Anda di halaman 1dari 64

SENI RUPA

SENI RUPA MURNI

Ragam seni rupa murni di wilayah Nusantara sangat bervariasi jenisnya. Ragam
seni rupa murni tersebut dipengaruhi oleh budaya yang ada di masing-masing daerah.
Sehingga karya seni rupa tersebut merupakan hasil karya seni rupa daerah setempat.
Seni rupa murni merupakan hasil karya seni rupa yang hanya dinikmati keindahannya
saja. Sedangkan karya seni rupa terapan merupakan hasil karya seni rupa yang
berfungsi sebagai benda pakai untuk kehidupan sehari-hari. Karya seni rupa murni
daerah setempat merupakan karya seni rupa yang dihasilkan oleh masing-masing
daerah di wilayah Nusantara. Sehingga seni rupa murni ini memiliki sifat kedaerahan
atau tradisional.

Seni rupa murni masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas
tersebut menjadikan karya seni rupa murni daerah setempat memiliki keunikan.
Keunikan tersebut dapat berupa tema, corak, teknik, bahan, dan bentuk karyanya.
Seni rupa murni daerah setempat merupakan karya seni rupa murni yang memiliki nilai-
nilai budaya daerah setempat. Seperti karya seni lukis Ubud (Gianyar, Bali), seni lukis
Sokaraja (Banyumas), seni patung Muntilan (Magelang), seni patung keramik (Bantul,
Yogyakarta), patung Asmat (Papua),. Masing-masing karya seni rupa murni tersebut
memiliki keunikan yang dapat menjadi ciri khas suatu daerah.

 A.   FUNGSI DAN TEMA SENI RUPA MURNI

Seni rupa murni daerah adalah gagasan manusia yang berisi nilai-nilai budaya
daerah setempat yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik,
garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip
tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Kekayaan seni
budaya di wilayah Nusantara mempengaruhi keragaman hasil karya seni rupa daerah
setempat. Dari beragamnya karya seni rupa murni di daerah Indonesia dapat dilihat dari
fungsi dan tema yang digunakan untuk membuat karya seni rupa murni tersebut.
1.    Fungsi Seni Rupa Murni

Seni rupa daerah menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua yaitu seni rupa
murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni atau fine art  merupakan karya seni rupa
yang berfungsi untuk memuaskan batin atau di dalam penciptaannya lebih
mengutamakan nilai keindahannya. Seni rupa murni adalah gagasan manusia yang
berisi nilai-nilai budaya yang diekspresiakan melalui pola kelakuan tertentu dengan
media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan
prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Penciptaan
karya seni rupa murni atau fine art  biasanya memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri.
Ciri khas ini di dasarkan pada tema, corak atau gaya, teknik serta bahan dan bentuk
karya seni tersebut.

Sedangkan seni rupa terapan atau aplied art  merupakan karya seni rupa yang
mempunyai fungsi sebagai benda kebutuhan sehari-hari. Karya seni rupa terapan
selain diciptakan sebagai benda praktis juga dapat dinikmati keindahannya.

 Sebagai sarana ritual keagamaan


 Sebagai sarana pendidikan moral masyarakat
 Sebagai sarana pengungkapan ekspresi pribadi.
 Sebagai sarana untuk mengenang suatu peristiwa tertentu.

 2.    Tema Seni Rupa Murni

Setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda di dalam menjalani hidup
ini. Begitu pula saat kita membuat suatu lukisan, masing-masing memiliki sudut
pandang yang berbeda-beda. Perbedaan sudut pandang dapat dipengaruhi oleh
suasana, waktu, dan kondisi geografis. Pembuatan karya seni rupa pada zaman
dahulu, manusia menciptakan karya seni sebagai bentuk sarana ritual keagamaan.
Seperti relief-relief pada candi-candi yang menggambarkan kisah manusia dalam ritual
menuju ke alam nirwana. Atau bahkan sebagai sarana untuk pembelajaran moral
masyarakat setempat. Pembuatan karya seni juga dapat digunakan sebagai
pengungkapan ekspresi jiwa yang membuatnya. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam
pembuatan suatu karya seni rupa murni dapat menjadi sebuah tema. Tema adalah
gagasan, ide, atau pokok pikiran yang ada di dalam sebuah karya seni baik dalam
bentuk karya seni rupa dua dimensi maupun seni rupa tiga dimensi. Memahami tema
yang ada pada sebuah karya seni rupa murni berarti kita dapat memahami tujuan
penciptaan karya seni tersebut.

Tema-tema di dalam pembuatan karya seni rupa murni antara lain sebagai
berikut :

a.  Hubungan antara manusia dengan dirinya

Seni rupa merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menuangkan
gagasan atau ide dari seseorang. Untuk mengungkapkan citarasa keindahan manusia
mewujudkannya lewat media ekspresi. Media yang digunakan dapat berupa suatu
karya seni rupa seperti lukisan. Di dalam pengungkapannya tersebut kadang seseorang
menggunakan dirinya sendiri sebagai objek lukisannya. Seperti pelukis Raden
Saleh, Basuki Abdullah, Affandi, S. Sudjojono, dan Vincent van Gogh.

Potret diri karya Affandi


b.  Hubungan antara Manusia dengan Manusia Lain

Seorang perupa kadangkala dalam mengekspresikan citarasa keindahan menggunakan


objek orang-orang yang ada disekitarnya. Seperti istrinya, anak-anaknya, orangtua,
saudaranya, temannya, tetangganya, kekasihnya, sahabatnya, atau orang-orang yang
ada dalam fikirannya.

Lukisan hubungan manusia dengan orang lain


c.  Hubungan antara Manusia dengan Alam Sekitarnya

Alam sekitar yang sangat menarik bagi para pelukis untuk mengungkapkan citarasanya,
sering dijadikan objek untuk lukisannya. Seperti pemandangan gunung, laut, sungai,
sawah, hutan, perkampungan, perkotaan, binatang dan masih banyak lagi alam yang
dijadikan objek lukisan. Tokoh pelukis yang sering menggunakan alam sebagai objek
seperti Basuki Abdullah, Raden Saleh Bustaman, Dullah, Pirngadi, Henk Ngantung,
Wakidi, S. Sudjojono.

Hubungan manusia dengan alam sekitar

Hubungan manusia dengan alam sekitar


d.  Hubungan antara Manusia dengan Benda

Benda-benda di sekitar kita memiliki keunikan tersendiri bagi para pelukis, sehingga
menjadikan benda-benda tersebut menjadi objek lukisannya. Keunikan benda-benda
tersebut ada yang berbentuk silindris, kubistis ataupun yang berbentuk bebas.  Bentuk
benda tersebut seperti gelas, cangkir, kendi, teko, vas bunga, guci, botol, sepatu,
lemari, meja kursi, buah-buahan, bunga.

Hubungan manusia dengan alam benda

Hubungan manusia dengan alam benda


e.  Hubungan antara Manusia dengan Aktifitasnya

Aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari yang beragam membuat perupa ingin
mengabadikan kegiatan tersebut dalam media lukisnya. Lukisan menjadi sesuatu yang
menarik apabila dalam mengambil sudut pandang aktivitas dapat disusun sesuai
dengan komposisi dan proporsi yang baik disertai dengan gelap terang yang tepat.
Aktifitas manusia seperti kegiatan menari, membajak sawah, berburu, jual beli di pasar,
menggembala ternak, dan aktifitas lainnya.

Manusia dengan aktivitasnya


f.  Hubungan antara Manusia dengan Alam Khayal

Ide, imajinasi atau khayalan sering melintas dalam pikiran kita baik secara sadar
ataupun saat tidak sadar (saat tidur). Khayalan yang muncul dibenak  perupa kadang
diwujudkan dalam suatu karya seni. Hasil karya seni rupa seperti ini sering disebut
dengan karya seni surealisme. Karya seni rupa yang dibuat pada dasarnya tidak dapat
dijumpai di alam nyata.

Hubungan manusia dengan alam khayal


B. RAGAM SENI RUPA

Seni rupa daerah di wilayah Nusantara sangat beragam. Keberagaman karya seni rupa
tersebut dapat dipengaruhi oleh wujud dan coraknya. Wujud atau bentuk karya seni
rupa murni daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu seni rupa dua dimensi, tiga
dimensi, dan relief.  Sedangkan corak atau gaya seni rupa murni daerah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu corak tradisional dan corak modern.

1.    Wujud Seni Rupa Murni

Wujud karya seni rupa murni daerah yang ada di wilayah Nusantara dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu seni rupa dua dimensi, seni rupa tiga dimensi, dan
seni rupa relief. Dari ketiga wujud seni rupa tersebut dapat mewakili hasil karya seni
rupa yang ada di wilayah Nusantara. Hasil karya seni rupa yang ada di Indonesia
memiliki nilai seni yang sangat tinggi.

a.   Seni Rupa Dua Dimensi

Seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran
panjang dan lebar saja. Karya seni rupa ini berupa bidang datar dan hanya dapat
dinikmati dari satu arah yaitu dari arah depan. Seperti lukisan, karikatur, batik, ilustrasi,
grafis. Seni rupa murni yang berbentuk dua dimensi adalah lukisan, grafis modern.
Nilai-nilai dari karya seni rupa murni tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya daerah
setempat. Seperti lukisan yang memiliki ciri khas daerah Bali, Jawa, Kalimantan,
Papua, dan Sumatra.
Lukisan berciri khas Bali

b.   Seni Rupa Tiga Dimensi

Seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran panjang, lebar
dan tinggi atau memiliki isi atau ruangan. Seperti patung, bangunan, keramik/gerabah,
seni instalasi, dan seni kriya. Seni rupa murni yang berbentuk tiga dimensi seperti seni
patung, seni instalasi.

Seni instalasi
c.   Seni Relief

Seni relief adalah merupakan perpaduan seni dua dimensi dan seni tiga dimensi.
Dilihat bentuknya relief masuk dalam kategori tiga dimensi tetapi kalau dilihat dari sudut
pandang masuk dalam kategori dua dimensi, karena hanya dapat dinikmati dari arah
depan saja.

Relief batu candi

2.    Corak Karya Seni Rupa Murni

Corak atau gaya dalam seni rupa sangat beragam. Keberagaman corak di dalam
membuat karya seni rupa karena dipengaruhi oleh pengalaman, pandangan terhadap
suatu objek, teknik yang digunakan untuk membuat karya, bahan berkarya, dan cara
pengungkapan yang digunakan. Secara garis besar corak atau gaya seni rupa dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu tradisional dan modern.

a.  Tradisional

Corak seni rupa tradisional dan modern  pada dasarnya memiliki kesamaan.
Perkembangan corak seni rupa dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan. Pada
awal perkembangannya seni rupa tradisional dikerjakan dengan menggunakan teknik
yang masih sederhana pula. Sedangkan perkembangan seni rupa di era modern
memiliki karya seni rupa yang bercorak modern pula. Corak seni rupa di daerah
memiliki corak yang masih tradisional.

Corak seni rupa tradisional merupakan corak turun-temurun. Hal ini dikarenakan karya
seni rupa yang diciptakannya tidak mengalami perubahan dalam hal corak. Corak seni
rupa tradisional dibagi ke dalam dua kelompok yaitu corak primitif dan klasik.

1)  Primitif

Karya seni bergaya primitif memiliki sifat sederhana dalam hal bentuk dan warnanya.
Karya seni rupa primitif di Nusantara seperti hasil karya seni patung dari suku Asmat di
Papua, di mancanegara hasil karya seni patung suku Amborigin di Australia.

Patung primitif suku asmat


2)  Klasik

Karya seni rupa klasik adalah pada masa kerajaan Hindu-Budha berjaya di
wilayah Nusantara. Pada masa klasik ini merupakan masa peralihan dari masa seni
rupa primitif menjadi seni rupa yang memiliki corak rumit dan ornamental. Corak klasik
ini dipengaruhi oleh budaya India, hal ini dapat dilihat dari karya seni rupa pada candi-
candi peninggalan Hindu-Budha.

Relief Candi Borobudur

b.  Modern

Perkembangan kebudayaan mempengaruhi perkembangan karya seni rupa baik


di Nusantara maupun di mancanegara. Corak seni rupa di Nusantara banyak
dipengaruhi oleh corak dari negara Barat (Eropa atau Amerika). Pada abad ke-18
seniman-seniman di Eropa telah melakukan eksperimen-eksperimen secara
individualitas pada bahan, teknik pembuatan dan ekspresi berkesenian sehingga
muncul aliran posimpresionisme. Sedangkan di wilayah Nusantara pada abad ke-18
masih bersifat tradisional kerakyatan.
Corak seni rupa di Indonesia terpengaruh dari Eropa melalui penjajahan yang
terjadi di Nusantara. Perubahan corak seni rupa tradisional ke seni rupa modern adalah
corak karya seni rupa yang sudah mengalami kemajuan, perubahan, dan pembaruan.
Gaya seni rupa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gaya representatif, gaya
deformatif, dan gaya abstraksionisme (nonrepresentatif).

1)    Gaya Representatif

Pengertian representatif adalah nyata atau sesuai dengan keadaannya. Gaya seni rupa
yang termasuk dalam gaya representatif adalah sebagai berikut .

a)   Realisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan kenyataan
hidup. Perupa yang beraliran realisme antara lain Trubus, Wardoyo, Tarmizi, Jan
Mangkit, Dullah, Rembrandt (Belanda).

Lukisan realisme
b)   Naturalisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya alami atau sesuai
dengan keadaan alam. Pelukis beraliran naturalisme adalah Abdullah Suryosubroto,
Basuki Abdullah, M. Pirngadi, Wakidi, Claude, Rubens, Constable.

Lukisan naturalism

c)   Romantisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya mengandung cerita,


baik cerita binatang maupun manusia. Pelukis yang beraliran romantisme ini adalah
Raden Saleh, F. Goya (Spanyol), Turner (Inggris), Rubens (Belanda).

Lukisan romantisme
2)    Gaya Deformatif

Pengertian deformatif adalah perubahan bentuk dari aslinya, sehingga menghasilkan


bentuk baru namun tidak meninggalkan bentuk dasar aslinya. Yang tergolong
dalam gaya seni rupa ini adalah :

a) Impresionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan


kesan saat objek tersebut dilukis. Pelukis yang termasuk dalam aliran ini adalah
Claude Monet, Edgar Degas, Aguste Renoir,  Georges Seurat, Paul Cezanne,
Paul Gauguin, dan S. Sudjojono.

Bal au Moulin de la Gallet karya Renoir (1876)


b)   Ekspresionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan
keadaan jiwa sang pelukis yang spontan pada saat melihat objek lukisannya. Pelukis
yang beraliran ini antara lain Vincent van Gogh dan Affandi.

Starry Night karya Van Gogh

c)   Surealisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya melebih-lebihkan


kenyataan. Pelukis yang beraliran ini adalah Salvador Dali.

Surealisme karya Salvador Dali


d)   Kubisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya berupa bidang segi empat
atau bentuk dasar kubus. Bentuk dasar bidang seperti segitiga, segiempat, lingkaran,
jajaran genjang, elips, dan bentuk-bentuk bidang lainnya. Pelukis beraliran ini antara
lain Pablo Picasso, But Mochtar, Srihadi, Fajar Sidik, Mochtar Apin.

Lukisan kubisme “Friendship” karya Pablo Picasso


e)   Futurisme, yaitu aliran seni lukis yang berusaha menampilkan kedinamisan dan
berusaha  mengutarakan gerak dan khayalan masa yang akan datang. Pelukis yang
menggunakan aliran ini adalah Gialomo Balla, Umberto Bocciani, Carlo Carra dan
Severin.

Lukisan futurisme

f)    Dadaisme, yaitu aliran seni rupa yang penyajiannya dalam bentuk yang magic,
seram, atau mengerikan. Pelukis yang beraliran ini adalah Paul Klee, Paul Gauguin,
dan Kurt Scwitter.

Karya seni rupa dadaisme


3)    Gaya Abstraksionisme

Gaya abstraksionisme adalah suatu bentuk yang sulit untuk dikenali. Bentuk
dasar dari gaya ini sudah meninggalkan bentuk aslinya. Gaya yang tergolong dalam
gaya abstrak adalah abstrak ekspresionis  adalah memandang bahwa ekspresi jiwa
tidak dapat dihubungkan dengan objek apapun, aliran ini berpendapat bahwa melukis
adalah memadukan unsur-unsur gambar berupa garis, warna, bidang dan tekstur
dan abstrak geometris, aliran ini menonjolkan bidang yang diisi dengan warna dan
dipilah dengan garis-garis tegas. Pelukis yang beraliran ini adalah Wassily Kadinsky
(tokoh abstrak ekspresionis), Piet Mondrian, Van der Leek, Malevich (tokoh-tokoh
abstrak geometris), Jackson Pollock, Fajar Sidik, But Mochtar, Srihadi, Amry Yahya.

Lukisan abstrak
C.   MENGAPRESIASI SENI RUPA MURNI

Mengapresiasi adalah memberikan penilaian dan penghargaan terhadap suatu


hasil karya seni. Memberikan penilaian dan penghargaan karya seni harus melalui
tahap-tahap tertentu agar benar-benar dapat menilai suatu karya secara objektif.
Tahap-tahap tersebut seperti pengamatan secara langsung dan mendetail terhadap
karya yang diapresiasi, mengetahui tema di dalam karya tersebut, mengetahui corak
dalam karya, teknik yang digunakan, bahan yang digunakan, peralatan yang
digunakan dan cara mengungkapkan pembuatan karya tersebut.

Selain itu mengapresiasi juga harus menguasai seluk beluk tentang karya
diapresiasi. Agar kita dapat memberikan penilaian dan penghargaan terhadap suatu
karya seni tersebut, maka kita harus mempelajari ilmu yang ada hubungannya dengan
karya tersebut.
A. SENI RUPA NUSANTARA

Seni menurut Popo Iskandar adalah karya cipta manusia yang bersifat kreatif
dan memiliki nilai seni yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Seni memiliki
beberapa cabang, antara lain seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni teater.

Seni rupa di wilayah Nusantara  sudah ada sejak zaman prasejarah. Hal ini
dibuktikan dengan diketemukannya hasil karya seni rupa, baik berupa lukisan di
dinding-dinding gua maupun benda-benda yang digunakan untuk meramu. Hasil seni
rupa pada zaman tersebut diperkiraan sebagai sarana untuk melakukan ritual tertentu.

Kehidupan manusia gua

Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam
penyampaiannya. Unsur media rupa ini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk,
warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut kegunaannya dibedakan menjadi tiga
yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain.

Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang
digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan
untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni
patung, seni instalasi.
Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada
aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya
seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik. 
Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain
interior-eksterior.

Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara.
Seni rupa Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi  Zaman Batu,
Zaman Klasik, dan Zaman Indonesia Baru.

1.  ZAMAN BATU

a.  Zaman Batu Tua (paleolithikum)

Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu


kasar, berupa kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur),
Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong
(Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka warna yang berfungsi untuk
mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone culture). Selain
itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan di
gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia. Di Papua objek lukisannya berupa
binatang terdapat cipratan darah yang dicampur dengan lemak.

Lukisan dinding gua Lascaux


Serpihan batu peninggalan palaelithikum

Bone culture
b.  Zaman Batu Tengah (mezolithikum)

Pada zaman ini kehidupan nenek moyang kita sudah mulai maju dan
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya ujung panah, flakes, batu
penggiling, pipisan, kapak batu dan alat-alat dari tanduk rusa. Nenek moyang kita pada
zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. hal ini dibuktikan dengan diketemukan
tumpukan kulit kerang setinggi tujuh meter di pantai  timur Sumatra dan juga sudah
diketemukan pecahan tembikar dari tanah liat.

Kapak batu

Peninggalan mezolithikum
c.  Zaman Batu Muda (neolithikum)

Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap. Dalam mencari mata
pencaharian mereka sudah mulai bercocok tanam. Pada periode ini telah ditemukan
kapak lonjong dan persegi. Kapak persegi (ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi,
Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan lereng Gunung Ijen) diperkirakan untuk bercocok
tanam, memahat dan untuk memotong kayu. Sedangkan kapak lonjong (ditemukan di
Papua, Minahasa, Serawak dan Kepulauan Tanimbar) bentuknya bulat memanjang
dengan bagian ujung lancip dan tajam.

Pada zaman ini juga sudah diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah
diberi motif hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan
pakaian dari kulit kayu.

Kapak lonjong
Gerabah peninggalan masa neolithikum

  d.   Zaman Batu Besar (megalithikum)

Zaman Batu Besar ditandai dengan adanya peninggalan monumen-monumen


batu sebagai upacara keagamaan yang dianut masyarakat pada saat itu. Peninggalan
tersebut berupa dolmen ( sejenis meja dari batu berukuran besar berfungsi untuk
meletakkan sesaji di atasnya dan juga sebagai tanda bahwa di bawahnya ada
kuburannya), menhir (bangunan yang menyerupai tugu sebagai tanda bersemayamnya
roh-roh dan kekuatan gaib), kuburan batu, sarcophagus(peti dari batu untuk menyimpan
orang mati), punden berundak (batu yang disusun berundak menyerupai candi) dan
arca batu.

Dolmen Ballykel
Menhir

Sarchopagus

Punden berundak
2. ZAMAN LOGAM

Zaman ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-Cina ke Indonesia sekitar 500 SM.
Peninggalan pada zaman logam berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda
hias dari perunggu.

Kapak corong dari logam

Nekara
3. ZAMAN KLASIK

Zaman klasik adalah merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pada


zaman ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu masa Hindu-Budha dan masa
perkembangan Islam. Periode Hindu-Budha merupakan pelajaran sangat berharga
untuk perkembangan seni rupa Nusantara. Hasil seni yang sangat menonjol adalah
peninggalan candi-candi di wilayah Nusantara, seperti Candi Borobudur, Candi
Prambanan dan candi-candi lainnya. Masyarakat lokal dapat belajar seni rupa ke
sekolah pendidikan formal di luar negeri. Periode Islam banyak meninggalkan seni
bangunan seperti masjid dan makam, bangunan keraton, kaligrafi, dan ragam hias
bercirikan khas Islam.

Candi Pringapus
Candi Prambanan

Candi Borobudur
4.  ZAMAN INDONESIA BARU

Pada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat. Pada masa
ini seni rupa dikelompokkan menjadi :

a.   Masa Perintisan

Masa Perintisan adalah masanya Raden Saleh yang merupakan juru gambar Belanda.
Karya Raden Saleh antara lain : Antara Hidup dan Mati (pertarungan antara seekor
banteng dan dua ekor singa), Penangkapan Diponegoro, Perkelahian dengan Binatang
Buas, Perburuan, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, Merapi yang
Meletus.

Perkelahian dengan Singa karya Raden Saleh


Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh

b.   Masa Mooy Indie

Masa Raden Saleh mengalami kekosongan muncul pelukis Abdullah Suryosubroto


keturunan bangsawan Solo. Sekolah di Akademi Kesenian di Eropa kemudian
mengembangkan lukisannya di Indonesia dengan gaya yang berbeda. Gaya Abdullah
Suryosubroto menekankan keelokan dan suasana keindahan alam di Indonesia. Jadi
objek lukisannya adalah pemandangan alam yang indah dan wanita-wanita cantik.
Kemudian pada masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita (Mooy Indie). Pelukis
lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdullah dan Wahdi.

Gadis cantik karya Basuki Abdullah


Nyai Rara Kidul

Lukisan pemandangan alam


c.   Masa Cita Indonesia

Perbedaan kenyataan antara keindahan yang dibuat oleh Abdullah Suryosubroto


dengan kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pelukis S.
Sudjoyono mempelopori lukisan yang bertolak belakang dengan Mooy Indie. Kemudian
mendirikan perkumpulan ahli gambar Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus
Jayasuminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S. Sudiarjo, dan lainnya.

Karya S. Sudjoyono antara lain Di Depan Kelambu Terbuka, Sayang Saya Bukan
Anjing, Jongkatan, Cap Go Meh, Mainan Anak-anak Sunter, Bunga Kamboja dan
Nyekar.

Di depan kelambu terbuka karya S.Soedjojono


d.   Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini pelukis dari golongan rakyat biasa sudah mulai banyak bermunculan,
seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk
Ngantung.

Penari Ronggeng karya Hendra Gunawan


e.   Masa Kemerdekaan

Pada masa ini Affandi mendirikan perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM).
Anggotanya Affandi, Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan
Trisno Sumarjo. Setelah keluar dari SIM Affandi dan Hendra Gunawan mendirikan
Peloekis Rakyat yang beranggotakan Kusnadi, Sudarso, Sasongko, Trubus.

Karya Affandi
f.    Masa Seni Rupa Baru

Pada  masa ini para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam
penggarapannya. Para seniman muda ini berusaha menciptakan sesuatu yang baru
yang tidak tergantung pada suatu media tertentu, tetapi sudah menggunakan berbagai
media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep-konsep yang
tabu sudah diungkapkan lewat lukisannya.

Lukisan abstrak

Lukisan abstrak
B.   SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil karya seni terapannya. Hal
ini terbukti dengan adanya karya seni terapan di wilayah Nusantara. Seni terapan yang
ada di daerah-daerah memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut menjadi ciri
khas hasil karya seni rupa terapan daerah tersebut. Teknik pembuatannya pun
membutuhkan keterampilan tangan yang ulet dan tekun dari si pembuat. Teknik
pembuatan karya seni rupa Nusantara sangat beragam antara lain dengan teknik batik,
sulam, cor, pahat, ukir, butsir, dan sebagainya.

 Karya seni rupa Nusantara dapat dibedakan menjadi dua yaitu seni rupa dua
dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Perbedaan ini dilihat dari wujudnya, apakah hanya
berupa bidang datar ataukah berupa benda yang dapat dinikmati dari beberapa sudut
pandang.

1.   Seni Rupa Dua Dimensi

Karya seni rupa dua dimensi adalah hasil karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran
panjang dan lebar saja. Jadi hanya dapat dilihat secara frontal atau hanya dapat
dinikmati dari depan.

a.   Seni Lukis

Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensi yang hanya dapat dilihat dari satu arah
yaitu dari arah depan. Dari karya seni ini dapat menimbulkan rasa marah, gembira,
sedih dan haru, indah, serta bersemangat. Seni lukis pada umumnya menggunakan
media cat air, akrilik, tinta bak, dan cat minyak. Media tersebut biasanya dituangkan ke
atas permukaan kanvas, kertas, papan tripleks, dan dinding bangunan. Aliran lukisan
yang berkembang antara lain.
1)    Naturalisme

Lukisan naturalisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan mengambil objek
sesuai dengan alam nyata, artinya sesuai dengan apa yang ditangkap oleh pandangan
mata.

Lukisan naturalisme

2)    Realisme

Lukisan realisme merupakan karya seni lukis yang dibuat sesuai dengan kenyataan
yang ada, biasanya berupa objek kehidupan rakyat biasa.

Lukisan realisme
3)    Ekspresionisme

Lukisan ekspresionisme merupakan karya seni lukis yang dibuat berdasarkan


ungkapan perasaan seniman.

Lukisan ekspresionisme
4)    Klasikisme

Lukisan klasikisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan penggambaran
yang serba elok, indah, manis, dan sopan, serta penggambarannya dibuat-buat.

Lukisan klasikisme
5)    Kubisme

Lukisan kubisme merupakan karya seni lukis yang mengungkapkan objek gambar
dikembalikan pada bentuk dasar, seperti kubus, silinder, bola, balok, segitiga, dan
kerucut.

Lukisan kubisme “3 musicians” karya Picasso


6)    Pointilisme

Lukisan pointilisme merupakan karya seni lukis yang dibuat dengan menyusun titik-titik
untuk membuat objek gambarnya.    

Lukisan pointilisme

Seni lukis terapan di wilayah Nusantara seperti lukisan pada kaca, lukisan pada papan
hardboard, dan lukisan pada kanvas. Lukisan tersebut dibuat sebagai sarana konsumtif
masyarakat, maksudnya adalah dibuat dalam jumlah yang banyak kemudian diperjual
belikan. Lukisan kaca yang terkenal berasal dari daerah Cirebon.

b.   Seni Reklame

Seni reklame adalah suatu kegiatan seseorang atau sekelompok orang di dalam
mengajak orang lain untuk dapat mematuhi apa yang diserukan. Sedangkan kata 
reklame itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu re dan clamare. Re berarti berulang-
ulang dan clamare berarti berteriak atau ajakan. Jadi menurut bahasa adalah berteriak
atau mengajak berulang-ulang.
1)   Reklame menurut sifat dan tujuannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a) Reklame Komersial

Reklame komersial adalah reklame yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan


materi sebanyak-banyaknya dari apa yang mereka reklamekan.

Contoh :

iklan sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, roti, baju, jaket, shampoo, perlengkapan
kecantikan dan masih banyak lagi.

b) Reklame Non Komersial (Idiil)

Reklame non komersial atau reklame idiil adalah reklame yang mempunyai tujuan tidak
untuk mendapatkan keuntungan materi tetapi biasanya berupa ajakan, himbauan,
saran, peringatan dan informasi-informasi dari pemerintah atau lembaga-lembaga lain
untuk menyampaikan program-programnya  kepada masyarakat.

Contoh : poster ajakan untuk 3M (menguras, mencuci dan menimbun), mengajak ber-
KB, mengajak untuk belajar wajib 9 tahun, menganjurkan kebersihan, memperingatkan
masyarakat agar hati-hati terhadap flu burung dan sebagainya.

2)   Menurut media yang digunakan reklame dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a) Reklame Audio

Reklame audio adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan


media suara (audio). Reklame jenis ini biasanya disampaikan lewat radio atau pengeras
suara yang dibawa keliling dari daerah satu ke daerah yang lain.
b) Reklame Visual

Reklame visual adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan


media gambar atau tulisan (visual).  Contoh reklame jenis ini adalah poster, selebaran,
famplet, buklet, leaflet, mobile, etalase, spanduk, baliho, bilboard, bookjacket, embalasi,
etiket, iklan.

c) Reklame Audio Visual

Reklame audio visual adalah reklame yang penyampaiannya dilakukan dengan


menggunakan media suara dan gambar atau tulisan (audio visual). Contoh reklame
jenis ini adalah reklame pada televisi, bioskop, dan slide.

c.   Seni Grafis

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang berwujud dua dimensi dan dikerjakan melalui
teknik cetak. Seni grafis dapat dibuat dengan teknik sablon (cetak saring), cukil kayu
(cetakan) etsa (pengasaman pada bahan metal), dan lito (pencetakan dengan bahan
litho).

Hasil karya seni grafis


d.   Seni Ilustrasi

Kata ilustrasi berasal dari kata illustrate (Inggris) dan ilustrare (Latin) yang berarti


menjelaskan atau menerangkan. Seni ilustrasi digunakan untuk membantu menjelaskan
suatu pengertian. Penjelasan ilustrasi ini biasanya berhubungan dengan buku
pelajaran, buku ilmiah, majalah, buku cerita novel, cerpen, komik, dan sebagainya.
Bentuk ilustrasi dapat berupa gambar, foto, kartun, karikatur, dan vinyet.

Gambar komik

Gambar kartun
Gambar ilustrasi

e.   Seni Tenun

Seni tenun merupakan pembuatan kain dengan teknik pembuatan pola pada kain
sebelum ditenun. Pembuatan kain tenun ini menggunakan alat tenun yang masih
sangat sederhana. Proses pembuatannya pun memakan waktu cukup lama, karena
membutuhkan ketelitian dan ketrampilan dari si pembuat. Kain tenun seperti kain
songket, kain ikat, dan kain ulos. Seni tenun ini masih dapat dijumpai di daerah
Sulawesi, Jepara, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan daerah Sumatera.

Tenun tradisional
Hasil seni tenun

Memasukkan benang ke sisir dalam proses pembuatan kain tenun

f.    Seni Batik

Seni batik merupakan seni rupa dua dimensi yang menggunakan teknik cetak
dari bahan sejenis lilin (malam). Langkah pembuatan batik pertama adalah pembuatan
pola di atas kain, pola kemudian dipilih dengan menoreh lilin (malam), pola yang
terkena lilin akan menghasilkan warna sesuai dengan kain pada saat itu (warna dasar
kain). Setelah proses penorehan lilin selesai kemudian dilakukan pencelupan dengan
menggunakan pewarna.

Apabila menghendaki beberapa warna maka pencelupan dilakukan dengan


warna yang paling muda terlebih dahulu kemudian warna semakin tua. Langkah
penorehan lilin dilakukan tiap warna yang dikendaki sehingga kain seluruhnya tertutup
oleh lilin (malam) kecuali warna paling tua atau pencelupan terakhir. Langkah
selanjutnya adalah pelorodan (menghilangkan lilin).  Kota penghasil batik di Indonesia
yang terkenal adalah Pekalongan, Jogyakarta, Lasem dan Solo.

Motif batik

Proses membatik
2.   Seni Rupa Tiga Dimensi

Selain memiliki ukuran dua dimensi karya seni rupa terapan Nusantara juga ada
yang tiga dimensi. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran
panjang, lebar dan tinggi atau ketebalan. Karya seni tiga dimensi ini dapat dinikmati dari
beberapa sudut pandang.

a.   Seni Patung

Pada awalnya patung diartikan sebagai benda tiruan yang berbentuk manusia
atau binatang yang dibuat dengan cara dipahat. Namun dalam perkembangannya
bentuk patung tidak hanya terbatas pada bentuk manusia atau binatang saja, akan
tetapi dapat berbentuk apa pun asal memiliki keindahan.

Berdasarkan fungsinya patung dikelompokkan menjadi enam, yaitu patung religi,


patung arsitektur, patung monumental, patung kerajinan, patung dekorasi/hiasan,
dan patung seni.

Berdasarkan bentuknya patung dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu patung


tubuh, patung dada, patung kepala, dan patung torso.

Berdasarkan coraknya patung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patung


realistis, patung deformatif, dan patung abstrak.
Patung torso

Patung Garuda Wisnu Kencana


b.   Seni Kriya

Kerajinan tangan atau sering disebut seni kriya (handy craft) banyak dijumpai di wilayah
Nusantara. Seni kerajinan adalah suatu usaha membuat benda-benda hasil kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk seni terapan dua dimensi dan tiga dimensi.

1)   Anyaman

Bahan dasar yang digunakan sangat banyak sekali jenisnya yaitu dari bahan-bahan
alam dan dari bahan sintetis atau buatan pabrik. Bahan yang biasa digunakan untuk
anyaman antara lain : bambu, daun pandan, rotan, enceng gondok, pelepah pisang,
berbagai macam plastik, dan lain sebagainya.

2)   Keramik/Gerabah

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat keramik atau gerabah adalah tanah liat.

Gerabah
3)   Ukiran dan Pahatan

Seni ini banyak dijumpai pada bagian-bagian perabot rumah tangga, misalnya meja,
kursi, almari, tempat tidur, sketsel.

Ukiran kayu modern

4)   Meronce

Seni meronce manik-manik banyak dikerjakan oleh masyarakat Kalimantan, hasil


karyanya antara lain kain baju, kain gendongan, kalung, gelang, dan topi.
c.   Seni Dekorasi

Dekorasi berasal dari bahasa Belanda yaitu decoration yang artinya hiasan.
Mendekor suatu tempat (ruangan) artinya menghiasi atau mendadani tempat (ruangan)
tersebut. Ada dua jenis dekorasi yaitu dekorasi dalam ruangan (interior) dan dekorasi
luar ruangan (interior). Contoh benda yang dapat digunakan sebagai dekorasi antara
lain jambangan, guci, kain, patung, dan tumbuh-tumbuhan.

C.   APRESIASI SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA

Seni rupa terapan di wilayah Nusantara pada awalnya digunakan untuk


memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk dinikmati keindahannya. Di negara
kita keragaman seni rupa terapan sangat banyak sekali. Begitu pula dengan bentuk dan
teknik pembuatannya. Perbedaan bentuk dan teknik pembuatan sangat dipengaruhi
oleh bahan yang digunakan dan perlatan yang digunakan serta bentuk yang dibuat.

Pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara rata-rata masih


menggunakan peralatan yang sederhana. Selain itu keterampilan yang dimiliki perajin
merupakan keterampilan turun-temurun. Apabila dalam proses pembuatan suatu karya
didukung dengan peralatan yang lebih modern dan keterampilan yang memadai, maka
akan menghasilkan karya yang lebih bagus. Seperti pembuatan benda-benda untuk
kebutuhan sehari-hari yang dapat berfungsi seperti kegunaannya tetapi juga diberi
hiasan-hiasan. Hiasan-hiasan yang terdapat pada benda tersebut biasa disebut dengan
ragam hias.

Pembuatan karya seni terapan disesuaikan dengan kebutuhan manusia yaitu


berupa kebutuhan fisik (jasmani) dan juga kebutuhan batin (rohani). Untuk memenuhi
kebutuhan fisik diciptakan alat-alat yang dapat digunakan untuk kebutuhannya. Seperti
piring, gelas, meja, kursi, almari, dan tempat tidur. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan batin (rohani) yang berhubungan dengan seni rupa dibuatlah berbagai
macam ragam hias. Seperti hiasan ukiran pada almari, hiasan pada meja, hiasan pada
kursi, dan hiasan pada candi-candi. Motif ragam hias yang terdapat di wilayah
Nusantara dapat kita jumpai  sebagai berikut.

1.   Motif Meander

Motif meander dapat kita jumpai pada bagian tepi ragam hias. Motif meander adalah
motif ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf ”T”.

Motif meander
2.   Motif  Tumpal

Motif tumpal adalah motif ragam hias yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki.
Motif tumpal ini dapat kita jumpai pada hiasan di candi-candi, ukiran pada kayu dan
bagian tepi motif batik. Motif ini sering disebut sebagai motif untu walang yang
melambangkan kesuburan.

Motif tumpal
3.   Motif Kawung

Kawung dalam bahasa Sunda berarti aren atau kolang-kaling. Motif kawung
adalah motif ragam hias yang berbentuk buah aren yang dipotong melintang sehingga
kelihatan empat biji aren. Motif ini juga digunakan pada hiasan patung candi Hindu
Jawa. Selain hiasan patung, motif ini juga digunakan untuk motif batik yang
melambangkan keserasian hidup di dunia dan akhirat.

Motif kawung
4.  Motif Swastika

Motif swastika adalah motif ragam hias yang merupakan varian antara pola meander
dan pilin.

Motif swastika

5.  Motif Pilin

Motif pilin adalah motif ragam hias yang memiliki bentuk dasar ”S”. Di wilayah
Nusantara motif ini juga banyak dijumpai pada hiasan candi, ukiran kayu pada rumah
adat, dan batik. Pada batik dibuat variasi dengan bentuk ”SS” seperti ragam hias motif
parang.

Motif pilin
6.   Motif Tempel

Motif tempel adalah motif ragam hias yang berbentuk ceplok berulang-ulang.
Bentuk ceplok berulang ini banyak dijumpai pada pakaian arca candi. Juga dapat kita
jumpai pada kain batik tradisional Jawa.

7.  Motif Pohon Hayat/Flora

Motif pohon hayat adalah motif ragam hias yang berupa bentuk dari tumbuh-tumbuhan.
Motif ini mulai berkembang sejalan dengan perkembangan agama Islam di Nusantara.
Motif ini banyak kita jumpai pada motif ragam hias bangunan tradisional. Bentuk motif
ragam hias pohon hayat berupa sulur-sulur pohon anggur, dan motif pohon yang
distilasi. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri-sendiri untuk motif pohon hayat ini.
Motif pohon hayat memiliki makna kesuburan dan kehidupan.

Motif pohon hayat


Motif pohon hayat
8.  Motif Sayap (Lar)

Motif lar adalah motif ragam hias yang merupakan penyederhaan dari bentuk
burung garuda. Motif lar di Jawa digunakan untuk motif batik. Motif ini memiliki makna
kekuasaan, sehingga hanya boleh digunakan oleh keluarga bangsawan atau keluarga
keraton saja. Motif yang hanya boleh digunakan di kalangan bangsawan disebut motif
larangan.

Motif sayap
9.  Motif Binatang

Motif binatang adalah motif ragam hias yang berbentuk binatang-binatang. Motif ini
sering digunakan pada hiasan candi, ukiran rumah tradisional, dan motif batik.

Motif burung hong

Anda mungkin juga menyukai