Anda di halaman 1dari 3

Audit berbuah ancaman kpk

SINDOWEEKLY/SUTIKNO

Kasus fraud Bank Panin sebesar Rp30 miliar di Banjarmasin,


diungkap kembali. Tiga orang tim audit yang melaporkan diancam
PHK oleh Manajemen Bank Panin.
Jujur dan taat hukum ada kalanya memiliki pertaruhan cukup besar.
Apalagi di dunia bisnis keuangan, sangat tergantung kepentingan
perusahaan. Bila ketaatan hukum itu dianggap merugikan kepentingan
perusahaan, risikonya justru terancam pemutusan hubungan kerja
(PHK).

Hal itu jugalah yang dialami Yus Rusyana, Gomos S. Sianipar, dan
Minto Agung Nugroho, karyawan PT Bank Pan Indonesia Tbk. (Panin).
Mereka menolak permintaan melakukan rekayasa hasil audit yang
menemukan fraud dalam pemberian kredit senilai Rp30 miliar di Cabang
Bank Panin Banjarmasin. Yang ada, Yus malah melaporkan temuan
tersebut ke Polda Kalimantan Selatan. Akibat penolakannya itulah, Yus
dan kedua temannya sejak 2010 lalu, tak diberi pekerjaan sama sekali
alias terancam di-PHK.

Atas nasib yang menimpa dirinya, Kamis pekan lalu, Yus didampingi
Ketua Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa, dan Asuransi, Lilik
Martono, membeberkan hasil audit dan temuan fraud itu di hadapan
Anggota Komisi XI DPR. Seperti diketahui, fraud adalah suatu
perbuatan melawan atau melanggar hukum yang dilakukan oleh orang
atau sekelompok orang dari dalam atau luar perusahaan, dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau perusahaannya.

Selain itu, Lilik juga menceritakan nasib yang menimpa Yus dan dua
rekannya yang terancam PHK oleh Manajemen Panin Bank.
Menurutnya, kedatangannya untuk meminta DPR agar mendesak Bank
Indonesia (BI) melakukan pemeriksaan dalam mengungkap kasus ini.
"Mengingat polisi sudah mengeluarkan Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3)," katanya.

Ihwal ditemukannya indikasi fraud ini berawal ketika Yus bersama dua
temannya, pada 2010, ditugaskan direksi Bank Panin Pusat untuk
melakukan audit di Kantor Cabang Bank Panin Banjarmasin. Setelah
melakukan pemeriksaan, dia bersama tim audit menemukan indikasi
fraud dalam proses pemberian kredit (rekayasa kredit) sekitar Rp30
miliar. Sebagai ketua tim audit, dia pun melaporkan hasil temuan itu
kepada direksi Bank Panin. "Setelah melapor ke direksi, kami putuskan
untuk membawa indikasi fraud ini ke jalur hukum," katanya.

Kerugian Tak Sampai Rp300 Juta?

Sebelum membuat laporan ke pihak berwajib, Yus mengaku diminta


direksi untuk mengubah laporan audit pada Juli 2010. Namun dengan
tegas dia menolak permintaan itu. Sejak itulah Yus bersama dua
temannya tidak lagi mendapat pekerjaan yang jelas di Bank Panin.
"Ketiadaan pekerjaan kami selama dua tahun ini akhirnya berujung
ancaman PHK," katanya.

Meski diancam PHK, Yus tak mau hasil temuannya diputuskan begitu
saja oleh direksi. Pada 22 Februari 2010, indikasi dugaan tindak pidana
perbankan lewat rekayasa kredit tersebut dilaporkan ke Polda
Kalimantan Selatan. Tidak hanya itu, Yus juga melaporkan kasus ini ke
Bank Indonesia (BI).

Laporan ke polisi itu awalnya berjalan dengan dilakukannya


pemeriksaan-pemeriksaan. Namun, di tengah jalan tiba-tiba polisi
mengeluarkan SP3 dengan alasan Kepala Cabang Bank Panin
Banjarmasin Herman Kusuma, yang menjadi salah satu tersangka, telah
meninggal dunia akibat stroke. Menurut Lilik, polisi sangat keliru
mengeluarkan SP3 terhadap kasus fraud itu.
Alasan Lilik, dalam Undang-undang (UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, disebutkan kejahatan kerah putih tidak dilakukan oleh satu
orang. "Jika diusut-usut, pasti ada pihak lain dari pejabat bank yang
terlibat," katanya. Sementara alasan keluarnya SP3 hanya menyangkut
meninggalnya Herman saat pemeriksaan.

Selain itu, sejak Desember 2010, BI pun sudah melakukan investigasi.


Dan hasilnya menyatakan bahwa terbukti ada fraud di Cabang Bank
Panin Banjarmasin. Deputi Direktur Direktorat Pengawas Bank 3 Riyanti
A.Y. Sali saat itu mengirim surat yang bersifat rahasia kepada direksi
Bank Panin agar melaporkan permasalahan penyimpangan pemberian
kredit kepada debitur bernama Jaya Setia Dau.

Hasil investigasi BI itu dibenarkan Kepala Biro Humas BI Difi A.


Johansyah. Hanya saja, menurutnya, dia tidak mengetahui persis
bagaimana hasil pemeriksaannya. Biasanya, lanjut Difi, hasil
pemeriksaan itu oleh BI dilimpahkan ke pihak kepolisian. "Nah, apakah
kepolisian pada 2010 itu menindaklanjuti, saya tidak tahu persis,"
ujarnya.

Komentar senada dilontarkan Deputi Gubernur BI Ronald Waas. Kamis


pekan lalu, seusai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI
DPR, Ronald mengatakan BI telah menindaklanjuti hasil temuan tim
audit PT Bank Panin Tbk. saat itu. "Hasil pemeriksaan sudah kami
tindak lanjuti. Teman-teman pengawas masuk dan ada indikasi pidana.
Jadi sudah ditindaklanjuti ke pihak berwajib," ujarnya.

Tidak hanya itu, tim pemeriksa BI saat itu, kata Ronald, juga menjamin
tiga orang tim auditor Bank Panin yang bernama Yus Rusyana, Gomos
R. Sianipar, dan Minto Agung Nugroho, apabila Pihak Bank Panin
melakukan PHK. "Jadi BI sudah meminta manajemen Bank Panin,
dalam hal ini direksi, untuk menyelesaikan persoalan PHK ini secara
internal," tuturnya.

Sementara itu Corporate Secretary Bank Panin Jasman Ginting,


membantah tudingan terjadinya fraud di Bank Panin Banjarmasin.
Menurutnya, kasus fraud tersebut sudah diselesaikan belum lama ini.
"Kira-kira 2012 lalu," katanya.

Fraud itu terkait kesalahan prosedur dalam pemberian kredit yang


kemudian macet. Menurut Jasman, sebenarnya jumlahnya tidak sampai
Rp30 miliar tapi cuma Rp7 miliar. "Namun itu sudah diselesaikan. Selain
itu, juga ada jaminan yang bisa dijual dari kredit macet tersebut,
sehingga kerugian yang dialami tidak sampai Rp300 juta," pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai