Anda di halaman 1dari 30

SENI RUPA SMP KELAS IX

Februari 26, 2013 at 3:07 am (Buku Modul Seni Rupa)

Tags: abstraksionisme, Aliran Seni Rupa, corak karya seni, dadaisme, ekspresionisme, fungsi seni
rupa, futurisme, impresionisme, kubisme, modul, modul seni rupa, modul seni rupa SMP, modul seni
rupa SMP kelas IX, naturalisme, ragam seni rupa, realisme, seni, Seni Rupa, seni rupa murni,
surealisme, tema seni rupa

Penulis : M. Wisnu Jadmika, S.Pd. (Guru SMAN 1 Bayat)

SENI RUPA MURNI

Ragam seni rupa murni di wilayah Nusantara sangat bervariasi jenisnya. Ragam seni rupa murni
tersebut dipengaruhi oleh budaya yang ada di masing-masing daerah. Sehingga karya seni rupa
tersebut merupakan hasil karya seni rupa daerah setempat. Seni rupa murni merupakan hasil karya
seni rupa yang hanya dinikmati keindahannya saja. Sedangkan karya seni rupa terapan merupakan
hasil karya seni rupa yang berfungsi sebagai benda pakai untuk kehidupan sehari-hari. Karya seni
rupa murni daerah setempat merupakan karya seni rupa yang dihasilkan oleh masing-masing daerah
di wilayah Nusantara. Sehingga seni rupa murni ini memiliki sifat kedaerahan atau tradisional.

Seni rupa murni masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut menjadikan
karya seni rupa murni daerah setempat memiliki keunikan. Keunikan tersebut dapat berupa tema,
corak, teknik, bahan, dan bentuk karyanya. Seni rupa murni daerah setempat merupakan karya seni
rupa murni yang memiliki nilai-nilai budaya daerah setempat. Seperti karya seni lukis Ubud (Gianyar,
Bali), seni lukis Sokaraja (Banyumas), seni patung Muntilan (Magelang), seni patung keramik (Bantul,
Yogyakarta), patung Asmat (Papua),. Masing-masing karya seni rupa murni tersebut memiliki
keunikan yang dapat menjadi ciri khas suatu daerah.

A. FUNGSI DAN TEMA SENI RUPA MURNI

Seni rupa murni daerah adalah gagasan manusia yang berisi nilai-nilai budaya daerah setempat yang
diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna,
tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang
indah dan bermakna. Kekayaan seni budaya di wilayah Nusantara mempengaruhi keragaman hasil
karya seni rupa daerah setempat. Dari beragamnya karya seni rupa murni di daerah Indonesia dapat
dilihat dari fungsi dan tema yang digunakan untuk membuat karya seni rupa murni tersebut.

1. Fungsi Seni Rupa Murni

Seni rupa daerah menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua yaitu seni rupa murni dan seni rupa
terapan. Seni rupa murni atau fine art merupakan karya seni rupa yang berfungsi untuk memuaskan
batin atau di dalam penciptaannya lebih mengutamakan nilai keindahannya. Seni rupa murni adalah
gagasan manusia yang berisi nilai-nilai budaya yang diekspresiakan melalui pola kelakuan tertentu
dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan
prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Penciptaan karya seni rupa
murni atau fine art biasanya memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri. Ciri khas ini di dasarkan
pada tema, corak atau gaya, teknik serta bahan dan bentuk karya seni tersebut.

Sedangkan seni rupa terapan atau aplied art merupakan karya seni rupa yang mempunyai fungsi
sebagai benda kebutuhan sehari-hari. Karya seni rupa terapan selain diciptakan sebagai benda
praktis juga dapat dinikmati keindahannya.

Sebagai sarana ritual keagamaan

Sebagai sarana pendidikan moral masyarakat

Sebagai sarana pengungkapan ekspresi pribadi.

Sebagai sarana untuk mengenang suatu peristiwa tertentu.

2. Tema Seni Rupa Murni

Setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda di dalam menjalani hidup ini. Begitu pula saat
kita membuat suatu lukisan, masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Perbedaan
sudut pandang dapat dipengaruhi oleh suasana, waktu, dan kondisi geografis. Pembuatan karya seni
rupa pada zaman dahulu, manusia menciptakan karya seni sebagai bentuk sarana ritual keagamaan.
Seperti relief-relief pada candi-candi yang menggambarkan kisah manusia dalam ritual menuju ke
alam nirwana. Atau bahkan sebagai sarana untuk pembelajaran moral masyarakat setempat.
Pembuatan karya seni juga dapat digunakan sebagai pengungkapan ekspresi jiwa yang membuatnya.
Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam pembuatan suatu karya seni rupa murni dapat menjadi
sebuah tema. Tema adalah gagasan, ide, atau pokok pikiran yang ada di dalam sebuah karya seni
baik dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi maupun seni rupa tiga dimensi. Memahami tema
yang ada pada sebuah karya seni rupa murni berarti kita dapat memahami tujuan penciptaan karya
seni tersebut. Tema-tema di dalam pembuatan karya seni rupa murni antara lain sebagai berikut.

a. Hubungan antara manusia dengan dirinya

Seni rupa merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menuangkan gagasan atau ide
dari seseorang. Untuk mengungkapkan citarasa keindahan manusia mewujudkannya lewat media
ekspresi. Media yang digunakan dapat berupa suatu karya seni rupa seperti lukisan. Di dalam
pengungkapannya tersebut kadang seseorang menggunakan dirinya sendiri sebagai objek
lukisannya. Seperti pelukis Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi, S. Sudjojono, dan Vincent van
Gogh.

Potret diri karya Affandi

Potret diri karya Affandi

b. Hubungan antara Manusia dengan Manusia Lain

Seorang perupa kadangkala dalam mengekspresikan citarasa keindahan menggunakan objek orang-
orang yang ada disekitarnya. Seperti istrinya, anak-anaknya, orangtua, saudaranya, temannya,
tetangganya, kekasihnya, sahabatnya, atau orang-orang yang ada dalam fikirannya.

Lukisan hubungan manusia dengan orang lain

Lukisan hubungan manusia dengan orang lain

c. Hubungan antara Manusia dengan Alam Sekitarnya

Alam sekitar yang sangat menarik bagi para pelukis untuk mengungkapkan citarasanya, sering
dijadikan objek untuk lukisannya. Seperti pemandangan gunung, laut, sungai, sawah, hutan,
perkampungan, perkotaan, binatang dan masih banyak lagi alam yang dijadikan objek lukisan. Tokoh
pelukis yang sering menggunakan alam sebagai objek seperti Basuki Abdullah, Raden Saleh
Bustaman, Dullah, Pirngadi, Henk Ngantung, Wakidi, S. Sudjojono.

Hubungan manusia dengan alam sekitar


Hubungan manusia dengan alam sekitar

Lukisan Realisme

Hubungan manusia dengan alam sekitar

d. Hubungan antara Manusia dengan Benda

Benda-benda di sekitar kita memiliki keunikan tersendiri bagi para pelukis, sehingga menjadikan
benda-benda tersebut menjadi objek lukisannya. Keunikan benda-benda tersebut ada yang
berbentuk silindris, kubistis ataupun yang berbentuk bebas. Bentuk benda tersebut seperti gelas,
cangkir, kendi, teko, vas bunga, guci, botol, sepatu, lemari, meja kursi, buah-buahan, bunga.

Hubungan manusia dengan alam benda

Hubungan manusia dengan alam benda

Hubungan manusia dengan alam benda

Hubungan manusia dengan alam benda

e. Hubungan antara Manusia dengan Aktifitasnya

Aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari yang beragam membuat perupa ingin mengabadikan
kegiatan tersebut dalam media lukisnya. Lukisan menjadi sesuatu yang menarik apabila dalam
mengambil sudut pandang aktivitas dapat disusun sesuai dengan komposisi dan proporsi yang baik
disertai dengan gelap terang yang tepat. Aktifitas manusia seperti kegiatan menari, membajak
sawah, berburu, jual beli di pasar, menggembala ternak, dan aktifitas lainnya.

Manusia dengan aktivitasnya

Manusia dengan aktivitasnya


f. Hubungan antara Manusia dengan Alam Khayal

Ide, imajinasi atau khayalan sering melintas dalam pikiran kita baik secara sadar ataupun saat tidak
sadar (saat tidur). Khayalan yang muncul dibenak perupa kadang diwujudkan dalam suatu karya
seni. Hasil karya seni rupa seperti ini sering disebut dengan karya seni surealisme. Karya seni rupa
yang dibuat pada dasarnya tidak dapat dijumpai di alam nyata.

Hubungan manusia dengan alam khayal

Hubungan manusia dengan alam khayal

B. RAGAM SENI RUPA

Seni rupa daerah di wilayah Nusantara sangat beragam. Keberagaman karya seni rupa tersebut
dapat dipengaruhi oleh wujud dan coraknya. Wujud atau bentuk karya seni rupa murni daerah dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu seni rupa dua dimensi, tiga dimensi, dan relief. Sedangkan corak
atau gaya seni rupa murni daerah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu corak tradisional dan
corak modern.

1. Wujud Seni Rupa Murni

Wujud karya seni rupa murni daerah yang ada di wilayah Nusantara dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu seni rupa dua dimensi, seni rupa tiga dimensi, dan seni rupa relief. Dari ketiga wujud seni
rupa tersebut dapat mewakili hasil karya seni rupa yang ada di wilayah Nusantara. Hasil karya seni
rupa yang ada di Indonesia memiliki nilai seni yang sangat tinggi.

a. Seni Rupa Dua Dimensi

Seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar saja.
Karya seni rupa ini berupa bidang datar dan hanya dapat dinikmati dari satu arah yaitu dari arah
depan. Seperti lukisan, karikatur, batik, ilustrasi, grafis. Seni rupa murni yang berbentuk dua dimensi
adalah lukisan, grafis modern. Nilai-nilai dari karya seni rupa murni tersebut sangat dipengaruhi oleh
budaya daerah setempat. Seperti lukisan yang memiliki ciri khas daerah Bali, Jawa, Kalimantan,
Papua, dan Sumatra.
Lukisan berciri khas Bali

Lukisan berciri khas Bali

b. Seni Rupa Tiga Dimensi

Seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi atau
memiliki isi atau ruangan. Seperti patung, bangunan, keramik/gerabah, seni instalasi, dan seni kriya.
Seni rupa murni yang berbentuk tiga dimensi seperti seni patung, seni instalasi.

Seni instalasi

Seni instalasi

c. Seni Relief

Seni relief adalah merupakan perpaduan seni dua dimensi dan seni tiga dimensi. Dilihat bentuknya
relief masuk dalam kategori tiga dimensi tetapi kalau dilihat dari sudut pandang masuk dalam
kategori dua dimensi, karena hanya dapat dinikmati dari arah depan saja.

Relief batu candi

Relief batu candi

2. Corak Karya Seni Rupa Murni

Corak atau gaya dalam seni rupa sangat beragam. Keberagaman corak di dalam membuat karya seni
rupa karena dipengaruhi oleh pengalaman, pandangan terhadap suatu objek, teknik yang digunakan
untuk membuat karya, bahan berkarya, dan cara pengungkapan yang digunakan. Secara garis besar
corak atau gaya seni rupa dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tradisional dan modern.
a. Tradisional

Corak seni rupa tradisional dan modern pada dasarnya memiliki kesamaan. Perkembangan corak
seni rupa dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan. Pada awal perkembangannya seni rupa
tradisional dikerjakan dengan menggunakan teknik yang masih sederhana pula. Sedangkan
perkembangan seni rupa di era modern memiliki karya seni rupa yang bercorak modern pula. Corak
seni rupa di daerah memiliki corak yang masih tradisional. Corak seni rupa tradisional merupakan
corak turun-temurun. Hal ini dikarenakan karya seni rupa yang diciptakannya tidak mengalami
perubahan dalam hal corak. Corak seni rupa tradisional dibagi ke dalam dua kelompok yaitu corak
primitif dan klasik.

1) Primitif

Karya seni bergaya primitif memiliki sifat sederhana dalam hal bentuk dan warnanya. Karya seni rupa
primitif di Nusantara seperti hasil karya seni patung dari suku Asmat di Papua, di mancanegara hasil
karya seni patung suku Amborigin di Australia.

Patung primitif suku asmat

Patung primitif suku asmat

2) Klasik

Karya seni rupa klasik adalah pada masa kerajaan Hindu-Budha berjaya di wilayah Nusantara. Pada
masa klasik ini merupakan masa peralihan dari masa seni rupa primitif menjadi seni rupa yang
memiliki corak rumit dan ornamental. Corak klasik ini dipengaruhi oleh budaya India, hal ini dapat
dilihat dari karya seni rupa pada candi-candi peninggalan Hindu-Budha.

Relief Candi Borobudur

Relief Candi Borobudur

b. Modern
Perkembangan kebudayaan mempengaruhi perkembangan karya seni rupa baik di Nusantara
maupun di mancanegara. Corak seni rupa di Nusantara banyak dipengaruhi oleh corak dari negara
Barat (Eropa atau Amerika). Pada abad ke-18 seniman-seniman di Eropa telah melakukan
eksperimen-eksperimen secara individualitas pada bahan, teknik pembuatan dan ekspresi
berkesenian sehingga muncul aliran posimpresionisme. Sedangkan di wilayah Nusantara pada abad
ke-18 masih bersifat tradisional kerakyatan.

Corak seni rupa di Indonesia terpengaruh dari Eropa melalui penjajahan yang terjadi di Nusantara.
Perubahan corak seni rupa tradisional ke seni rupa modern adalah corak karya seni rupa yang sudah
mengalami kemajuan, perubahan, dan pembaruan. Gaya seni rupa ini dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu gaya representatif, gaya deformatif, dan gaya abstraksionisme (nonrefresentatif).

1) Gaya Refresentatif

Pengertian refresentatif adalah nyata atau sesuai dengan keadaannya. Gaya seni rupa yang
termasuk dalam gaya refresentatif adalah sebagai berikut .

a) Realisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan kenyataan hidup. Perupa
yang beraliran realisme antara lain Trubus, Wardoyo, Tarmizi, Jan Mangkit, Dullah, Rembrandt
(Belanda).

Lukisan realisme

Lukisan realisme

b) Naturalisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya alami atau sesuai dengan keadaan
alam. Pelukis beraliran naturalisme adalah Abdullah Suryosubroto, Basuki Abdullah, M. Pirngadi,
Wakidi, Claude, Rubens, Constable.

Lukisan naturalisme

Lukisan naturalisme
c) Romantisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya mengandung cerita, baik cerita
binatang maupun manusia. Pelukis yang beraliran romantisme ini adalah Raden Saleh, F. Goya
(Spanyol), Turner (Inggris), Rubens (Belanda).

Raden Saleh

Lukisan romantisme

2) Gaya Deformatif

Pengertian deformatif adalah perubahan bentuk dari aslinya, sehingga menghasilkan bentuk baru
namun tidak meninggalkan bentuk dasar aslinya. Yang tergolong dalam gaya seni rupa ini adalah :

a) Impresionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek
tersebut dilukis. Pelukis yang termasuk dalam aliran ini adalah Claude Monet, Edgar Degas, Aguste
Renoir, Georges Seurat, Paul Cezanne, Paul Gauguin, dan S. Sudjojono.

Wisnu Jadmika

Bal au Moulin de la Gallet karya Renoir (1876)

b) Ekspresionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa sang
pelukis yang spontan pada saat melihat objek lukisannya. Pelukis yang beraliran ini antara lain
Vincent van Gogh dan Affandi.

Lukisan ekspresionisme

Starry Night karya Van Gogh

c) Surealisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya melebih-lebihkan kenyataan. Pelukis
yang beraliran ini adalah Salvador Dali.

Surealisme karya Salvador Dali

Surealisme karya Salvador Dali


d) Kubisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya berupa bidang segi empat atau bentuk
dasar kubus. Bentuk dasar bidang seperti segitiga, segiempat, lingkaran, jajaran genjang, elips, dan
bentuk-bentuk bidang lainnya. Pelukis beraliran ini antara lain Pablo Picasso, But Mochtar, Srihadi,
Fajar Sidik, Mochtar Apin.

Lukisan dadaisme

Lukisan kubisme “Friendship” karya Pablo Picasso

e) Futurisme, yaitu aliran seni lukis yang berusaha menampilkan kedinamisan dan berusaha
mengutarakan gerak dan khayalan masa yang akan datang. Pelukis yang menggunakan aliran ini
adalah Gialomo Balla, Umberto Bocciani, Carlo Carra dan Severin.

Lukisan futurisme

Lukisan futurisme

f) Dadaisme, yaitu aliran seni rupa yang penyajiannya dalam bentuk yang magic, seram, atau
mengerikan. Pelukis yang beraliran ini adalah Paul Klee, Paul Gauguin, dan Kurt Scwitter.

Karya seni rupa dadaisme

Karya seni rupa dadaisme

3) Gaya Abstraksionisme

Gaya abstraksionisme adalah suatu bentuk yang sulit untuk dikenali. Bentuk dasar dari gaya ini
sudah meninggalkan bentuk aslinya. Gaya yang tergolong dalam gaya abstrak adalah abstrak
ekspresionis adalah memandang bahwa ekspresi jiwa tidak dapat dihubungkan dengan objek
apapun, aliran ini berpendapat bahwa melukis adalah memadukan unsur-unsur gambar berupa
garis, warna, bidang dan tekstur dan abstrak geometris, aliran ini menonjolkan bidang yang diisi
dengan warna dan dipilah dengan garis-garis tegas. Pelukis yang beraliran ini adalah Wassily
Kadinsky (tokoh abstrak ekspresionis), Piet Mondrian, Van der Leek, Malevich (tokoh-tokoh abstrak
geometris), Jackson Pollock, Fajar Sidik, But Mochtar, Srihadi, Amry Yahya.

Lukisan abstrak
Lukisan abstrak

C. MENGAPRESIASI SENI RUPA MURNI

Mengapresiasi adalah memberikan penilaian dan penghargaan terhadap suatu hasil karya seni.
Memberikan penilaian dan penghargaan karya seni harus melalui tahap-tahap tertentu agar benar-
benar dapat menilai suatu karya secara objektif. Tahap-tahap tersebut seperti pengamatan secara
langsung dan mendetail terhadap karya yang diapresiasi, mengetahui tema di dalam karya tersebut,
mengetahui corak dalam karya, teknik yang digunakan, bahan yang digunakan, peralatan yang
digunakan dan cara mengungkapkan pembuatan karya tersebut. Selain itu mengapresiasi juga harus
menguasai seluk beluk tentang karya diapresiasi. Agar kita dapat memberikan penilaian dan
penghargaan terhadap suatu karya seni tersebut, maka kita harus mempelajari ilmu yang ada
hubungannya dengan karya tersebut.

M. Wisnu Jadmika adalah penulis modul untuk SD, SMP, SMA, dan SMK

M. Wisnu Jadmika adalah penulis modul untuk SD, SMP, SMA, dan SMK

2 Komentar

SENI RUPA SMP KELAS VIII

Februari 23, 2013 at 4:40 am (Buku Modul Seni Rupa)

Tags: affandi, Aliran Seni Rupa, basuki abdullah, dolmen, indonesia baru, indonesia jelita, masa
perintisan, megalithikum, menhir, mezolithikum, modul, modul seni rupa, modul seni rupa SMP,
modul seni rupa SMP kelas VIII, mooy indie, neolithikum, paleolithikum, periode perkembangan,
periode perkembangan seni rupa, raden saleh, s. soedjojono, sarchopagus, seni, Seni Rupa, seni rupa
baru, seni rupa nusantara, zaman batu, zaman klasik, zaman logam

Penulis : M. Wisnu Jadmika, S.Pd. (Guru SMAN 1 Bayat)

A. SENI RUPA NUSANTARA


Seni menurut Popo Iskandar adalah karya cipta manusia yang bersifat kreatif dan memiliki nilai seni
yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Seni memiliki beberapa cabang, antara lain seni
musik, seni rupa, seni tari, dan seni teater. Pada materi berikut ini yang kita pelajari adalah cabang
seni rupa. Seni rupa di wilayah Nusantara sudah ada sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan
dengan diketemukannya hasil karya seni rupa, baik berupa lukisan di dinding-dinding gua maupun
benda-benda yang digunakan untuk meramu. Hasil seni rupa pada zaman tersebut diperkiraan
sebagai sarana untuk melakukan ritual tertentu.

Kehidupan manusia gua

Kehidupan manusia gua

Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam penyampaiannya. Unsur media
rupa ini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut
kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain. Seni rupa
murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas
ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa
murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi. Sedangkan seni rupa terapan
adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan
terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya
keramik, kriya tekstil, batik. Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain
arsitektur, desain interior-eksterior.

Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara. Seni rupa
Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi Zaman Batu, Zaman Klasik, dan Zaman
Indonesia Baru.

1. ZAMAN BATU

a. Zaman Batu Tua (paleolithikum)

Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu kasar, berupa
kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka
warna yang berfungsi untuk mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone
culture). Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan
di gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia. Di Papua objek lukisannya berupa binatang
terdapat cipratan darah yang dicampur dengan lemak.

Lukisan dinding gua Lascaux

Lukisan dinding gua Lascaux

Serpihan batu peninggalan palaelithikum

Serpihan batu peninggalan palaelithikum

Bone culture

Bone culture

b. Zaman Batu Tengah (mezolithikum)

Pada zaman ini kehidupan nenek moyang kita sudah mulai maju dan berkembang. Hal ini dibuktikan
dengan diketemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat-alat dari
tanduk rusa. Nenek moyang kita pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. hal ini
dibuktikan dengan diketemukan tumpukan kulit kerang setinggi tujuh meter di pantai timur
Sumatra dan juga sudah diketemukan pecahan tembikar dari tanah liat.

Kapak batu

Kapak batu

Peninggalan mezolithikum

Peninggalan mezolithikum

c. Zaman Batu Muda (neolithikum)

Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap. Dalam mencari mata pencaharian
mereka sudah mulai bercocok tanam. Pada periode ini telah ditemukan kapak lonjong dan persegi.
Kapak persegi (ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan lereng
Gunung Ijen) diperkirakan untuk bercocok tanam, memahat dan untuk memotong kayu. Sedangkan
kapak lonjong (ditemukan di Papua, Minahasa, Serawak dan Kepulauan Tanimbar) bentuknya bulat
memanjang dengan bagian ujung lancip dan tajam.

Pada zaman ini juga sudah diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motif hiasan yang
bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu.

Kapak lonjong

Kapak lonjong

Gerabah peninggalan masa neolithikum

Gerabah peninggalan masa neolithikum

d. Zaman Batu Besar (megalithikum)

Zaman Batu Besar ditandai dengan adanya peninggalan monumen-monumen batu sebagai upacara
keagamaan yang dianut masyarakat pada saat itu. Peninggalan tersebut berupa dolmen ( sejenis
meja dari batu berukuran besar berfungsi untuk meletakkan sesaji di atasnya dan juga sebagai tanda
bahwa di bawahnya ada kuburannya), menhir (bangunan yang menyerupai tugu sebagai tanda
bersemayamnya roh-roh dan kekuatan gaib), kuburan batu, sarcophagus (peti dari batu untuk
menyimpan orang mati), punden berundak (batu yang disusun berundak menyerupai candi) dan arca
batu.

Dolmen Ballykel

Dolmen Ballykel

Menhir

Menhir

Sarchopagus
Sarchopagus

Punden berundak

Punden berundak

2. ZAMAN LOGAM

Zaman ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-Cina ke Indonesia sekitar 500 SM. Peninggalan pada
zaman logam berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda hias dari perunggu.

Kapak corong dari logam

Kapak corong dari logam

Nekara

Nekara

3. ZAMAN KLASIK

Zaman klasik adalah merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pada zaman ini dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam. Periode
Hindu-Budha merupakan pelajaran sangat berharga untuk perkembangan seni rupa Nusantara. Hasil
seni yang sangat menonjol adalah peninggalan candi-candi di wilayah Nusantara, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan dan candi-candi lainnya. Masyarakat lokal dapat belajar seni rupa ke
sekolah pendidikan formal di luar negeri. Periode Islam banyak meninggalkan seni bangunan seperti
masjid dan makam, bangunan keraton, kaligrafi, dan ragam hias bercirikan khas Islam.

Candi Pringapus

Candi Pringapus

Candi Prambanan
Candi Prambanan

Candi Borobudur

Candi Borobudur

4. ZAMAN INDONESIA BARU

Pada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat. Pada masa ini seni rupa
dikelompokkan menjadi :

a. Masa Perintisan

Masa Perintisan adalah masanya Raden Saleh yang merupakan juru gambar Belanda. Karya Raden
Saleh antara lain : Antara Hidup dan Mati (pertarungan antara seekor banteng dan dua ekor singa),
Penangkapan Diponegoro, Perkelahian dengan Binatang Buas, Perburuan, Hutan Terbakar, Banjir,
Harimau dan Mangsanya, Merapi yang Meletus.

Perkelahian dengan Singa karya Raden Saleh

Perkelahian dengan Singa karya Raden Saleh

Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh

Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh

b. Masa Mooy Indie

Masa Raden Saleh mengalami kekosongan muncul pelukis Abdullah Suryosubroto keturunan
bangsawan Solo. Sekolah di Akademi Kesenian di Eropa kemudian mengembangkan lukisannya di
Indonesia dengan gaya yang berbeda. Gaya Abdullah Suryosubroto menekankan keelokan dan
suasana keindahan alam di Indonesia. Jadi objek lukisannya adalah pemandangan alam yang indah
dan wanita-wanita cantik. Kemudian pada masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita (Mooy
Indie). Pelukis lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdullah dan Wahdi.
Gadis cantik karya Basuki Abdullah

Gadis cantik karya Basuki Abdullah

Nyai Rara Kidul

Nyai Rara Kidul

Lukisan pemandangan alam

Lukisan pemandangan alam

c. Masa Cita Indonesia

Perbedaan kenyataan antara keindahan yang dibuat oleh Abdullah Suryosubroto dengan kenyataan
bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pelukis S. Sudjoyono mempelopori lukisan yang
bertolak belakang dengan Mooy Indie. Kemudian mendirikan perkumpulan ahli gambar Indonesia
(PERSAGI) yang anggotanya Agus Jayasuminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S. Sudiarjo,
dan lainnya.

Karya S. Sudjoyono antara lain Di Depan Kelambu Terbuka, Sayang Saya Bukan Anjing, Jongkatan,
Cap Go Meh, Mainan Anak-anak Sunter, Bunga Kamboja dan Nyekar.

Di depan kelambu terbuka karya S.Soedjojono

Di depan kelambu terbuka karya S.Soedjojono

d. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini pelukis dari golongan rakyat biasa sudah mulai banyak bermunculan, seperti Affandi,
Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung.

Penari Ronggeng karya Hendra Gunawan


Penari Ronggeng karya Hendra Gunawan

e. Masa Kemerdekaan

Pada masa ini Affandi mendirikan perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM). Anggotanya Affandi,
Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo. Setelah keluar dari
SIM Affandi dan Hendra Gunawan mendirikan Peloekis Rakyat yang beranggotakan Kusnadi,
Sudarso, Sasongko, Trubus.

Karya Affandi

Karya Affandi

f. Masa Seni Rupa Baru

Pada masa ini para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para
seniman muda ini berusaha menciptakan sesuatu yang baru yang tidak tergantung pada suatu media
tertentu, tetapi sudah menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah diungkapkan lewat lukisannya.

Lukisan abstrak

Lukisan abstrak

Lukisan abstrak

Lukisan abstrak

Sosok Ibu Pertiwi

B. SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA


Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil karya seni terapannya. Hal ini terbukti dengan
adanya karya seni terapan di wilayah Nusantara. Seni terapan yang ada di daerah-daerah memiliki
keunikan masing-masing. Keunikan tersebut menjadi ciri khas hasil karya seni rupa terapan daerah
tersebut. Teknik pembuatannya pun membutuhkan keterampilan tangan yang ulet dan tekun dari si
pembuat. Teknik pembuatan karya seni rupa Nusantara sangat beragam antara lain dengan teknik
batik, sulam, cor, pahat, ukir, butsir, dan sebagainya. Karya seni rupa Nusantara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Perbedaan ini dilihat dari
wujudnya, apakah hanya berupa bidang datar ataukah berupa benda yang dapat dinikmati dari
beberapa sudut pandang.

1. Seni Rupa Dua Dimensi

Karya seni rupa dua dimensi adalah hasil karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran panjang dan
lebar saja. Jadi hanya dapat dilihat secara frontal atau hanya dapat dinikmati dari depan.

a. Seni Lukis

Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensi yang hanya dapat dilihat dari satu arah yaitu dari arah
depan. Dari karya seni ini dapat menimbulkan rasa marah, gembira, sedih dan haru, indah, serta
bersemangat. Seni lukis pada umumnya menggunakan media cat air, akrilik, tinta bak, dan cat
minyak. Media tersebut biasanya dituangkan ke atas permukaan kanvas, kertas, papan tripleks, dan
dinding bangunan. Aliran lukisan yang berkembang antara lain.

1) Naturalisme

Lukisan naturalisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan mengambil objek sesuai dengan
alam nyata, artinya sesuai dengan apa yang ditangkap oleh pandangan mata.

Lukisan naturalisme

Lukisan naturalisme

2) Realisme
Lukisan realisme merupakan karya seni lukis yang dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada,
biasanya berupa objek kehidupan rakyat biasa.

Lukisan realisme

Lukisan realisme

3) Ekspresionisme

Lukisan ekspresionisme merupakan karya seni lukis yang dibuat berdasarkan ungkapan perasaan
seniman.

Lukisan ekspresionisme

Lukisan ekspresionisme

4) Klasikisme

Lukisan klasikisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan penggambaran yang serba elok,
indah, manis, dan sopan, serta penggambarannya dibuat-buat.

Lukisan klasikisme

Lukisan klasikisme

5) Kubisme

Lukisan kubisme merupakan karya seni lukis yang mengungkapkan objek gambar dikembalikan pada
bentuk dasar, seperti kubus, silinder, bola, balok, segitiga, dan kerucut.

Lukisan kubisme "3 musicians" karya Picasso

Lukisan kubisme “3 musicians” karya Picasso


6) Pointilisme

Lukisan pointilisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan menyusun titik-titik untuk
membuat objek gambarnya.

Lukisan pointilisme

Lukisan pointilisme

Seni lukis terapan di wilayah Nusantara seperti lukisan pada kaca, lukisan pada papan hardboard,
dan lukisan pada kanvas. Lukisan tersebut dibuat sebagai sarana konsumtif masyarakat, maksudnya
adalah dibuat dalam jumlah yang banyak kemudian diperjual belikan. Lukisan kaca yang terkenal
berasal dari daerah Cirebon.

b. Seni Reklame

Seni reklame adalah suatu kegiatan seseorang atau sekelompok orang di dalam mengajak orang lain
untuk dapat mematuhi apa yang diserukan. Sedangkan kata reklame itu sendiri berasal dari bahasa
Latin, yaitu re dan clamare. Re berarti berulang-ulang dan clamare berarti berteriak atau ajakan. Jadi
menurut bahasa adalah berteriak atau mengajak berulang-ulang.

1) Reklame menurut sifat dan tujuannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Reklame Komersial

Reklame komersial adalah reklame yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan materi
sebanyak-banyaknya dari apa yang mereka reklamekan.

Contoh : iklan sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, roti, baju, jaket, shampoo, perlengkapan
kecantikan dan masih banyak lagi.
b) Reklame Non Komersial (Idiil)

Reklame non komersial atau reklame idiil adalah reklame yang mempunyai tujuan tidak untuk
mendapatkan keuntungan materi tetapi biasanya berupa ajakan, himbauan, saran, peringatan dan
informasi-informasi dari pemerintah atau lembaga-lembaga lain untuk menyampaikan program-
programnya kepada masyarakat.

Contoh : poster ajakan untuk 3M (menguras, mencuci dan menimbun), mengajak ber-KB, mengajak
untuk belajar wajib 9 tahun, menganjurkan kebersihan, memperingatkan masyarakat agar hati-hati
terhadap flu burung dan sebagainya.

2) Menurut media yang digunakan reklame dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a) Reklame Audio

Reklame audio adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan media suara
(audio). Reklame jenis ini biasanya disampaikan lewat radio atau pengeras suara yang dibawa keliling
dari daerah satu ke daerah yang lain.

b) Reklame Visual

Reklame visual adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan media
gambar atau tulisan (visual). Contoh reklame jenis ini adalah poster, selebaran, famplet, buklet,
leaflet, mobile, etalase, spanduk, baliho, bilboard, bookjacket, embalasi, etiket, iklan.

c) Reklame Audio Visual

Reklame audio visual adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan media
suara dan gambar atau tulisan (audio visual). Contoh reklame jenis ini adalah reklame pada televisi,
bioskop, dan slide.

c. Seni Grafis
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang berwujud dua dimensi dan dikerjakan melalui teknik cetak.
Seni grafis dapat dibuat dengan teknik sablon (cetak saring), cukil kayu (cetakan) etsa (pengasaman
pada bahan metal), dan lito (pencetakan dengan bahan litho).

Hasil karya seni grafis

Hasil karya seni grafis

d. Seni Ilustrasi

Kata ilustrasi berasal dari kata illustrate (Inggris) dan ilustrare (Latin) yang berarti menjelaskan atau
menerangkan. Seni ilustrasi digunakan untuk membantu menjelaskan suatu pengertian. Penjelasan
ilustrasi ini biasanya berhubungan dengan buku pelajaran, buku ilmiah, majalah, buku cerita novel,
cerpen, komik, dan sebagainya. Bentuk ilustrasi dapat berupa gambar, foto, kartun, karikatur, dan
vinyet.

Gambar komik

Gambar komik

Gambar kartun

Gambar kartun

Gambar ilustrasi

Gambar ilustrasi

e. Seni Tenun

Seni tenun merupakan pembuatan kain dengan teknik pembuatan pola pada kain sebelum ditenun.
Pembuatan kain tenun ini menggunakan alat tenun yang masih sangat sederhana. Proses
pembuatannya pun memakan waktu cukup lama, karena membutuhkan ketelitian dan ketrampilan
dari si pembuat. Kain tenun seperti kain songket, kain ikat, dan kain ulos. Seni tenun ini masih dapat
dijumpai di daerah Sulawesi, Jepara, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan daerah Sumatera.

Tenun tradisional

Tenun tradisional

Hasil seni tenun

Hasil seni tenun

Memasukkan benang ke sisir dalam proses pembuatan kain tenun

Memasukkan benang ke sisir dalam proses pembuatan kain tenun

f. Seni Batik

Seni batik merupakan seni rupa dua dimensi yang menggunakan teknik cetak dari bahan sejenis lilin
(malam). Langkah pembuatan batik pertama adalah pembuatan pola di atas kain, pola kemudian
dipilih dengan menoreh lilin (malam), pola yang terkena lilin akan menghasilkan warna sesuai
dengan kain pada saat itu (warna dasar kain). Setelah proses penorehan lilin selesai kemudian
dilakukan pencelupan dengan menggunakan pewarna. Apabila menghendaki beberapa warna maka
pencelupan dilakukan dengan warna yang paling muda terlebih dahulu kemudian warna semakin
tua. Langkah penorehan lilin dilakukan tiap warna yang dikendaki sehingga kain seluruhnya tertutup
oleh lilin (malam) kecuali warna paling tua atau pencelupan terakhir. Langkah selanjutnya adalah
pelorodan (menghilangkan lilin). Kota penghasil batik di Indonesia yang terkenal adalah Pekalongan,
Jogyakarta, Lasem dan Solo.

Motif batik

Motif batik

Proses membatik

Proses membatik
2. Seni Rupa Tiga Dimensi

Selain memiliki ukuran dua dimensi karya seni rupa terapan Nusantara juga ada yang tiga dimensi.
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi atau
ketebalan. Karya seni tiga dimensi ini dapat dinikmati dari beberapa sudut pandang.

a. Seni Patung

Pada awalnya patung diartikan sebagai benda tiruan yang berbentuk manusia atau binatang yang
dibuat dengan cara dipahat. Namun dalam perkembangannya bentuk patung tidak hanya terbatas
pada bentuk manusia atau binatang saja, akan tetapi dapat berbentuk apa pun asal memiliki
keindahan.

Berdasarkan fungsinya patung dikelompokkan menjadi enam, yaitu patung religi, patung arsitektur,
patung monumental, patung kerajinan, patung dekorasi/hiasan, dan patung seni.

Berdasarkan bentuknya patung dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu patung tubuh, patung
dada, patung kepala, dan patung torso.

Berdasarkan coraknya patung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patung realistis, patung
deformatif, dan patung abstrak.

Patung torso

Patung torso

Patung Garuda Wisnu Kencana

Patung Garuda Wisnu Kencana

b. Seni Kriya
Kerajinan tangan atau sering disebut seni kriya (handy craft) banyak dijumpai di wilayah Nusantara.
Seni kerajinan adalah suatu usaha membuat benda-benda hasil kerajinan tangan. Seni kriya
termasuk seni terapan dua dimensi dan tiga dimensi.

1) Anyaman

Bahan dasar yang digunakan sangat banyak sekali jenisnya yaitu dari bahan-bahan alam dan dari
bahan sintetis atau buatan pabrik. Bahan yang biasa digunakan untuk anyaman antara lain : bambu,
daun pandan, rotan, enceng gondok, pelepah pisang, berbagai macam plastik, dan lain sebagainya.

2) Keramik/Gerabah

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat keramik atau gerabah adalah tanah liat.

Gerabah

Gerabah

3) Ukiran dan Pahatan

Seni ini banyak dijumpai pada bagian-bagian perabot rumah tangga, misalnya meja, kursi, almari,
tempat tidur, sketsel.

Ukiran kayu modern

Ukiran kayu modern

4) Meronce

Seni meronce manik-manik banyak dikerjakan oleh masyarakat Kalimantan, hasil karyanya antara
lain kain baju, kain gendongan, kalung, gelang, dan topi.
manik-manik

c. Seni Dekorasi

Dekorasi berasal dari bahasa Belanda yaitu decoration yang artinya hiasan. Mendekor suatu tempat
(ruangan) artinya menghiasi atau mendadani tempat (ruangan) tersebut. Ada dua jenis dekorasi
yaitu dekorasi dalam ruangan (interior) dan dekorasi luar ruangan (interior). Contoh benda yang
dapat digunakan sebagai dekorasi antara lain jambangan, guci, kain, patung, dan tumbuh-tumbuhan.

C. APRESIASI SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA

Seni rupa terapan di wilayah Nusantara pada awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dan untuk dinikmati keindahannya. Di negara kita keragaman seni rupa terapan sangat
banyak sekali. Begitu pula dengan bentuk dan teknik pembuatannya. Perbedaan bentuk dan teknik
pembuatan sangat dipengaruhi oleh bahan yang digunakan dan perlatan yang digunakan serta
bentuk yang dibuat.

Pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara rata-rata masih menggunakan peralatan
yang sederhana. Selain itu keterampilan yang dimiliki perajin merupakan keterampilan turun-
temurun. Apabila dalam proses pembuatan suatu karya didukung dengan peralatan yang lebih
modern dan keterampilan yang memadai, maka akan menghasilkan karya yang lebih bagus. Seperti
pembuatan benda-benda untuk kebutuhan sehari-hari yang dapat berfungsi seperti kegunaannya
tetapi juga diberi hiasan-hiasan. Hiasan-hiasan yang terdapat pada benda tersebut biasa disebut
dengan ragam hias.

Pembuatan karya seni terapan disesuaikan dengan kebutuhan manusia yaitu berupa kebutuhan fisik
(jasmani) dan juga kebutuhan batin (rohani). Untuk memenuhi kebutuhan fisik diciptakan alat-alat
yang dapat digunakan untuk kebutuhannya. Seperti piring, gelas, meja, kursi, almari, dan tempat
tidur. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan batin (rohani) yang berhubungan dengan seni rupa
dibuatlah berbagai macam ragam hias. Seperti hiasan ukiran pada almari, hiasan pada meja, hiasan
pada kursi, dan hiasan pada candi-candi. Motif ragam hias yang terdapat di wilayah Nusantara dapat
kita jumpai sebagai berikut.

1. Motif Meander
Motif meander dapat kita jumpai pada bagian tepi ragam hias. Motif meander adalah motif ragam
hias yang memiliki bentuk dasar huruf ”T”.

Motif meander

Motif meander

2. Motif Tumpal

Motif tumpal adalah motif ragam hias yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki. Motif tumpal
ini dapat kita jumpai pada hiasan di candi-candi, ukiran pada kayu dan bagian tepi motif batik. Motif
ini sering disebut sebagai motif untu walang yang melambangkan kesuburan.

Motif tumpal

Motif tumpal

3. Motif Kawung

Kawung dalam bahasa Sunda berarti aren atau kolang-kaling. Motif kawung adalah motif ragam hias
yang berbentuk buah aren yang dipotong melintang sehingga kelihatan empat biji aren. Motif ini
juga digunakan pada hiasan patung candi Hindu Jawa. Selain hiasan patung, motif ini juga digunakan
untuk motif batik yang melambangkan keserasian hidup di dunia dan akhirat.

Motif kawung

Motif kawung

4. Motif Swastika

Motif swastika adalah motif ragam hias yang merupakan varian antara pola meander dan pilin.

Motif swastika
Motif swastika

5. Motif Pilin

Motif pilin adalah motif ragam hias yang memiliki bentuk dasar ”S”. Di wilayah Nusantara motif ini
juga banyak dijumpai pada hiasan candi, ukiran kayu pada rumah adat, dan batik. Pada batik dibuat
variasi dengan bentuk ”SS” seperti ragam hias motif parang.

Motif pilin

Motif pilin

6. Motif Tempel

Motif tempel adalah motif ragam hias yang berbentuk ceplok berulang-ulang. Bentuk ceplok
berulang ini banyak dijumpai pada pakaian arca candi. Juga dapat kita jumpai pada kain batik
tradisional Jawa.

7. Motif Pohon Hayat/Flora

Motif pohon hayat adalah motif ragam hias yang berupa bentuk dari tumbuh-tumbuhan. Motif ini
mulai berkembang sejalan dengan perkembangan agama Islam di Nusantara. Motif ini banyak kita
jumpai pada motif ragam hias bangunan tradisional. Bentuk motif ragam hias pohon hayat berupa
sulur-sulur pohon anggur, dan motif pohon yang distilasi. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri-
sendiri untuk motif pohon hayat ini. Motif pohon hayat memiliki makna kesuburan dan kehidupan.

Motif pohon hayat

Motif pohon hayat

Motif pohon hayat

Motif pohon hayat


8. Motif Sayap (Lar)

Motif lar adalah motif ragam hias yang merupakan penyederhaan dari bentuk burung garuda. Motif
lar di Jawa digunakan untuk motif batik. Motif ini memiliki makna kekuasaan, sehingga hanya boleh
digunakan oleh keluarga bangsawan atau keluarga keraton saja. Motif yang hanya boleh digunakan
di kalangan bangsawan disebut motif larangan.

Motif sayap

Motif sayap

9. Motif Binatang

Motif binatang adalah motif ragam hias yang berbentuk binatang-binatang. Motif ini sering
digunakan pada hiasan candi, ukiran rumah tradisional, dan motif batik.

Motif burung hong

Motif burung hong

Anda mungkin juga menyukai