Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas

unsur-unsur seni rupa yaitu: garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna. Unsur-unsur seni rupa tersebut

tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan

unsur- unsur seni rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna.

Unsur-unsur seni rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak

bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak

ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat unsur itu

sendiri. Dengan kata lain, kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah bagian-

bagiannya.

Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa

tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni yang hanya memiliki dimensi panjang

dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Karya seni rupa tiga

dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi atau karya yang

memiliki volume dan menempati ruang.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian seni rupa

2.Apa konsep seni di sd

3.Apa fungsi seni di sd

4.Apa saja pembagian seni di sd

5.Apa karakteristik seni rupa di sd

1
6.Apa tipe-tipe gambar anak di sd

7.Apa periodesasi gambar anak

8. Apa saja unsur seni rupa

9.Apa saja prinsip seni rupa

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian seni rupa

2. Untuk mengetahui prinsip seni di sd

3. Untuk mengetahui fungsi seni di sd

4. Untuk mengetahui pembagian seni di sd

5. Untuk mengetahui karakteristik seni rupa di sd

6. Untuk mengetahui tipe-tipe gambar anak di sd

7. Untuk mengetahui periodesasi gambar anak

8. Untuk mengetahui saja unsur seni rupa

9. Untuk mengetahui prinsip seni rupa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni

1.Orang sering mengemukakan definisi seni yang dilontarkan secara umum bahwa seni ialah

segala macam keindahan yang diciptakan manusia.orang memandang bahwa seni merupakan

karya keindahan yang menimbulkan kenikmatan.Kenikmatan meliputi aspek kepuasan jasmani-

rohani,yang muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa manusia, baik sebagai (kreator)

ataupun penikmat(apresiator).

2.Definisi seni dalam Everyman Encyclopedia, yaitu bahwa seni merupakan segala sesuatu yang

dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan apa saja yang

dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena

spiritual.Sendok dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Maka sendok

bukanlah karya seni menurut definisi tersebut. Yang termasuk seni yaitu alat music gamelan,

ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Pakaian kita sebagai penutup aurat yang dibuat bukan

hanya sebagai penutup atau pelindung fisik,tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha

memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut,tentu saja

hiasan atau model pakaian itu merupakan karya seni.

3.Tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara membuat definisi seni sebagai berikut:

“Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga

dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut” ( Ki

Hajar Dewantara, 1962:330).

3
4.Defenisi tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang mengatakan bahwa seni memiliki

proses ‘transfer of feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni.Dalam

hal ini seni merupakan suatu sarana komunikasi perasaan manusia(Tolstoy, 1960:51).

5.Tokoh dari Indonesia lainnya, Akhdiat Kartamiharja,menyatakan bahwa seni merupakan

kegiatan psikis(rohani) manusia yang merefleksi kenyatan(realitas). Karena bentuk dan isi karya

tersebut memiliki daya untuk membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam

psikis(rohani) si penikmat atau apresiator.

6.Thomas Munro, ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika,mendefinisikan seni sebagai alat

buatan manusia yang menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya.Efek

tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang

rasional maupun emosional (Munro, 1963:19).

7.Seorang pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia Sudjojono,yang dianggap sebagai

pendobrak tradisi seni lukis pemandangan alam,juga menyatakan bahwa seni adalah produk

ekspresi jiwa.Seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam. Isi karya seni yang hidup tercemin

dari kandungan psikis/jiwanya(Yuliman,1976:9-10)

8.Popo Iskandar,seorang pelukis yang juga pendidik seni rupa, “menyatakan bahwa seni

merupakan ekspresi yang dikonkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau

bermasyarakat”.

9.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,seni diartikan sebagai keahlian membuat karya

yang bermutu (dilihat dari kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud,1989:816).

4
10.Prof.Dr.Sudjoko dalam Seminar Internasional Pendidikan Seni(2006), menyampaikan bahwa

seni adalah sandal(sambil mengacungkan sandal yang ia pakai). Seni itu topi,seni itu baju.

Selanjutnya ia mengatakan seni itu craft (kerajinan), seni itu desain, seni itu art. Pendidikan seni

harus diajarkan dengan tujuan: untuk menguatkan ekonomi,melestarikan tradisi,dan membawa

kerukunan berbangsa.(Sudjoko,2006).

B.Konsep Seni di SD

1.Pendidikan Seni Rupa

a.Seni Sebagai Pendidikan Kreativitas

De Francesco(1958) menyatakan bahwa pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap

pengembangan individu antara membantu penembangan mental, emosional, kreativitas, estetika,

sosial, dan fisik.

Pembinaan kreativitas manusia sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Kondisi lingkungan

yang kreatif dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak-anak

akan sangat membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya. Kreativitas nampak di

awal kehidupan anak dan tampil untuk pertama kalinya dalam bentuk permainan anak-anak

(Hurlock, 1985:328).

Masa keemasan berekspresi kreatif adalah pandangan Pierre Duquette yang menyediakan

makalah untuk seminar Pendidikan Seni Rupa Internasional yang diselenggarakan di Bristol. Ia

juga menegaskan bahwa pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun merupakan the golden

age of creative expression. Ekspresi artistik merupakan salah satu kebutuhan anak-anak, oleh

5
karena itu kebebasan berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak

menjadi pendekatan utama dalam pendidikan seni rupa.

Ruang lingkup bahan pengajaran Pendidikan Seni Rupa bagi anak-anak TK dan SD

meliputi kegiatan berkarya dua dimensional dan tiga dimensional. Kegiatan menggambar,

mencetak, menempel, dan kegiatan berkarya seni rupa dua dimensional lainnya yang

menyenangkan anak dengan media dan cara-cara yang sederhana dapat dikembangkan dalam

kegiatan belajar-mengajar. Juga kegiatan mematung, membentuk, merangkai,dan menyusun dari

berbagai media dan dengan cara-cara yang menyenangkan anak dan membantu perkembangan

kreativitasnya.

Pendidikan seni rupa merupakan wahana dan cara yang paling tepat untuk

mengembangkan kreativitas sejak dini. Pendidikan seni rupa lebih mengacu pada fitrah. Lebih

dini artinya bukan sesuatu yang lumrah,tetapi harus diartikan “mesti” dilakukan sejak dini, dan

disadari oleh orang dewasa. Alasannya,bila dilaksanakan terlambat dimana anak sudah melewati

masa kanak-kanaknya,pembinaan hanya akan dapat disampaikan kepada kelompok kecil anak

yaitu mereka yang memiliki pembawaan saja.

b.Seni Sebagai Ekspresi

Seni atau karya seni dihubungkan dengan karakteristik kejiwaan manusia. Manusia

dihadapkan dengan perasaan suka, senang, sedih, sakit, duka gembira, ceria, suka cita, dan

sebagainya adalah contoh perilaku manusia yang sering tampak,ataupun bisa saja tidak tampak,

kecuali manusia pelakunya saja yang merasakan. Perilaku kejiwaan tersebut sering muncul

dalam bentuk ekspresi yang nyata. Sebagai contoh seseorang karena kesedihannya yang sangat

mendalam ia menangis sambil menjambak rambutnya sendiri. Lain halnya dengan Benyamin S,

6
ia merasakan sakit dipatil ikan sembilang, kemudian beliau menciptakan lagu dan

menyanyikannya sendiri, dan akhirnya lagu itu disajikan untuk para penggemarnya.

Seni memang selalu dihubungkan dengan ekspresi pribadi,sebab seni lahir dari ungkapan

perasaan pribadi penciptanya.Sehubungan dengan nilai ekspresi dalam seni,Herbert Read

merumuskan tentang kedudukan ekspresi dalam proses penciptaan seni, sebagai berikut:

- Pertama,pengamatan terhadap kualitas materiil,

- Kedua,penyusun hasil pengamatan tersebut,

- Ketiga, pemanfaatan susunan itu untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang

dirasakan sebelumnya.

Herbert Read juga menyatakan bahwa desain yang estetis sudah cukup dengan dua tahap

terdahulu saja, tetapi untuk membuat desain yang estetis itu menjadi karya seni,haruslah

ditambah dengan ekspresi. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seni adalah susunan yang

estetis yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu perasaan atau emosi tertentu.

Pentingnya pendidikan emosi telah diungkapkan para ahli pendidikan sejak lama. Fransesco

(1958), seorang ahli pendidikan seni rupa mengemukakan tugas pendidik seni rupa antara lain

sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud

yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi

menjadi dinamis dan bersemangat.

c. Seni Sebagai Pembinaan Bakat

Pembinaan bakat hanya upaya khusus yang hanya dapat dilaksanakan oleh lembaga-

lembaga khusus. Pelaksanaan pembinaan bakat hanya diberikan kepada sekelompok kecil

7
manusia/anak berpembawaan. Guru harus menyadari betul bahwa anak perpembawaan

dikelasnya jumlahnya sangat kecil. Untuk itu guru harus menyadari betul keberadaan ini. Siswa

berpembawaan dibina dan tidak terpenggal kreativitasnya, paling tidak memantau sejak awal

tentang keberadaan bakat seninya, mengarahkannya sehingga pada saatnya dapat dipertajam

kemampuannya atau mengarahkan siswa sesuai bakatnya kedalam jenjang yang lebih tinggi.

Sementara siswa yang pada umumnya harus mendapat perhatian khusus pula, yang diawali oleh

pemahaman yang mendalam bahwa kelompok siswa itu tidak atau kurang berpembawaan dalam

bidang seni tertentu atau bidang seni rupa.

d. Seni dan keindahan

Definisi seni yng sering kita dengar, bahkan orang secara umum juga tidak jarang yang

masih mengatakan bahwa seni adalah segala keindahan yang diciptakan manusia. Definisi

tersebut secara universal dilontarkan orang, karena karya seni di setiap bangsa di dunia ini,dari

zaman prasejarah hingga zaman kini mempunyai ciri keindahan. Hubungan seni dan keindahan

sangat jelas,terutama ditinjau dari sudut kebentukan karya seni itu.

Ada pertanyaan yang muncul dari kalangan mahasiswa tentang bagaimanakah kita

menemukan keindahan pada karya seni instalasi. Sebenarnya kita akan sulit menjawab

pertanyaan itu, namun secara sementara barangkali kita menjelaskannya bahwa seni itu tidak

selalu indah,sebab yang tidak indah pun dinamakan seni. Pada dasarnya seni itu lahir dari

curahan emosi seseorang yang berupaya berkomunikasi dengan public seni,jadi apapun

hasilnya,yang penting di dalamnya terdapat proses berekspresi seni dan komunikasi emosi

dengan menggunakan media seni.

8
Jika kita mempersoalkan keindahan, ada dua kategori yang saling bertentangan. Yang

satu bersifat subyektif, yang memandang bahwa indah itu terletak pada diri yang melihat.(beauty

is in the eye of the beholder). Sedangkan yang satu lagi bersifat obyektif, yang menempatkan

keindahan pada barang seni yang kita lihat.Socrates mengatakan bahwa keindahan adalah segala

sesuatu yang menyenangkan dan memenuhi keinginan terakhir. Pendapat ini termasuk kategori

subyektif. Yang indah adalah yang mendatangkan rasa senang tanpa pamrih, dan tanpa adanya

konsep-konsep tertentu.

Santo Augustinus mendefenisikan keindahan sebagai kesatuan. Thomas Aquinas

memberikan tiga syarat untuk bisa disebut indah, ialah : (1) adanya integritsa atau perfeksi,(2)

proporsi tang tepat atau harmonis, dan (3) adanya klaritas atau kejelasan. Sedangkan Herbert

Read menegaskan bahwa keindahan ialah kesatuan hubungan bentuk-bentuk.

e. Seni dan Alam

Alam yang digambarkan dalam karya seni tidak sesuai dengan penangkapan mata

kita(nonvisual realistik). Alam digambarkan secara simbolistis, melalui wujud-wujud tertentu.

Patung-patung Budha bukan gambaran orang (ataupun dewa) yang sedang bersemadi, melainkan

gambaran ketenangan,keluhuran, atau kesempurnaan sang Budha. Patung Budha tidak realistis,

namun cenderung bersifat simbolistis.

Apalagi jika kita mengamati karya wayang kulit, motif hias Toraja, patung Asmat,dan

lain-lain. Karya- karya seni rupa tersebut cenderung merupakan pengolahan bentuk dari bentuk

alam menjadi karya seni dengan proses stilasi, distorsi, abstraksi, ataupun deformasi.

Bentuk-bentuk abstraksi dan abstrak banyak terdapat pada ornament (motif hias) karya

kerajinan (kriya),misalnya pada keramik, batik, ukiran kayu, perhiasan, anyaman, dan lain-lain.

9
Berdasarkan penelitian, ornamen yang abstrak itupun pada dasarnya mengacu pada bentuk yang

ada di alam.

C.Fungsi Seni di SD

1.    Sebagai Media Ekspresi

Kegiatan ekspresi telah dimulai anak sejak lahir. Mula-mula mengekspresikan keinginan-

keinginan nalurinya untuk diketahui ibunya dengan tangisan atau isyarat – isyarat lainnya. 

Ekspresi yang ditunjukan oleh anak merupakan ekspresi keinginan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu misalnya memuaskan rasa lapar, dapat pula mengekspresikan sesuatu yang tak mengarah

pada satu objek melainkan hanya menyatakan perasaan seperti gembira, cemas, marah dan

sebagainya. Kedua macam ekspresi tersebut saling berhubungan, pemuasan rasa lapar misalnya

mengakibatkan rasa gembira yang dinyatakan dengan senyuman dan rasa lapar yang tak

terpuaskan akan terekspresikan dengan sedih atau menangis.

Seringkali anak kurang mampu megeluarkan isi hatinya lewat bahasa lisan. Dan bagi

anak, bahasa tulisan lebih sulit untuk digunakan mengungkapkan isi hatinya. Dalam keadaan

seperti itu, seni dapat membantu mengekspresikan idenya. Ekspresi adalah salah satu kebutukan

rohaniah / batiniah individu untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini pikiran,

perasaan dan emosi ikut berperan.

Ekpresi anak berbeda dengan ekspresi orang dewasa karena kebutuhannya berlainan.

Ekspresi ini perlu mendapat perhatian dan guru perlu mengembangkannya. Wujud ekspresi

dalam seni rupa dapat berupa gambar, patung, cetakan dan karya lainnya. Terjadinya ekspresi

secara spontan tanpa perintah dari luar. Pengembangan daya ekspresi ini akan terkait dengan

pengembangan kreativitas. Sebab ada 2 macam ekspresi yang terjadi dari anak yaitu ekspresi

kreatif dan ekspresi yang tidak kreatif.

10
Ekspresi kreatif ialah ekspresi  yang mengandung kreativitas, terutama yang dijumpai

dalam kegiatan berolah seni. Artinya segala hasil ungkapan anak baik berupa gambar, patung

atau lainnya yang menampakkan keunikan, lain daripada yang lain. Sebaliknya, ekspresi yang

tidak kreatif adalah ekspresi yang tidak menghasilkan nilai-nilai kreatif atau merupakan hasil

tiruan, hasil pengulangan atau hasil jiplakan.

Ekspresi kreatif inilah yang harus dikembangkan oleh guru SD dalam setiap

pembelajaran kesenian.

2.    Sebagai Media Komunikasi

Mengapa anak berhasrat melahirkan sesuatu yang ada pada perasaannya? Mengapa ia

tidak puas dengan menyatakan dalam hati saja? Mengapa ia ingin berkomunikasi?

Komunikasi mengandung arti keinginan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain.

Keinginan berkomunikasi  dapat melalui berbagai media seperti suara, tulis, gerak, dan gambar.

Melalui suara komunikasi dapat diwujudkan dalam bentuk nyanyian atau musik.

Contoh: dalam seni suara, banyak lagu yang berisikan pesan yang ingin disampaikan

pada pihak lain. Karya sastra atau puisi merupakan media komunikasi yang ingin disampaikan

penciptanya pada orang lain melalui tulisan. Drama atau bermain peran merupakan media

komunikasi yang diwujudkan dalam gerak dan ucapan. Gambar merupakanmedia komunikasi

yang dibentuk dengan bahasa rupa yang cenderung paling banyak dilakukan oleh anak.

3.    Sebagai Media Bermain

11
Ekspresi bebas meliputi banyak kegiatan fisik dan proses mental. Bermain merupakan

ekspresi bebas yang paling jelas yang ada pada anak-anak, merupakan sesuatu yang dihasilkan

oleh anak-anak yang paling murni. Permainan adalah ekspresi tentang hubungan si anak dengan

seluruh kehidupan. Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Segala bentuk permainan,

kegiatan jasmani, pengulangan pengalaman, fantasi, permainan dalam kelompok dan lainnya

merupakan gerakan – gerakan yang berusaha mencari perpaduan antara proses mental dan gerak

fisik.

Permainan menyangkut juga kegiatan seni. Permainan bisa dikembangkan menjadi empat

sesuai dengan empat fungsi mental.

a.    Dari segi perasaan, permainan dapat dikembangkan dengan latihan-latihan penjiwaan

kearah drama.

b.    Dari segi intuisi, dikembangkan dengan latihan – latihan ritmis kearah tari dan musik.

c.    Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri kearah

desain plastis atau visual.

d.   Dari segi fikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif kearah

keahlian.

Ke arah empat perkembangan inilah pendidikan seni ditunjukkan. Idealnya keempat

fungsi mental berkembang secara bersama-sama. Hal ini jarang terjadi. Yang umum adalah tiga

fungsi mental  berkembang bersama dengan satu fungsi lain yang lebih dominan. Dalam kegiatan

bermain, anak menyatakan dan mengusahakan segala kecenderungan batinnya untuk menjadi

harmonis. Akan hilanglah kesempatan untuk perkembangan mental anak jika ia tidak dapat

bermain.

12
Dengan demikian maka kegiatan bermain bagi anak sangatlah penting. Kegiatan tersebut

dapat dilaksanakan dalam pelajaran kesenian. Baik secara disadari maupun tidak, dalam kegiatan

ini, anak dapat bermain sesuai pembawaannya. Karena kegiatan kesenian cenderung kea rah

artistic, maka kegiatan bermain juga cenderung pada permainan artistik. Misalnya kegiatan anak

untuk memukul, memijat, meremas dengan tanah liat, akan menghasilkan suatu bentuk yang

unik bahkan menjadi indah dan menarik.

4.    Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni

Pada umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir. Namun bakat

yang terpupuk sejak awal akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya, meskipun berbakat

tetapi tidak dipupuk maka akan pudarlah bakat tersebut. Pendidikan seni rupa yang ideal

memberikan kesempatan kepada anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan

bakatnya sejak awal masa sekolahnya, sehingga ia dapat menjadi senirupawan.

5.     Sebagai Media Kemampuan Berpikir

Kegiatan seni dapat melibatkan berbagai alat/bahan permainan yang secara langsung

maupun tidak langsung mengembangkan kemampuan bernalar. Berbagai permainan yang

bersifat eksploratori dan eksperimental memiliki nilai tersendiri.

Sebagai contoh: bermain di bak pasir akan menantang anak untuk bertanya/berpikir

mengapa pasir tidak dapat disusun meninggi tanpa diberi air, tetapi tanah liat dapat dibentuk

dengan mudah jika kandungan airnya tepat. Balok permainan tidak dapat disusun seenaknya

menjadi bentuk arsitektural, tetapi dibutuhkan satu penyusunan yang terpola.

13
Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat anak melakukan

kegiatan seni, memotivasi anak untuk berpikir dan mengambil kesimpulan. Bahkan Aristoteles

mengatakan, bahwa dalam seni harus ada keselarasan antara rasio dan emosi. Penciptaan seni

menempatkan rasio sebagai kontrol.

6.    Fungsi seni Sebagai Media untuk Memperoleh Pengalaman Estetis

Istilah estetis di sini identik dengan keindahan. Semua cita rasa keindahan terpusat pada

kesenangan dan merupakan pengalaman subyektif. Subyektif dalam arti sulit untuk ditentukan

tolak ukurnya. Oleh sebab itu, perlu untuk mengembangkan cita rasa keindahan dalam rangka

membuat utuh perkembangan pribadinya dan meningkatkan pengalaman serta kepekaan akan

rasa keindahan.

Di dalam pendidikan kesenian, anak dapat memperoleh pengalaman keindahan. Caranya

dimulai dengan mengamati hasil karya seni yang mengandung nilai estetis, kemudian diajak

untuk membahas dan mengusahakan agar anak mendapat kesenangan dengan pengamatan karya

tersebut. Dari kegiatan pengamatan yang berulang kali dilakukan, kemudian anak diajak untuk

melakukan kegiatan berkarya.

Setiap anak memiliki naluri dorongan citarasa keindahan. Jika naluri ini tidak ditumbuh

kembangkan, maka naluri tersebut akan “mati”.

Hal-hal yang menyenangkan yang diperoleh anak dari mengamati obyek yang indah akan

berkembang menjadi kesenangan anak untuk berkarya yang indah. Atau sikap serta cara

pengalaman citarasa keindahan akan mempengaruhi kemampuan citarasa keindahan anak.

Semakin mendalam sikap serta pengalaman citarasa keindahan, semakin pekalah citarasa

keindahan itu.

14
Kepekaan inilah yang dikembangkan dalam Pendidikan Kesenian, sebab kepekaan

tersebut menjadi dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai karya hasil

bangsa sendiri maupun bangsa lain.

Fungsi didik senirupa hakekatnya adalah sebagai sarana untuk membentuk kepribadian

(cipta, rasa, karsa) secara utuh dan bermakna, melalui kegiatan praktek berolah senirupa sesuai

dengan potensi maupun kompetensi pribadinya dan kepekaan daya apresiasinya. Menurut Sofyan

Salam (2001) manfaat pendidikan senirupa bagi anak SD adalah: (1) memberikan kesempatan

bagi anak untuk mengekspresikan dirinya sendiri, (2) mengembangkan potensi kreatif anak, (3)

mempertajam kepekaan anak akan nilai-nilai keindahan, (4) memberikan kesempatan bagi anak

untuk mengenal bahan, alat serta tehnik berkarya senirupa, (5) untuk menghasilkan sesuatu yang

baru. Dengan demikian dapat diperoleh dampak instruksional dan dampak pengiring (nurturant

effect) yaitu berani mengemukakan pendapat, punya rasa kesetiakawanan sosial dan toleransi,

bersikap menghargai budaya bangsa, mampu berpikir secara integral serta mempunyai wawasan

tentang seni yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari bidang lainnya (Ida Siti

Herawati.1996).

D.Pembagian Seni di SD

Dalam proses penciptaan karya seni, seorang seniman selalu berhubungan dengan media yang

dipilih, teknik yang dipergunakan, serta cara menikmatinya. Berdasarkan hal tersebut, seni dapat

dibagi menjadi :

15
1. Seni Audio (Auditory Art)

Seni audio adalah seni yang dapat dinikmati dengan indra pendengaran (telinga). Contoh seni

audio adalah sebagai berikut.

a. Seni musik, yaitu seni yang dapat dinikmati melalui nada. Misalnya, pertunjukan gamelan atau

piano.

b. Seni sastra, yaitu seni yang dapat dinikmati melalui kata. Misalnya, pembacaan puisi atau

drama.

c. Seni suara, yaitu seni yang dapat dinikmati melalui nada dan kata. Misalnya, pertunjukan

band.

2. Seni Visual (Visual Art)

Seni visual adalah seni yang dapat dinikmati dengan indra penglihatan (mata).

Contoh seni visual antara lain sebagai berikut.

a. Seni dua dimensi yang meliputi garis, cahaya, warna, bentuk, dan gerak.Misalnya, seni lukis,

seni grafis, dan sinematografi.

b. Seni tiga dimensi yang meliputi ruang dan wujud yang bisa dicoba. Misalnya,

seni patung, arsitektur, seni tari, dan pantomim.

3. Seni Audiovisual (Auditory Visual Art)

Seni audiovisual yaitu seni yang dapat dinikmati oleh indra pendengaran dan penglihatan.

Contoh seni audiovisual antara lain sebagai berikut.

16
a. Seni tari merupakan perpaduan gerak dan nada.

b. Seni drama merupakan perpaduan gerak, kata, dan visual.

c. Seni opera merupakan perpaduan gerak, nada, dan visual

Pembagian seni secara umum berdasarkan penikmatannya dibagi menjadi lima cabang, yaitu

sebagai berikut.

1. Seni Rupa

Karya seni rupa dapat dinikmati dengan indra penglihatan (visual) dan peraba. Seni rupa

biasanya memanfaatkan unsur garis, bidang, warna, tekstur, dan volume. Contoh hasil karya seni

rupa adalah lukisan, kaligrafi, poster, reklame, spanduk, patung, diorama, kursi, meja, seni grafis,

dan seni kerajinan.

2. Seni Musik

Karya seni musik dapat dinikmati dengan indra pendengaran (audio) yang dibentuk dari unsur

nada dan bunyi dalam alat musik, suara manusia (vokal), atau gabungan keduanya.

3. Seni Tari

Seni tari adalah seni yang diwujudkan melalui gerak, ruang, waktu, irama, wirasa,wiraga, dan

susunan unsur gerakan anggota tubuh secara teratur dan menurut pola-pola tertentu sehingga

menimbulkan gerakan yang indah dan memesona. Karya seni ini dapat dinikmati dengan indra

penglihatan dan indra pendengaran (audiovisual).

4. Seni Teater

17
Seni teater adalah seni yang memadukan unsur gerakan dan kata. Biasanya dalam teater terdapat

naskah, penokohan, latar tempat, dan alat pengiring. Seni teater dapat dinikmati dengan indra

penglihatan dan pendengaran (audiovisual). Contoh teater terkenal adalah Teater Koma.

5. Seni Sastra

Seni sastra adalah seni yang mengungkapkan pengalaman jiwa dan perasaan dalam bentuk

bahasa, tulisan, dan kalimat yang mengandung nilai estetis untuk mendapatkan kepuasan

rohaniah. Bentuk karya sastra dapat berupa prosa (struktur bahasanya bebas), puisi (struktur

bahasanya terikat/berima), dan drama (struktur bahanya disusun dalam bentuk lakon atau cerita).

Pembagian seni rupa di SD

1.      Seni Rupa Dua Dimensi

Seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran, yakni panjang dan

lebar. Karya seni rupa ini hanya dapat dihayati ataupun dilihat dari satu arah yaitu dari depan.

Contohnya: seni lukis, seni ilustrasi, seni batik seni grafik, sketsa dan lain-lain.

2.      Seni Rupa Tiga Dimensi

Seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran panjang, lebar dan

tinggi atau tebal (mempunyai volume). Karya seni rupa ini dapat dinikmati atau dihayati dari

beberapa arah pandang. Contohnya: seni patung, seni kriya, seni bangunan, seni dekorasi, seni

taman dan lain-lain.

Tema dapat dikatakan sebagai pokok pikiran atau persoalan yang mendasari kegiatan (dalam hal

ini kegiatan berkesenian). Dalam penciptaan seni rupa misalnya, dikenal tema “perjuangan”,

“kemanusiaan”, “keagamaan”, “lingkungan hidup”, “kelautan”, “kesehatan”, “sosial” dll. Dari

18
tema-tema itu dapat diuraikan menjadi judul-judul, misalnya “ibu dan anak”, “pengemis”,

“bunga mawar”, dll. Adapun yang dimaksud dengan ”gaya” dalam karya seni rupa, adalah model

penampilan dari suatu karya. Contohnya antara lain:

1.      Gaya dekoratif,  yaitu penampilan karya yang lebih mengutamakan keindahan garis, bidang

warna. Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap, tetapi rata/datar saja. Garis

diusahakan lancar, rapi. Bentuk tidak menuruti benda aslinya, tetapi direkayasa demi keindahan.

2.      Gaya naturalis, yaitu penampilan karya yang memperlihatkan ketelitian seniman dalam

menggambarkan objek secara rinci, sesuai dengan bentuk aslinya (haslinya menyerupai hasil

pemotretan).

3.      Gaya abstrak, yaitu penampilan/pengwujudan karya yang tidak- mengingatkan kepada

bentuk atau objek yang ada di alam. Yang tampak pada lukisan misalnya hanya komposisi

warna-warna atau bidang; pada patung hanya tampak sebongkah bentuk bebas tiga dimensi.

4.      Gaya stilasi, yaitu penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah, dengan

garis meliuk-liuk, melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini, stilasi dapat dipandang

bagian dari dekorasi). Gaya stilasi lazim dibuat pada hiasan atau ornamen seni hias Indonesia

klasik (perhatikan motif batik, hiasan pinggir bingkai Al- Qur’an, ukiran pada mebel)

E.Karakteristik Seni Rupa di SD

Hasil suatu karya seni sesungguhnya sangat dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh

pelaku seni itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa karya seni anak bersifat ekspresif

karena karya rupa mereka umumnya merupakan suatu ungkapan yang kuat, jujur, langsung

berangkat dari hati dan dari dalam dirinya. Bersifat dinamis yaitu artinya karya mereka

19
umumnya mengesankan sesuatu yang bergerak terus. Pada pemilihan warna misalnya anak lebih

suka pada warna kontras, tajam, atau mencolok.

Tipologi seni rupa anak terdiri atas 3 tipe. Yakni,tipe visual, tipe haptik, dan tipe

campuran (visual-haptik). Sebenarnya pada kenyataannya jarang tipe-tipe ini muncul secara

murni, umumnya tipe-tipe tersebut bergerak dan cenderung bercampur.

Tipe visual lebih menonjol daya tangkap indrawinya,mengutamakan kesamaan hasil

rekaman objek nyata,memerhatikan proporsi dan perbandingan rekaman objek nyata, dan

menonjolkan sentuhan perspektif

Tipe haptik tidak berorientasi pada kenyataan,lebih mengutamakan suasana hati,dan

bersifat sangat individual.

F.Tipe-tipe Gambar Anak di SD

Dalam In Education Through Art, Read (1958) mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi

12 ,yaitu:

1. Organic

Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam

kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan

organis yang wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah,gambar manusia dan

hewan yang bergerak sesuai dengan bentuk aslinya.

20
2. Lyrical

Penggambaran objek bersifat realistis,tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang

digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak

perempuan.

3.Impresionist

Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan

4.Rhytmical Pattern

Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, contohnya gambar anak yang melepar

bola, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya

bisa organic atau lyrical

5. Struktur Form

Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang

diperkecil menjadi satu rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan.

6. Shematic

Penggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan yang jelas dengan

susunan organic. Skema dari objek semula disempurnakan menjadi satu desain yang ada

hubungannya dengan objek secara simbolis.

7. Haptic

21
Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-

gambar yang dibuat tidak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik

8. Ekspresionist

Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik

tetapi juga objek dunia dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain.

9.Enumeratif

Penggambaran pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan

sensasi keutuhan sehingga semua bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar

tanpa ada yang dilebih-lebihkan. Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman melainkan

persepsi arsitek.

10. Decorative

Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-warni dan

mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk natural diekspresikan

sehingga timbul perasaan senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang

menggambar menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola

yang riang.

11.Romantic

Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan

gabungan antara ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru.

12. Literary

22
Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari rasa yang disarankan gurunya

atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk

disampaikan kepada orang lain.

G.Periodesasi Gambar Anak

1. Masa coreng-moreng

Kesenangan membuat goresan telah muncul pada anak-anak usia dua tahun atau bahkan

sebelum dua tahun, sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jari anak yang masih

menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan pada anak yang kerap melubangi atau

melukai kertas yang digoresnya.

Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk

objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap

pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal

ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih menggunakan motorik

kasar. Kemudian, pada perkembangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan

arah yang bervariasi pula. Selain itu, mereka sudah mampu membuat garis melingkar.

23
Pada periode ini terbagi atas tiga tahap, yakni 1) corengan tidak beraturan, 2) corengan

terkendali, dan 3) corengan bernama.

Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tidak beraturan adalah bentuk

gambar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan

berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.

Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya

terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara

koordinasi perkembangan visual dengan perkembangan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya

pengulangan coretan garis baik yang horizontal, vertikal, lengkung, bahkan lingkaran.

Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi

menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya, anak mulai mengontrol

goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya “rumah”, “mobil”, “bola”. Hal ini dapat

digunakan oleh orangtua atau guru pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam

membangkitkan keberanian anak untuk mengemukakan kata-kata tertentu atau pendapat tertentu

berdasarkan hal yang digambarkannya.

Anak-anak memiliki jiwa bebas dan ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna cerah,

misalnya pada crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan

judul terhadap karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada

penguasaan teknik mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya

dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.

Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua, maka akan memiliki peluang

untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan

mulai menyadari ada hubungan antara gambar dengan lingkungannya. Hal yang paling penting

24
yang harus dilakukan oleh orangtua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian

terhadap karya yang sedang dibuat anak, sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan

orang dewasa melalui bahasa visual.

2. Masa pra-bagan

Usia anak pada tahap ini biasanya berada pada jenjang PAUD dan Sekolah Dasar (SD)

kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambar anak biasanya berupa

gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala, kemudian pada bagian

bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.

Ciri-ciri yang menarik lainnya, pada tahap ini anak telah menggunakan bentuk-bentuk

dasar geometris untuk memberi kesan obyek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih

berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan obyek, orang bisa saja berwarna

biru, merah, coklat, atau warna lain yang anak kehendaki.

Penempatan dan ukuran objek bersifat subyektif, didasarkan kepada kepentingannya. Jika

obyek gambar lebih dikenalinya, seperti ayah dan ibu, maka gambar dibuat lebih besar dari yang

lainnya. Hal ini dinamakan dengan perspektif batin. Penempatan objek dan penguasaan ruang

belum dikuasai anak pada usia ini.

25
3. Masa bagan

Konsep bentuk mulai tampak jelas pada tahap ini. Anak cenderung mengulang bentuk.

Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah. Pada perkembangan selanjutnya

kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).

Penafsiran ruang bersifat subyektif, tampak pada gambar tembus pandang. Gejala ini

disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar sebuah rumah

yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan

jelas.

Kenyataan tersebut diperkuat oleh pandangan Max Verworm (dalam Zulkifli, 2002, hlm.

45) bahwa “anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya anak-anak

itu disebut gambar fisioplastik”. Anak yang belum berumur 8 tahun belum mampu menggambar

apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar menurut apa yang sedang di pikirannya. Hasil

karya mereka itu disebut gambar ideoplastik.

Pada masa ini juga terkadang dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa

yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous narrative, anak sudah

bisa memahami ruang dan waktu.

26
4. Masa realisme awal

Pada masa periode awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif

mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam

lingkungan. Selain itu, kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa

ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek,

proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.

Pemahaman warna mulai disadari.Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.

Penguasaan konsep ruang mulai dikenal, sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis

dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya

warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada

periode ini.

Terdapat pula perbedaan kesenangan umum, misalnya anak laki-laki lebih senang

menggambar kendaraan, sedangkan anak perempuan lebih senang menggambar boneka atau

bunga.

5. Masa naturalisme semu

27
Pada masa ini, kemampuan berpikir abstrak serta kesadaran sosial semakin berkembang.

Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek

lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual

memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak, dan lingkungan dengan fokus pada hal-hal

yang menarik perhatiannya.

Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek lebih meningkat. Tipe

haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan obyek secara subyektif, lebih banyak

menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.

Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak, ekspresi kreatifnya

sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesat. Sebagai

akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Anak ingin

menggambar kucing, sementara kemampuan menggambar kucing masih kurang. Sebagai

akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.

6. Periode penentuan

28
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan

kemampuan diri. Perbedaan tipe individual

makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan

melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan

meninggalkan kegiatan seni rupa, terlebih apabila tanpa bimbingan. Di dalam hal ini peran guru

banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan

berlangsung terus-menerus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan

semua orang dan siapa pun tidak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupan sehari-hari.

H. Unsur- Unsur Seni Rupa

Unsur-Unsur Seni Rupa - Seni rupa dibangun dari beberapa unsur yang saling membentuk suatu

kesatuan padu sehingga dapat dinikmati secara utuh. Unsur-unsur seni rupa merupakan unsur

yang digunakan untukmewujudkan sebuah karya seni rupa. Unsur-unsur seni rupa yaitu sebagai

berikut :

1. Titik, adalah unsur seni rupa yang paling dasar yang melahirkan suatu wujud dari ide-ide atau

gagasan yang melahirkan garis, bentuk, atau bidang. Teknik lukisan yang menggunakan

kombinasi dari berbagai variasi ukuran dan warna titik dikenal dengan sebutan Pointilisme.

2. Garis, adalah unsur seni rupa sebagai hasil dari penggambungan unsur titik. Berdasarkan

jenisnya, garis dibedakan dari garis lurus, panjang, lengkung, pendek, vertikal, horizontal,

diagonal, berombak, patah-patah, siral, putus-putus dan lain-lain. Macam-macam garis tersebut
29
akan menimbulkan kesan-kesan tertentu seperti garis lurus berkesan tegak dan keras, garis patah-

patah terkesan kaku, garis lengkung berkesan lembut dan lentur, dan garis spiral berkesan lentur.

Selain itu, garis juga memberikan kesan watak sehingga dapat digunakan sebagai perlambaan

misalnya :

Garis tegak melambangkan keagungan, kestabilan.

Garis halus, melengkung-melengkung berirama mengesankan kelembutan kewanitaan.

Garis miring, melambangkan akan kegoncangan, gerak, tidak stabil.

Garis tegas, kuat, terpatah-patah mengesankan atau melangmbangkan kekuasaan.

Sedangkan, berdasarkan wujud garisnya yaitu sebagai berikut:

Garis nyata, ialah garis yang dihasilkan dari coretan atau goresan lengkung.

Garis semu, yaitu garis yang muncul karena terdapat kesan balance pada bidang, warna

atau ruang.

3. Bidang, adalah pengembangan garis yang membatasi suatu bentuk sehingga dapat membentuk

bidang yang melingkupi dari beberapa sisi. Bidang memiliki sisi panjang, dan lebar dengan

memiliki ukuran.

4. Bentuk, adalah unsur seni rupa dari gabungan berbagai bidang. Bentuk dikelompokkan dalam

2 macam yaitu sebagai berikut..

a. Bentuk Geografis, ialah bentuk yang terdapat ilmu ukur seperti :

    Bentuk kubistis, contohnya kubus dan balok

    Bentuk silindris, contohnya tabung, bola dan kerucut.

b. Bentuk Nongeometris, adalah bentuk yang meniru bentuk alam, seperti hewan, manusia dan

tumbuhan.

30
5. Ruang, adalah unsur seni rupa dengan dua sifat. Dalam seni rupa dua dimensi, ruang besifat

semu sedangkan dalam seni rupa tiga dimensi, ruang bersifat nyata. Ruang juga digolongkan

menjadi dua yaitu Ruang dalam bentuk nyata, seperti ruangan kamar, ruangan patung. Ruangan

dalam bentuk khayalan (ilusi) seperti ruangan yang terkesan dari lukisan.

6. Warna, adalah unsur seni rupa yang menimbulkan kesan dari pantulan cahaya pada mata.

Warna dikelompokkan dalam beberapa macam yaitu sebagai berikut :

Warna Primer, adalah warna dasar yang tidak diperoleh dari campuran warna lain. Warna primer

terdiri dari warna merah, kuning dan biru.

Warna Sekunder, adalah warna yang dapatkan dari campuran dua warna primer dalam takaran

tertentu.

Warna Tersier, adalah warna yang didapatkan dari pencampuran warna sekunder

Warna Analogus, adalah deretan warna yang letaknya berdampingan dalam satu lingkaran warna

atau berdekatan, seperti deretan warna hijau ke warna kuning.

Warna  Komplementer, adalah warna yang kontras dan letaknya bersebrangan yang dibentuk

dalam satu lingkaran warna, misalnya warna merah dengan hijau, warna kuning dengan warna

ungu.

7. Tekstur, adalah sifat dan keadaan suatu permukaan bidang atau permukaan benda pada sebuah

karya seni rupa. Setiap benda memiliki sifat permukaan yang berbeda. Tekstur dapat dibedakan

menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah nilai raba yang sama antara

penglihatan dan rabaan. Sedangkan teksur semu adalah kesan yang tidak sama antara penglihatan

dan perabaan.

31
8. Gelap Terang, adalah unsur yang bergantung dari intensitas cahaya. Semakin besar

intensitassuatu cahaya maka semakin terang, sedangkan semakin kecil intensitas cahaya, maka

akan semakin gelap. Dalam karya seni rupa dua dimensi, unsur gelap terang dibuat menurut

gradiensi dan pemilihan warna yang ada.

I. Prinsip Seni Rupa

1.      Prinsip Keseimbangan/Balance

Prinsip keseimbangan adalah berkenaan dengan kualitas bobot atau kesan berat ringannya suatu

karya. Keseimbangan dapat dibuat secara formal atau dengan istilah yang lazim disebut

setangkep (jawa) atau simetris. Keseimbangan dapat di buat pula secara informal atau asimetris

dan keseimbangan radial atau memancar.

2.      Prinsip Kesatuan/Unity  

Prinsip ini dapat tercapai apabila terpenuhi prinsip keseimbangan, irama, penekanan, proporsi,

dan keselarasan. Teori-teori Psikologi Gestalt tentang kedekatan, ketertutupan dan kesamaan

dapat membantu terpenuhinya prinsip kesatuan dalam karya Seni Rupa.

3.      Prinsip Irama

Prinsip ini di timbulkan dari kesan gerak dari unsur yang melekat pada karyanya yang dapat

diupayakan melalui pengulangan, pergantian, perubahan ukuran, dan gerak mengalun.

4.      Centre of Interst

32
Di sebut juga prinsip dominasi, atau pusat perhatian, atau klimak adalah upaya penampilan pada

bagaian tertentu dari karya Seni Rupa yang menarik perhatian dengan cara pengaturan posisi,

perbedaan ukuran, perbedaan warna, atau unsur lain, dan pengaturan arah unsur-unsur.

5.      Prinsip Proporsi atau Perbandingan :

Prinsip proporsi adalah upaya pengaturan yang berkenaan dengan ukuran antara bagian satu

dengan bagian lainnya. Besar kecil, luas, sempit, panjang pendek, atau tinggi rendah adalah

persoaalan Proporsi. Dalam Seni Rupa prinsip proporsi ini digunakan untuk mempertimbangkan

perbandingan bidang kertas atau kanvas dengan objek yang digambar atau di lukis. Prinsip

perbandingan lebih menekankan pada varisasi atau keragaman ukuran unsur yang satu dengan

unsur yang lain dalam satu kesatuan yang utuh.

6.      Prinsip Keselarasan  

Lazim disebut dengan prinsip Harmoni atau Keserasian adalah timbul dengan adanya kesamaan,

kesesuaian, dan tidak adanya pertentangan. Dalam Seni Rupa prinsip Keselarasan dapat dibuat

dengan cara menata unsur-unsur yang mungkin sama, sesuai dan tidak ada yang berbeda secara

mencolok.

33
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Seni ialah segala macam keindahan yang diciptakan manusia.orang memandang bahwa

seni merupakan karya keindahan yang menimbulkan kenikmatan.Kenikmatan meliputi

aspek kepuasan jasmani-rohani,yang muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa

manusia, baik sebagai (kreator) ataupun penikmat(apresiator).

Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa

estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa

secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses

kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa

memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di

luar kelas. Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa

aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi,

bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan

peran  (seni rupa,musik, tari, dan teater). Masing-masing mencakup materi sesuai dengan

bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta

berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat (Diknas, 2004:3).

B. Saran

34
Setelah menguraikan permasalahan tersebut semoga makalah yang berjudul “Seni
Rupa” dapat berguna bagi semua pihak. Tidak hanya berguna bagi saya selaku pembuat
makalah tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

35
36

Anda mungkin juga menyukai