PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rumusan Masalah
A. Wawasan Seni
1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa ?
2. Wawasan tentang Seni Rupa ?
3. Wujud karya Seni Rupa ?
4. Jenis-jenis karya Seni Rupa ?
5. Proses bekarya Seni Rupa ?
6. Media bekarya Seni Rupa ?
Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui Wawasan Seni :
1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa
2. Wawasan tentang Seni Rupa
3. Wujud karya Seni Rupa
4. Jenis-jenis karya Seni Rupa
5. Proses bekarya Seni Rupa
6. Media bekarya Seni Rupa
B. Untuk memahami Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD
1. Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD
2. Karakteristik dan Tipologi karya Seni Rupa di SD
3. Pengembangan kreatifitas Seni Rupa di SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wawasan Seni
1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa
1.1. Pengertian Seni
Seni atau kesenian secara umum di kenal sebagai suatu rasa tentang
keindahan. Pada umumnya, berbentuk rasa keharuan khususnya, yang melengkapi
kesejahteraan hidup. Rasa disusun dan dinyatakan melalui pikiran, menjadi bentuk
yang dapat disalurkan dan dapat dimiliki oleh setiap orang. Herbert Read
merumuskan bahwa ” penjelmaan rasa estetika” dan dapat diwujudkan dalam ”
penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan”.
Peranan seni bagi manusia dapat dibandingkan seperti ekonomi mengisi
kehidupan dengan kemakmuran yang bersifat material, kesenian mengisi kehidupan
itu dengan kesejahteraan yang bersifat spritual.
Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat soehardjo (2005: 2) bahwa pendidikan seni adalah usaha
sadar untuk mempersiapkan siswa melalui bimbingan, pengajaran dan latihan agar
menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.
Selanjutnya, dari pengertian tersebut memiliki implikasi bahwa pendidikan seni
diharapkan akan menghasilkan kemampuan siswa dalam dua hal. Pertama,
kemampuan melakukan kegiatan seni seperti meniru (imitasi) dan berekspresi.
Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah pikiran (dalam
bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya seni
rupa.
Pendidikan seni merangkumi pelbagai kaedah dan teknik yang digunakan di dalam
penghasilan produk seni, mempelajari sejarah dan antropologi seni, membezakan
makna seni serta melihat nilai produk seni individu. Lantaran itu, pendidiikan seni
lebih menitik beratkan pemikiran, perbuatan dan penilaian yang original di samping
memberi kesempatan untuk individu itu memperkembangkan idea semulajadinya
secara teratur menerusi peringkat-peringkat perkembangan yang artistik.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni
murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya
untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih
menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art.
Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih
spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya
dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
• Herbert Read
Seni adalah “suatu usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan “
Bentuk yang demikian itu dapat memuaskan kesadaran keindahan kita dan satu
kegiatan rokhani dari para pengamatnya untuk mencari satu nilai keharmonisan.
• Thomas Munro
Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek –efek psikologis atas
manusia lain yang melihatnya . Efek tersebut meliputi tanggapan – tanggapan yang
berbentuk pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun emosional.
Seni harus ditanggapi secara serius, dengan segenap fungsi – fungsi jiwa yang ada,
jadi tidak benar kalau dalam mereaksi suatu hasil karya seni kita sudah cukup puas
sesuah mengetahui obyeknya.Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa Seni adalah “
Pengalaman estetika yang diujudkan melalui kegiatan yang menghasilkan karya
pesona “
• Ki Hajar Dewantoro
Seni adalah “ Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan
bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya “. Dalam
hal ini seni merupakan hasil keindahan yang mampu membuat pemindahan
perasaan ( Transfer of feeling )
• Akhdiat Kartamiharja
Seni adalah “ Kegiatan rokhani yang merefleksi realitet ( kenyataan ) dalam suatu
karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam alam rokhani si penerimanya “. Jadi seni dalam hal ini
merupakan kegiatan rokhani bukan sekedar kegiatan jasmani. Bila seseorang
menggambar hanya menggerakkan tangannya tanpa aktivitas jiwa, belum dapa
disebut berkarya seni. Disinilah bedanya antara seniman dengan tukang yang hanya
sekedar meniru / menyalin karya tanpa ada rasa yang mnyertainya.
Dari beberapa pendapat tentang definisi seni semuanya meletakkan Estetika
atau nilai – nilai keindahan sebagai acuan wujud sebuah proses, padahal rasa indah
adalah sesuatu yang tidak dapat diperdebatkan. Rasa indah tidak stabil sebab rasa
indah selalu mengalami pertumbuhan mengikuti perkembangan waktu, tempat, dan
budaya yang berkembang.
