Oleh :
KELOMPOK 7
Tinjauan seni rupa membantu mengungkapkan makna dan nilai-nilai seni dalam karya seni,serta
memungkinkan pemahaman yang lebih dalam terhadap ekspetasi visual yang ditawarkan oleh
seniman.
Seni sebagai unsur budaya tentu saja mempunyai fungsi dan peran yang berbeda dengan unsur
budaya lainnya. Kaum fungsionalis mengatakan bahwa segala sesuatu akan dipertahankan
keberadaannya jika sesuatu tersebut masih fungsional. Seni dan juga hasil kegiatannya masih ada
hingga sekarang karena seni masih fungsional bagi kehidupan manusia. Demikian juga
keberadaan benda ciptaan manusia lainnya tetap dipertahankan karena dianggap masih
bermanfaat atau masih fungsional. Fungsi seni tentu berbeda dengan fungsi benda ciptaan
manusia lainnya yang dikategorikan sebagai benda bukan karya seni. Membedakan antara karya
seni dengan karya lainnya hanya berdasarkan fungsinya tentu saja tidak cukup karena fungsi itu
sendiri juga bermacam-macam. Seni ada yang berfungsi estetis dan ada juga yang berfungsi non-
estetis, demikian juga karya non-seni.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai apa saja fungsi seni secara umum beserta dengan
pembahasannya, baik fungsi bagi individu maupun fungsi bagi sosial.
1. Sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Seni dapat memiliki fungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan fisik untuk individu
tertentu. Manusia adalah mahluk yang memiliki suatu kemampuan dalam memberi
apresiasi pada keindahan serta penggunaan dari berbagai benda. Oleh karena itu, seniman
mempunyai peran untuk menciptakan berbagai benda yang memiliki nilai seni yang
estetik dan artisitik.
2. Sebagai Ungkapan Ekspresi Seniman
Fungsi seni yang berikutnya juga penting yakni sebagai ungkapan ekspresi dari seniman
secara emosional. Karya seni adalah buah pikiran serta ekspresi dari penciptanya yang
didasarkan pada keadaan emosional dari seniman, baik ketika merasa sedih, senang,
marah, bingung, dan lain sebagainya.
3. Sebagai Media Artistik dan Nilai Estetika
Seni dapat memiliki fungsi sebagai media artistik yang memberikan keindahan atau nilai
estetika. Pada setiap ruangan atau lokasi yang dipajang dengan karya seni tentu akan
menambah nilai estetika. Fungsi artistik ini pada umumnya dianggap sebagai fungsi yang
utama dari seni murni.
4. Sebagai Media Pendidikan dan Pembelajaran
Seni juga dapat memiliki peran sebagai media pendidikan serta pembelajaran. Seni dapat
membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menghibur. Selain itu, nilai-
nilai yang terkandung dalam seni dapat diajarkan dan menjadi ilmu yang penting dalam
bidang pendidikan.
5. Sebagai Media Kepercayaan dan Keagamaan
Fungsi seni juga penting dalam media keagamaan maupun kepercayaan. Hal ini
diwujudkan oleh berbagai hal yang memiliki keterkaitan dengan religi serta kepercayaan,
misalnya seperti ritual keagamaan, busana serta pakaian, upacara pernikahan, lagu-lagu
religi, dan lain sebagainya.
6. Sebagai Media Hiburan
Seni mempunyai fungsi sebagai media hiburan yang umumnya berupa tontontan audio,
visual, maupun audio visual. Berbagai macam karya seni seperti seni musik, seni tari,
maupun seni teater tentu saja menghadirkan unsur hiburan yang dapat memberi rasa
kepuasan dan kesenangan bagi para penikmatnya.
Adapun Seni, sebagaimana disebutkan sebelumnya, merupakan istilah yang masih cukup
“fleksibel” batasannya, dapat mencakup ide, keterampilan, aktivitas dan/atau produk buatan.
Pintu terbuka bagi antropologi untuk mempelajari seni dalam kerangka di mana seni
dianggap sebagai produk sosial. Produk tercipta karena keterkaitannya dengan aspek sosial,
ritual, dan ekonomi suatu masyarakat dan bukan karena bentuknya, meskipun aspek formal
(estetika) tetap dianggap penting. Dengan kecenderungannya yang selalu mengkaji tradisi-
tradisi yang selalu berubah, berkembang dan bergerak, antropologi memungkinkan kita
menemukan keterkaitan antara seni dengan aspek kehidupan sosial lainnya.
2. Antropologi Seni
Antropologi artistik merupakan bagian dari antropologi umum. Sebagai “anak-anak”,
antropologi seni juga menggunakan informasi dari bidang lain: mitologi, bahasa, agama,
kekerabatan, dll. Meskipun sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari “orang tuanya”, namun ia
masih merupakan bagian marginal dari antropologi karena hanya digunakan sebagai
pendekatan pelengkap oleh para antropolog dalam kegiatan kajiannya. Hal ini sering terjadi
di “Barat”, khususnya di Indonesia.
