Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era modern saat ini menuntut sumber daya manusia yang dapat menciptakan hal baru
sehingga kehidupan manusia lebih layak dan baik. Temuan hal-hal baru tersebut memerlukan
suatu kemampuan mental tersendiri, yang lebih dikenal sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai
suatu proses mental sebenarnya telah ada pada diri setiap individu, namun potensi tersebut
kurang atau bahkan tidak sempat muncul karena kurang atau tidak ada kesempatan.

Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu


mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dan mampu memberikan sumbangan
bermakna bagi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan termasuk kesehatan dan
kesejahteraan bangsa. Oleh karenanya kreativitas pada diri manusia Indonesia sudah saatnya
digali dan dikembangkan, agar manusia Indonesia seutuhnya yang diharapkan mampu bertahan
di tengah gelombang persaingan dapat tercapai (Pratitis dan Pandin, 2002).

Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau
perilakunya. Selo Soemardjan (dalam Munandar,2004) kreativitas dimulai dengan kemampuan
individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif
memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum
yang berlaku dalam bidang keahliannya, kreativitas pun bisa diwujudkan dalam bentuk
kesenian

Seni dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang mengandung keindahan dan dapat
diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Cara mengekspresikan seni bisa
menggunakan berbagai media seperti pendapat dari Koentjaraningrat (1990) “Kesenian
memiliki banyak jenis dilihat dari cara/media antara lain seni suara (vokal), lukis, tari, drama
dan patung”. Dilihat dari cara penyampaiannya, seni dapat dilihat, didengar, diraba dan
dirasakan. Banyaknya media yang bisa digunakan dalam pengungkapan seni sehingga seni bisa
dinikmati dan dipahami dalam berbagai bentuk.

Hal ini dikarenakan seni merupakan simbol dari perasaan yang ada pada diri manusia,
apapun bentuknya. Melihat seni bisa diibaratkan dengan seseorang yang sedang berkomunikasi,
dalam artian seorang seniman akan menuangkan apa yang ia ingin sampaikan melalui media
karya seninya, sedangkan orang yang melihat karya seni (media) tersebut menerima informasi
yang disampaikan oleh seniman. Seniman akan menuangkan apa yang ingin ia sampaikan
dalam bentuk rupa, secara audio-visual, baik itu dua dimensi maupun tiga dimensi.

Seni rupa berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua kelompok yaitu seni murni (fine art)
dan seni terapan (appllied art). Perbedaan antara seni murni dengan seni terapan ialah dari
fungsinya. Seni murni berfungsi sebagai ungkapan ekspresi seniman tanpa adanya faktor
materil, sedangkan seni terapan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materil
masyarakat dari bentuk produksi.Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau dicipt akan
dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah.

Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara
urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan,
kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk
makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seni budaya akan berkembang
apabila masyarakat makmur dan sejahtera.

Seni memiliki fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi umat manusia.
Fungsi yang secara langsung dapat dirasakan adalah sebagai media untuk berekspresi diri,
berkomunikasi, bermain, dan menyalurkan bakat yang dimiliki Secara tidak langsung, manusia
dapat memperoleh manfaat pendidikan melalui pengembangan berbagai kemampuan
dasarnya untuk belajar. Selain itu, melalui pendidikan seni manusia dapat memperoleh
kehalusan budi pekerti, karena seni mengolah kepekaan manusia terhadap alam dan
lingkungan sekitar serta hal-hal vana berkaitan dengan keindahan.

Melalui seni, kemampuan motorik manusia bisa berkembang. Seni lukis adalah salah satu
cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah
pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium
dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-
macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

Dalam pembuatan makalah ini saya akan membahas tentang “ lukisan kucing” karya Popo
Iskandar. Popo iskandar termasuk sederetan pelukis terkemuka yang setia pada kodratnya, yaitu
bekerja untuk melahirkan karya-karya seni lukis. Ia merupakan pelukis yang memiliki ciri
kekuatan dengan gaya melukis ekspresif, terlebih untuk ekspresi figuratifnya yang telah
menjadi panutan untuk generasi pelukis setelahnya. Selain sebagai pelukis dan pendidik di
dalam pendidikan seni rupa, Popo Iskandar juga terkenal sebagai pemikir dan kritikus seni.

Popo Iskandar dikenal sebagai pelukis yang sangat esensial dalam menangkap objek-
objeknya. Hal itu bisa dilihat pada pengolahan nilai tekstur, efek-efek teknik transparan atau
opaque dalam medium cat, maupun pengolahan deformasi dan komposisi objek-objeknya. Di
samping itu, pelukis ini juga selalu melakukan penggalian psikologis untuk menampilkan
esensi dan ekspresi objek yang akan dilukis. Dengan demikian karakter objek-objek itu bisa
diungkapkan secara khas. Seperti pada serial kucing, ia menggali esensi binatang jinak, lucu,
indah bahkan juga bisa memancarkan sifat-sifat misterius.

Dari sejak awal tahun 1960-an ia lebih berfokus pada penggambaran akan ayam jago,
kucing, dan harimau dalam pencariannya akan esensi dari ketiga binatang itu. Ia juga melukis
tema-tema binatang lainya seperti ayam dan harimau. Sang Pelukis Maestro ini terkenal
dengan ciri khas lukisan bertema kucing, dilukis dalam gaya ekspresionism bernuansa
minimalis, dengan teknik cat tebal dan bertekstur.

Salah satu alasan Popo Iskandar gemar melukis kucing, seperti yang pernah beliau
ucapkan semasa hidup “ Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi penurut. Karena itu
saya menyukainya” katanya. Dalam serial kucing, ia menggali esensi binatang jinak, lucu,
indah bahkan juga bisa memancarkan sifat-sifat misterius. Dalam penghayatan objek-
objeknya, Popo memang berhasil menampilkan karakter-karakter yang esensial.

Dengan demikian dapat dilihat misalnya, ia begitu piawai menampilkan kegagahan,


kejantanan, dan nilai-nilai artistik pada objek ayam jago dan kuda. Dalam intensitas
penghayatan juga dapat dilihat bagaimana rumpun-rumpun bambu yang ramping menjadi
irama yang puitis dalam kanvasnya. Dari berbagai serial objek-objek itu, yang paling
fenomenal dan akhirnya menjadi ciri identitas kepelukisan Popo Iskandar adalah objek kucing.

Prinsip dari konsep yang mendasari penciptaan karya-karya Popo Iskandar adalah
keteguhannya dalam menerapkan rumusan keabadian seni atau keindahan yang berlaku
universal. Popo Iskandar dapat disorot dari berbagai aspek, diantaranya adalah aspek idealisme
penciptaan (idea koseptual), aspek internal, dan aspek eksternal salah satu aspek internal atau
yang berasal dari dalam diri seseorang adalah persepsi .

Menurut Slameto (2010) pengertian persepsi adalah proses yang berkaitan dengan
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya lewat inderanya. Bimo Walgito (2004)
mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

B. Rumusan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan

diteliti sebagai berikut:

1. Siapakah Popo Iskandar?

2. Bagaimana Deskripsi dan Analisa “Lukisan Kucing” Karya Popo Iskandar?

3. Bagaimana Interpretasi Psikologis “Lukisan Kucing” Karya Popo Iskandar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. Untuk mengetahui lebih banyak tentang sosok Popo Iskandar.

2. Mengetahui seperti apa deskripsi dan analisa “Lukisan Kucing” karya Popo Iskandar.

3. Mengetahui seperti apa interpretasi psikologis “Lukisan Kucing” karya Popo Iskandar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Siapakah popo iskandar?

