Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Norma dan Macamnya

A.   pengertian
Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam
kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving[1] yaitu
norma umum yang berisi bagaimana cara berprilaku.
Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria
bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok
masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena
menjaga hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah
bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah
intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan
menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita akan menumukan
definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang  dan
diwariskan dari generasi ke generasi[2].
Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan
konkretasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai[3] karena setiap
norma pasti terkandung nilai di dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber
bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya,
tanpa di buatkan norma maka nilai yang hendak di jalankan itu mustahil
terwujud.
Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang
datang dari Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang
pertama di sebut norma agama sedang yang kedua di sebut norma sosial,
meskipun pada dasarnya keduanya dalam orientasi yang sama, yakni
mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang berbudaya dan
beradab.
Unsur pokok menurut Berry adalah tekanan sosial terhadap anggota-
anggota masyarakatuntuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar
belakang pemikirannya adalah apabila aturan-aturan yang tidak di kuatkan
oleh aturan-aturan sosial, maka ia tidak bisa di anggap sebagai norma
sosial, sebab norma di sebut sebagai norma sosial bukan saja karena telah
mendapatkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah di jadikan patokan
hidup dalam prilaku[4].

B.   Macam-macam Norma:
1.    Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.
2.    Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang
bersumber dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat
manusia.
3.    Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari
pergaulan hidup antar manusia.
4.    Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan
resmi atau negara yang sifatnya mengikat atau memaksa[5].
Proses institualisasi norma.
Berbicara proses, institualisasi atau pengaturan norma dalam bentuk
institusi sangatlah penting di lakukan, karena tanpa dukungan sebuah
lembaga, norma seiring berjalan waktu bisa saja hilang karena di tinggalkan
oleh manusianya.
Institualisasi dewasa ini begitu menjamur, karena terjadinya deikotomi
antara satu kepercayaan dengan kepercayaan yang lain, dimana satu
kepercayaan ingin mempertahankan loyalitasnya pada  masyarakat tanpa
terganggu oleh eksistensi kepercayaan lain, sehingga jalur institusi
sepertinya menjadi pilihan tepat bagi ajaran-ajaran kepercayaan yang ada.
Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perkumpulan penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terdaftar pada kantor
direktorat pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa(Binyat)
[6]
Dari data di atas, dapat kita ambil persepsi, bahwa semakin hari di negara
semakin banyak ajaran baru yang bermunculan yang diikuti tentunya
dengan norma-norma yang baru, sehingga tidak menutup kemungkinan
terjadi perseberangan pendapat antara golongan-golongan yang ada. Oleh
sebab itu untuk menjaga kedamaian dalam hidup bernegara, negara penting
untuk mengadakan pengkordinasian diantara kepercayaan agar bisa terjalin
komunikasi antar golongan yang dengan hal itu akan mencegah terjadinya
kesenjangan atau perdebatan yang tidak sehat antar golongan.
Namun akibat yang akan muncul dari sebuah institualisasi, akan
tersingkirnya kesalehan simbolis dari kesalehan aktual. Kesalehan simbolis
kemudian akan memisahkan diri dari kerangka sosial massa dan menjadi
kesalehan individual, sementara kesalehan aktual menjadi kesalehan sosial-
politik[7].
Proses internalisasi norma
Proses internalisasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu atau ideologi
pada sesorang atau kelompok untuk memantapkan ideologi yang ada guna
membentuk insan yang mulia dan bertanggung jawab berdasarkan visi misi
yang diemban.
Dalam menjalankan sebuah organisasi, internalisasi sangat di butuhkan
karena akan memperkuat kader yang ada dan akan mampu
mempertahankan organisasi dengan jiwa rasa memiliki pada organisasi itu
sendiri. Di samping itu juga internalisasi penting dilakukan karena
membantu untuk menyempurnakan pemahaman kader atas organisasi.
Seorang ahli estetika mengatakan: “pemahaman yang setengah tentag
sebuah budaya, akan menghilangkan nilai-nilai estetika pada budaya itu
sendiri”. Dengan demikian proses internalisasi sangatlah di butuhkan lebih-
lebih dalam tatanan norma yang menjadi pedoman hidup masyarakat.

- See more at: http://warokakmaly.blogspot.com/2011/06/pengertian-norma-dan-


macamnya.html#sthash.FiNAhKKK.dpuf
Pengertian Tata Hukum
Hukum dalam arti tata hukum kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang
berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif
tersebut misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat
(perdata, dagang, dll).

Kata ”Tata” menurut kamus bahasa Indonesia berarti aturan, susunan, cara menyusun, sistem.
Tata hukum dapat diartikan peraturan dan cara atau tata tertib hukum di suatu negara, atau lebih
dikenal dengan tatanan. Tata hukum berasal dari bahasa Belanda “recht orde” artinya susunan
hukum atau yang berarti memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum (R. Andoel Jamali,
SH).

Yang dimaksud dengan ”memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum” yaitu


menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup. Mengapa ? Itu
dilakukan supaya ketentuan yang berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk
menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum.

Contoh tata hukum pidana yang sudah dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap
hukum pidana maka dapat dilihat dalam KUHPidana yang sudah dikodifikasikan tersebut. Dalam
tata hukum ada aturan hukum yang berlaku pada saat tertentu, ditempat tertentu yang disebut
juga hukum positif atau ius constitutum lawannya adalah Ius Constituendum atau hukum yang
dicita-citakan/hukum yang belum membawa akibat hukum.

Disamping itu ada aturan-aturan hukum tertentu yang pernah berlaku dan sudah diganti dengan
aturan hukum baru yang sejenis dan berlaku sebagai hukum positif baru. Contoh, Buku I tentang
perkawinan dalam KUHPerdata diganti dengan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dengan demikian peraturan perkawinan dalam KUHPedata tidak berlaku lagi. Proses


penggantian aturan-aturan hukum seperti itu akan terus dilakukan oleh manusia. Hal ini terjadi
selama pergaulan hidup menghendaki adanya rasa adil sesuai kebutuhan akan ketertiban dan
ketentraman.

Tata Hukum Indonesia
Pada dasarnya tata hukum sama dengan sistem hukumsuatu cara atau sistem dan susunan yang
membentuk keberlakukan suatu hukum disuatu wilayah tertentu dan pada waktu tertentu.
(Ridwan Halim)

Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang diterapkan
atau disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata itu adalah hukum
positif yang berlaku di Indonesia.
Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar maka bagi
si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga berwenang.

Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum (peraturan-peraturan


hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman Kartihadiprojo, SH).
Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun, mengatur tertib kehidupan
masyarakat Indonesia. Tata Hukum Indonesia diterapkan oleh masyarakat hukum Indonesia
(Negara Republik Indonesia).

Sejak kapan sudah ada Tata Hukum Indonesia ?


Tata Hukum Indonesia dimulai, ditandai sejak saat Proklamasi Kemerdekaan, yaitu tanggal 17
Agustus 1945, sebab dengan Proklamasi Kemerdekaan berarti:

1. Negara Republik Indonesia dibentuk oleh bangsa Indonesia.


2. Sejak saat itu pula Bangsa Indonesia telah mengambil keputusan menentukan dan
melaksanakan hukumnya sendiri,
3. Yaitu hukum bangsa Indonesia dengan hukumnya yang baru (tata hukum sendiri).

Hal ini dapat disimpulkan dari bunyi proklamasi :


“Hal‐hal yang menjadi pemindahan kekuasaan dan lain‐lain diselenggarakan dengan  cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat‐singkatnya”. Ketentuan ini dipertegas lagi setelah
Indonesia mempunyai UUD 1945 di dalam Pasal II aturan peralihan, sebagai berikut: “Segala
Badan Negara dan peraturan yang masih ada langsung berlaku, selama belum diadakan yang
baru menurut Undang‐Undang Dasar ini”.

Kata-kata “pemindahan kekuasaan” dapat dimaknai bahwa adanya pemindahan kekuasaan


eksekutif, legislatif dan yudikatif yang pada saat itu ketiga kekuasaan diatas ada ditangan
penjajah. Dengan adanya proklamasi tersebut maka ketiga kekuasaan diatas berpindah ke
pemerintahan Indonesia dan diupayakan sesingkat-singkatnya. Sebagai wujudnya pada tanggal
18 Agustus 1945 lahir UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Jadi tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh pemerintah
NegaraIndonesia.

Tata hukum Indonesia juga terdiri atas aturan-aturan hukum yang ditata atau disusun sedemikian
rupa, dan aturan-aturan itu antara satu dan lainnya saling berhubungan dan saling menentukan.
Aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia berkembang  secara dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat.

Contohnya, Buku I tentang perkawinan dalam KUHPerdata diganti dengan UU No. 1 tahun
1974 tentang Perkawinan. Dengan demikian peraturan perkawinan dalam KUHPedata tidak
berlaku lagi.

Oleh karenanya suatu aturan yang sudah tidak memenuhi kebutuhan masyarakat perlu diganti
dengan yang baru. Perkembangan masyarakat tentu diikuti perkembangan aturan-aturan yang
mengatur pergaulan hidup sehingga tata hukumpun selalu berubah-ubah, begitu pula tata
hukum Indonesia.

Suatu tata hukum yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan masyarakat ditempat mana
tata hukum itu berlaku untuk memenuhi perasaan keadilan berdasarkan kesadaran hukum
masyarakat, disebut tata hukum yang mempunyai struktur terbuka.

Demikian pula halnya tata hukum Indonesia saling berhubungan dan saling menentukan,


sebagaimana disinggung di muka, dapat dibuktikan dengan contoh sebagai berikut :
1. Hukum Pidana saling berhubungan dengan hukum acara pidana dan saling menentukan
satu sama lain, karena hukum pidana tidak akan dapat diterapkan tanpa adanya hukum acara
pidana. Sebaliknya jika tidak ada hukum pidana, hukum acara pidana tidak akan berfungsi.  

2. Hukum keluarga berhubungan dan saling menentukan dengan hukum waris. Agar harta


kekayaan yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia dapat dibagikan kepada para
ahli warisnya perlu dibuat peraturannya. Siapa ahli warisnya, berapa bagiannya, dan apa
kewajibannya ditentukan oleh hukum waris.

Tujuan Mempelajari Tata Hukum Indonesia


Seorang yang mempelajari tata hukum negara tertentu berarti mempelajari keseluruhan peraturan
yang berlaku di negara itu atau mempelajari hukum positif negara itu. Demikian pula seseorang
yang mempelajari hukum positif Indonesia. 

Tujuannya adalah bahwa orang tersebut ingin mengetahui seluruh peraturan yang mengatur tata
kehidupan negara dan masyarakat Indonesia. Lebih jauh orang tersebut ingin mengetahui dasar
rangka hukum positif indonesia, tentang perbuatan-perbuatan mana yang melanggar hukum dan
mana yang menuruti hukum, serta ingin mengetahui kedudukan, hak, dan kewajibannya dalam
masyarakat. 

Seseorang yang mempelajari tata hukum Indonesia berarti mempelajari hukum positifindonesia.


Dengan demikian, hukum positif indonesia menjadi objek ilmu pengetahuan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tentang tujuan dari belajar tata hukumIndonesia ialah:

1. Ingin mengetahui peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini di suatu wilayah negara
atau hukum positif atau Ius Constitutum.

2. Ingin mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang menurut hukum, dan perbuatan-perbuatan


mana yang melanggar hukum.

3. Ingin mengetahui kedudukan seseorang dalam masyarakat atau hak dan kewajibannya.

4. Ingin mengetahui sanksi-sanksi apa yang diderita oleh seseorang bila orang tersebut
melanggar peraturan yang berlaku. Samidjo, mengatakan bahwa tujuan mempelajari tata
hukum Indonesia adalah mempelajari hukum yang mencakup seluruh lapangan hukum yang
berlaku di Indonesia, baik itu hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
(Samidjo,SH).

Anda mungkin juga menyukai