu panjang dan
lebar dan hanya bisa dilihat dari arah depan. Contoh seni rupa dua dimensi adalah seni lukis, seni batik, sketsa,
dan seni ilustrasi.
Seni Rupa Tiga Dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga unsur yaitu panjang, lebar, dan tinggi serta
memiliki unsur kesan ruang, bentuk, dan volume dan bisa dilihat dari segala arah. Contohnya bonsai, patung,
seni keramik, diorama dan yang lainnya.

2.Jenis Seni Rupa Berdasarkan Masanya


Seni Rupa Tradisional, Seni rupa zaman dahulu yang sudah memiliki aturan dan pakem tersendiri dan bersifat
statis maksudnya baik bentuk maupun gayanya tidak mengalami perubahan. Aspek seni rupa tradisional ini
dipertahankan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi sampai saat ini.
Seni Rupa Modern, merupakan karya seni terbaharui dari seni rupa tradisional yang mana aturan ataupun pola-
pola yang ada sudah di ubah dan mengandalkan kekreatifitasan pembuat seni rupa atau bersifat
individualis. Contoh seni rupa modern diantaranya adalah lukisan, grafis, patung dan kriya.
Seni Rupa Kontemporer, adalah karya seni yang muncul karena trend atau kondisi waktu dan bersifat kekinian.
3. Jenis Seni Rupa Berdasarkan Fungsinya
Seni Rupa Murni adalah karya seni rupa yang dibuat hanya untuk nilai estetika dan ide saja pembuat saja, bukan
untuk dipakai.

Seni Rupa Terapan, adalah seni rupa yang lebih bertujuan untuk nilai pakai. Contohnya keramik, poster, senjat a

tradisional dan lain-lain.

B. Fungsi Seni Rupa


1. Fungsi Individu
a. Fungsi pemenuhan kebutuhan fiisk
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk homofaber yang memiliki kecakapan untuk apresiasi pada keindahan
dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu kepada pemuasan kebutuhan fisik sehingga dari
segi kenyamanan menjadi hal yang penting. Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture, seni pakaian/textile,
seni kerajinan, dll.

b. Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional


Setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia lain. Pengalaman dari setiap orang
sangatlahberbedauntuk mempengaruhisisi emosional atau perasaannya. Contohnya perasaan sedih, gembira,
letif-lelah, kasihan, cinta, benci, dll. Manusia mampu merasakan semua itu karena di dirinya terdapat dorongan
emosional karena merupakan situasi kejiwaan pada setiap manusia normal. Untuk memenuhi kebutuhan
emosional manusia memerlukan dorongan dari luar dirinya yang sifatnya menyenangkan, memuaskan
kebutuhan batinnya. Contohnya mengalami keletihan sehingga membutuhkan rekreasi seperti teater, menonton
biskop, konsert, pameran seni dll.

2. Fungsi Sosial
a. Fungsi Sosial Seni dibidang Rekreasi
Banyak aktivitas seseorang membuat mereka merasakan kejenuhan sehingga orang tersebut memerlukan
penyebaran seperti berlipur ke tempat rekreasi objek wisata (rekreasi alam). dan Seni rupa juga sebagai benda
rekreasi seperti seni teater, pameran lukisan, pagelaran musik, dan pameran bonsai. Arti seni benda rekreasi
adalah seni yang menciptakan kondisi bersifat penyebaran dan pembaharuan kondisi yang telah ada. b. Fungsi
Sosial Seni bidang Komunikasi
Setiap manusia pasti berkomunikasi dengan bahasa karena merupakan sarana komunikasi paling efektif dapat
dengan mudah dimengerti. Namun bahasa memiliki keterbatasan karena tidak semua bahasa dapat dimengerti
seluruh orang didunia ini karena bahasa setiap negara berbeda-beda, maka dari itu dibutuhkan bahasa universal
yang digunakan untuk berkomunikasi di seluruh dunia ini. Berdasarkan pernyataan tersebut, seni diyakini dapat
berperan sebagai bahasa universal. seperti affandi yang berkomunikasi ke seluruh dunia dengan lukisannya,
Shakespare berkomunikasi dengan puisi-puisinya. Berdasarkan dari contoh nyata tersebut, seni dapat menembus
batasan-batasan verbal, maupun perbedaan lahiriah setiap orang.

c. Fungsi Sosial di bidang Pendidikan


Dalam arti luas, pendidikan adalah suatu kondisi yang bertransformasi yang mengakitkan kondisi tertentu
menjadi lebih maju. Seni dapat memberikan pendidikan karena dari setiap pertunjukan seni terdapat makna
yang disampaikan. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkahlaku seseorang
berubah menjadi kondisi yang lebih maju dari sebelumnya. Dari ha ini, bahwa seni menumbuhkan pengalaman
estetika dan etika.

d. Fungsi Sosial Seni dibidang Rohani


Menurut Kar Barth bahwa keindahan bersumber dari Tuhan. Agama merupakan salah satu sumber insiperasi seni
yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi menggambarkan bentuk nilai
estetika.

Tidak hanya itu fungsi nya seni dapat dilihat dibawah ini.
1. Memuaskan batin seniman penciptanya atau memberikan kepuasan tersendiri
2. Memberikan keindahan yang dinikmati secara luas berdasarkan penilaian yang berbeda.
3. Menyampaikan nilai-nilai budaya dan ekspresi seniman
4. Sebagai benda kebutuhan sehari-hari atau benda praktis
5. Sebagai media atau alat untuk mengenang suatu peristiwa tertentu
6. Sebagai sarana ritual keagamaan.
C. Tema Seni Rupa Murni

Setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda di dalam menjalani hidup ini. Begitu pula saat kita
membuat suatu lukisan, masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Perbedaan sudut pandang
dapat dipengaruhi oleh suasana, waktu, dan kondisi geografis. Pembuatan karya seni rupa pada zaman dahulu,
manusia menciptakan karya seni sebagai bentuk sarana ritual keagamaan. Seperti relief-relief pada candi-candi
yang menggambarkan kisah manusia dalam ritual menuju ke alam nirwana. Atau bahkan sebagai sarana untuk
pembelajaran moral masyarakat setempat. Pembuatan karya seni juga dapat digunakan sebagai pengungkapan
ekspresi jiwa yang membuatnya. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam pembuatan suatu karya seni rupa murni
dapat menjadi sebuah tema. Tema adalah gagasan, ide, atau pokok pikiran yang ada di dalam sebuah karya seni
baik dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi maupun seni rupa tiga dimensi. Memahami tema yang ada pada
sebuah karya seni rupa murni berarti kita dapat memahami tujuan penciptaan karya seni tersebut. Tema-tema di
dalam pembuatan karya seni rupa murni antara lain sebagai berikut.
a. Hubungan antara manusia dengan dirinya
Seni rupa merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menuangkan gagasan atau ide dari seseorang.
Untuk mengungkapkan citarasa keindahan manusia mewujudkannya lewat media ekspresi. Media yang
digunakan dapat berupa suatu karya seni rupa seperti lukisan. Di dalam pengungkapannya tersebut kadang
seseorang menggunakan dirinya sendiri sebagai objek lukisannya. Seperti pelukis Raden Saleh, Basuki
Abdullah, Affandi, S. Sudjojono, dan Vincent van Gogh.

b. Hubungan antara Manusia dengan Manusia Lain


Seorang perupa kadangkala dalam mengekspresikan citarasa keindahan menggunakan objek orang-orang yang
ada disekitarnya. Seperti istrinya, anak-anaknya, orangtua, saudaranya, temannya, tetangganya, kekasihnya,
sahabatnya, atau orang-orang yang ada dalam fikirannya.

c. Hubungan antara Manusia dengan Alam Sekitarnya


Alam sekitar yang sangat menarik bagi para pelukis untuk mengungkapkan citarasanya, sering dijadikan objek
untuk lukisannya. Seperti pemandangan gunung, laut, sungai, sawah, hutan, perkampungan, perkotaan, binatang
dan masih banyak lagi alam yang dijadikan objek lukisan. Tokoh pelukis yang sering menggunakan alam
sebagai objek seperti Basuki Abdullah, Raden Saleh Bustaman, Dullah, Pirngadi, Henk Ngantung, Wakidi, S.
Sudjojono.

d. Hubungan antara Manusia dengan Benda


Benda-benda di sekitar kita memiliki keunikan tersendiri bagi para pelukis, sehingga menjadikan benda-benda
tersebut menjadi objek lukisannya. Keunikan benda-benda tersebut ada yang berbentuk silindris, kubistis
ataupun yang berbentuk bebas. Bentuk benda tersebut seperti gelas, cangkir, kendi, teko, vas bunga, guci, botol,
sepatu, lemari, meja kursi, buah-buahan, bunga.

e. Hubungan antara Manusia dengan Aktifitasnya


Aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari yang beragam membuat perupa ingin mengabadikan kegiatan
tersebut dalam media lukisnya. Lukisan menjadi sesuatu yang menarik apabila dalam mengambil sudut pandang
aktivitas dapat disusun sesuai dengan komposisi dan proporsi yang baik disertai dengan gelap terang yang tepat.
Aktifitas manusia seperti kegiatan menari, membajak sawah, berburu, jual beli di pasar, menggembala ternak,
dan aktifitas lainnya.

f. Hubungan antara Manusia dengan Alam Khayal


Ide, imajinasi atau khayalan sering melintas dalam pikiran kita baik secara sadar ataupun saat tidak sadar (saat
tidur). Khayalan yang muncul dibenak perupa kadang diwujudkan dalam suatu karya seni. Hasil karya seni rupa
seperti ini sering disebut dengan karya seni surealisme. Karya seni rupa yang dibuat pada dasarnya tidak dapat
dijumpai di alam nyata.

D. Tokoh
1. Aliran Neo-Klasik
Pecahnya revolusi Perancis pada tahun 1789, merupakan titik akhir dari kekuasaan feodalisme di Perancis yang
pengaruhnya terasa juga ke bagian-bagian dunia lainnya. Revolusi ini tidak hanya perubahan tata politik dan tata
social, tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para seniman menjadi bebas dalam memperturutkan panggilan
hati masing-masing, dimana mereka berkarya bukan karena adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin
melukis saja.
Maka dengan demikian mulailah riwayat seni lukis modern dalam sejarah yang ditandai dengan individualisasi
dan isolasi diri. Jacques Louis David adalah pelukis pertama dalam babakan modern. Pada tahun 1784, David
melukiskan “SUMPAH HORATII”. Lukisan ini menggambarkan Horatius , bapak yang berdiri di tengah
ruangan sedang mengangkat sumpah tiga anak laki-lakinya yang bergerombol di kiri, sementara anak
perempuannya menangis di sebelah kanan.
Lukisan ini tidak digunakan untuk kenikmatan, melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran anggota
masyarakat atas tanggung jawabnya terhadap Negara. J.L. David merupakan pelopor aliran Neo-Klasik, dimana
lukisan Neo-Klasik bersifat Rasional, objektif, penuh dengan disiplin dan beraturan serta bersifat klasik.

Ciri-cirinya Lukisan Neo-Klasik :


a. Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis.
b. Bentuk selalu seimbang dan harmonis.
c. Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis.
d. Raut muka tenang dan berkesan agung.
e. Berisi cerita lingkungan istana.
f. Cenderung dilebih-lebihkan.

Tokoh penerus J.L. David dalam Neo-Klasik adalah JEAN AUGUAST DOMINIQUE INGRES (1780-1867)

2. Aliran Romantik
Aliran Romantik merupakan pemberontakan terhadap aliran Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau
mengajak kembali pada alam, sebagai manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki perasaan
dan emosi.
Lukisan-lukisan romantik cenderung menampilkan :
1. Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik) 2.
Eksotik, kerinduan pada masa lalu
3. Digunakan untuk perasaan dari penontonnya
4. Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan
Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut :
a. Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
b. Penuh gerak dan dinamis.
c. Warna bersifat kontras dan meriah.
d. Pengaturan komposisi dinamis.
e. Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
f. Kedahsyatan melebihi kenyataan.

Tokoh-tokhnya antara lain :


a. Eugene Delacroix
b. Theodore Gericault
c. Jean Baptiste
d. Jean Francois Millet

Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore
Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal dari bahasa
Perancis “Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang perbuatan besar atau
tragedy yang dahsyat.

3. Aliran Realisme
Realisme merupakan aliran yang memandang dunia tanpa ilusi, mereka menggunakan penghayatan untuk
menemukan dunia. Salah seorang tokoh Realisme yang bernama “Courbet” dari Perancis mengatakan :
TUNJUKANLAH KEPADAKU MALAIKAT, MAKA AKU AKAN MELUKISNYA, artinya ia tidak akan
melukis sesuatu yang tidak ditunjukkan kepadanya (sesuatu yang tidak real/nyata). Aliran Realisme selalu
melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu dan tanpa ada idealisasi, distorsi atau pengolahan-
pengolahan lainnya. Gustave Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada dasarnya seni yang
kongkrit. Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup yang pahit seperti “Lukisan Pemecah
Batu” dll. Tokoh : Jean Francois, Millet dan Honore Daumier.
4. Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme adalah aliran yang mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya. Penganut aliran ini
berusaha untuk melukiskan keadaan alam, khususnya dari aspek yang menarik, sehingga lukisan Naturalisme
selalu bertemakan keindahan alam dan isinya. Monet merupakan salah satu tokoh pelukis Naturalisme, tetapi
terkadang lukisannya mendekati Realisme. Meskipun lukisan Naturalistiknya Monet yang mendekati Realisme,
tetapi sangat berbeda dengan lukisan Gustave Courbert sebagai tokoh realisme.
Realismenya Courbert bersifat sosialistik yang moralitasnya cukup tinggi, sedangkan realismenya Monet
cenderung melukiskan yang indah-indah dan amoral, karena prinsip Monet adalah “seni untuk kepentingan seni,
bukan untuk apapun. Para pelukis Naturalisme sering dijuluki sebagai pelukis pemandangan. Tokoh
Naturalisme yang berasal dari Inggris adalah Thomas Gainsbrough (1727-1788). Tokohnya antara lain John
Constable, William Hogart, Frans Hall.

5. Aliran Impresionis

Apabila ada orang mendengar istilah Impresionisme, maka asosiasi mereka biasanya tertuju pada lukisan-lukisan
yang impresif, yaitu lukisan yang agak kabur dan tidak mendetail. Claud Monet bukan tokoh impresionisme,
tetapi aliran impresionisme banyak diilhami oleh penemuan-penemuan Claud Monet dalam setiap lukisannya.
Seorang tokoh impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste Renoir (1841-1919).
Pelukis ini sangat gemar melukis wanita, baik dalam kondisi berpakaian maupun tanpa busana. Lukisan
impresionis sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, karena melukis dilakukan di luar studio. Lukisan
impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas dan nampak hanya efek-efek warna yang membentuk
wujud tertentu. Tokohnya : Eduard Manet, Claude Monet,Auguste Renoir, Edward Degas dan Mary Cassat.

E. Pengkajian Karya Seni Rupa


Sebuah karya seni rupa merupakan hasil kreatif serta jerih payah seseorang. Hal ini tentu semestinya mendapat
apresiasi bagi para penikmat maupun apresiasi dari para ahli sekalipun. Maka dibutuhkannya penilaian terhadap
sebuah karya seni yang tujuannya untuk mengetahui nilai dari karya seni itu serta juga menghargai karya tersebut.
Untuk melakukan sebuah penilaian terhadap karya seni rupa, berikut merupakan beberapa aspek yang dapat
dijadikan sebuah ukuran atau kriteria penilaian. Aspek-aspek atau ukuran penilaian itu adalah: a. Aspek Ide
atau Gagasan Pertama
Aspek Ide atau Gagasan dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses kreatif yang muncul dari sebuah
imajinasi menjadi sebuah kenyataan. Proses menciptakan suatu benda melalui pikiran, dan melaksanakannya
melalui berbagai proses sehingga mampu dinikmati hasilnya itulah salah satu hal yang bisa disebut kreatifitas.

b. Aspek penguasaan teknis


Teknik merupakan sebuah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi suatu karya yang memiliki nilai.
Penggunaan teknik yang tidak terampil tentu akan berdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian pula dalam
pemilihan teknik juga perlu menjadi pertimbangan dalam sebuah pembuatan karya seni. Kesalahan dalam
pemilihan teknik, juga berakibat pada hasil dari karya seni. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu
dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.

c. Aspek penguasaan bahan

Setiap bahan memiliki sifat dan karakteristiknya masing masing, misalnya rotan bersifat lentur, logam memiliki
sifat keras, sedangkatn sifat dari tanah liat adalah plastis. Untuk itu aspek ini juga penting bagi seorang pencipta
karya seni. Kesalahan dalam memilih bahan pasti akan berdampak pada hasil karya yang dibuatnya. Untuk itulah
aspek penguasaan bahan patut dipertimbagkan dalam penilaian karya seni rupa. d. Aspek kegunaan
Aspek ini merupakan aspek terpenting dalam sebuah karya seni rupa terapan. Maka semestinya
mempertimbangkan aspek kegunaan (applied) dalam hal menilai sebuah karya seni, apakah karya itu bisa
berguna atau bermanfaat. Hal ini sangat penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan ialah
kegunaan. Adanya tiga hal penilaian dalam aspek kegunaan yaitu kenyamanan, keluwesan/fleksibelitas dan
keamanan dalam penggunaannya.
e. Aspek wujud
Wujud atau tampilan suatu benda tentu menjadi sebuah penilaian terkait dengan daya tarik yang mampu
diberikan oleh penyajian dari suatu karya seni. Aspek wujud (form) berhubungan erat dengan prinsip - prinsip
komposisi, meliputi proporsi (proportion), keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras (contrast), klimaks
(tag line), kesatuan (unity). Prinsip itulah yang menjadi tolak ukur untuk menilai karya seni dalam aspek wujud
atau form.
f. Aspek gaya atau corak
Karya seni merupakan karya yang terlahir dari adanya cita, visi, dan interpretasi seseorang. Seorang yang
mempunyai watak yang lembut akan mencerminkan karya-karya yang lembut baik itu dalam segi bentuk,
pewarnaan ataupun dalam hal pemilihan dan pengelolahan tema. Karna sebuah karya mencermikan gaya
penciptanya. Maka dari itu perlu penilaian terhadap aspek tersebut.
g. Aspek kreatifitas dan Inovatif
Aspek ini juga menjadi penilaian karya seni karna sebuah karya tidak bisa dihasilkan hanya karena mencontek
atau meniru karya yang lain. Maka dari itu diperlukannya kreatifitas untuk menghasilkan karya yang inovatif.
Bila tercapainya sebuah karya yang inovatif pada penciptaan karya seni rupa, khususnya karya seni rupa terapan,
maka penilaian dari aspek ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. h. Aspek selera dan agama

Jika dalam pembuatan karya seni terapan dengan tujuan agar dapat digunakan oleh orang banyak, maka harus
memikirkan karyanya dengan selera dan agama yang dianut oleh pasar. Dalam hal selera harus berdasar pada
hal-hal yang sedang menjadi tren di masyarakat yang tentu disukai masyarakat. Sedangkan dalam hal agama,
hal yang harus diingat, misalnya penerapan motif pada karya seni yang diciptakan seperti halnya motif Bali
akan lebih cocok bagi masyarakat yang beragama Hindu. Hal-hal tersebut menjadi penting karena jika tidak
demikian karya seni yang dihasilkan tidak akan mendapat tempat dihati masyarakat.
FENOMENA SENI RUPA A. Seni Rupa Pramodern adalah karya seni rupa yang hadir sebelum zaman
industri yang berarti muncul sebelum zaman modern. Perkembangan seni rupa dapat dilihat dari aspek
kesejarahan yang merupakan rangkaian perubahan, baik dari aspek konseptual maupun aspek kebentukan.
Berikut adalah aliran-aliran seni rupa pramodern yang bertahan hingga saat ini.

1. Aliran Primitivisme
Primitivisme merupakan corak karya seni rupa yang memilik beberapa sifat diantaranya bersahaja, sederhana,
naif, jujur, spontan, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaannya. Seniman bebas dari belenggu
profesionalisme, teknik, tradisi, dan latihan formal proses kreasi seni ini. Ciri-ciri aliran primitivisme yaitu
menggambarkan sebuah subjek dengan bagian yang sangat datar dan cenderung sangat sederhana sekali, selain
itu juga terikat dengan kehidupan manusia saat zaman dahulu yang cenderung primitif.
Coba kalian search dan perhatikan contoh patung Dewi Kecantikan Yunani klasik mengekspresikan makna seni
dengan idealisasi bentuk mimesis (mengimitasi atau meniru) rupa manusia dalam wujud yang indah dan
sempurna.

2. Aliran Naturalisme
Naturalisme merupakan corak karya seni rupa dengan teknik pelukisannya yang berpedoman pada peniruan alam
untuk menghasilkan karya seni. Oleh sebab itu seniman terikat pada hukum proporsi, perspektif, anatomi dan
teknik pewarnaan untuk mendapatkan kemiripan yang sesuai dengan perwujudan objek yang dilihat mata.
Tokoh seniman Indonesia yang menganut aliran naturalisme antara lain Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus,
Abdullah SR, Wakidi, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain sebagainnya.
3. Aliran Realisme
Aliran seni rupa ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran naturalisme. Aliran ini muncul di belahan
dunia Barat sekitar pertengahan abad ke-17. Aliran ini menunjukkan keyakinan seniman terhadap realitas
duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni.

4. Aliran Dekorativisme
Karya seni rupa dekoratif senantiasa berhubungan dengan hasrat untuk menyederhanakan bentuk dengan jalan
mengadakan distorsi. Ciri-cirinya yaitu bersifat kegarisan, ritmis, berpola, pewarnaan yang rata, dan secara
umum mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menghias. Tujuan dan sifat hias ini akan menyebabkan
keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang mudah dicerna oleh masyarakat. Pada karya seni dua
dimensi sering mengabaikan unsur perspektif dan anatomi, sedangkan pada karya seni tiga dimensi
mengabaikan plastisitas bentuk (naturalistis).Tokoh-tokoh pelukis dekoratif asal Indonesia adalah Amrus
Natalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara
Lubis, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Made Deblog, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, dan
masih masih banyak lagi.

B. Seni Rupa Modern

Pada dasarnya seni rupa berkonsep modernisme atau pengaruh modern ini muncul karena kelanjutan dari gejala
perkembangan seni rupa dengan konsep sebelumnya yaitu seni rupa pramodern, dan merupakan salah satu
aspek dari perkembangan budaya secara menyeluruh. Pada masa ini para ilmuan-ilmuan dengan kecerdasan dan
temuannya bermunculan, sehingga muncullah zaman modern yaitu zaman yang dikuasai oleh ilmu
pengetehauan dan teknologi. Dari situlah mulai mendorong terbentuknya seni rupa modern dengan perkembang
yang semakin lama semakin pesat. Pada zaman ini pula seniman-seniman besar bermunculan disertai dengan
karya-karyanyayang besar dan fenomenal yang dikenang hingga sekarang. Jenis-jenis Seni Rupa Modern
sebagai beriku:

1. Seni Pop Art


Pop Art adalah produk dari sistem perekonomian kapitalis, dalam hal tersbut segala hal dalam kehidupan ini
termasuk hal-hal yang berada dalam realitas simbolisme didaya upayakan agar menjadi kooditi yang bisa dijual
ke pasaran luas dan tersebar. Oleh karena hal tersebut, seni pop art ini lahir dari logika produk kesenian dan atas
dasar logika pasar, bukan logika artistik yang menonjol. Dengan demikian, dalam dunia pop art yang
berkembang pesat pada saat itu, eksistensi dari sang pencipta tidak terlalu penting bagi para konsumen penikmat
seni pop art pada zamannya, yang lebih diperlukan dalam hal ini adalah produknya yang bisa dikemas sebagai
komoditi utama dan dapat diterma dengan baik serta dapat dijual ke pasar luas. Kecuali jika sosok seniman itu
juga merupakan komoditi yang bisa dijual dan berterima dikalangan masyarakat modern pada saat itu dengan
demikian maka semakin besar liputan media yang dia (pencipta karyaseni pop art) peroleh semakin laris karya-
karyanya yang beredar di pasaran luas. Pada zaman ini muncullah seniman-seniman yang terpandang baik
seperti, Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Tom Wesselmann, dan lain-lain. Maka pengertian pop art itu sendiri
adalah suatu aktivitas produktif yang dilakukan oleh para seniman kreatif yang menggunakan pemberian kesan
populersebagai hasil dari revolusi industri ekaligus pemanfaatan dari hasil revolusi tersebut.

2. Seni Optik
Seni optik pada awal masa kemunculannya hanya meliputi seni dua dimensi dan seni tiga dimensi saja, yang
didukung pada dasar atau berdasarkan pada ilmu optik, ilmu cahaya, dan ilmu warna untuk mengolah bentuk-
bentuk tertentu yang digunakan untuk mengeksploitasi dan juga mengeksplorasi fallibilitas mata manusia. Seni
optik pada umumnya berbentuk abstrak, formal, dan konstruktivis melalui bentuk yang khas seperti geometrik
dan pengulangan yang teratur, rapi, teliti, sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang penuh tipu daya terhadap
mata manusia dan mengecoh mata dengan ilusi ruang. Warna-warna yang dimunculkan kebanyakan warna
cerah atau ligthnes tinggi dengan memberikan batas pada hue atau juga disebut saturation yang tajam dan tegas.
Contoh seniman yang bermunculan pada masa ini adalah Briget Riley, Yvaral, dan Reginal Neal. Seniman ini
lebih banyak mengolah garis yang memberikan efek after image sebagai vibrasi kilauan pada mata.

3. Seni Konseptual
Istilah konseptual merupakan sinonim dari idea art, conseptus dalam bahasa Latin berarti pikiran, gagasan, atau
juga ide di dalamnya. Istilah ini muncul pertama kali pada yahun 1960 yang dikemukakan oleh Keinholz dan
Herru Flint yang berasal dari California. Jadi konseptual adalah sesuatu yang berkaitan dengan konsep. Konsep
atau ide adalah hal yang penting dalam penciptaan seni. Seni konseptual ini mendapat kritikan dan sangat
kontroversial karena lahirnya seni konseptual ini membalikkan fakta dan segala kemapanan dalam seni yaitu
nilai-nilai, gaya, galeri, pasar seni, dan lain sebagainya. Para seniman yang bermunculan dengan seni
konseptualnya menggunakan semiotika, feminisme dan budaya populer dalam berkarya, sehingga sangat
berbeda, aneh, dan juga berlainan sekali dengan karya-karya seni konvensional yang beredar saat itu. Karena itu
konseptualisme akhirnya menjadi paham pemikiran yang memayungi bentuk-bentuk seni yang tidak berwujud
piktorial dan skulptural seperti Body Art, Eart Art, Vidoe Art, Performance Art, Process Art, Instalation Art dan
lain sebagainya. Sejak kehadiran seni konseptual ini batas-batas dalam seni secara fisik mulai kabur, sebab seni
konseptual mengakses hampir semua bentuk seni dan non seni.

4. Seni Kontemporer
Menurut teoretikus yang berkebangsaan Jerman yang bernama Udo Kulterman, menurut dirinya pengertian
kontemporer dekat dengan paham posmodern dalam arsitektur, paham baru ini menentang kerasionalan
modernisme yang dingin dan berpihak pada simbolisme instingtif. Dalam terori yang bermunculan lebih baru
tercatat prinsip pluralisme yang terbanyak mendasari pengertian kontemporer pada masa sekarang ini. Dari
berbagai keterangan yang ada, maka dapat ditentukan adanya dua paradigma pemahaman tentang aktivitas seni
kontemporer. Pertama, kelompok yang mementingkan aktivitas seni sebagai aktivitas mental dari dalam diri
senimannya. Kedua, kelompok yang mementingkan aktivitas seni yang ditujukan bagi kepentingan masyarakat
luas maupun masyarakat sekitanya. Scruton melihat kecenderungan persepsi seperti itu sebagai sesuatu yang
menyulitkan dalam penilaian estetik dalam sebuah karya seni.
C. Seni Rupa Postmodern
adalah gaya seni rupa yang merupakan perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamental, yang
lebih bebas tanpa terikat dengan aturan tertentu. Kritik sosial dan kemasyarakatan adalah tema yang dominan
untuk aliran seni rupa postmodern.

Secara etimologis Postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan modern. Kata post,dalam Webster’s
Dictionary Library adalah bentuk prefix, diartikan dengan ‘later or after’. Bila kita menyatukannya menjadi
postmodern maka akan berarti sebagai koreksi terhadap modern itu sendiri dengan mencoba menjawab
pertanyaan pertanyaan yang tidak dapat terjawab di jaman modern yang muncul karena adanya modernitas itu
sendiri. Sedangkan secara terminologi, menurut tokoh dari postmodern, Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan
Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara lain: Pertama, postmodernisme merupakan
kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung
mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban
Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat.
Contoh Ragam Seni Rupa postmodern.
1. Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa murni yang berdimensi dua. Dari pembubuhan cat, para
pelukis mencoba mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif. nilai-nilai yang melekat pada lukisan
dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki pelukisnya. Seni lukis Indonesia yang berkembang, pada gilirannya nanti
ikut mempertegas jati diri seni budaya Nusantara. Sedangkan seni lukis mancanegara menjadi pembanding seni
budaya Nusantara.
Silahkan Search Lukisan Gadis di Depan Cermin karya Pablo Picasso
2. Seni Patung
Seni patung merupakan cabang dari seni rupa murni yang berdimensi tiga. Membuat patung berarti membuat
benda tiga dimensi dengan bahan, alat, dan teknik tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan
bermakna.
Silahkan search Patung The Kiss-Auguste Rodin (Prancis)
3. Seni Grafis
Seni Grafis merupakan cabang dari karya seni rupa murni yang berdimensi dua. Berdasarkan dimensinya, seni
grafis sama dengan seni lukis, namun dari segi teknik pembuatannya memiliki perbedaan. Seni lukis dengan
teknik aquarel, plakat, atau tempra, sedangkan seni grafis dibuat dengan teknik mencetak. Seni grafis dapat
dibuat dengan teknik cetak tinggi, cetak dalam, setak saring, dan cetak cahaya (photography).
KRITIK SENI RUPA

Kritik Seni Rupa – Pengertian, Fungsi, Langkah & Penjelasan

Kritik adalah tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika mengapresiasi ide atau gagasan orang lain.
Ketika diperkenalkan pada kritik seni, banyak orang mengaitkan kata ‘kritik’ dengan konotasi negatifnya. Kritik
identik dengan ekspresi ketidaksetujuan seseorang atau sesuatu berdasarkan kesalahan atau kesalahan yang
dirasakan. Tetapi kritik yang dibahas disini tidak mengacu pada stereotype tersebut. Kritik yang baik justru
adalah tanggapan yang tidak hanya mencari kesalahan, tetapi juga memperlihatkan keunggulan dan menunjukan
kemungkinan-kemungkinan yang diambil untuk memperbaiki kesalahan gagasan yang dikritik tersebut. Dalam
bidang keilmuan kritik adalah tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengkoreksi suatu gagasan yang dapat
terjadi di segala bidang kehidupan manusia. Kritik seni rupa adalah analisis dan penilaian atas kelebihan dan
kekurangan pada karya seni rupa tersebut.
Daftar Isi

Pengertian Kritik Seni Rupa

Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan memberikan alasan
berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan dan kekurangan itu dipergunakan dalam bermacam hal,
terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah karya. Para ahli umumnya beranggapan bahwa
kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa
lebih lanjut bahkan mendapatkan kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
karya seni tersebut. Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni,
kegiatan kritik kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni tertentu.

Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya Kritikus cenderung
lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan budaya mereka sendiri.
Sementara Sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam budaya yang lebih jauh dalam ruang
dan waktu.

Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi

dan pemahan terhadap sebuah karya, tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk meningkatkan
kualitas hasil berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat mempengaruhi
persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga dari karya
tersebut.
Fungsi Kritik Seni

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni rupa. Fungsi
kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni
rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya yang disajikan kepada
penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya.
Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat. Seniman
membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun
kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan
apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan tali penghubung
guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi
menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik
dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut
interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya
seni.

Jenis Kritik Seni

Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena berbagai
perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti pendapat Feldman (1967)
yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic criticism), kritik keilmuan (scholarly
criticism), dan kritik pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat
menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang
berbeda dari sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama.

Advertisement
Kritik Populer

Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada umumnya. Tanggapan
yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya secara umum. Dalam tulisan kritik populer,
biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Kritik Jurnalis

Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada
publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi
ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya.

Kritik Keilmuan

Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan, pengetahuan,
kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya
disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa atau seni pada
umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil
tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya ilmiah lain atau
kolektor, kurator, galeri dan institusi seni yang lainnya.

Kritik Kependidikan

Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik
serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa
terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis
kependidikan biasanya digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni.
Bentuk Kritik Seni

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan perbedaan pendekatan
dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan landasan yang
digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan
instrumentalistik.

Advertisement

Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa sebagai konfigurasi
aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka
sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis,
tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas
teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

Kritik Ekspresivistik

Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan menanggapi kualitas gagasan
dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik
ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-
objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuananya dalam
upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan
kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu.
Lukisan berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja
berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta
pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya
tersebut dihadirkan, bukan hanya secara formalistic seperti yang telah dijelaskan diatas.

Tahapan Kritik Seni

Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik. Dengan
menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk mempertimbangkan berbagai kelebihan
dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni,
dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:

Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil seni rupa,
mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa berusaha melakukan analisis atau
mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang kritikus harus
mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut,
maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik yang terdapat pada karya yang
dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan ‘apa yang kita lihat?’. Berikut adalah beberapa unsur dan
prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap karya seni. Berbagai elemen yang
merupakan deskripsi meliputi:

1. Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.
2. Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang digunakan).
3. Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala lain).
4. Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur atau lukisan; identifikasi
benda.
5. Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.
6. Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.
7. Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang (volume); membedakan antara
garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak beraturan, terputus-putus, tidak jelas, dll.
8. Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.
9. Deskripsi skema warna dan warna; palet.
10. Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan.
11. Konteks objek: lokasi asli dan tanggal pembuatan.

Analisis formal

Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur
formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsu r seni rupa
dan prinsip-prinsi p seni rupa atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal
berarti menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman menggunakan
berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana
seniman melakukannya?”

Berbagai elemen analisis formal meliputi:

1. Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya peristiwa historis, alegori,
mitologi, dll.
2. Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk, warna, tekstur, dll.
3. Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya, seimbang, jomplang, dll.
Kesatuan, irama, keselarasan, dll.
4. Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi terhadap tampilan gambar
atau fungsi.
5. Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan, dingin, hangat, warna sebagai
simbol, dll.
6. Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi (termasuk penggunaan perspektif),
misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak, dll.
7. Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.
8. Efek medium tertentu yang digunakan
9. Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala (hubungan setiap bagian komposisi secara
keseluruhan dan satu sama lain) dan emosi atau ekspresi yang dihasilkan.
10. Reaksi terhadap objek atau monumen
Untuk dapat melakukan analisis formal, kita harus mengerti mengenai unsur-unsur terkecil dari karya
seni rupa, yaitu: Unsu r Unsur Seni Rupa dan Desain& Prinsi p atau Asas Seni Rupa dan Desain

Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang
dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut
pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin luas wawasan seorang kritikus biasanya semakin kaya interpretasi
karya yang dikritisinya. Interpretasi haru dapat menjawab pertanyaan, ‘Mengapa seniman menciptakannya dan
apa artinya’

Beberapa elemen yang merupakan interpretasi meliputi:

1. Ide utama, keseluruhan arti dari karya.


2. Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan /tafsirkan tentang karya
seni itu dalam satu kalimat?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung penafsiran kita.
Prinsip Interpretasi

Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang kritikus seni asal
Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip Interpretasi seni.

1. Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.


2. Interpretasi adalah argumen persuasif.
3. Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.
4. Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu sendiri daripada penafsirnya
sendiri.
5. Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.
6. Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni yang sama.
7. Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.
8. Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan, mencerahkan, dan informatif.
9. Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas.
10. Sebuah karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan.
11. Seorang kritikus seharusnya tidak menjadi juru bicara seniman.
12. Interpretasi harus menyajikan bagian terbaik karya, bukan bagian terlemahnya
13. Objek penafsiran adalah karya seni, bukan seniman.
14. Semua karya seni adalh bagian tentang dunia di mana ia muncul.
15. Semua karya seni adalah bagian dari karya seni lainnya.
16. Tidak ada penafsiran yang lengkap tentang arti sebuah karya seni.
17. Makna sebuah karya seni mungkin berbeda dari kepentingan pemirsa. Interpretasi pada akhirnya adalah
usaha komunal, dan masyarakat pada akhirnya mungkin akan mengoreksinya lagi.
18. Interpretasi yang baik akan mengundang kita untuk melihat diri kita dan melanjutkan interpretasi menurut
pendapat kita sendiri.

Untuk melengkapi khazanah interpretasi, baca juga: Semiotik a – Komunikasi tanpa Kata,

Pengertian Simbol dan Tanda-tanda. Evaluasi atau penilaian


Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika dibandingkan dengan apresiasi.
Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni dan biasanya
akan dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang
terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai sebuah karya berarti memberi
penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari
seni visual; orisinalitasnya. Berikut ini adalah berbagai elemen penilaian.

1. Apakah itu karya seni yang bagus?


2. Kriteria: Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai karya seni ini?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan dengan setiap kriteria?
4. Penilaian: Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang kualitas karya seni tersebut?

Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis


2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya.
4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang
melatarbelakanginya.

Berpikir Kritis

Sebetulnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita secara sengaja
atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa yang bersifat memberikan tanggapan, komentar,
penilaian terhadap suatu karya apapun. Sebetulnya hal intu sangat wajar, karena manusia memiliki empat
kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu :

1. Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati


2. Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan mempertimbangkan
4. Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan gagasan.

Kunci dari kritik adalah kemampuan reasoning dan kreatif, kita selalu tergugah untuk melakukan kritik walaupun
bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan melontarkan kritik kepada karya orang lain
merupakan dorongan kritis yang didasari oleh unsur cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia.
Pisau Analisa Kritik Seni

Landasan keilmuan (dan pengetahuan) yang relevan akan membantu kritikus dalam mengupas persoalan
kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa, Ilmu sejarah akan memberikan jalan wawasan tentang waktu
dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari perkembangan seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas
bahan sebagai dasar pemikiran dan acuan arah bandingan menjadi lebih terbuka. Selain sejarah seni rupa,
wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus.

Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, tinjauan sen i modern dan
kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif.
Sehingga mata pisau kritik semakin akurat, dan memberi pula wawasan kepada publik seni dengan keyakinan
yang kuat. Seorang kritikus seni rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus
dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni
rupa sebagai syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang kritikus seni rupa.

Advertisement

Pandangan Retrospektif dan metode spesifik lain

Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni rupa masa kini
akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan membandingkan
kekayaan seni rupa antara berbagai karya seni rupa akan sangat membantu memperluas dan memperkaya
khazanah kritik.
Tidak hanya memahami kekaryaannya, kritikus juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan seniman
penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan kritikus.

Metode yang digunakan akan berbeda satu sama lain. Banyak metode yang dapat digunakan sebagai pisau analisa
kritik, sesuai dengan kebutuhan jenis kritik dan jenis karya seni rupa itu sendiri. Metode kritik adalah
serangkaian prosedur (tata cara, etika) yang disesuaikan dengan tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik
jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik menggunakan tata cara akademis
yang dikembangkannya. Melakukan pendekatan analisis formal terhadap karya yang antiestetika juga mungkin
akan cenderung tidak maksimal, sehingga pendekatan lain yang jauh lebih mendalam harus diaplikasikan.

Kesimpulan

Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan kekurangan
suatu karya seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita dalam
melakukan kritik seni. Begitu juga dengan pendekatan kritik seni yang dapat menggunakan berbagai metode dan
pisau analisis yang berbeda. Perbedaan mazhab/aliran seni juga akan mempengaruhi cara melakukan kritik yang
harus kita lakukan.

Kritik seni tidak berarti eksklusif terhadap kebutuhan untuk mengkaji karya seni untuk keperluan karya ilmiah.
Kritik seni memiliki berbagai jenis dengan masing-masing kebutuhannya. Boleh dibilang sebetulnya apa yang
lebih diperlukan di era seni rupa yang serba memusingkan masyarakat umum ini adalah kritik populer. Keadaan
masyarakat yang semakin skeptis terhadap karya seni kontemporer perlu direspon dengan berbagai kritik seni
yang dapat menjembatani seniman dan masyarakat umum.

Referensi

1. Sahman, Humar, 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif,
Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIP Semarang Press.
2. Soedarso Sp, 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern . Yogyakarta: CV Studio

Delapanpuluh Enterprise & BP ISI Yogyakarta.


3. Sumartono, 1991. Penelitian Sejarah Seni Rupa Setelah Krisis Modernisme dalam Jurnal Seni,

edisi I/01-Mei 1991. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

4. Barret, Terry 2006. terrybarrettosu.com. Principle for Interpreting Art . Diterbitkan tahun 2006,

diakses tanggal 4 januari 2018, http://terrybarrettosu.com/wp-content/uploads/2017/08/Ba r…

5. Malloy, Kaoime E. Art Criticism and Formal Analysis Outline. University of Wisconsin Green Bay.
Diakses tanggal 10 Februari 2018, https://www.uwgb.edu/malloyk/art…

Anda mungkin juga menyukai