Popo Iskandar lahir di Garut, Jawa Barat. Ayahnya, R.H. Natamihardja adalah
pensiunan mantri bank. Sejak kecil ayahnya mengharapkan Popo menjadi arsitek.
Meskipun gagal di jurusan arsitektur, tetapi dia berhasil meraih gelar sarjana muda
matematika. Popo memulai pendidikan melukisnya pada zaman Jepang berkuasa di
Indonesia. Setelah itu, ia masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) 1953. Beliau pernah
mengajar di IKIP Bandung. Angkama, kakaknya yang berprofesi sebagai guru gambar
HIS, sangat memengaruhi minat Popo terhadap seni melukis. Popo pernah mendapat
bimbingan dari dua orang guru, yakni Hendra Gunawan dan Barli Samitawinata.

Lukisan Popo juga banyak dipengaruhi oleh gurunya di Jurusan Seni Rupa ITB,
Ries Mulder asal Belanda yang kiblat melukisnya pada mazhab kubisme dan abstrak.
Namun, pengaruh realisme Hendra Gunawan cukup kuat sehingga pada
perkembangannya, Popo menemukan gayanya sendiri dalam melukis.
B. Deskripsi dan Analisa “Lukisan Kucing” Karya Popo Iskandar

Popo Iskandar terkenal dengan ciri khas lukisan bertema kucing, dilukis dalam
gaya ekspresionism bernuansa minimalis, dengan teknik cat tebal dan bertekstur. Salah
satu alasan Popo Iskandar gemar melukis kucing karena tabiat kucing variatif, manja,
binal dan buas, tapi penurut. Dalam serial kucing, ia menggali esensi binatang jinak, lucu,
indah bahkan juga bisa memancarkan sifat-sifat misterius. Dalam penghayatan objek-
objeknya, Popo memang berhasil menampilkan karakter-karakter yang esensial.

Lukisan Popo Iskandar yang berjudul Kucing tahun 1975 dibuat dengan media cat
minyak diatas kanvas berukuran 120 x 145 cm. Teknik pada karya ini menggunakan
deformasi yang mengandalkan efek-efek goresan yang spontan dan transparan, kucing itu
seakan baru selesai dari tidurnya dan mengibaskan tubuh. Warna hitam dan belang-
belang putih dan coklat pada kucing ini tampak sebagai sosok binatang yang misterius.

Warna yang digunakan dalam lukisan ini adalah warna hitam sebagai warna dasar
dari tubuh kucing, warna putih dan coklat sebagai detal pada rambut kucing. Kemudian
warna background kucing tersebut menggunakan warna putih agar lebih terfokuskan pada
objek kucing. Bidang pada lukisan ini adalah satuan dari goresan-goresan yang spontan
yang membentuk seekor kucing.

Dari segi gaya, terlihat ada dua kecenderungan pada seni lukis Popo Iskandar,
yaitu kecenderungan figuratif dan kecenderungan kubistik. Pada kecenderungan figuratif
dapat dilihat pada objek kucing hitam yang sedang mengibaskan tubuh dan seakan-akan
rambut kucing tersebut ikut bergerak, sedangkan kecenderungan kubistik pada lukisan ini
dapat dilihat dari perhitungan bentuk yang terdeformasi.

C. Interpretasi Psikologis “Lukisan Kucing” Karya Popo Iskandar

1. Persepsi

Menurut Slameto pengertian persepsi adalah proses yang berkaitan dengan


masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus
menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya. Menurut Walgito ada tiga syarat terjadinya persepsi yaitu :

1) Adanya objek yang dipersepsi.

2) Adanya alat indra atau reseptor.

3) Adanya perhatian.

Adanya objek atau peristiwa sosial yang menimbulkan stimulus, dan stimulus
mengenai alat indra (reseptor). Dalam hal ini objek yang diamati adalah bagaimana
pelukis menuangkan persepsinya pada hewan kucing di sebuah lukisan, disini beliau
memberikan suatu persepsi terhadap objek tersebut. Alat indra merupakan alat utama
dalam individu mengadakan persepsi dan merupakan alat untuk menerima stimulus,
tetapi harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

Popo Iskandar memiliki pandangan sendiri terkait objek yang ia amati, seperti
objek kucing pada lukisan yang berjudul kucing tersebut. Bagi orang biasa yang melihat
lukisan tersebut akan terlihat tidak lazim. Tetapi kita tidak mengetahui hasil persepai
Popo Iskandar pada lukisan yang orang-orang bilang tidak lazim karena pada intinya
persepsi orang akan berbeda.

2. Motivasi

Menurut Handoko (1995:252) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi


seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan -kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. Juga dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri
seseorang merupakan kekuatan pendorong yang mewujudkan suatu perilaku guna
mencapai tujuan kepuasan dirinya.

Pada suatu karya lukis terdapat sejumlah motivasi penciptanya untuk berkarya.
Pada lukisan ini, pencipta memiliki dorongan atau keinginan untuk membuat lukisan
seekor kucing yang sedang berdiri menghadap depan. Selain itu, alasan Popo Iskandar
termotivasi untuk melukis kucing, seperti yang pernah beliau ucapkan semasa hidup “
Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi penurut. Karena itu saya menyukainya”
katanya. Dia juga melukis tema-tema binatang lainya seperti ayam dan harimau.

3. Emosi

Definisi emosi menurut Prawitasari adalah berhubungan dengan perubahan


fisiologis dan berbagai pikiran. Sehingga, emosi adalah salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

Pada lukisan ini, terlihat bahwa lukisan ini terdapat sedikit perpaduan warna, yaitu
warna hitam sebagai warna dasar kucing, warna putih dan kuning kecoklatan sebagai
corak bulu kucing. Kemudian terdapat unsur-unsur rupa lainnya seperti titik dan garis.
Hal ini dapat dikatakan bahwa emosi pelukis sedang bersemangat karena goresan yang
dihasilkan sangat fleksibel.

4. Ekspresi

Menurut Soehardjo (2005), pengertian ekspresi dalam seni adalah ungkapan


perasaan para pelaku seni yang merupakan perasaan khusus yang bisa membangun nilai
dan sikap. Munculnya perasaan ini pada umumnya dipicu oleh interaksi para pelaku seni
dengan lingkungannya.

Popo Iskandar adalah dikenal sebagai pelukis yang sangat esensial dalam
menangkap makna dari objek-objeknya. Hal itu bisa dilihat misalnya pada pengolahan
nilai tekstur, efek-efek teknik transparan atau opaque dalam medium cat, maupun
pengolahan deformasi dan komposisi objek-objeknya. Di samping itu, pelukis ini juga
selalu melakukan penggalian psikologis untuk menampilkan esensi dan ekspresi objek
yang akan dilukis. Dengan demikian karakter objek-objek itu bisa diungkapkan secara
khas.

Dalam serial kucing, ia menggali esensi binatang jinak, lucu, indah bahkan juga
bisa memancarkan sifat-sifat misterius. Dalam seni lukis modern Indonesia, pelukis Popo
oleh para pengamat dimasukkan sebagai seorang modernis yang berhasil meletakkan azas
kemurnian kreativitas individual dalam karya-karyanya. Esensi karakteristik dari objek-
objek dalam ruang imajiner itu merupakan tanda yang kuat dalam pencapaiannya.

Daftar Pustaka

Bimo, W. (2004). Pengantar Psikologi Umum, Andi, Jakarta.

Koentjaraningrat. (1990). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.

Munandar, U. (2004). Pengembangan kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratitis & Pandin. (2002). Hubungan Antara Karakteristik “Kepribadian yang Kreatif” dan
Motivasi Ekstrinsik – Intrinsik dengan Kreativitas. Anima Indonesia Psycological
Journal. Vol. 17, No. 2, Hal 120-130.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai