Anda di halaman 1dari 58

BAB I

KERAGAMAN KARYA SENI RUPA MURNI TRADISIONAL,


MODERN DAN KONTEMPORER

Tujuan yang diharapan dari sajian materi Bab I adalah mengacu pada tujuan
pembelajaran yang telah digariskan pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Pembelajaran.

Standar Kompetensi :
Mempresentasikan tentang keragaman gagasan seni rupa murni tradisi, modern, kontemporer di
wilayah Nusantara dan Mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya

Kompetensi Dasar :
1. Mengklasifikasikan corak dan fungsi seni rupa tardisi, modern dan kontemporer di wilayah
Nusantara dan Mancanegara
2. Membandingkan corak dan fungsi seni rupa tardisi, modern dan kontemporer di wilayah
Nusantara dan Mancanegara .

Indikator
Siswa dapat :

1. Membuat tulisan tentang corak seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer di wilayah
Nusan tara dan Mancanegara
2. Membuat tulisan tentang fungsi seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer di wilayah
Nusan tara dan Mancanegara
3. Mendiskripsikan perbandingan tentang corak seni rupa tradisi, modern, dan
kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara
4. Membuat tulisan tentang persamaan dan perbedaan corak dan fungsi seni rupa tardisi,
modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara

1
S eni rupa merupakan salah satu cabang seni yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap
orang menghendaki memiliki rumah, perabotan rumah, dan busana atau
pakaian yang bagus yang memerlukan unsur-unsur seni rupa. Dekorasi rumah baik
interior maupun eksteior tidak bisa lepas dari sentuhan seni rupa. Lukisan, relief, patung
dan seni terapan dapat digunakan untuk memperindah bangunan rumah atau gedung
baik interior maupun eksteriornya.
Seni rupa telah berkembang sejak zaman lampau hingga masa kini yang
melahirkan beraneka ragam corak serta mempunyai bermacam fungsi.

A. Corak Seni Rupa Murni


Corak atau gaya dalam seni rupa murni yang digunakan para perupa dalam
menciptakan karya seni baik yang ada di Nusantara maupun Mancanegara, hampir
tidak memiliki perbedaan, terutama pada corak seni rupa murni modern dan
kontemporer.

1. Corak Seni Rupa Murni Tradisional


Seni rupa tradisi adalah seni rupa yang dibuat dengan mengikuti pola-pola atau
norma-norma tertentu yang berlaku disuatu daerah dan dibuat berulang-ulang
tanpa merubah bentuk aslinya. Karya seni rupa murni tradisi diciptakan untuk
kepentingan kebutuhan emosi atau rohani dan kepentingan estetis (rasa
keindahan). Seni rupa murni tradisi meliputi seni lukis, seni relief (seni ukir),
seni patung dan seni kria murni.

a. Corak seni rupa murni tradisi Nusantara


Di wilayah Nusantara terdapat beraneka ragam corak seni rupa tradisi, hal ini
disebabkan wilayahnya yang luas dan terdapat bermacam-macam tradisi,
budaya, lingkungan alam, adat, dan agama. Seni rupa murni Nusantara
diawali sejak zaman prasejarah berupa lukisan/relief babi dan cap-cap tangan
pada dinding serta patung perlambang dari roh nenek moyang. Berikut ini
beberapa karya seni rupa murni tradisi Nusantara :

2
(1) Lukisan Wayang Kamasan di kabupaten Klungkung Bali
Lukisan Wayang Kamasan menggunakan obyek batu-batuan, pohon-
pohonan, awan wayang parwa dan wayang kanda. Obyek dilukis dengan
cara distilasi, diulang dan disusun bertumpuk, kesan garis jelas (garis
kontur dan garis cawi), warna-warna monoton, dan bercorak dekoratif.

Lukisan Wayang Kamasan Patung suku Asmat

(2) Relief dan patung pada bangunan candi di Jawa Tengah


Relief dan patung di Jawa tengah berkesan Agamais, yang merupakan
pengaruh dari Agama Hindu, Budha dan budaya/seni rupa India. Relief
dan patung yang terdapat pada candi Prambanan dan Borobudur
menampilkan obyek Dewa, Budha, manusia, fauna dan flora yang
bercorak Naturalis. Relief pada dinding candi Prambanan mengisahkan
tentang ceritera Ramayana dan pada candi Borobudur mengisahkan
tentang perjalanan sang Budha.
(3) Seni Patung suku Asmat di Irian Jaya
Karya patung suku Asmat bercorak Premitif, dengan bentuk yang kaku
dan pahatan yang agak kasar. Karya seni patung tersebut dibuat
merupakan simbolis dari roh nenek moyang.
(4) Lukisan dan relief suku Dayak di Kalimantan
Karya lukisan dan relief suku Dayak bercorak Dekoratif, premitif dan
magis dengan menonjolkan warna-warna merah, putih dan hitam.

3
(5) Ukiran dan patung pada bangunan Pura di Bali
Pura-pura di Bali diperindah dengan relief/ukiran dan patung-patung
yang bercorak Agamais dan Dekoratif sehingga berkesan Agung.
(6) Lukisan kaligrafi
Lukisan kaligrafi merupakan lukisan corak Islam asli yang menggunakan huruf
Arab sebagai unsur utama. Seni ini dapat ditemukan pada bangunan masjid,
batu nisan, istana/keraton raja, dsb.

b. Corak seni rupa murni tradisi Mancanegara


Corak seni rupa murni di Mancanegara diawali dari lukisan dan karya-
karya patung orang-orang premitif yang menggambarka tentang binatang
dan manusia dalam bentuk sederhana. Berikutnya berkembang karya-karya
yang bertemakan unsur keagamaan dan bercorak relegius. Pada zaman
Renaissance para seniman mulai melukis wajah dan seluruh tubuh tanpa ada
sesuatu makna agama.
(1) Corak seni rupa India
Corak seni rupa India merupakan pengaruh agama Hindu dan Budha
yang menghasilkan patung-patung Budha, relief riwayat hidup sang
Budha, relief pada bangunan kuil tentang ceritera Mahabharata dan
Ramayana.

Patung Budha India Patung Mesir Kuno

4
(2) Corak seni rupa Cina
Seni rupa tradisi Cina diawali dengan lukisan huruf dari tinta bak dan cat
air transparan. Ciri-ciri lukisan lembut, halus, tipis, obyeknya umumnya
pemandangan alam dan tokoh manusia dalam legenda.
(3) Corak seni rupa Mesir Kuno
Seni rupa murni Mesir Kuno menghasilkan karya-karya berupa patung,
relief dan lukisa. Patung yang dibuat pada zaman Mesir Kuno selalu
dihubungkan dengan pembangunan tempat-tempat sacral. Biasanya
patung Mesir merupakan tradisi pengulangan (stereotype) bentuk patung
yang pernah dibuat.
Patung-patung Mesir mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sikap: berjalan dengan sikap kaki kiri di depan, tangan
menggenggam. Kalau duduk dengan sikap berlutut dan jongkok.
2) Model: raja-raja dan dewa-dewa, sedangkan rakyat jelata bentuknya
dibedakan dengan jelas.

Seni relief Mesir mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1) Tema menceriterakan tentang raja-raja, dewa-dewa, dan kehidupan
rakyat jelata.
2) Jenis relief Mesir berupa relief dalam dan relief rendah.
3) Sikap relief manusia menampakkan ciri-ciri seperti: mata tampak
depan, muka kaku tampak samping (profile), badan tampak depan
(en-face), kaki tampak samping dengan kaki kiri melangkah ke
depan.

Seni lukis Mesir banyak ditemukan pada berkas-berkas papyrus,


dinding-dinding kuburan, dan peti mati. Pada dasarnya seni lukis Mesir
mempunyai motif-motif yang sama dengan seni relief, yaitu bentuk
lukisan tidak memperhatikan perspektif antara yang jauh dengan yang
dekat, maupun gelap terang. Warna-warnanya sederhana, seperti untuk
warnai kulit laki-laki dipakai warna coklat kemerah-merahan,
sedangkan untuk warna kulit wanita digunakan warna kuning. Warna
pakaian digunakanwarna putih, warna perhiasan digunakan warna
merah, biru, dan hijau.

5
(4) Corak seni rupa Yunani Kuno
Perkembangan seni rupa murni Yunani Kuno dimulai pada zaman Kreta
berupa seni relief, seni lukis dan seni patung. Seni lukis zaman Kreta
cenderung menggunakan teknik fresco yaitu pewarnaan lukisan pada
dinding bangunan dalam keadaan basah. Sedangkan relief yang
dikerjakan pada dinding bangunan dengan teknik pahatan (stucco). Seni
lukis ditemukan di Knostos yang bercorak dekoratif. Diperkirakan pada
zaman Kreta bangsa Yunani telah mahir membuat patung, hasil
peninggalannya tidak ditemukan.
Seni patung: patung pada zaman Yunani Tengah memiliki dua corak
yang berbeda. Corak tersebut adalah corak Ionia dan corak Doria.
Seni patung corak Ionia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mewujudkan bentuk perempuan sebagai lambang Dewi.
b. Sikap duduk dan berdiri mengesankan gerakan.
c. Wajah tersenyum ramah.
d. bentuk lebih harmonis.
Seni patung corak Doria, ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Mewujudkan bentuk laki-laki sebagai lambang Dewa.
b. Mengesankan sikap orang berjalan dengan kaki kiri melangkah ke
depan.
c. Proporsi tidak realistis.
d. Wajah bulat dengan senyum angkuh dan bibir sedikit terbuka
Pada zaman gemilang, seni patung Yunani benar-benar mengalami
puncaknya. Hal ini karena patung yang dibuat mempertimbangkan
proporsi yang mendekati sempurna. Kemajuan seni patung Yunani
dipelopori oleh 3 seniman yang hidup pada masa itu. Mereka itu adalah
Phiedias, Myron, dan Polycletos. Ketiga pematung tersebut mampu
menggabungkan langgam Doria yang tegar dengan langgam Ioania yang
harmonis. Percampuran langgam tersebut, diberi sebutan Attis. Nama
tersebut diambil dari nama tempat mereka berkarya yaitu Attica-Athena.
Keberadaan seni lukis Yunani hanya dapat diketahui dari literature-
literatur Yunani Kuno. Hal ini disebabkan karya-karya lukisan Yunani
musnah dan tidak ada peninggalannya sama sekali. Dari literature-
literatur diketahui bahwa para seniman lukis Yunani pada zaman itu
belum menguasai perspektif dan gelap terang (cahaya). Lukisannya

6
bersifat dekoratif. Hal ini berawal dari lukisan jembangan pada zaman
Kreta. Lukisan pada jembangan banyak menampilkan motif-motif
kelautan, seperti rumput laut, ubur-ubur, ikan, karang, gelombang, dsb.
Perkembangan berikutnya pada abad 10 SM muncul motif-motif
geometris pada seni hias jembangan. Motif-motif lainnya berupa motif
binatang, manusia yang ditampakkan dengan warna hitam pada
jembangan tanah liat yang berwarna merah. Terdapat juga motif-motif
kisah-kisah mitologi dan kepahlawanan.
Pelukis Yunani yang terkenal yang tercatat dalam literature Yunani Kuno
adalah Polygnatos dan Apelles.
(5) Corak seni rupa Romawi
Pada karya seni patung Romawi kebanyakan merupakan penjiplakan dari
seni patung Yunani. Namun oleh seniman Romawi bahannya diganti
dari perunggu beralih ke bahan batu pualam. Seni patung Romawi dalam
pembuatan patung-patung potret, namun unsur realisnya masih
mengadopsi gaya Yunani.
Dalam Seni Relief Romawi banyak menampilkan ceritera peperangan
bertema sejarah. Bentuknya tidaklah sebaik relief dari bangsa Yunani,
terutama dalam perspektifnya.

Patung Yunani Kuno Relief dari Cina

7
2. Corak Seni Rupa Murni Modern dan Kontemporer
Seni rupa modern adalah mengutamakan kreativitas dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan belum ada. Perkembangan corak seni rupa murni modern
diawalinya dengan memperhatikan kaidah-kaidah seni rupa seperti komposisi,
anatomi, proporsi, perspektif, warna, cahaya, dan tema. Tokoh-tokoh perupa
pada saat itu adalah Pelukis Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Rafael Santi,
Titian, Donatello, dan Luca Della Robbia. Pada abad ke-19 mulai tumbuh
berbagai aliran, seperti Klasikisme, Romantisme, Impresionisme, Realisme dan
Monumentalisme. Di wilayah Nusantara seni rupa murni modern diawali sejak
Raden Saleh Syarif Bustaman menampilkan karya-karya dengan teknik-teknik
cara Barat.
Berikut ini beberapa aliran yang berkembang pada abad ke-19 dan ke-20, yaitu :
a) Klasikisme, yaitu aliran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terikat pada norma-norma intelektual yang berlaku;
2. Bentuk selalu seimbang dan harmoni;
3. Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis;
4. Raut muka tenang dan berkesan agung;
5. Menggambarkan kisah/ceritera tentang istana;
6. Cendrung dilebih-lebihkan.
Aliran ini muncul di Perancis yang dimotori oleh Royal Academy (sekolah
tinggi), selain itu, pelukis yang beraliran ini adalah David pelukis zaman
Napoleon dan juga Jan Ingre (1780-1867). Aliran Classic juga diterapkan
pada seni bangunan seperti bangunan Gereja Madeleine yang terdapat di
Paris.
b) Romantisme, aliran yang menentang Classicisme yang cendrung statis.
Aliran Romantis mempunyai ciri-ciri seperti:
1. Mengandung ceritera yang dahsyat dan cenderung emosional;
2. Penuh gerak secara dinamis;
3. Batasan-batasan warna bersifat kontras dan meriah;
4. Pengaturan komposisi hidup;
5. Mengandung kegetiran, menyentuh perasaan.
6. Kedahsyatan melebihi kenyataan.
Karya lukisan beraliran romantis yang sangat terkenal adalah Rakit Medusa
karya Theodore Gericould (1791-1824). Pelukis Indonesia yang beraliran
Romantis dan pernah berguru pada Gericould ialah Raden Saleh, karya-
karyanya seperti : Antara hidup dan mati, Berburu banteng, Perang

8
Diponogoro. Pada seni relief juga banyak dtemukan beraliran Romantis
seperti relief yang terdapat di Yunani dan Romawi.
c) Realisme, aliran ini muncul sebagai protes terhadap aliran Romantis yang
melebih-lebihkan kenyataan. Aliran ini dicetuskan oleh Custavo Coubert, dia
berpendapat bahwa lukisan pada dasarnya seni yang kongkrit, ada dalam
kenyataan di masyarakat. Obyek lukisan menampilkan figur-figur rakyat
biasa. Karya lukisan Custavo Coubert ialah Tukang Batu. Dalam seni patung
pun berkembang gaya realis. Tokoh-tokoh Realisme lainnya adalah Jean
Francois, Millet, Honore Daumer, Rodin (pematung).
d) Naturalisme, aliran yang mempunyai konsep bahwa lukisan yang baik
adalah lukisan yang sama persis secara visual dengan benda-benda yang
dilukisnya atau bersifat alami. Pelukis yang mengawali aliran ini di
Indonesia dan konsisten dengan aliran Naturalis adalah Wahdi, salah satu
karyanya berjudul Pantai Pananjung.
e) Impresionisme, aliran ini dalam seni lukis menampilkan suatu kesan yang
mana sangat dipengaruhi oleh cuaca. Pelukis beraliran ini berusaha
menangkap efek-efek cahaya dan warna yang terdapat dalam suatu benda.
Pelukisnya cendrung melukis dengan gerak cepat, karena disebabkan cuaca
cepat berubah sehingga dapat menimbulkan kesan yang berubah pula.
Contoh lukisan yang beraliran ini adalah lukisan potret karya Auguste
Renoir, Still Life Apples karya Paul Cezanne.Tokoh-tokoh aliran ini yan lain
: Calude Monet, Edgar Degas.
f) Ekspresionisme, aliran ini tidak saja menekankan bentuk obyek secara
visual saja, tetapi juga obyek diungkapkan lewat ekspresi jiwa dan perasaan.
Vincent Van Gogh (1853-1890) adalah pencetus aliran ini, ia beralih dari
Post Impresionisme ke Ekspresionisme yang banyak menampilkan lukisan
potret dan pemandangan alam dengan warna-warna yang kuat. Karya lukisan
Van Gogh, seperti Self Potrait, Bunga Matahari. Tokoh-tokoh lainnya dalam
aliran ini adalah Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde.
g) Fauvisme, aliran ini betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan
aliran terdahulunya. Aliran ini menekankan penggunaan garis kontur dan
warna yang berani. Mereka yang beraliran ini menggambarkan apa saja yang

9
mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti yang mereka buat. Tokoh-
tokohnya Henri Matisse, Henri Russeau, Roul Dufy.
h) Kubisme, aliran yang menekankan konsep bentuk-bentuk geometri. Semua
bentuk yang ada di alam dipengaruhi oleh perspektif sehingga bidang tertuju
pada titik tengah. Aliran ini dilontarkan oelh Henri Matise atas karya-karya
George Braque yang berjudul Panorama, dalam lukisan tersebut rumah-
rumah dilukis dalam bentuk kotak-kotak kubus. Tokoh-tokoh aliran Kubis
ialah George Braque, Pablo Picasso, Leo Getel.
i) Futurisme, aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran Kubis yang
dianggap statis. Aliran Futuris menggambarkan garis-garis yang dinamis
penuh gerak, karena iutlah tema-tema yang dipilih biasanya tentang
kesibukan-kesibukan seperti perang, pesta, arak-arakan, kerusuhan dsb.
Tokoh-tokoh aliran ini seperti: Carlo Carta, Buido Severini, Umberto
Baccioni. Pelukis Indonesia yang beraliran ini adalah Sutjipto Adi dengan
karyanya Hak Hidup, Kelahiran I.
j) Abstraksionisme, aliran abstrak berusaha melepaskan diri dari sensasi-
sensasi atau asosiasi-asosiasi figurative suatu obyek. Tokoh aliran ini seperti
Malevich, Piet Mondrian, Wassily Kandinsky, Van der Leek.
k) Dadaisme, aliran ini membebaskan diri dari kaidah-kaidah seni yang
berlaku. Ciri aliran Dadais ialah sinis dan berusaha melenyapkan ilusi pada
karya-karyanya. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Paul Klee, Kurt Scwitters,
Tristan Tzara.
l) Surealisme, aliran ini banyak dipengaruhi oleh teori analisa psikologi
mengenai ketidaksadaran dalam impian. Karya yang beraliran ini tampak
tidak logis, penuh fantasi, seolah-olah melukis alam mimpi saja, seperti yang
nampak dalam lukisan Salvador Dali yang berjudul The Dersitenee of
Memory, dalam lukisan ini menampilkan bentuk jam dinding yang tidak
logis. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Salvador Dali, Andre Masson, Joan
Miro.
Corak seni rupa murni Kontemporer mulai berkembang pada menjelang berakhir
abad ke-20. Corak ini mengutamakan kebebasan berekspresi yang lebih dikenal
dengan seni masa kini. Karya-karya seni rupa murni kontemporer bersifat

10
sementara karena hanya dapat dinikmat dalam kurun waktu relatif singkat.
Contoh karya tersebut, seperti seni instalasi, patung dari es, patung dari buah-
buahan, lukisan dengan kanvas berpuluh-puluh meter, patung pasir dipantai, dan
relief dari mentega. Seni instalasi merupakan karya seni yang terdiri dari
komposisi dan manipulasi obyek untuk kesan baru.

Seni instalasi

B. Fungsi Seni Rupa Murni


Seni rupa murni tradisional, modern dan kontemporer yang terdapat di wilayah
Nusantara dan Mancanegara pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Seni rupa
murni mengutamakan keindahan belaka Berbeda dengan seni rupa terapan yang
memiliki fungsi praktis dan keindahan. Fungsi-fungsi seni rupa murni antara lain :
1. Fungsi umum, yaitu sebagai keindahan. Karya seni rupa murni diciptakan untuk
dipajang agar dapat dinimakti keindahannya (sebagai hiasan)
2. Fungsi pribadi, yaitu sebagai media ekspresi bagi perupanya. Karya tersebut
tersirat tentang perasaan batin yang merupakan penafsiran sesuatu yang
dihadapinya.
3. Fungsi sosial, yaitu sebagai komunikasi bagi perupa kepada penikmat
(masyarakat). Komunikasi tersebut dapat mempengaruhi, mendapat memberi
kepuasan atau informasi tentang sesuatu. Seni rupa murni tradisi dapat berfungsi
sebagai simbolis dari sesuatu, terutama seni rupa tradisi Nusantara yang
bercorak magis atau agamais.

11
C. Perbandingan Corak dan Fungsi Seni Rupa Tradisional, Modern dan
Kontemporer

Seni rupa murni tradisional, modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
Mancanegara memiliki perbedaan corak dan fungsi. Hal ini dapat kita lihat apabila
kita mengamati suatu karya seni rupa murni baik yang berbentuk dua dimensi
maupun dalam bentuk tiga dimensi. Walaupun demikian, karya seni tersebut pada
umumnya memiliki beberapa persamaan.
1. Persamaan Karya Seni Rupa Murni Tradisional, Modern dan Kontemporer di
Wilayah Nusantara dan Mancanegara
Adapun persamaannya, antara lain:
1) Semuanya merupakan hasil kreasi dan ekspresi manusia.
2) Karya seni rupa murni tradisi, modern dan kontemporer baik di wilayah
Nusantara maupun Mancanegara dapat berwujud dua dimensi dan tiga
dimensi melalui penyusunan unsur garis, bidang, bentuk, tekstur, dan warna.
3) Corak seni rupa murni tradisi di wilayah Nusantara dan Mancanegara, pada
umumnya dipengaruhi oleh norma-norma, adat, agama, dan budaya daerah
setempat.
4) Pada umumnya seni rupa tradisi berfungsi untuk mengangkat nilai-nilai
tradisi budaya daerah dan untuk kepentingan ritual.
5) Media untuk pembuatan karya seni rupa murni tradisi baik di wilayah
Nusantara maupun Mancanegara, umumnya diambil dari alam setempat
yang dikerjakan dengan teknik dan gaya yang sederhana.
6) Seni rupa murni modern dan kontemporer, umumnya memiliki corak yang
sama. Hal ini dikarenakan corak yang berkembang di negara-negara lain
berasal dari negara-negara Barat.
7) Seni rupa murni tradisi dan modern di semua wilayah, memiliki fungsi
sebagai pajangan, media ekspresi bagi perupanya dan media komunikasi
bagi perupa dan masyarakat penikmat.

2. Perbedaan Corak dan Fungsi Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer
di Wilayah Nusantara dan Mancanegara
1) Perbedaan Corak

Seni Rupa Murni Tradisi Seni Rupa Murni Modern/Kontemporer

(1) jarang diketahui perupanya (1) identitas perupa dapat diketahui


(2) coraknya umum (2) coraknya individual
(3) statis, monoton (3) dinamis, cepat berubah
(4) bahan dan warna sederhana (4) bahan dan warna beraneka ragam
(5) terikat norma-norma tradisi (5) kebebasan kreasi dan ekspresi

12
2) Perbedaan Fungsi

Seni Rupa Murni Tradisi Seni Rupa Murni Modern/Kontemporer

(1) untuk ritual daerah setempat (1) untuk pribadi dan sosial
(2) relief dan patung untuk (2) karya seni sebagai ungkapan ekspresi
memperindah candi, pura dan dan pajangan atau dekorasi ruangan
kuil
(3) bentuk dan motif hias (3) bentuk obyek tidak mengandung
mengandung makna magis makna magis

Tugas :

Buatlah kliping karya seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di wilayah Nusantara
dan Mancanegara.
1. Cantumkan judul karya, nama seniman dan asal daerah
2. Cantumkan corak (tuliskan ciri khasnya secara ringkas)
3. Cantumkan fungsinya (tuliskan tentang fungsi keindahannya secara ringkas)

Soal Latihan :
A. Pilihan Ganda
1. Pelukis tradisi Kamasan mengambarkan obyek dengan cara berikut ini,
kecuali …..
a. distilasi b. ditumpuk c. dikontur/dicawi
d. natural e. dekoratif
2. Patung suku Asmat di Irian Jaya mengambarkan tentang ……..
a. roh nenek moyang b. pahlawan c. binatang buruan
d. keluarga raja e. alam
3. Lukisan kaligrafi corak Islam mengunakan huruf ……..
a. Sansekerta b. Jawa kuno c. Arab
d. Bali e. Kanji
4. Ciri-ciri lukisan tradisi Cina adalah sebagai berikut, kecuali …….
a. obyek alam pegunungan b. warna dengan cat air/tinta bak
c. berkesan lembut d. melukiskan tentang tokoh manusia legenda
e. obyek distilasi

13
5. Raden Saleh, pelukis Indonesia yang belajar di Eropa, melukis dengan aliran ….
a. Klasikisme b. Romantisme c. Ekspresionisme
d. Impresionisme e. Kubisme
B. Uraian
1. Sebutkan lima corak/aliran dalam seni rupa modern!
2. Berilah lima contoh karya seni rupa kontemporer!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan fungsi pribadi dalam seni rupa murni!
4. Sebutkan ciri-ciri corak patung Mesir Kuno!
5. Sebutkan ciri-ciri luksan yang bercorak aliran klasikisme!

14
BAB II
APRESIASI SENI RUPA MURNI TRADISIONAL,
MODERN DAN KONTEMPORER

Tujuan yang diharapan dari sajian materi Bab II adalah mengacu pada tujuan
pembelajaran yang telah digariskan pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Pembelajaran.

Standar Kompetensi :
Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern, kontemporer di wilayah
Nusantara dan Mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan
kebudayaan.

Kompetensi Dasar :
1. Membandingkan anatara seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di wilayah Nusantara
dan Mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budaya
2. Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern dan kontemporer di wilayah
Nusantara dan Mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan
budaya

Indikator
Siswa dapat :

1. Membuat tulisan tentang perbandingan antara seni rupa murni tradisi, modern dan
kontemporer di wilayah Nusantara
2. Membuat tulisan tentang perbandingan antara seni rupa tradisi, modern dan
kontemporer di wilayah Mancanegara.
3. Membuat tulisan apresiatif tentang seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di
wilayah Nusantara
4. Membuat tulisan apresiatif tentang seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di
wilayah Mancanegara.

15
S eni rupa muncul dan berkembang di mulai sejak manusia dilahirkan di muka
bumi. Sejak kecil manusia telah mampu merasakan keindahan karya seni,
misalnya merasakan keindahan warna warni (seni rupa), keindahan
senandung sang ibu (seni musik), dan keindahan lenggokan gerak (seni tari).
Semasa hidup, manusia tidak bisa terlepas dengan kesenian. Manusia memerlukan
rekreasi untuk menyegarkan rohani/jiwa yang dapat dipenuhi dengan berkreasi,
berekspresi dan menikmati karya seni. Karya seni rupa merupakan salah satu media
ekspresi, kreasi dan rekreasi yang dapat memberi hiburan untuk kepuasan batin.
Menikmati karya seni rupa murni merupakan suatu proses untuk menumbuh
kemampuan berapresiasi.
Pada awalnya keberadaan seni rupa digunakan untuk upacara ritual suatu adat atau
agama, karena itulah kebanyakan karya seni rupa yang diciptakan bersifat magis. Hal
tersebut dapat dilihat dari perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara dan negara-
negara lainnya. Di wilayah Nusantara hasil peninggalan karya seni rupa dikelompokan
menjadi dua, yaitu :
6. Seni Rupa Murni Tradisi (zaman prasejarah, zaman klasik dan zaman islam).
7. Seni rupa Murni Modern dan Kontemporer.

A. Perbandingan Seni Rupa Murni Tradisi


1. Seni Rupa Zaman Prasejarah
Ada tiga faktor yang melatarbelakangi seni rupa di Indonesia, yaitu
kepercayaan, kondisi geografis dan pengaruh dari luar. Faktor-faktor
tersebutlah yang memberi ciri khusus terhadap seni rupa di Indonesia pada
zaman pra-sejarah, ciri-ciri yang dimaksud antara lain :
a. Karya seni berfungsi sebagai media atau simbolis dari kegiatan-kegiatan
keagamaan dan kepercayaan.
b. Seniman berkedudukan sebagai pemimpin agama atau kepercaya yang
mengetahui aturan-aturan mengenai upacara-upacara dan kegiata-kegiatan
keagamaan atau kepercayaan lainnya.
c. Memiliki bentuk ungkapan yang berbeda-beda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya.
d. Karya seni rupa menggunakan media batu, perunggu dan kayu.
e. Karya seni rupa bersifat ornamentik-dekoratif yang memperlihatkan motif-
motif perlambangan, motif geometri dan motif flora fauna.

16
Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat karya-karya seni rupa
maka dikenal 2 pengelompokan karya, yaitu karya seni rupa zaman batu dan
karya seni rupa zaman perunggu.

a. Karya Seni Rupa Zaman Batu


Karya seni rupa Indonesia yang diketemukan pada zaman batu, yaitu :

1) Karya Seni Bangunan


Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah
(Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di
pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang
diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa
sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah
sudah didirikan rumah panggung.
Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang
dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang
masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan
dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula
bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan
kepercayaan, seperti :
o Dolmen (bangunan makam)
o Punden (bangunan berundak)
o Menhir (bangunan tugu)
o Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.

Dolmen

17
2) Karya Seni Lukis
Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu
menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan
binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi
Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan
penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah,
putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan
lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan
setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di
dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan
warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak
dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan
dianggap memiliki kekuatan magis.
Lukisan yang berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-
bagian bangunan adat dan pada benda-benda kerajinan mulai dibuat pada
jaman Neolitikum dan megalitikum. Lukisan pada zaman Neolitikum
bersifat ornamentik yang statis dengan motif-motif perlambangan dan
geometris, sedangkan pada zaman megalitikum bersifat ornamentik yang
lebih dianmis.

3) Karya Seni patung


Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal
pada zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan
patung penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan baku
yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain itu
patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil
peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki
ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis.
Sedangkan yang ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan)
gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di daerah
Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini masih
ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil
peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang

18
dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan, contoh lain
yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai
seekor lembu.

Arca Batu Gajah

4) Karya Seni Kerajinan


Kebutuhan akan perabot dan didukung oleh kekayaan alam Indonesia
memungkinkan untuk berkembangnya seni kerajinan sejak awal zaman
batu. Pada zaman batu menengah telah dimulai dikerjakan benda
gerabah. Hasil peninggalan berupa gerabah dapat diketahui dari
peninggalan yang terdapat di daerah Sumatera Utara berupa pecahan
gerabah yang tergali dari bukit kerang. Teknik pembuatan gerabah yang
dikenal pada zaman itu sangat sederhana, yaitu dengan cara memilin
tanah liat kemudian menumpuknya (coiled pottery) dan dengan cara
membentuk dengan tangan (Moulding), teknik pembakarannya juga
dilakukan dengan sederhana. Perkembangan teknik pembuatan dan
disain kerajinan gerabah baru terjadi pada akhir zaman batu menengah.
Tanda-tanda perkembangannya terlihat dari hiasan yang diterapkan pada
benda gerabah, seperti goresan pada dinding gerabah, dengan membuat
teraan bahan tenunan atau kulit kerang serta dengan membubuhi warna
tanpa melalui proses pembakaran. Pada zaman ini juga diperkirakan telah
ada kerajinan tenun ini dilihat dari caranya memberi hisan pada benda
gerabah yaitu teraan tenunan. Benda kerajinan yang lain dihasilkan
zaman batu berupa perhiasan seperti cincin dari batu dan manik-manik.

19
b. Karya Seni Rupa Zaman Perunggu
Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari
kebudayaan Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari
Yunan Indochina masuk ke Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-
Muda, merekalah yang yang memperkenalkan teknik pengecoran dan
penuangan perunggu untuk membuat benda-benda seni dan benda-benda
pakai sehari-hari.
Dalam membuat benda-benda dari perunggu pada zaman logam/perunggu
dikenal dua cara, yaitu :
a. Teknik ‘A Cire Perdue’
Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini
digunakan untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit seperti arca atau
patung. Untuk teknik ini, cetakan hanya dipakai sekali saja karena untuk
mengeluarkan hasil cor harus dilakukan dengan menghancurkan cetakan.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
o Pertama model dibuat dari tanah liat
o Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis
o Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi
lubang sedikit untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan
perunggu
o Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan
o Kelima pengecoran dengan cairan perunggu
o Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.
b. Teknik Bivalve
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya
sederhana dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua
keping dari bahan batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang
memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan
dalam bentuk yang sama.
Dengan menerapkan dua teknik pembuatan benda perunggu tersebut,
manusia pada pada zaman perunggu dapat membuat berbagai jenis
benda, seperti benda pakai sehari-hari dan benda-benda seni. Pengaruh
kebudayan Dongson juga terlihat dari segi hiasan yang diterapkan pada
benda-benda perunggu, seperti motif-motif hias yang berbentuk pilin,
meander, tumpal, kunci, lingkaran, belah ketupat, swastika dan berbagai

20
motif geometri lainnya. Di samping motif tersebut terdapat juga motif
hias yang berhubungan dengan kultus nenek moyang antara lain berupa
motif kapal jenazah, motif burung (lambang nenek moyang) serta motif
pohon hayat (lambang kesuburan). Hiasan-hiasan yang menggambarkan
adegan-adegan ceritera yang paling banyak dipakai dalam karya-karya
seni budaya Dongson, seperti adegan peperangan dan adegan perburuan
binatang, gaya hiasannya dinamis yang cendrung memadati bidang
hiasan. Hiasan seperti tersebut sampai sekarang masih digunakan pada
benda-benda kerajinan tradisional. di wilayah Nusantara.

Karya-karya seni yang terkenal yang terbuat dari perunggu antara lain :
1. Genderang Perunggu.
Ada dua jenis genderang perunggu, yaitu berbentuk langseng
dinamakan dengan Nekara yang digunakan sebagai genderang dalam
upacara keagamaan. Pada bagian badan genderang dipenuhi dengan
motif-motif hiasan yang motifnya sama dengan motif hias
kebudayaan Dongson. Genderang perunggu yang paling besar yang
pernah ditemukan terdapat di Pejeng Bali. Genderang jenis lainnya
dinamakan dengan Moko, ukurannya lebih kecil dan langsing dari
Nekara. Genderang jenis ini digunakan sebagai bekal kuburan dan
mas kawin.

Nekara Moko

21
2. Kapak Perunggu
Terdapat beberapa bentuk kapak perunggu, seperti ada yang
berbentuk bulan sabit, ada yang mirip sabit rumput dan ada yang
sampai pegangannya dicor perunggu. Kapak perunggu sering disebut
dengan kapak sepatu, hal ini karena tempat pegangannya yang khas
seperti sepatu. Kapak jenis terakhir disebut dengan Candrasa dan
kapak ini hanya digunakan sebagai pelengkap upacara. Seperti
halnya pada Genderang Perunggu, kapak perunggu juga dikerjakan
dengan teknik A Cire Perdue. Benda-benda ini banyak ditemukan di
Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Irian
serta di Pulau Selayar. Hiasan yang terdapat pada kapak sama seperti
halnya hiasan pada Genderang Perunggu yaitu motif perlambangan
dan motif geometri.

Kapak Corong
Candrasa
3. Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk seperti tempat air minum tentara, yang
digunakan untuk menyimpan abu sisa pembakaran jenazah atau
benda keramat lainnya, bejana inipun menampakan bentuk hiasan
dengan motif perlambangan dan motif geometri.
4. Perhiasan Perunggu
Yang termasuk ke dalam perhiasan adalah gelang-gelang, cincin,
kalung, dan sebagainya. Selain digunakan untuk perhiasan benda-
benda ini juga dianggap sebagai benda bertuah yang memiliki
kekuatan magis.

22
2. Seni Rupa Zaman Klasik
Zaman ini merupakan awal zaman sejarah di Indonesia. Pada zaman itu
sudah ditemukan peninggalan berupa tulisan (prasasti), sehingga secara
arkeologi dapat terungkap secara autentik. Zaman ini ditandai munculnya
kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara, sehingga berpengaruh terhadap
keseniannya yang bersifat istana sentris. Zaman ini juga disebut dengan masa
klasik.
Di tepi sungai Mahakam (Kutai), ditemukan prasasti peninggalan abad 5
SM. Kerajaan Kutai meninggalkan 7 yupa, yaitu tugu yang bertulis suatu
upacara korban. Huruf yang digunakan adalah huruf Pallawa dan Sansekerta.
Dalam prasasti itu dijelaskan bahwa adanya pengaruh Hindu dan silsilah raja-
raja Kutai. Prasasti inilah yang menandai bahwa telah mulainya peradaban
manusia di Indonesia dengan masuknya kebudayaan Hindu India ke dalam
kebudayaan bangsa Indonesia.
Peninggalan seni rupa yang menonjol pada zaman Hindu-Budha adalah
candi, relief dan arca. Prasasti adalah batu yang berisi tulisan tentang suatu
peristiwa atau upacara tertentu yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan
kerajaan. Candi adalah tempat melakukan upacara keagamaan pemujaan kepada
Dewa-Dewa, candi juga ada yang berfungsi sebagai tempat penghormatan para
raja yang diyakini sebagai titisan Dewa. Relief adalah pahatan yang digunakan
untuk menghiasi bangunan candi. Dan Arca adalah patung menampakan bentuk
binatang, manusia, dan Dewa-Dewa yang ditempatkan di bangunan candi.
Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah dan
agung, karena orang pada zaman klasik membangun candi adalah untuk tujuan
yang agung yaitu untuk fungsi spiritual sehingga pembangunannya
memperhitungkan batasan-batasan kepercayaan.
Istilah candi berasal dari kata Candika Grha yang artinya rumah Dewi
Candika. Dewi Candika disebut juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Dewi inilah
yang menjadi pujaan orang Hindu pada zaman itu. Karena itulah mereka
membangun candi dengan harapan mendapat perlindungan dari Dewi Durga
dalam kematiannya. Itu sebabnya juga pada zaman itu candi kebanyakan

23
berfungsi sebagai kuburan para raja. Namun pada perkembangan selanjutnya,
fungsi candi menjadi bermacam-macam, di antaranya adalah :
1) Sebagai biara, contohnya Candi Sari
2) Sebagai kuburan abu jenazah, contohnya candi-candi Budha
3) Sebagai tempat semadi, contohnya Candi Jalatunda
4) Sebagai tempat pemujaan, contohnya Candi Penataran
5) Sebagai pemandian, contonya Candi Belahan
6) Sebagai Gapura, contohnya Candi Bajangratu.
Pada prinsipnya, struktur bengunan candi terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut:
a. Kaki Candi (prasada), tempat menyimpan abu jenazah;
b. Badan atau tubuh candi (garbhagrha);
c. Atap atau kepala candi (sikara)
Bagian puncak candi dinamakan Mahkota. Mahkota Candi Hindu berbentuk
Utpala lingga, sedangkan Budha berbentuk stupa, ratna dan amalika.
Hiasan yang terdapat pada candi dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Hiasan yang berfungsi sebagi penguat bangunan, contohnya :
1) Patung singa pada sudut candi Penataran;
2) Dwarajala, hiasan kepala ular yang berfungsi sebagai talang air;
3) Artefak, hiasan pengunci bangunan candi.
b. Hiasan murni untuk memperindah bangunan candi, contohnya:
1) Kepala Kala, hiasan kepala kala/raksasa pada relung pintu masuk;
2) Makara, hiasan di samping kanan kiri pintu masuk sebagai bingkai pintu;
3) Ukiran/relief, hiasan pahatan pada dinding candi berupa ornament flora
fauna dan juga menggambarkan peristiwa-peristiwa tentang kehidupan
manusia.
Periodisasi kerajaan-kerajaan di Indonesia pada zaman Hindu-Budha dapat
digolongkan menjadi :

1. Seni Rupa Hindu-Budha di Jawa Tengah


Candi zaman Wangsa Sanjaya
Pada zaman ini kebanyakan candi dibangun diperbukitan Jawa Tengah
bagian Utara. Bentuk dan hiasannya umumnya masih sederhana yang
menampakkan pengaruh seni India (Pallawa). Candi-candi peninggalan
zaman Wangsa Sanjaya, antara lain :

24
1) Kelompok Candi Dieng, yang terdiri dari candi-candi Syiwa yaitu
Candi Bhima, Candi Puntadewa, Candi Dwarawati, Candi Sumbadra,
Candi Arjuna, Candi Semar dan Candi Srikandi.
2) Kelompok Candi Gedongsongo, yaitu kelompok candi yang terdiri dari
9 buah candi yang kecil-kecil. Candi ini bercorak Hindu. Kelompok
candi ini berada di lereng Gunung Ungaran, Semarang. Kesembilan
candi tersebut memiliki struktur bangunan yang sama.
3) Candi Selagriya dan Candi Pringapus. Letak kedua candi ini
berjauhan, yaitu Candi Selagriya di Gunung Sindoro dan Candi
Pringapus di Gunung Sumbing. Namun keduanya memiliki struktur
bangunan dan gaya yang sama seperti Candi gedongsongo.

Candi zaman Wangsa Syailendra


Pada masa ini masuknya pengaruh Budha dan bercampur dengan pengaruh
Hindu. Aliran Budha Mahayana dan Hindu Syiwa telah mampu
berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia asli. Pada zaman itu juga telah
mampu menghasilkan bangunan candi-candi yang luar biasa. Adapun candi-
candi peninggalan Wangsa Syailendra antara lain :
1) Candi Kalasan, yaitu candi yang didirikan pada tahun 778 M untuk
menghormati Bodhisatwa Tara sebagai lambang Wangsa Syailendra.
Candi ini bercorak Budha.
2) Candi Sari, yaitu candi yang difungsikan sebagai tempat bersemadi para
pendeta Budha. Candi ini pada mula disebut sebagai Mutiara candi-candi
di Jawa karena kemolekannya.
3) Candi Mendut, yaitu candi yang masih kental dengan pengaruh
kebudayaan Gupta dari India. Bentuk dasar candi ini adalah
bujursangkar, sedangkan reliefnya menceriterakan tentang Bodhisatwa.
4) Candi Borobudur, yaitu candi terbesar dalam sejarah seni rupa klasik di
Indonesia. Struktur bangunannya dibuat bertingkat menyerupai punden
berundak-undak yang berjumlah 9 tingkatan. Candi Borobudur dibagi
menjadi 3 lorong. Masing-masing lorong (tingkatan) mempunyai nama
dan fungsi tersendiri. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :

25
a. Kamadhatu adalah tingkatan yang paling bawah (kaki) candi. Bagian
ini dihiasi ukiran (relief) yang menceriterakan lambang-lambang
kehidupan di dunia yang penuh dengan kesengsaraan dan kejahatan.
b. Rupadhatu adalah badan candi yang mempunyai hiasan relief yang
menceriterakan sejarah kehidupan Sidharta Gautama sebagai Budha.
c. Arupadhatu adalah tingkatan candi yang paling atas yang terdiri dari
stupa-stupa kecil dan arca Budha dengan sikap mudra. Di tengah-
tengah tingkatan ini terdapat stupa besar. Candi Borobudur
dilengkapi dengan patung/arca sebanyak 505 buah. Hal inilah yang
menunjukan bahwa pada zaman itu seni rupa telah berkembang
dengan baik.

Relief pada Candi Borobudur

Arca Budha
di Candi Borobudur

26
Stupa Candi Borobudur

5) Kelompok Candi Plaosan, yaitu gugusan candi Budha yang terdiri dari
2 candi induk dan 58 candi kecil yang mengelilingi seacara bujursangkar.
6) Kelompok Candi Sewu, yaitu kelompok candi Budha yang mempunyai
bangunan induk dan 250 buah candi perwara (penjaga) yang mengitari
candi induknya. Candi induk mempunyai denah kaki yang berbentuk
segi dua puluh. Candi-candi perwara terdiri dari gugusan candi
Lumbung, gugusan candi Bubrak, gugusan candi Kulon, gugusan candi
Lor, dan gugusan candi Asu.
7) Kelompok Candi Prambanan, yaitu candi yang didirikan pada abad 9
M. Candi Prambanan memiliki satu candi induk yang dinamakan Candi
Çiwa, yang diapit oleh Candi Brahma dan Candi Wisnu. Candi induk
memiliki tinggi 47 meter. Candi induk ini dilengkapi dengan candi
perwara sebanyak 224 buah yang tingginya rata-rata 14 meter. Candi
perwara disusun empat baris secara berundak-undak. Candi Induk
mempunyai empat kamar penampil dan satu kamar utama. Masing-
masing kamar berisi patung/arca. Patung-patung tersebut adalah Patung
Aghastya, Durga, Mahakala dan Nandiswara. Di dalam kamar utama
terdapat patung Çiwa Mahadewa. Di bawah patung itulah abu jenazah
raja Balitung dikuburkan. Kaki candi menampakan motif singa dalam
relung yang diapit pohon hayat dan kinara-kinari (makhluk setengah
manusia setengah burung). Candi ini bernafaskan Hindu Çiwa. Selain
Arca dan motif hias di atas dinding candi Prambanan juga dihias dengan

27
relief yang menceriterakan kisah Ramayana. Pembuatan relief tersebut
dipengaruhi oleh seni Ellora dari India dengan corak relief bersifat
realistis dan dinamis.

2. Seni Rupa Zaman Hindu Budha di Jawa Timur


Seni Rupa Masa Peralihan
Setelah berakhirnya kekuasaan raja-raja di Jawa Tengah, maka pusat-pusat
kerajaan beralih ke Jawa Timur. Pada Masa Pemerintahan Airlangga,
mulailah di Jawa Timur dibangun candi-candi. Pada masa ini pembangunan
candi-candi masih mendapat pengaruh gaya Jawa Tengah, yang kemudian
beralkulturasi dengan kebudayaan asli daerah Jawa Timur. Pada umumnya
candi pada masa ini mempunyai gaya campuran. Candi-candi peninggalan
zaman ini adalah sebagai berikut :
(1) Candi Belahan, yaitu candi yang berfungsi sebagai tempat
penghormatan terhadap raja Airlangga. Candi ini berada di pinggir
kolam karena itu disebut juga candi Tirta. Disebut candi Belahan
karena candi ini dibangun dengan cara memahat dinding karang
sehingga bagian belakang candi tidak nampak. Sebagai penghormatan
terhadap raja Airlangga maka pada candi ini didirikan patung Dewa
Wisnu yang diapit Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Patung-patung tersebut
merupakan simbolis dari raja Airlangga dan permaisurinya. Struktur
candinya sudah bercorak Jawa Timur, namun patungnya masih bergaya
Jawa Tengah. Candi Belahan berada di lereng Gunung Penanggungan
Jawa Timur.
(2) Candi Tikus, yaitu candi yang tergolong juga candi Tirta karena
dibangun di tengah-tengah kolam atau disebut juga Bale kambang.
Candi berfungsi sebagai tempat peristirahatan raja.
(3) Candi Jalatunda, yaitu candi yang memiliki struktur sangat sederhana.
Hiasan reliefnya hanya nampak pada relung yang menyerupai gua.
Candi ini berfungsi sebagai tempat raja bertapa.

28
Seni Rupa Zaman Singasari
Pada masa ini struktur candi sudah ditemukan bergaya Jawa Timur asli.
Candi-candi Jawa Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan gaya Jawa
Tengah.
Perbedaan corak atau gaya tersebut antara lain :
(perhatikan gambar berikut)

Bentuk candi Jateng Bentuk candi Jatim

CORAK JAWA TENGAH CORAK JAWA TIMUR

a. Bentuk : tambun a. Bentuk : ramping


b. Atap : berundak b. Atap : berundak terpadu
c. Puncak berbentuk : ratna dan stupa c. Puncak : berbentuk kubus
d. Hiasan pada pintu : kala makara d. Hiasan pintu : kepala kala
e. Relief : timbul dan realistis e. Relief : datar, dekoratif
f. Bagian terpenting dari bangunan menyerupai wayang
berada di tengah candi f. Bagian terpenting berada di
g. Bahan : batu andesit belakang candi
h. Arah depan : kebanyakan g. Bahan : batu andesit, kayu,
menghadap ke Timur terakota
i. Ragam hias pakaian : terpengaruh h. Arah candi : kebanyakan
kebudayan Gupta India menghadap ke barat
j. Tema Arca : perlambangan Dewa- i. Ragam hias pakaian : geometris
Dewa dan gunungan
j. Tema arca : perlambangan raja-raja

29
Bentuk relief Jawa Timur

Arca Wisnu Arca Parwati

Arca Jawa Tengah dan


Arca Jawa Timur

Candi-candi peninggalan zaman Singasari antara lain :


(1) Candi Kidal, yaitu candi yang berfungsi sebagai penghormatan raja
Anusapati. Candi ini berada di kabupaten Malang. Candi ini memiliki
satu ruang di bagian atap. Di Bagian kaki dihiasai motif garuda dan
bejana amerta. Atapnya bercorak candi Wisnu.
(2) Candi Jago, yaitu candi yang berada di kecamatan Tumpang kabupaten
Malang. Candi ini berfungsi sebagai penghormatan raja Wisnuwardana.
(3) Candi Singasari, yaitu candi yang memiliki tinggi seperti menara. Denah
kaki candi berbentuk segi dua puluh. Susunan Candi Singasari sering
disebut susunan candi Pancayatna, karena pada persilangan candi

30
terdapat 4 candi kecil. Keseluruhan candi Singasari berjumlah 5 buah.
Candi Singasari berada di kecamatan Singasari, Malang.
(4) Candi Jabung, yaitu candi yang tergolong unik kerena badan candi
berbentuk selinder. Bagian kaki candi berdenah segi dua puluh serta
berundak.

Seni Rupa Zaman Majapahit


Pada zaman ini pengaruh dari India dan Jawa Tengah tidak nampak lagi
sehingga boleh dikatakan bentuk candi bergaya Indonesia asli. Pada
pembuatan seni patung pun memiliki corak tersendiri, yaitu :
(1) Corak hiasan statis dan kaku berwibawa (tidak realistis).
(2) Arcanya berwajah orang Indonesia asli, bukan wajah orang India.
(3) Ragam hias pada pakaian arca menggunakan ragam hiasa Indonesia.
(4) Terdapat arca menggunakan bahan terracotta (contoh patung wajah
Gajah Mada)
(5) Untuk relief, tokoh-tokoh yang nampak tidak hanya raja-raja tetapi juga
rakyat jelata.

Candi-candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit antara lain :


Candi Penataran, yaitu candi yang dihiasi relief bercerita tentang kidung,
Ramayana dan Kresnayana. Candi ini memiliki denah persegi empat yang
dibagi atas 3 halaman yaitu halaman depan, tengah dan belakang. Halaman
belakang merupakan tempat induk candi.
(1) Candi Surawana, yaitu candi yang berceritera tentang Arjuna Wiwaha.
(2) Candi Kedaton, yaitu candi yang menceriterakan tentang Kresnayana.
(3) Candi Selakelir, yaitu candi yang mengisahkan tentang kisah Panji.
(4) Candi sumberjati, yaitu candi yang berada dekat Blitar.

3. Seni Rupa Zaman Islam


Dengan terdesaknya kebudayaan Hindu-Budha di Jawa akibat kedatangan
kebudayan Islam, maka perkembangan seni rupa bercorak Hindu-Budha di Jawa
mengalami kemrosotan, namun seni rupa Hindu-Budha ini tetap bertahan di
daerah Bali bahkan lebih berkembang pesat. Karya-karya seni rupa yang
berkembang di Bali berupa bangunan Pura, bangunan Gapura Bangunan rumah
adat, Patung/Arca, Relief/ukiran, lukisan-lukisan, dan benda-benda kerajinan.
Perkembangan seni rupa di Bali memiliki ciri tersendiri, antara lain :
1) Karya seni merupakan amal bakti terhadap Agama

31
2) Seni rupa Hindu di Bali lebih memasyarakat
3) Seni rupa Hindu di Bali bersifat multimedia karena selain untuk kebaktian
terhadap agama juga banyak ditemukan di rumah-rumah penduduk seperti
bangunan rumah adat dan perabotan rumah.
Datangnya kebudayaan Islam ke Indonesia sesungguhnya sejak berdirinya
kerajaan Perlak, Samudra Pasai dan Aceh. Kebuadayaan Islam yang masuk ke
Indonesia bukanlah kebudayaan Islam yang asli dari daerah kelahirannya
melainkan merupakan kebudayan Islam yang telah mengalami sinkretisasi dan
alkulturasi dengan daerah-daerah yang disinggahinya.
Islam mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia, karena memiliki
beberapa factor yang memudahkan, yaitu :
1) Syarat-syarat memeluk Islam tidak sulit yaitu cukup mengucapkan dua
kalimat Syahadat (ucapan kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah,
dan Muhammad SAW adalah utusan Allah.
2) Islam disebarkan dengan pendekatan kompromis yaitu dengan berusaha
mengalkulturasikan Islam dengan kebudayaan setempat.
3) Islam tidak mengenal kasta, yaitu semua manusia mempunyai kedudukan
tingkatan yang sama (yang membedakan tinggi rendahnya martabat orang
adalah ketakwaan, amal dan tingkah laku). Hal itu yang senang diterima oleh
masyarakat jelata seperti golongan waisya dan sudra.
4) Cara peribadatan Islam sangat mudah dan fleksibel yaitu cara beribadat yang
gampang diikuti dan tidak menuntut biaya yang tinggi.
5) Penyebarannya tidak kentara yaitu melalui proses kegiatan seperti
perdagangan, upacara adat, kesenian, perkawinan, dsb.
6) Tokoh-tokoh penyebarnya adalah para wali yang tindakannya dapat menjadi
panutan dan teladan orang banyak.
7) Islam yang datang ke Indonesia sudah beralkulturasi dengan kebudayaan
India yang juga berkebudayaan Hindu-Budha, sehingga ketika datang ke
Indonesia yang juga Hindu-Budha, Islam telah mempunyai banyak
kesamaan dan alkulturasi.

Karya seni rupa pada zaman Islam di Indonesia dapat digolongkan menjadi :
a. Seni Bangunan (seni arsitektur)
Adanya larangan memuja roh nenek moyang dan Dewa-Dewa, maka pada
masa itu tidak ada lagi pembangunan candi dan sebagai penggantinya
muncul bangunan yang bercirikan Islam.
Masjid, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat Islam
menjalankan sholat. Para Wali menggunakan kata sholat untuk melakukan
sembahyang. Kata sembahyang diambil dari kata sembah dan Hyang yang
artinya menyembah Hyang Maha Kuasa yaitu Allah. Bangunan mesjid

32
masih menggunakan ciri-ciri Hindu-Budha agar peralihan ajaran yang
mereka sebarkan tidak kontradiktif. Ciri-ciri tersebut nampak pada :
1) Denah dasar berbentuk bujursangkar menyerupai candi
2) Kaki mesjid berbentuk berundak-undak
3) Atap mesjid berbentuk tumpang menyerupai bangunan Meru di Bali,
puncak atap berbentuk lingga Hindu dan stupa Budha (kubah)
4) Pintu gerbang dan menara berbentuk seperti candi-candi Jawa Timur.
Makam, yaitu bangunan untuk kuburan orang yang telah meninggal.
Sebenarnya dalam ajaran Islam ada larangan pembuatan makam secara
permanent, hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengkultusan terhadap
jenazah orang tertentu. Namun karena pada masa itu kebudayaan Hindu-
Budha masih hidup, dan Islam yang datang ke Indonesia sudah
beralkulturasi dengan kebudayaan India, maka pembangunan seni Islam di
Indonesia juga menghasil bangunan makam. Bangunan Makam biasanya
terdiri dari pintu gerbang makam, bangunan utama dan Nisan. Contoh
bangunan makam yaitu makam Raja Sumenep, dan makam Sunan Bayat.
Istana, yaitu bangunan yang merupakan pusat pemerintahan. Istana
mempunyai bangunan pelengkap, yaitu bangunan yang mempunyai fungsi-
fungsi tertentu. Umumnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa mempunyai
istana menghadap ke utara. Di depannya ada alun-alun dan di barat alun-alun
berdiri masjid besar. Dalam lingkungan Istana terdapat pendopo, sitinggil,
tempat duduk raja, tempat gamelan dsb. Pada bangunan istana pengaruh
Hindu-Budha masih terasa, hal ini nampak pada struktur bangunannya,
bagian kaki berundak dan atap limasan atau tumpang.

b. Seni Hias
Ada beberapa jenis karya seni yang dapat digolongkan ke dalam seni hias,
antara lain:
1) Seni Ukir, yaitu merupakan seni pahat atau seni relief yang menggunakan
motif-motif hias. Pada masa islam motif hias yang digunakan adalah
motif tumbuh-tumbuhan dan terkadang huruf atau tulisan Arab. Motif
hewan dan manusia tidak digunakan sebagai motif hias karena adanya
larangan dalam ajaran Islam untuk menggambarkannya.

33
2) Seni Kaligrafi, yaitu seni corak Islam asli yang menggunakan huruf Arab
sebagai unsur utama. Seni ini dapat ditemukan pada bangunan masjid,
batu nisan, istana/keraton raja, dsb.
3) Seni Wayang, yaitu wayang sebenarnya telah ada pada masa kerajaan
Majapahit yang menggunakan bahan kulit kayu waru, dengan bentuk
yang bersifat realistis. Wayang pada masa Islam telah mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Islam. Pada Masa
Sunan Kalijaga, wayang dibuat dengan kulit binatang dan bentuknya
diubah menjadi bentuk ornamentik. Bentuk ini masih berlanjut sampai
sekarang di Jawa.

B. Perbadingan Seni Rupa Murni Modern dan Kontemporer


Perkembangan seni rupa modern di wilayah Nusantara tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan seni rupa Eropa. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat
berdampak pada perkembangan seni rupa, yaitu munculnya gagasan-gagasan yang
baru yang berbeda dan berciri khusus. Perkembangan ilmu pengetahuan berbeda
dengan perkembangan seni rupa.
Ilmu pengetahuan berkembang sebagai kelanjutan dari ilmu sebelumnya, sedangkan
perkembangan seni rupa merupakan reaksi dari aliran sebelumnya, sehingga antara
aliran yang satu dengan yang lainnya berbeda. Penjelasan tentang aliran seni rupa
modern telah diulas pada Bab I. Beikut ini akan diulas tentang beberapa karya-karya
seni rupa murni modern di Nusantara, yaitu :

1 Masa Perintisan (1826-1880), perkembangannya diawali oleh pelukis Raden


Saleh. Berkat pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri
seperti di Belanda, Jerman, Perancis, beliau dapat merintis kemunculan seni rupa
Modern di Indonesia. Corak lukisannya beraliran Romantis dan Naturalis. Aliran
Romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh
kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Sedangkan gaya
naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret.

34
“Merapi” karya Raden Saleh

2 Masa Indonesia Jelita, masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan
setelah pakum beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian
munculah seniman Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya,
Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis
Indonesia yang lain seperti Pirngadi, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, Wakidi,
dll. Masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena pelukisnya
melukiskan tentang kemolekan/keindahan obyek alam. Pelukis hanya
mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya Abdullah SR. (Pemandangan di
sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran Tinggi di Bandung),
karya Pirngadi (Pelabuhan Ratu), karyaBasuki Abdullah (Telanjang,
Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali, dll.)

Lukisan Karya Dullah

35
Lukisan karya
Heng Ngantung

3 Masa Cita Nasional, pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan.
Bangsa Indonesia berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-
bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di
segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang berusaha mencari
ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi
adalah S. Sdjojono, ia tidak puas dengan kehidupan seni rupa Jelita yang serba
indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa
Indonesia. Sebagai langkah perjuangannya maka S. Sudjojono dan Agus
Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-
ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di
Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri
adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar kecakapan melukis melainkan
melukis dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono (Di depan kelambu
terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan, Bunga kamboja), karya Agus Jayasuminta
(Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana), karya Otto Jaya
(Penggodaan, Wanita impian).

36
“Seko” karya S. Sudjojono

4 Masa Pendudukan Jepang, kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam
kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda
pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara
Dai Nippon dan diawasi oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya,
Subanto, Trubus, dan Henk Ngantung. Untuk kelompok asli Indonesia berdiri
kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan
kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH.
Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Khusus yang menangani bidang seni lukis
adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam Putra
diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para
seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari
Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung,
dan Otto Jaya.

Lukisan karya Affandi

37
5 Masa Sesudah Kemerdekaan, setelah Indonesia merdeka bermunculanlah
kelompok-kelompok seniman lukis Indonesia, diantaranya:
a) Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama
menjadi SIM (Seniman Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;
b) Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan
mendirikan Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;
c) Perkumpulan Prabangkara (1948);
d) ASRI (Akademi Seni Rupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi,
S.Sudjojono,Hendra Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;
e) Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang
dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko,
Edi Karta Subarna;
f) Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumoulan pelukis
Indonesia keturunan Tionghoa);
g) Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos
Harjasumantri dkk;
h) Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar dkk.

6 Masa Pendidikan Formal (1950), Pengembangan seni rupa melalui pendidikan


formal. Lembaga Pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948
kemudiaan secara formal tahun 1950 Lembaga tersebut mulai membuat
rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru gambar.
Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan Seni Rupa ITB, kemudian dibuka
jurusan seni rupa disemua IKIP diseluruh Indonesia.
7 Masa Seni Rupa Baru, pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam
seni lukis. Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia
yang membebaskan diri dari batasan-batasan seni rupa yang telah ada. Konsep
kelompok ini adalah:
b) Tidak membedakan disiplin seni;
c) Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni;
d) Mendambakan kreatifitas baru;
e) Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan;
f) Bersifat eksperimental.

Seniman muda yang mempelopori kelompok ini adalah Jim Supangkat, S.


Prinka, dan Eri Supria.

38
C. Apresiasi Karya seni Rupa Murni Tradisi, Modern dan Kontemporer
Seseorang pengamat atau pecinta seni dapat menghargai dan menikmati karya
seni rupa murni apabila ia mengerti , memahami dan menilai karya seni melalui
kepekaan estetis (rasa keindahan). Kemampuan dalam kegiatan tersebut dinamakan
dengan Apresiasi seni. Kemampuan dalam memahami dan menilai karya seni rupa
murni disebut kemampuan mengapresiasi seni rupa murni. Apresiasi sangat penting
bagi setiap orang yang mau mengerti terhadap karya seni karena dapat melatih
kepekaan rasa, memberi kenikmatan, dan memperkaya jiwa serta memperhalus budi
pekerti. Mengapresiasi karya seni rupa murni hendaknya memahami perjalanan
tentang seni rupa murni untuk dijadikan dasar/pedoman di dalam melakukan proses
apresiasi terhadap karya seni rupa murni.
Apreasiasi seni erat kaitannya dengan kritik seni. Kritik seni merupakan
komentar atau tanggapan terhadap karya seni. Kritik eni hendaknya dilakukan
secara obyketif dan proporsional sehingga berfungsi positif bagi seniman untuk
pengembangan nilai estetiknya. Aspek-aspek kritik seni rupa, meliputi : gagasan,
tema, media, teknik, warna, gaya dan komposisi.

Tugas :

Cari sebuah gambar atau foto karya seni rupa murni (corak tradisi, modern atau
kontemporer) dan buat tulisan apresiatif tentang karya tersebut! Hal-hal yang diulas,
antara lain :
a. Gagasan e. warna
b. Tema f. gaya
c. Media g. komposisi
d. teknik

Soal Latihan :
B. Pilihan Ganda
1. Peninggalan seni rupa murni pada zaman prasejarah di wilayah Nusantara,
berupa ……
a. lukisan b. candi c. mastaba
d. menara e. kuil

39
2. Karya seni rupa klasik Nusantara peninggalannya banyak terdapat pada
bangunan candi, yaitu berupa ……..
a. lukisan b. arca/patung c. grafis
d. batik e. wayang kulit
3. Hiasan yang terdapat pada relung pintu masuk candi adalah ….
a. kinara-kinari b. dwarajala c. kala makara
d. patung singa e. dewa-dewi
4. Berikut ini adalah karya-karya lukisan Raden saleh, kecuali ………
a. Berburu banteng b. Antara hidup dan mati
c. Meletusnya gunung merapi d. Banjir e. Sabung ayam
5. Heng Ngantung merupakan pelukis Indonesia yang muncul pada masa
Indonesia Jelita, salah satu karya lukisannya,yaitu ……..
a. Gadis Bali b. Gadis Yogya c. Memanah
d. Ngaben c. Gunung merapi

C. Uraian
1. Sebutkan ciri-ciri lukisan Nusantara pada zaman prasejarah!
2. Jelaskan tentang relief yang terdapat pada candi Prambanan!
3. Jelaskan seni relief pada masa Islam di Indonesia!
4. Jelaskan aliran ekspresionisme pada karya lukisan Affandi!
5. Sebutkan tokoh seni rupa Indonesia modern/kontemporer dan contoh karyanya!

40
BAB III
KREASI SENI RUPA MURNI

Tujuan yang diharapan dari sajian materi Bab III adalah mengacu pada tujuan
pembelajaran yang telah digariskan pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Pembelajaran.

Standar Kompetensi :
Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan gagasan kreatif dan keragaman unsur
seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara.

Kompetensi Dasar :
1. Membuat karya seni rupa murni dua dimensi yang dikembangkan dari keragaman unsure
seni rupa tradisi, modern dan kotemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara.
2. Membuat karya seni rupa murni tiga dimensi yang dikembangkan dari keragaman unsure
seni rupa tradisi, modern dan kotemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara.
3. Memamerkan karya seni rupa murni dua dan tiga dimensi sendiri yang dikembangkan dari
unsur seni rupa tradisi, modern dan kotemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara,
karya sendiri dan kelompok di sekolah dan atau luar sekolah.

Indikator
Siswa dapat :

1. Membuat gagasan penciptaan karya seni rupa murni dua dimensi yang dikembangkan
dari keragaman unsure seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan
Mancanegara
2. Membuat karya seni rupa murni dua dimensi dengan keragaman unsure seni rupa
dengan beragam teknik dan bahan yang dikembangkan dari keragaman unsure seni rupa
tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan Mancanegara
3. Mengungkapkan gagasan . penciptaan karya seni rupa murni tiga dimensi yang
dikembangkan dari keragaman unsure seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer
Nusantara dan Mancanegara
4. Membuat karya seni rupa murni tiga dimensi dengan keragaman unsure seni rupa
dengan beragam teknik dan bahan yang dikembangkan dari keragaman unsure seni rupa
tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan Mancanegara

41
5. Menyiapkan pameran seni rupa dua dan tiga dimensi yang dikembangkan dari
keragaman unsur seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
Mancanegara, karya sendiri dan kelompok di sekolah dan atau luar sekolah.
6. Memamerkan karya seni rupa dua dan tiga dimensi yang dikembangkan dari keragaman
unsure seni rupa tradisi, modern, dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
Mancanegara, karya sendiri dan kelompok di sekolah dan atau luar sekolah.

42
K reasi seni rupa murni merupakan kemampuan untuk memunculkan gagasan-
gagasan atau ide-ide dalam berkarya seni rupa murni. Gagasan atau ide seni
rupa murni dapat muncul dari dua hal yang berbeda. Dengan langkah
membanding-bandingkan dan menggabungkan dua hal yang berbeda tersebut dapat
melahirkan sesuatu yang baru.
Kesuksesan dalam menghasilkan suatu karya seni rupa murni ditentukan oleh
kemampuan mengatur atau menyususn unsur-unsur seni rupa berdasarkan kaidah-
kaidah komposisi serta memahami teknik dan sifat-sifat bahan. Unsur-unsur yang
dimaksud seperti titik, garis, bidang, bentuk, gelap-terang, tekstur, dan warna.
Sedangkan kaidah-kaidah komposisi adalah kesatuan, keseimbangan, dan irama.
Kesatuan dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu: statis, dinamis, dan
metastatis. Statis memiliki sifat tenang dan stabil, dinamis memiliki sifat fleksibel dan
mudah menyesuaikan, dan metastatis memiliki sifat campuran antara statis dan dinamis.
Keseimbangan artinya tidak berat sebelah, dalam hal ini seimbang berdasarkan
nilai rasa. Keseimbangan dalam komposisi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
Simetris, Asimetris dan Memusat. Keseimbangan simetris, unsur bagian kiri dan kanan
sama persis. Sebagai contoh, hiasan kepala kala yang terdapat pada pintu masuk Candi,
motif hias kain tenun atau kain ikat, topeng, dsb. Keseimbangan asimetris, unsur bagian
kiri dan kanan tidak sama, namun memiliki kesan rasa seimbang. Sedangkan
keseimbangan memusat, penyusunan unsur-unsur rupa secara terpusat atau fokus pada
tengah-tengah bidang.
Irama merupakan penyusunan unsur-unsur rupa secara teratur dari pengulangan
suatu unsur rupa. Ini maksudnya untuk menimbulkan kesan gerak pada suatu bentuk.
Macam-macam tipe dalam irama, yaitu tipe repetitive (pengulangan unsur-unsur yang
sama), tipe alternative (pengulangan unsur-unsur secara selang-seling antara unsur-
unsur yang berbeda), tipe progresif (pengulangan dengan perubahan ukuran atau
perubahan bentuk dari suatu unsur, dsb.).
Menciptakan karya seni rupa dapat diekspresikan melalui media dua dimensi
atau media tiga dimensi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kreativitas seni rupa
adalah memahami teknik dan sifat-sifat media yang digunakan dal proses penciptaan.

43
A. Media Dua Dimensi
Pada umumnya media yang diperlukan dalam kreativitas seni rupa dua dimensi
adalah media lunak dan cair. Media lunak berupa pensil B, pensil warna aquarel,
crayon dan pastel, sedangkan media cair berupa cat air, cat poster, cat minyak, dan
jenis pewarna lainnya.
1. Teknik-Teknik Seni Rupa Dua Dimensi
Berikut ini adalah beberapa teknik seni rupa dua dimensi, yaitu :
a. Teknik Dussel, yaitu teknik menggambar atau melukis untuk mendapatkan
kesan ruang (terang-gelap)dengan cara menggosok untuk meratakan warna.
Teknik ini biasanya dilakukan anak-anak SD dengan menggunakan media
pensil.
b. Teknik Arsir, yaitu teknik menggambar atau melukis untuk mendapatkan
kesan ruang (terang-gelap) dengan cara menumpuk garis ke arah kesan
terang gelap yang diinginkan. Teknik ini biasanya digunakan bila
menggambar atau melukis dengan media pensil B atau pensil warna.
c. Teknik Blok, yaitu teknik menggambar atau melukis untuk mendapatkan
kesan ruang dengan cara menutup secara merata bagian-bagian yang gelap.
Teknik ini biasanya menggunakan media tinta atau warna plakat.
d. Teknik Semblok, yaitu teknik menggambar atau melukis untuk mendapatkan
kesan ruang (terang-gelap) dengan cara menggabungkan teknik arsir dan
teknik blok.
e. Teknik Transparan, yaitu teknik menggambar atau melukis untuk
mendapatkan kesan ruang (terang-gelap) dengan cara menggunakan warna-
warna tipis. Teknik ini sangat cocok apabila melukis dengan cat air.

2. Sifat Bahan Seni Rupa Dua Dimensi


Setiap media memiliki sifat bahan yang berbeda-beda, seperti media berikut ini :
b. Cat Air, yaitu memiliki sifat transparan sehingga lebih cocok digunakan
untuk melukis dengan sapuan kuas yang berbulu lembut.
c. Cat Poster, yaitu cat jenis ini memiliki sipat plakat atau menutup sehingga
lebih tepat untuk gambar poster dan desain garfis.
d. Tinta Bak, yaitu tinta ini ada dua jenis (cair dan batangan). Tinta bak dapat
digunakan dengan teknik blok dan teknik transparan. Kesan transparan dapat

44
dilakukan dengan mencampur air sesuai keinginan. Tinta bak banyak
digunakan pelukis-pelukis tradisional Bali untuk membuat kontur-kontur
obyek.
e. Cat Minyak, yaitu cat ini menggunakan pelarut minyak (oil paint). Cat
minyak memiliki sifat menutup dan umumnya digunakan pada kain kanvas.
Cat minyak dapat diekpresikan secara bebas pada kain kanvas, seperti
dengan sapuan kuas tipis, sapuan kuas tebal, sapuan jari tangan dan plototan
langsung dari tube cat.
f. Pewarna Batik, yaitu warna ini umumnya digunakan untuk menghasil karya-
karya batik, seperti batik tulis dan batik cap. Warna batik juga dapat
digunakan untuk melukis dengan teknik semprot atau teknik seperti proses
membatik.
3. Seni Rupa Murni Dua Dimensi
Seni murni merupakan suatu karya seni rupa untuk keindahan atau untuk
kepuasan pribadi bagi seniman maupun bagi penikmatnya. Seni murni sengaja
diciptakan untuk mewujudkan curahan nurani yang indah Karya seni rupa yang
digolongkan ke dalam seni rupa murni dua dimensi adalah lukisan dan kria
murni dua dimensi.
a. Lukisan
Lukisan merupakan karya seni rupa murni hasil dari curahan nurani pelukis
dalam bentuk dua dimensi yang keindahannya dapat dinikmati dari arah
depan saja. Seni lukis berbeda dengan menggambar. Menggambar lebih
menekankan kemampuan dalam menghasilkan bentuk yang tepat atau mirip,
sedangkan melukis lebih mengutmakan kebebasan berekspresi dengan
didasari kemampuan dalam teknik dan penguasaan media. Media dalam seni
lukis antara lain: kertas gambar, kanvas, cat air, cat minyak, crayon, pensil,
dan media lainnya.
Karya lukisan tidak hanya menampakan bentuk-bentuk objektif saja
melainkan juga menampilkan nilai-nilai subyektif. Pengungkapan bentuk
obyektif adalah melalui komposisi yang meliputi keseimbangan, proporsi,
kesatuan dan rytme dari suatu unsur obyek. Sedangkan pengungkapan nilai

45
subyektif adalah melalui ekspresi, kreatrivitas, ide atau gagasan yang dapat
menciptakan gaya atau corak lukisan.

Monalisa karya Leonardo Da Vinci Lukisan karya Basuki Abdullah

Lukisan Karya Nyoman Gunarsa Lukisan gaya Kamasan

b. Kria Murni Dua Dimensi


Seni kria murni merupakan seni kerajinan tangan yang tidak memiliki fungsi
praktis, melainkan sebagai pajangan semata seperti halnya pada seni lukis.
Seni kria murni dua dimensi hanya dapat dinikmati dari arah depan saja.

46
Contoh karya seni kria murni dua dimensi, seperti : karya seni kolase,
mozaik, dan kristik.

B. Media tiga Dimensi


Kreativitas seni rupa murni tiga dimensi memerlukan pengetahuan tentang sifat
atau karakteristik media dan memahami alat yang diperlukan, sehingga teknik yang
digunakan lebih mendukung proses penciptaan.
Sifat-sifat media tiga dimensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu media
lunak dan media keras. Media lunak, seperti tanah liat, lilin, dan sabun, sedangkan
media keras, seperti kayu, batu dan logam. Dalam pengolahan media baik yang
besifat lunak atau keras, harus menyesuaikan dengan sifat dan karakter dari masing-
masing bahan tersebut. Yang perlu diperhatikan bagaimana mengolah bahan
tersebut agar setelah menjadi karya seni tidak mengalami kerusakan. Misalnya
dalam penggunaan bahan dari tanah liat, kalau terjadi kesalahan mengolah tanah
liat tersebut, maka karya yang dihasilkan akan mudah retak.

1. Teknik-Teknik Seni Rupa Murni Tiga Dimensi


Ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam mengerjakan media seni rupa
murni tiga dimensi, yaitu butsir, pahat, sambung, Cor/cetak, dan plester.
a. Teknik Butsir, teknik membentuk dengan cara mengurangi atau menambah
bagian dari suatu bentuk. Teknik ini dapat digunakan untuk bahan yang
lunak sperti tanah liat. Alat butsir dapat dibuat dengan menggunakan kawat
baja dengan dibengkokkan sesuai dengan keperluan kemudian diberi tangkai
dari kayu.

Gambar alat butsir

47
b. Teknik Cetak atau Cor, teknik ini sama dengan teknik pembuatan karya dari
bahan perunggu seperti zaman prasejarah di Indonesia. Hanya saja
pembuatan bentuk cetakannya disesuaikan dengan keadaan zaman.
Langkah kerjanya, yaitu :
1) Pembuatan model dari bahan tanah liat atau lilin. Model dibuat
mencerminkan bentuk karya yang akan dibuat. Oleh karena itu model
harus dibuat secara matang dan sempurna.
2) Membuat cetakan berdasarkan bentuk model yang telah dibuat. Bahan
yang digunakan dapat disesuaikan dengan bahan yang akan digunakan
untuk hasil akhir (karya), misalnya untuk mencetak bahan semen atau
gips, atau bahan logam, cetakan dapat dibuat dengan bahan semen dan
pasir. Perlu diperhatikan bila hendak membuat karya yang bentuknya
rumit dan besar, cetakan harus dibagi-bagi menjadi kepingan cetakan
yang lebih kecil.
3) Pencetakan dan pengecoran, bahan yang dicetak hendak diencerkan atau
dicairkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
menuangkan bahan tersebut dan merata dalam cetakan. Bahan yang
dapat dicetak cor seperti gips, semen, logam, termasuk juga fiberglass.
c. Teknik Tempel atau plester, teknik ini dilakukkan dengan cara
menambahkan atau menempelkan bahan ke suatu dinding atau kerangka
suatu bentuk. Biasanya bahan yang menggunakan teknik ini adalah bahan
campuran pasir dan semen.
d. Teknik Sambung, teknik merangkai dan merakit suatu bahan untuk
membuat karya seni. Media yang dapat dilakukan dengan teknik ini seperti
kayu, rotan, bambu, dan logam, Karya yang menggunakan teknik ini banyak
ditemui pada souvenir atau cendera mata.
e. Teknik Pahat dan Sungging, yaitu teknik dengan cara mengurangi atau
membuang bagian-bagian tertentu untuk memunculkan keindahan suatu
bentuk. Teknik ini dapat dilakukan pada bahan kayu termasuk juga kulit.

2. Seni Rupa Murni Tiga Dimensi


Karya seni rupa yang digolongan ke dalam seni rupa murni tiga dimensi adalah
relief, patung, dan seni kria murni.

48
a. Seni Relief.
Seni relief dapat juga disebut seni ukir. Seni Relief banyak digunakan untuk
memperindah perabotan rumah dan dinding bangunan. Karya seni ini hanya
dapat dinikmati dari arah depan saja, namun bentuk ukirannya memiliki
ukuran tiga dimensi atau ketebalan, sehingga seni relief dapat digolongkan
ke dalam karya seni rupa murni tiga dimensi.

b. Seni Patung
Seni patung adalah karya seni rupa hasil dari kreativitas perupa patung
dalam bentuk tiga dimensi yang keindahannya dapat dinikmati dari segala
sisi. Seperti halnya dengan seni lukis, seni patung juga mengutamakan
keindahan atau kepuasan pribadi bagi pematungnya maupun penikmatnya.
Jenis-jenis patung antara lain: patung piguratif (meniru alam) dan patung
non figuratif (khayalan/abstrak). Media patung dapat dibuat dengan bahan
yang lunak atau keras, seperti tanah liat, lilin, fiberglass, logam, kayu, gips,
dan batu.

c. Seni Kria Murni Tiga Dimensi


Seni kria murni tiga dimensi merupakan seni kerajinan tangan yang tidak
memiliki fungsi praktis, melainkan sebagai pajangan semata untuk dinikmati
keindahannya. Seni kria murni tiga dimensi banyak dapat kita jumpai di
pasar seni, seperti di pasar Sukawati-Gianyar, pasar Kumbasari-Denpasar
dan di pasar seni lainnya. Contoh karya seni kria murni, seperti : topeng,
keramik, dan berbagai souvenir.

Relief/ukiran

49
Relief dari Italy

Patung dari suku Asmat, Irian Jaya

Patung karya Nyoman Nuarta

50
C. Pameran Seni Rupa
Pameran merupakan suatu kegiatan dalam rangka mempertunjukan atau
memperkenalkan suatu produk, jasa, karya, atau prestasi kepada kepada masyarakat
atau publik. Penyelenggaraan pameran bukanlah sekedar sebagai penyampaian
informasi atau alat komunikasi, tetapi dari itu karena pameran dapat membangkitkan
motivasi atau memberikan dorongan kepada masyarakat pengunjung untuk
mengambil manfaat yang tersirat dalam pameran tersebut. Jadi pengertian pameran
seni rupa adalah suatu kegiatan akhir seni rupa dari hasil berolah/berkarya seni yang
disajikan kepada masyarakat umum.
Dalam kegiatan pameran sudah pasti akan melibatkan banyak orang atau
kelompok yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam satu
koordinasi, sehingga penyelenggaraan pameran dapat berlangsung dengan dengan
baik. Untuk mencapai keberhasilan dalam berpameran diperlukan suatu perencanaan
yang matang baik dari segi teknis maupun non teknis, dengan program kerja yang
cermat, teliti, dan terarah sesuai dengan tujuan dan tema pameran.

2. Tujuan dan Fungsi Pameran


Pameran bagi seniman merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan karya-
karyanya kepada masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat, pameran merupakan
media apresiasi terhadap karya-karya seniman. Kegiatan pameran akan
menunjukan terjadinya hubungan timbal balik atau interaksi antara seniman
dengan masyarakat. Dalam interaksi tersebut akan muncul berbagai tanggapan
dari masyarakat baik yang berupa kritik, saran, atau pun kekaguman. Kritik dan
saran merupakan masukan yang amat berharga bagi seniman dan akan
berpengaruh pada hasil karya berikutnya.
Secara umum pameran seni rupa murni dan terapan, baik dua dimensi maupun
tiga dimensi, memiliki fungsi social sebagai sarana pembelajaran dalam hal
apresiasi, edukasi, rekreasi, dan prestasi.
Apresiasi merupakan penghargaan terhadap karya seni. Penghargaan dalam
proses apresiasi yang timbul dapat digolongkan menjadi dua, yaitu apresiasi
aktif dan apresiasi pasif. Apresiasi aktif muncul setelah seorang melihat
pameran, lalu timbul rangsangan untuk berbuat kreatif dalam berkarya.
Sedangkan apresiasi pasif, pengamat karya hanya menangkap karya lewat

51
perasaan, seperti karya itu bagus, atau karya itu jelek tanpa memberikan alas an
yang jelas.
Edukasi merupakan penanaman nilai-nilai. Melalui pameran dapat
menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai keindahan (estetika) dalam lingkup
yang lebih luas. Pameran dapat medidik siswa atau masyarakat betapa
pentingnya pengalaman batin atau rasa sebagai keseimbangan kegiatan akal atau
pikiran manusia.
Rekreasi merupakan hiburan yang berhubungan dengan batin. Pameran dapat
menghibur batin seseorang. Kondisi zaman sekarang yang penuh dengan
kesibukan demi tuntutan hidup, belajar untuk masa depan, sering menimbulkan
ketegangan fisik maupun psikis, sehingga melalui pameran dapat diharapkan
menjadi media penyeimbang.
Prestasi merupakan hasil yang dicapai dalam melakukan suatu kegiatan.
Pameran merupakan ajang prestasi unjuk kebolehan berolah seni. Melalui
pameran dapat diamati keaktifan dan kreatifitas siswa, sehingga muncul
pemikiran untuk berbuat dan berkarya yang lebih.
Tujuan diselenggarakannya pameran di kelas atau di sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan apresiasi seni siswa dan kecintaannya pada karya seni rupa;
2. Meningkatkan prestasi siswa;
3. Sebagai evaluasi dan obesrvasi pada pelajaran seni rupa secara obyektif;
4. Untuk mendidik siswa berorganisasi, bekerja sama, dan belajar bertanggung
jawab;
5. Untuk melatih siswa untuk membuat rencana atau usaha pelaksanaan suatu
pekerjaan.

3. Perencanaan dan Persiapan Pameran


Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan suatu
pameran agar pelaksanaannya berhasil sesuai yang diinginkan. Perencanaan
pameran meliputi beberapa kegiatan, yaitu menyusun jadwal rencana kegiatan,
penyusunan program kerja, dan menentukan tempat pameran. Pameran yang
diselenggarakan di sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
apresiasi seni siswa.

52
Pameran karya dapat dilakukan pada akhir semester, akhir tahun pelajaran, atau
pada hari ulang tahun sekolah. Karya yang dipamerkan dapat diambil dari dari
tugas-tugas harian atau tugas-tugas ekstrakurikuler.
Dalam persiapan dan perencanaan pameran, peranan guru mata pelajaran adalah
sebagai motivator atau pembimbing anak didik baik secara individual atau
kelompok agar mereka memiliki sikap mandiri dan tanggung jawab. Karya yang
akan dipamerkan dapat dipajang atau ditempatkan pada dinding, panel, box, dan
meja yang disesuaikan dengan tempat yang strategis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pameran di kelas atau di
lingkungan sekolah adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, meliputi persiapan materi pameran dan sarananya. Materi
pameran menyangkut hasil karya-karya siswa yang dipamerkan seperti karya
seni rupa murni dan seni rupa terapan. Sedangkan sarana yang diperlukan
seperti panel, box, meja, lighting, sound system, catalog, buku tamu dan
buku pesan/kesan.
2. Tempat, ruangan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pameran seperti
aula sekolah, ruang perpustakaan, ruang kelas, atau teras lingkungan
sekolah.
3. Penjaga pameran, petugas yang menjaga pameran yang akan menerima dan
memberikan keterangan kepada pengunjung.

Dalam kegiatan persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Menyeleksi hasil karya seni rupa;
2. Mengatur ruang pameran, menata karya, termasuk juga sirkulasi pengunjung
agar lancar;
3. Publikasi pameran;
4. Pembuatan catalog atau folder karya;
5. Penerangan ruang pameran;
6. Sound system.

Pengunjung pameran yang diharapkan datang atau hadir adalah :


1. Siswa sekolah yang bersangkutan;
2. Guru dan karyawan sekolah;
3. Orang tua atau wali murid.

Dengan menyaksikan dan menghayati karya-karya siswa, pengunjung dapat


mengenal jenis karya seni rupa dan teknik penggunaan aneka media. Pameran
dapat menambah kecintaan dan kepekaan terhadap nilai-nilai seni rupa, dengan
demikian dapat menambah dan meningkatkan apresiasi seni. Lebih dari itu, dari

53
sekian banyak yang berperan sebagai apresiasi akan dapat mengembangkan
dirinya menjadi seorang seniman.
Secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
pameran adalah maksud dan tujuan pameran, perencanaan jadwal kegiatan,
persiapan pelaksanaan, evaluasi, dan laporan penyelenggaraan pameran. Oleh
karena itu agar pelaksanaan pameran berjalan dengan lancer, pelimpahan tugas
dan tanggung jawab kepada siswa lewat kepanitiaan.
Supaya pameran berjalan dengan efektif dan efesien, dalam penyusunan panitia
harus menyesuaikan dengan tugas dan kegiatan yang diperlukan dalam pameran
serta tanggung jawab.
Contoh format susunan panitia :

1. Penanggung jawab
2. Pembina
3. Ketua
4. Wakil ketua
5. Sekretaris
6. Bendahara
7. Seksi-seksi:
a. Publikasi
b. Akomodasi
c. Dekorasi dan dokumentasi
d. Operasional
(Susunan kepanitian dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kondisi
pameran yang diselenggarakan).

54
Penataan karya dua dimensi

Tepat Kurang
tepat

Kurang
Tepat
tepat

Penataan karya tiga dimesi

Kurang tepat

Tepat

55
Tugas :

1. Buatlah sebuah lukisan corak tradisi dengan ketentuan sebagai berikut :


a. tema : flora dan fauna
b. media : kertas gambar A3 dan cat air atau pensil warna aquarel
2. Buatlah sebuah lukisan corak modern dengan ketentuan sebagai berikut :
a. tema : keindahan alam sekitarnya
b. media : kertas gambar A3 atau kanvas dan cat air/pensil warna aquarel atau cat
minyak
3. Buatlah sebuah karya seni rupa murni tiga dimensi berupa relief dengan kententuan :
a. tema : motif ragam hias
b. media, ukuran, dan teknik : bebas
4. Buatlah sebuah karya seni rupa murni tiga dimensi berupa patung dengan
kententuan :
a. tema : fauna atau manusia
b. media, ukuran, dan teknik : bebas

Soal Latihan :
A. Pilihan Ganda
1. Teknik untuk mendapatka kesan ruang atau gelap terang dengan cara menumpuk
garis adalah teknik ……
a. dussel b. arsir c. blok
d. semi blok e. point
2. Cat yang memiliki sifat transparan atau basah adalah sifat dari media ….
a. cat air b. cat poster c. cat acrelyk
d. cat minyak e. cat tembok
3. Teknik berkarya seni rupa tiga dimensi dengan cara mengurangi dan menambah
adalah …..
a. teknik pahat b. teknik cor c. teknik butsir
d. teknik plester c. tekni sambung
4. Berikut ini merupakan karya seni rupa murni dua dimensi, kecuali …..
a. lukisan corak Ubud b. gambar ilustrasi c. kristik
d. seni kolase e. seni mozaik

56
5. Karya seni rupa murni tiga dimensi adalah …..
a. guci b. wayang kulit c. topeng
d. arca e. candi

B. Uraian
1. Jelaskan perbedaan seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi!
2. Sebuttkan media seni rupa tiga dimensi dan teknik pengerjaanya!
3. Sebutkan sifat-sifat bahan seni rupa dua dimensi!
4. Sebutkan masing-masing lima contoh seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi!
5. Sebutkan fungsi sosial penyelenggaraan pameran dan jelaskan secara ringkas!

57
DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Djauhar, 1985, Sejarah Seni Rupa, Bandung : CV Rosda


Dharmawan, 1988, Pendidikan Seni Rupa SMA, Bandung : Armico
Garha, Oho 1979, Pendidikan Kesenian Seni Rupa SPG, Jakaerta : Depdikbud
Kartono,Ario, 2005, Kreasi Seni SMA, Bandung : Ganeca Exact
Mariono,Dana, 1987, Pendidikan seni rupa SMP, Bandung : Ganeca Exact
Raharjo,Budhy 1986, Seni Rupa SMA, Bandung : CV. Yrama
Rasjoyo,1994, Pendidikan Seni Rupa SMU, Pekalongan : Erlangga
Sipahelut,Atisah, 1991, Dasar-Dasar Desain, Jakarta: Depdikbud
Soekmono,1973, Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Jakarta : Kanisius
Sukaryono,Eddi, dkk, 1988, Seni Rupa SMP, Salatiga : Widya Duta
Toekio,Soegeng, 2000,Ragam Hisa Indonesia, Bandung : Angkasa

58

Anda mungkin juga menyukai