Sehingga rasa indah memiliki ciri dankarakter yang berbeda. Kesadaran estetis
bersifat teoritis dan hanya sampai pada tingkat kegiatan rokhani, sementara
kegiatan menciptakan hasil yang estetis ada 2 yaitu :
• Kegiatan Pertama
Kegiatan pengamatan kualitas materiil adalah mengamati unsur pembentuk suatu
karya yang ingin diwujudkan.
• Kegiatan Kedua
Misalnya pada binatang, penggolongan dapat didasarkan pada jenis kelamin, ada
jantan ada betina, berdasarkan karakteristik anggota tubuhnya, warna kulitnya dan
sebagainya. Demikian juga dalam hal karya seni rupa, kita dapat membedakan
jenisnya berdasarkan fungsi maupun bentuknya.
Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua :
A. Karya seni rupa dua dimensi
→ adalah karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran (panjang dan lebar)
ex : lukisan, poster, dll.
B. Karya seni rupa tiga dimensi.
→adalah karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal)
atau memiliki ruang.
ex : patung, keramik, dll.
Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni rupa digolongkan ke dalam :
A. Karya Seni Murni (pure art, fine art)
→ Murni (pure art/fine art) adalah karya seni yang diciptakan semata-mata untuk
dinikmati keindahan atau keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi
praktis
B. Seni Pakai (useful art/applied art) A
→ Seni Pakai (useful art/applied art) adalah karya seni rupa yang prinsip
pembentukannya mengikuti fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Selain berdasarkan dimensi dan fungsinya, karya seni rupa dapat juga diketegorikan
berdasarkan temanya. Tema dapat dikatakan sebagai pokok pikiran atau persoalan
yang mendasari kegiatan (dalam hal ini kegiatan berkesenian). Dalam penciptaan
seni rupa misalnya, dikenal tema “perjuangan”, “kemanusiaan”, “keagamaan”,
“lingkungan hidup”, “kelautan”, “kesehatan”, “sosial” dll. Dari tema-tema itu dapat
diuraikan menjadi judul-judul, misalnya “ibu dan anak”, “pengemis”, “bunga mawar”,
dll. Adapun yang dimaksud dengan ”gaya” dalam karya seni rupa, adalah model
penampilan dari suatu karya.
Contohnya antara lain:
1. Gaya dekoratif,
= yaitu penampilan karya yang lebih mengutamakan keindahan garis, bidang
warna. Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap, tetapi rata/datar saja.
Garis diusahakan lancar, rapi. Bentuk tidak menuruti benda aslinya, tetapi
direkayasa demi keindahan.
2. Gaya naturalis,
= yaitu penampilan karya yang memperlihatkan ketelitian seniman dalam
menggambarkan objek secara rinci, sesuai dengan bentuk aslinya (haslinya
menyerupai hasil pemotretan).
3. Gaya abstrak,
= yaitu penampilan/pengwujudan karya yang tidak- mengingatkan kepada bentuk
atau objek yang ada di alam. Yang tampak pada lukisan misalnya hanya komposisi
warna-warna atau bidang; pada patung hanya tampak sebongkah bentuk bebas tiga
dimensi.
4. Gaya stilasi,
= yaitu penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah, dengan garis
meliuk-liuk, melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini, stilasi dapat
dipandang bagian dari dekorasi). Gaya stilasi lazim dibuat pada hiasan atau
ornamen seni hias Indonesia klasik (perhatikan motif batik, hiasan pinggir bingkai Al-
Qur’an, ukiran pada mebel)
4. Jenis-jenis karya Seni Rupa
Lukisan ialah karya seni yang merupakan penterjemah seniman atas penghayatan,
pengalaman dan gagasan pelukis yang pada umumnya dihidangkan dalam bidang
dua dimensi dan hasilnya berupa sebuah gambar. Dengan demikian maka seorang
pelukis hanya dapat menggambarkan ruang secara semu, tidak dapat menyusun
ruang yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Karena garis yang
menunjukkan kedalampun hanya bisa tergambar di atas bidang datar.
Dahulu seni lukis disebit gambar dan pelukisnya disebut dengan juru gambar. Tetapi
sekarang menggambar tidak sama dengan melukis, meskipun keterampilan
menggambar menjadi penunjang pokok dalam melukis terutama dalam membuat
sketsa.-sketsa agar mendapatkan bentuk kompososo yang harmonis.
Perwujudan seni reklame diarahkan kepada pengenalan barang secara tepat dan
dapat memikat orang sebagai pembelinya. Karena itu diperlukan sajian tata rupa
dan bahasa yang menarik, sederhana, menyolok, baik melalui gambar maupun
melalui bahasa. Penggunaan bahasa yang popular, actual, sederhana, mudah di
ingat, berbobot pujian, di samping gambar yang tepat mengena merupakan syarat
utama dala pembutan seni reklame.
Kalau tidak demikian poster itu tidak ada faedahnya. Sebab pada zaman sekarang
ini dimana semua orang tergesa-gesa, jarang sekali orang-orang tersebut
membuang waktu hanya sekedar menikmati sebuah poster, kecuali jika poster itu
memang menarik.
Poster tidak boleh ramai dengan dengan detail, sehingga pesan yang dikandungnya
tidak tenggelam dalam detail yang banyak itu. Gambar tidak sja harus besar, jelas,
dan menarik, tetapi gambar tersebut juga harus sesuai dengan gambar yang
divisualisasikan. Keserasian ilistrasi dengan subjek adalah syarat utama dan mutlak
bagi perancangan poster yang baik.
Keberhasilan sebuah poster banyak pula dari kalimat yang digunaka. Di dlam poster
kalimat tidak boleh terlalu panjang. Gunakanlah kalimat yang singkat tetapi padat
dengan pesan yang tepat. Dan kata-kata harus segera dapat dimengerti oleh
penonton. Bentuk huruf harus tepat, sederhana dan cukup besar untuk dapat dibaca
dari jauh. Bentuk huruf yang aneh-aneh akan membingungkan dan membuat orang-
orang akan malas membacanya.
Ukuran poster harus dapat dilihat dengan jelas dari seberang jalan tempat poster itu
dipasang, dengan desain gambar yang tegap. Pengaturan ruang harus lega, baik
untuk gambar maupun kata-kata. Bila mempergunakan warna pilihlah warna yang
tepat sesuai dengan tema posternya dan usahakanlah dapat menarik perhatian.
Hindari penggunaan warna yang bermacam-macam pada sebuah poster, karena
akan menmpilkan poster yang berkesan sembrawut.
4.1.4. Desain
Desain merupakan kegiatan reka letak atau perancangan. Hampir semua karya seni
rupa melalui proses perancangan sebelum diproduksi atau diwujudkan dalam bentuk
jadi yang sesungguhnya. Tetapi, pengertian desain saat ini lebih sering digunakan
untuk menunjukkan proses perancangan karya-karya seni rupa terapan (useful art).
Beberapa jenis desain yang dikenal di Indonesia antara lain:
b. Desain Interior
Desain interior adalah kegiatan merancang tata letak sebuah ruangan atau eksterior
bangunan. Kegiatan perancangan ini dimaksudkan agar sebuah ruangan selain
sesuai dengan fungsinya juga menjadi indah dan nyaman. Benda-benda yang ada
dalam ruangan tersebut dipilih dan ditata sedemikian rupa sehingga menjadi satu
kesatuan, serasi dan harmonis.
Sejalan dengan perkembangan desain interior berkembang juga jenis desain yang
lain seperti desain produk untuk merancang bentuk meubel, lampu, alat-alat rumah
tangga, alat-alat elektronik dsb.; desain tekstil untuk merancang jenis kain tirai yang
digunakan dalam ruangan, sarung bantal, karpet dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, saat ini desain interior tidak hanya menata ruangan
sebuah bangunan, tetapi ruang-ruang lainnya yang digunakan untuk kegiatan
manusia seperti: eksterior mobil, pesawat udara, kapal laut bahkan kapal ruang
angkasa. Selain jenis-jenis disain yang sudah disebutkan di atas masih ada jenis-
jenis desain lainnya seperti desain mode (fashion) yang merancang corak dan
bentuk pakaian. Dengan adanya kegiatan perancangan ini kita mengenal berbagai
bentuk dan corak pakaian seperti yang kita lihat dan kita kenakan sehari-hari atau
yang digunakan dalam acara-acara dan kegiatan khusus seperti: pakaian untuk
resepsi, pakaian olah raga, pakaian untuk bekerja, dan sebagainya.
Ilustrasi dapat dipergunakan untuk keperluan reklame, karangan tertulis baik prosa
maupun puisi, karangan ilmiah atau fiksi, cerita bergambar, penjelasan suatu
karangan yang menerangkan sesuatu kepada masyarakat. Karena itu memberikan
suatu karangan yang menerangkan sesuatu kepada masyarakat. Karena itu
memberikan ilustrasi adalah sama dengan mengetengahkan pokok cerita(berita)
tanpa pertambahan yang akan mengurangi sifat penting dari pokok cerita tersebut.
Sesuai dengan proses pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi empat jenis:
a. Cetak tinggi
Prinsip cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi.
Bagian ini bila diterakan atau dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas
permukaan kertas. Berdasarkan bahan dan alat yang dipergunakan dalam cetak
tinggi dikenal beberapa jenis cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan lino (lino
cut), tera kayu (wood engraving) serta cukilan bahan lain seperti karet atau plastik.
b. Cetak dalam
Prinsip cetak dalam adalah hasil cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian
dalam dari plat klisenya bukan bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik
cetak ini merupakan kebalikan dari teknik cetak tinggi. Acuan cetak yang
dipergunakan adalah lempengan tembaga atau seng yang ditoreh atau diberi
kedalaman untuk tempat tinta. Kedalaman dibuat menggunakan alat penoreh yang
tajam dan kuat dan atau menggunakan zat kimiawi. Beberapa jenis cetak yang
termasuk cetak dalam: goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan mezzotin
(mezzotint engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai
teknik sekaligus dalam proses pembuatannya untuk memperoleh efek khusus yang
diinginkannya.
c. Cetak saring
Cetak saring disebut juga serigrafi atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip
cetak ini adalah mencetak gambar melalui saringan yang diberi batasan-batasan
tertentu. Cetak saring dikenal luas di masyarakat melalui benda-benda yang sering
dijumpai sehari hari seperti aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera,
dsb.
d. Cetak datar
Proses cetak datar atau planografi adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak
dan air serta acuan cetakan yang terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya
terkumpul pada bagian cetakan yang sudah digambari dengan pinsil berlemak dan
pemindahan gambar dilakukan dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang
mengilhami prinsip dasar mesin cetak modern.
Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman
prasejarah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya seni
patung. Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung seringkali
dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada dewa atau arwah
nenek moyang. Pada karya-karya seni patung modern, pembuatan karya seni
patung merupakan ekspresi individu seorang seniman. Beberapa seniman patung
modern Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan Nyoman Nuarta.
Unsure plastis dari patung adalah garis, bentuk, ruang, bahan dan jaringannya.
Sipematung harus dapat menggabungkan unsure ini kedalam komposisi yang padu.
Sedangkan penggunaan bahan untuk patung dapat mempergunakan berbagai
macam bahan seperti: batu, kayu, tanah liat, lilin logam, tembaga atau alumunium,
batu pualam dan bahan lain yang dapat dibentuk.
4.2.2.Seni Relief
Perkembangan seni relief barangkali hamper bersamaan dengan perkembangan
seni patung. Hal ini terlihat dari adanya persamaan dalam teknik penciptaannya
yaitu memahat atau menggoreskan sesuatu pada bidang datar. Pada awalnya relief
dibuat untuk memberikan hiasan pada karya seni patung atau bangunan yang
dibuat. Tetapi akhirnya lebih bervariasi, karena tidak hanya sebagai hiasan sekarang
juga telah digunakan sebagai hiasan bidang yang dapat menceritakan sesuatu
kepada penikmatnya. Tema cerita merupakan bagian yang paling diperhatikan
dalam penciptaan relief. Jarang sekali relief yang diterapkan pada bangunan suci
atau istana yang kosong atau tanpa cerita.setiap bangsa di dunia mempunyai
caranya masing-masingdalam membuat relief itu. Dan ini merupakan usaha pertama
manusia untuk mengabadikan setiap peristiwa ke dalam komunikasi tertulis gambar.
Pengertian relief adalah semacam gambar atau lukisan yang ditampilkan di dalam
bentuk tiga dimensi ( tri matra ) di atas bidang yang dua dimensi ( dwi matra ).
Bidang datar ini umumnya berupa dinding pada sebuah bangunan., tetapi ada pula
berupa tugu peringatan.
Bentuk-bentuk Relief :
1. Bas Relief : yaitu bagian yang timbul kurang dari setengahnya.
2. Hant Relief : yaitu bagian yang timbul lebih dari setengah tebalnya
3. Demi Relief : yaitu bagian yang timbul tepat setengah dari tebalnya
Relief-relief yang terdapat di Mesir dan Mesopotamia kebanyakan dibuat dengan
teknik Bass Relief ( relief rendah ), sedangkan Relief Yunani dan Romawi banyak
mengambil teknik Hant Relief ( relief tinggi ), tetapi di Indonesia banyak mengambil
teknik Demi Relief
Ketika api telah ditemukan orang dan telah mengetahui cara membuat bejana yang
lebih keras lagi ( dengan cara dibakar ) sehingga tahan air, apalagi ketika roda
pemutar (subang pelarik) sudah duikenal oleh para pembuat bejana, maka sebi relief
ini berkembang dengan sangat pesat. Seni keramik dari asalnya yang sederhana,
berkembang sampai abad ke-5 SM sehingga menjadi seni yang representative
ditangan bangsa Yunani, suatu bangsa yang paling sensitive dan intelektual yang
pernah dikenal di dunia ini. Bejana-bejana dari Yunani merupakan tipe dari
keharmonisan yang klasik.
Tiongkok, kebudayaan besar telah menyajikan seni keramik yaitu suatu seni yang
paling disukai dan paling khas. Bahkan telah membawa cabang seni ini kea rah
perbaikan dan perkembangannya yang lebih sempurna dari apa yang telah dicapai
oleh bangsa Yunani. Keharmonisan bejana Yunani masih terasa sangat statis,
sedangkan bejana Tiongkok telah mengalami pembebasan dari pengaruh statis
tersebut. Bejana-bejana yang berasal dari Tiongkok tidak dibuat mempergunakan
perhitingan angka yang ideal dan mengikat, melainkan merupakan sesuatu yang
hidup dengan filsafatnya yang terkenal : “ ini bukan CRYSTAL tapi BUNGA “
Setelah keramik-keramik dari Yunani dan Tiongkok, menyusullah keramik dari
daerah-daerah lain seperti dari Peru dan Mexico ; Inggris dan Spanyol ; dari zaman
pertengahan , renessance dan Jerman dari abad ke-18 M.
Kenyatannya jenis kesenian ini sangat fundamental sifatnya, ia begitu terikat oleh
kebutuhan pokok dalam kebudayaannya, sehingga kita akan dapat menemukan
ekspresi budaya nasional di dalammnya.
Pada intinya yang dimaksud dengan keramik adalah segala macam benda yang
dibuat dari tanah liat, setelah kering kemudian dibakar sampai matang di dalam suhu
pembakaran tertentu, setelah itu didinginkan baru menjadi keras.
Walaupun keramik dijadikan benda pakai, namun pada akhirnya dipakai sebagai
ungkapan bebas yang ekspresif dengan kata lain keramik sekarang telah digunakan
sebagai benda seni, hal ini berarti tidak hilang dari segi fungsi dan kegunaannnya.
Pada masa sekarang bnyak kita jumpai keramik dengan berbagai jenis yang sangat
indah yang tidak lagi disimpan dalam kumpulan benda pakai, tetapi memiliki fingsi
sebagai benda hias karena telah mendapatkan penghargaan tergadap nilai seninya
atau bentuk estetiknya.
Kria tumbuh dan berkembang dipengaruhi pula oleh faktor kekayaan flora dan fauna
serta bahan-bahan alam lainnya. Hasil-hasil utama seni kria Indonesia terdiri atas
kria tekstil dan serat meliputi batik dan tenun, anyaman serta tumbuhan, kria bambu,
kria gerabah dan tembikar (keramik) kria kayu, logam, kulit, kaca dll.
Bentuk-bentuk seni kria yang hadir saat ini merupakan perpaduan bentuk kria yang
pernah ada pada masa sebelumnya. Beberapa jenis kria tersebut memiliki bentuk
dan material yang sama dengan bentuk kria pada masa sebelumnya tetapi memiliki
fungsi yang berbeda. Beberapa bentuk kria tradisional yang dijumpai saat ini ada
yang dibuat dengan menggunakan material sintetis dan dimassalkan menggunakan
teknologi modern. Perkembangan terakhir seni kria di Indonesia menunjukkan
perkembangan jenis karya kria yang dibuat semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan ekspresi atau biasa disebut kria seni. Bentuk-bentuk karya kria seni ini
seringkali sulit dibedakan dengan karya-karya seni rupa murni. Jenis-jenis seni kria
sering pula dinamai berdasarkan bahan pembentukan atau mediumnya seperti kria
kayu, kria logam, kria serat, kria kulit, kria tekstil, kria kaca, kria batu dsb. Selain
berdasarkan bahannya beberapa kenis kria dinamai atau dikategorikan berdasarkan
teknik pembuatannya seperti kria batik, kria anyam, kria sungging, kria ukir dsb.
Rangkuman
¶. Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua yaitu, karya dua dimensi
dan karya tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah Karya seni rupa yang
mempunyai dua ukuran (panjang dan lebar) sedangkan karya seni rupa tiga
dimensi mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal) atau memiliki ruang.
¶. Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni rupa digolongkan ke dalam
karya seni murni (pure art, fine art) dan seni pakai (useful art/applied art). Seni
Murni (pure art/fine art) adalah karya seni yang diciptakan semata-mata untuk
dinikmati keindahan atau keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi
praktis. Adapun Seni Pakai (useful art/applied art) adalah karya seni rupa yang
prinsip pembentukannya mengikuti fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari
b. Kanvas
kanvas merupakan kain yang digunakan untuk membuat lukisan dengan
mempergunakan cat minyak. Kain kanvas berbeda dengan kain biasa. Pada kain
kanvas serat-serat benangnya telah di tutp dengan menggunakan perekat sehingga
cat minyak tersebut tidak merekat dan proses pelukisan menjai mudah. Kain kanvas
yang baik adalah kanvas yang tahan dismpan lama dan tidak meretak. Pada
penggunaannya kain kanvas harus dibentangkan pada bingkai kayu dan usahakan
kain tetap rata. Penggunaan kain kanvas digunakan sejak abad-18 samapi
sekarang, dimana pada waktu itu pelukis lebih suka melukis di alam bebas
ketimbang di dalam studio
6.1.2.2. Pastel :
Merupakan pensil yang berupa kapur berwarna. Pada umumnya warna disusun
berdasarkan urutan warna peralihan. Sifat dari pastel ini adalah dapat menutup
warna lain dan dapat dicampur dengan warna lain
6.1.2.3. Krayon :
Bentuk dan warnanya sama dengan pastel tapi krayon terbuat dari campuran lilin
yang diberi warna. Krayon tidak dapat dihapus dan tidak dapat dicampurkan dengan
warna lain
6.1.2.4. Kuas :
Kuas adalah alat pemulas cat yang memiliki bulu-bulu pada ujungnya. Kuas yang
baik yaitu kuas yang punya lenting, jangan yang bulunya lunak atau lemas. Ukuran
kuas No. 1, No.2, dll
a. Seni bangunan
b. Seni furniture
Mengapa manusia bisa marah, sedih, gembira, haru, iba, cinta dan benci? Manusia
dapat merasakan semua itu karena dalam dirinya terkandung dorongan emosional.
Dan situasi emosi akan muncul bila ada rangsangan dari luar, rangsangan tersebut
akan membentuk suatu asosiasi dan tanggapan. Dari tanggapan inilah lalu timbul
refleksi yang berupa perasaan marah, benci, sedih, kasihan, haru dan sebagainya.
Fungsi pribadi seni ada beberapa permasalahan yang biasanya menjadi pusat
perhatian manusia, antara lain:
2. Fungsi Sosial
Sebenarnya seluruh karya seni memiliki fungsi sosial karena selalu ada interaksi
antara karya seni dan pemirsanya. Senirupa bisa menjadi sarana untuk
penyampaian protes, pujian dan kritik.
Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat anak
melakukan kegiatan seni, memotivasi untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.
Aristoteles berpendapat bahwa dalam seni harus selaras dengan rasio dan emosi.
Penciptaan seni menempatkan rasio sebagai control. Contoh : balok permainan
tidak dapat disusun seenaknya menjadi bentuk arsitektural, tetapi dibutuhkan satu
penyusunan yang berpola.
E. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman esthetis
Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan senirupa tersebut maka dalam
pembinaan kemampuan berkreasi/berkarya senirupa akan meliputi semua bentuk
kegiatan tentang aktivitas fisik, pikir, keterampilan, kreativitas dan cita rasa
keindahan. Kesungguhan dalam berolah senirupa tersebut akan terlihat dalam
kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi. Pendidikan
senirupa di SD umumnya diwujudkan pada kegiatan berolah cipta senirupa dan
kerajinan tangan. Adapun pendekatan materi senirupa dalam pembelajaran di SD
antara lain dapat dilakukan melalui belajar tentang pengenalan elemen/unsure seni,
prinsip-prinsip seni/azas desain, proses dan teknik berkarya senirupa serta apresiasi
sesuai dengan nilai-nilai budaya serta keindahan yang relevan dengan konteks
sosial budaya masyarakat.
Pendidikan seni dalam perspektif sejarah dalam perjalanannya dimulai dari tradisi di
luar sekolah dan kemudian pendidikan seni di sekolah. Sejak jaman Yunani kuno
sebenarnya pendidikan seni sudah dikenal masyarakat yaitu melalui pengrikrutan
calon-calon seniman atau pekerja seni di pusat latihan/sekolah seniman. Tradisi
pendidikan seni di luar sekolah ini disebut dengan istilah system pendidikan
seni/kerajinan (Soehardjo, 1996) meliputi: pewarisan, pencantrikan, magang dan
sanggar. Sedangkan pendidikan seni di sekolah biasa disebut dengan istilah
pendidikan akademik yaitu untuk tujuan menunjang pendewasaan anak. Berikut
disajikan sekilas pendidikan seni dalam perepektif sejarah.
1. Sistem Pendidikan Seni Tradisi di luar Persekolahan
Sistem pendidikan seni tradisi diluar persekolahan sudah lama ada di
Indonesia sebelum masa pemerintahan kolonial. Hidup dan berkembang di
Indonesia yang merupakan sistem efektif untuk pengrikrutan seniman atau pekerja
seni melalui mengalihkan keterampilan dari generasi ke generasi.
c. Sistem Sanggar
Diawali adanya traveling artis (penjaja seni) di Amerika Serikat dengan
gerakan Bauhaus-nya. Mereka berkumpul membuat group sendiri terdiri dari
seniman-seniman yang saling alih keahlian/keterampilan. Dalam meningkatkan
keahliannya mereka bisa bergantian menjadi guru/murid. Di Indonesia sanggar-
sanggar seni berkembang untuk kepentingan politik. Pada saat masih jayanya PKI
sanggar seni dijadikan kendaraan politik seperti sanggar Lekra.
Perkembangan otak dan fisik pada anak sudah dimulai sebelum bersekolah,
dan akan terus dialami anak pada waktu di TK dan SD. Pada usia 6- 12 tahun
ditandai oleh perkembangan intelegensi yang pesat, anak ingin mengetahui segala
sesuatu dan berpikir secara logis (Munandar, 1991). Perkembangan jiwanya
memperlihatkan keinginannya untuk bertanya, melihat, berpikir kritis, peka,
ingatannya kuat, inisiatif dan tanggung jawab. Sedangkan jasmaninya berkembang
kearah penguasaan ketrampilan pada tujuan tertentu.
Pada contoh karya gambar anak tersebut dapat dilihat adanya ciri atau
karakteristik yang spesifik seperti spontanitas penggambaran obyek orang wanita
yang sedang duduk berjualan, wanita yang sedang membeli, orang lakilaki yang
memikul keranjang, anak kecil, binatang, pagar, rumah pohon dan obyek lainnya.
Karya senirupa anak SD tersebut menunjukkan bahwa dalam menggambarkan
suatu obyek ia lakukan sangat bebas baik mengenai bentuk, ukuran, penempatan
dan warna yang digunakan. Berikut ini dibahas mengenai ”Tipologi, Periodisasi dan
Kesan Ruang Gambar” anak:
1. Tipologi Gambar Anak
Tipologi karya gambar anak dapat dibedakan:
(1) Tipe Visual yaitu anak yang mempunyai ketajaman menghayati sesuatu
melalui indera penglihatannya, sehingga karya gambar yang dibuatnya cenderung
didasarkan pada kesamaan bentuk yang dilihat atau dihayatinya
(2) Tipe Haptic (non visual), yaitu anak yang mempunyai kepekaan atau
ketajaman perasaan atau mata hatinya, sehingga gambar yang dibuat cenderung
didasarkan atas ekspresi atau reaksi emosionalnya dan bukan berdasarkan hasil
penglihatan indera matanya. Sedangkan dilihat dari gaya karya gambar atau lukisan
anak-anak dapat dibedakan antara lain :
A.Organik, cirinya menggambarkan kesan obyek nyata secara dinamis,
B. Lyrical/liris yaitu menampilkan obyek-obyek secara realistis, terkesan statis
dengan perwarnaan tidak menyolok,
C. Impresionistik, yaitu menampilkan kesan suasana tertentu,
D. Rhytmical pattern, yaitu menampilkan kesan pola ritmis,
E. Structural form, yaitu bercirikan kesan bentuk yang bersusun dan
berulangulang,
F. Dekoratif, yaitu menampilkan motip/ pola hiasan,
G.ekspresionistik, menampilkan kesan ungkapan individual secara bebas dan
spontan (Herberd Read, 1973).
a. Masa Goresan
Pertama kali anak-anak mencoba menggoreskan alat tulis (pensil) pada
kertas bertujuan untuk meniru perbuatan orang yang lebih tua dari mereka. Goresan
itu belum membentuk suatu ungkapan obyek, tetapi lebih merupakan ekspresi
spontan, yang berfungsi sebagai latihan koordinasi antara motorik halus, otot tangan
dan lengan dengan gerak mata. Goresan yang terbentuk biasanya garis-garis
mendatar, tegak dan melingkar-lingkar dan belum bervariasi.
Setiap kegiatan menggambar dilakukan oleh anak dalam waktu yang tidak terlalu
lama, dan kadang-kadang dilakukan bersamaan dengan aktivitas lainnya. Misalnya
sambil makan, menyanyi, bermain dan lainnya. Apabila pada saat menggambar
ditanya tentang gambar yang dibuat, maka ia akan memberikan nama gambar
tersebut sesuai dengan apa yang kebetulan sedang terlintas dalam ingatannya. Jadi
setiap waktu nama gambar bisa berubah sesuai dengan imajinasinya.
b. Masa Pra-bagan
Pengalaman anak dalam menarik goresan-goresan garis mendatar, tegak
dan melingkar selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan ungkapan yang
dapat dikaitkan dengan bentuk atau obyek tertentu. Misalnya bentuk bagan manusia
yang masih sederhana,. Kehadiran gambar manusia yang lebih sering diwujudkan
anak-anak memang sangat wajar dimana anak selalu berada dilingkungan yang
secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat
mewujudkan obyek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini
aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak dan sebagainya.
Goresan- goresan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya
untuk memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan peralihan dari
masa mencoreng/goresan ke masa bentuk bagan/ skematis, sehingga dikenal
dengan perkembangan menggambar pra-bagan.
c. Masa Bagan/Skematis
Sejalan dengan pengalaman anak dalam menggambar bentuk bagan sederhana,
selanjutnya keterampilan menggambar berkembang semakin meningkat. Cirinya
antara lain yaitu tampilnya bentuk bagan yang lebih sempurna, bagian-bagian obyek
gambar lebih lengkap dan menggunakan bentukbentuk garis yang lebih bervariasi.
Sejak saat ini anak secara sengaja sudah dapat membuat bentuk-bentuk bagan
benda dalam lingkungannya. Ia sudah dapat mengungkapkan perasaannya,
mewujudkan khayal keinginannya ke dalam bentuk yang berupa bagan. Pada masa
ini gambar yang dibuat sudah mulai menampilkan kesan ruang perebahan,
transparan (bening) atau datar.
d. Masa Realisme
Pada masa ini anak sudah mampu membuat gambar dengan memperlihatkan
konsep yang lebih jelas. Pada akhir tahap bagan, perkembangan akal sudah mulai
mempengaruhi dunia ciptaan anak. Sikap kritis dan realistis sudah mempengaruhi
obyek gambargambar yang mereka buat ke arah bentuk-bentuk yang mendekati
kenyataan. Perkembangan inilah yang disebut masa realisme. Dalam hal ini
kesadaran sosial, penyesuaian dengan lingkungan dan perkembangan intelek yang
lebih maju menentukan dunia ciptaan anak.
Tahap ini ditandai besarnya perhatian anak pada bagianbagian gambar yang
dibuatnya, bila dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Kesadaran sosial yang
lebih berkembang, mendorong anak-anak menggambar seolah-olah didasari oleh
keadaan nyata, bentuk realistis, usaha untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada tahap ini kewajaran dan spontanitas anak-anak untuk
berekspresi mulai menurun karena pertimbangan akal sudah mulai menguasai dunia
ciptaan mereka.
Cara yang lebih bersifat meniru bentuk alam dan banyak ditentukan oleh
pertimbangan akal (pengaturan kesan ruang, menurut hukum-hukum perspektif,
perbandingan bagian-bagian obyek, teori warna dan sebagainya). Pada masa
naturalism semu ini umumnya kreativitas dan ekspresi anak akan mengalami
kemerosotan, karena kewajaran dan spontanitas kegiatan menggambar terganggu
oleh pertimbangan akal, dimana akal mempengaruhi cara anak menciptakan gambar
yang mereka buat. Ketermpilan menggambar bentuk alam, lebih maju dari masa
sebelumnya. Namun demikian dilihat dari segi ekspresi, masa ini merupakan
penurunan dari masa perkembangan sebelumnya.
f. Masa Penentuan
Pada masa ini dapat ditentukan apakah anak-anak tetap menaruh minat
yang besar terhadap kagiatan menggambar/senirupa pada umumnya atau minatnya
mulai menurun dan lebih tertarik pada aktivitas seni lainnya. Karena sikap yang lebih
kritis, anakanak sewaktu menggambar lebih berhatihati karena takut berbuat salah
dan merasakan adanya kesukaran dalam menggambar. Akibatnya kewajaran dalam
menggambar menjadi terganggu, spontanitas ekspresinya menjadi menurun/hilang.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa perkembangan
menggambar pada anak-anak meliputi dua tahap, yaitu: masa keemasan ekspresi
kreatif dan masa sesudah anak dapat atau mau menerima norma cipta menggambar
seperti yang dilakukan oleh orang dewasa.
Pertama, masa keemasan ekspresi kreatif yaitu masa sebelum anak dapat
menerima pengaruh norma cipta yang berlaku pada orang dewasa atau masa anak
masih belum dapat dipengaruhi oleh norma cipta yang berlaku di luar dunianya
(norma cipta orang dewasa). Sebelum anak dapat dipengaruhi oleh cara
menggambar secara umum yang berlaku pada orang dewasa, mereka dapat
menciptakan gambar dengan bebas, ungkapannya lebih murni, dan spontanitas
ekspresinya.
Kedua, masa sesudah anak dapat dan mau menerima norma cipta orang
dewasa yaitu masa dimana anak sudah dipengaruhi oleh rasio atau akal dalam
berolah senirupa. Perkembangan akan adanya kesadaran sosial yang sudah mulai
timbul pada awal masa sekolah, pada tahap ini sudah lebih maju dari masa
sebelumnya. Anak-anak sudah ada usaha menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, usaha tersebut akan besar pengaruhnya terhadap karya gambarnya.
Pengaruh itu dikuti dengan meningkatnya perkembangan intelek, sikapnya kritis dan
realistis. Kesadaran akan lingkungannya lebih meningkat kemudian timbul usaha
untuk menyesuaikan bentuk gambarnya dengan selera lingkungannya.. Seperti
kesan perspektif, tutup-menutup pada gambar yang dibuatnya.
DAFTAR RUJUKAN
Ida Siti Herawati dan Iriaji, Pendidikan Seni Rupa.
http://asepsud.wordpress.com/2010/10/16/bentuk-dan-jenis-karya-seni-rupa/
http://denijusmani.blogspot.com/2010/03/fungsi-seni-rupa-di-sekolah-dasar.html
bocahbancar.wordpress.com