Sosiologi seni adalah ilmu yang mempelajari prilaku individu, sekelompok orang
atau masyarakat yang dipengaruhi oleh karya seni tertentu yaitu karya seni yang
diciptakan oleh keadaan situasi sosial tertentu dengan pendekatan-pendekatan secara
komprehensif bertujuan untuk analisis sosial kepada seniman atau pelaku seni sebagai
dasar pemecahan masalah dalam mencari jalan keluar melalui pendekatan seni yang baru.
Sosiologi seni adalah cabang sosiologi yang berkaitan dengan dunia sosial seni dan
estetika. Mempelajari sosiologi seni sepanjang sejarah adalah studi tentang sejarah sosial
seni, bagaimana berbagai masyarakat memberikan kontribusi terhadap munculnya
seniman tertentu. Pada tahun 1970 dalam bukunya Meaning and Expression: Toward a
Sociology of Art, Hanna Deinhard memberikan fitur mendefinisikan sosiologi seni sbb.
(hal 3)
"Titik tolak sosiologi seni adalah pertanyaan: Bagaimana sebenarnya karya seni
selalu berasal atau produk dari aktivitas manusia dalam masyarakat atau fungsi
tertentu dan waktu tertentu, -meskipun tidak selalu diproduksi sebagai 'karya
seni' -dapat hidup di luar waktu dan tampak ekspresif dan bermakna dalam
zaman dan masyarakat yang sama sekali berbeda? Dengan kata lain, bagaimana
bisa suatu zaman dan masyarakat yang memproduksinya mengakui sebuah
karya? "
Tinjauan sosiologi seni dapat berupa kajian seni sebagai alat persuasi dan propaganda
sosial, dan/atau sebagai objek estetika yang bernilai, seni sebagai komoditas/platform,
ekonomi, dan/atau pengakuan status sosial. Tampaknya seni dapat memainkan banyak
peran dalam masyarakat. Melihat seni dari perspektif sosiologis akan melibatkan
eksplorasi hakikat seni “dalam masyarakat”, khususnya bagaimana karya seni diproduksi,
didistribusikan, dan dikonsumsi. Perspektif teoritis akan dihubungkan dengan contoh
sejarah dan kontemporer dari berbagai media seni, mengkaji fenomena seni, misalnya
dalam musik, lukisan, arsitektur dan fotografi. Hal ini berguna untuk mengeksplorasi
interaksi antara seni dan masyarakat, serta hubungan antara berbagai seni (Indrayuda,
2013).
Selain sebagai bahan penelitian psikologi, seni juga merupakan sumber yang sangat
penting untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna dan kesehatan mental yang baik.
Dalam psikologi Logos, penerapan kehidupan yang bermakna dapat dicapai dengan memahami,
menghayati, dan mewujudkan trinitas, yaitu: Nilai kreatif, nilai pengalaman, dan nilai perilaku.
Artinya, kehidupan yang bermakna dapat dicapai melalui kerja yang bermakna dan aktivitas
yang kreatif dan berpengetahuan.dan penghayatan terhadap kebenaran (ideologi), keimanan
(agama), keindahan (seni) dan cinta kasih, serta sikap yang benar terhadap peristiwa tragis yang
tidak dapat dihindari. Dalam hal ini penciptaan suatu karya seni merupakan ekspresi nilai kreatif,
sedangkan pengkajian dan evaluasi terhadap suatu karya seni dianggap sebagai nilai yang
penting. semuanya adalah sumber makna dalam hidup dan kesehatan mental.
Menciptakan seni sebagai ekspresi emosi (keindahan) digunakan dalam psikologi sebagai
terapi yang disebut Terapl Sent (Art Therapy). Kegiatannya seperti menari, menyanyi, melukis,
pantomim, membaca novel, berefleksi dan menciptakan karya seni sebenarnya membantu
memfasilitasi komunikasi interpersonal dan mengatasi hambatan emosional. Contohnya
memainkan peran dalam sebuah drama Film pendek telah lama digunakan sebagai salah satu
bentuk terapi yang disebut psikodrama. Demikian pula tindakan menggambar dan mengarang
cerita berdasarkan rangsangan gambar tertentu digunakan sebagai tes kepribadian. karena pada
dasarnya dapat menunjukkan kepribadian seseorang(Bastaman, 1996).
Psikologi seni adalah bidang interdisipliner yang mempelajari persepsi, persepsi, dan
karakteristik seni dan produksi. Menggunakan bahan seni sebagai bentuk psikoterapi, seperti
terapi seni. Psikologi artistik terkait erat dengan psikologi arsitektur dan psikologi lingkungan.
Psikologi seni melibatkan pembelajaran untuk memahami peran aspek-aspek psikologi dalam
proses penciptaan sebuah karya seni, membuka kreativitas pribadi, dan belajar bagaimana
menyajikan karya pribadi secara efektif, lebih ekspresif dan efektif berdasarkan konsep
keindahan. .
Dengan demikian, apa yang diciptakan dalam seni dikaitkan dengan psikologi
penciptanya. Misalnya, psikologi dan seni menawarkan penjelasan dan wawasan tentang
fenomena kreativitas, proses mental seniman, dan proses berpikir orang yang
mempersepsikannya. Ilmu seni jelas merupakan suatu proses kreatif dan oleh karena itu
merupakan proses ilmiah yang sangat psikologis. Mentalitas seorang seniman atau seniman dapat
mempengaruhi hasil karya seniman tersebut. Setiap seniman atau praktisi seni mempunyai ciri
khas tersendiri dalam setiap karya ilmiahnya. seni, perbedaan antara pengetahuan seniman yang
satu dengan pengetahuan seniman yang lain.Perbedaan ini disebabkan oleh genre atau
kepribadian masing-masing artis.berbeda dan proses kreatifnya berbeda.
Dalam pembahasan tentang psikologi analitik, khususnya ketika membahas tentang seni
modern, ada ditemukan 2 istilah antara lain:
1. Extraverted. Sikap extrovert merupakan bentuk lain untuk menyebut tampilan seni
yang (dianggap) bersifat universal.
1Extraverted. Sikap extrovert merupakan bentuk lain untuk menyebut tampilan seni yang
(dianggap) bersifat universal.
Bab V
Dalam Teori seni rupa Barat ada dua golongan yaitu.Major Art dan Minor Art. Major Art
merupakan seni yang utama sedangkan Minor Art merupakan seni yang dianggap remeh. Major
Art selalu dianggap sebagai pemimpin dari kehidupan seni rupa. Sedangkan Main Art selalu
dianggap sebagai pelengkap dari Major Art.
Banyak sekali keanekaragaman budaya dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Salah
Satunya yaitu di Bali, seni dan budayanya sudah dikenal hingga ke luar negeri. Tentu saja
dengan menampilkan keunikan dan kekhasan yang dimiliki, biasanya diiringi dengan spiritual
atau magis tergantung dari fungsi dan tujuannya. Berbicara mengenai kesenian tidak akan ada
habisnya, contoh kecilnya seperti lukisan, kriya kayu, patung, dan lain sebagainya. Jika dilihat
secara mengkhusus bahwa ada banyak sekali kesenian yang kurang mendapatkan perhatian
khalayak ramai (publik), seringkali kesenian ini dihasilkan dari industri rumahan, seperti contoh
kerajinan lukis telur, kain batik, manik – manik, dan lain sebagainya. Kesenian ini tergolong
dalam “Minor Art” yaitu hasil karya seni yang kurang mendapat pengakuan publik atau
istilahnya kurang famous. Namun demikian di kesenian yang tergolong miner art lebih mendapat
apresiasi dari turis – turis asing yang berkunjung, karena beberapa faktor yaitu harga terjangkau,
diperoleh dengan jumlah yang banyak, serta berfungsi sebagai buah tangan yang unik dan khas
etnik.
1. Major Art
Major art merupakan karya seni yang bernilai dan lebih digemari dibandingkan karya
seni lainnya. Dapat dikatakan seni rupa karena diciptakan oleh seorang seniman dengan
nama dan latar belakang seni yang tidak biasa dan dapat ditemukan di galeri, galeri atau
museum. Seni rupa adalah karya seni yang dihasilkan untuk tujuan estetis dan estetis,
bukan untuk tujuan utilitarian. kategori ini mencakup banyak bidang seni, antara lain seni
lukis, patung, seni rupa, fotografi, dan media seni lainnya. Karya seni seringkali
diciptakan untuk mengekspresikan ide, emosi, atau pesan artistik, dan ditempatkan
dalam konteks estetika dan nilai seni.
2. Mayor Art
Mayor art mengacu pada karya seni yang dihasilkan untuk tujuan praktis dan fungsional,
dengan penekanan pada kegunaan atau kepraktisan dalam kehidupan sehari-hari. Barang-
barang ini sering kali dirancang untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti furnitur,
tekstil, keramik, atau desain produk, dan diwujudkan dengan menggabungkan estetika
artistik dan fungsionalitas. .
DAFTAR RUJUKAN
Nurdiyana Tutung, & Indriyani, P. D. (2021). Seni dalam Perspektif Sosiologi dan
Antropologi.
Rahim, M. A. (2009). SENI DALAM ANTROPOLOGI SENI Related papers. Imaji, 2(5),
44–55.