PENDAHULUAN
CBR ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Wawasan dan
kritik seni, menambah pengetahuan kita dalam mengkritik buku, meningkatkan
daya fikir kita tentang bagaimana cara mengkritik sebuah buku dan menguatkan
kita tentang cara mengkritik buku yang baik dan benar.
C. Manfaat CBR
6. ISBN : 978-602-1313-70-1
BAB II
b. Aristoteles (384-322)
Menurut Aristiteles seni merupakan peniruan terhadap alam tetapi sifatnya
harus ideal
c. Immanuel Kant (1724-1804)
Seni menurut Leo Tolstoy ialah rasa yang menimbulkan kembali perasaan yang
pernah dialami.
e. Eric Ariyanto
Erik Ariyanto menjelaskan bahwa seni adalah suatu kegiatan rohani atau
aktivitas batin yang di refleksikan dalam bentuk karya yang dapat
membangkitkan perasaan orang lain yang melihat atau mendengarkannya.
f. Drs. Suwaji Bastomi
Jenis-jenis Seni:
a. Seni rupa
Seni rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur
keindahan. Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis,
seni pahat, seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni
instalasi, seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan
sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-
unsur bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis,
aneka bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya
dengan lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya,
teksturnya, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya
adalah sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang
melihatnya. Kesenangan yang ditimbulkannya muncul serta merta karena
keindahan karya itu sendiri, bukan karena ada kepentingan lain yang
membuatnya merasa senang.
b. Seni musik
Seni musik atau seni suara adalah seni yang diserap melalui indra
pendengaran. Rangkaian bunyi yang didengar dapat memberikan rasa senang
a. Pengertian Keindahan
b. Keindahan Dan Kualitas
c. Jenis- Jenis Keindahan
d. Ragam Kategori Keindahan
a. Seni tradisional
Tradisional berasal dari kata “tradisi” yang memiliki arti bahwa suatu
kelompok atau lembaga, kebiasaan, artefak ataupun perilaku yang didasari oleh
aturan maupun norma tertentu baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan
diturunkan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Seni rupa tradisional adalah semua hal yang berkaitan dengan nilai-nilai filosofi
di dalam suatu komunitas masyarakat tertentu yang dijaga kemurnian dan
keutuhannya secara turun-temuru.
b. Seni modern
Seni rupa modern adalah karya seni yang mulai muncul sekitar akhir abad
ke-19. Seni rupa modern adalah gaya atau metode seni baru yang tidak lagi
mementingkan subyek tertentu. Seniman modern menjadikan dunia yang
dihadapi saat ini sebagai obyek lukisan seolah-olah obyek tersebut baru
diciptakan. Para seniman modern bereksperimen mengeksplorasi menggunakan
cara baru dalam melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam dan material.
c. Seni kontemporer
Kontemporer memiliki arti “kekinian” atau kondisi dan waktunya sama
dengan saat ini. Seni rupa kontemporer adalah sebuah istilah untuk karya seni
rupa masa kini. Seni rupa kontemporer adalah perkembangan seni yang
terpengaruh dampak modernisasi. Seni rupa kontemporer digunakan sebagai
istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai
produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Seni rupa kontemporer ini telah
berkembang di Indonesia dengan seiring semakin beragamnya teknik dan
medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah
terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan
artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan
waktu.
d. Seni postmodern
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan
gaya dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan
konsep penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan
kecenderungan praktis. Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang
6 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni
berkembang sezaman dengan penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini
merujuk pada waktu ketika banyak terjadi trend yang mewarnai suatu masa.
Pada periode ini juga terdapat pembagian seni menurut konsumennya yaitu
untuk kelas atas (high art) dan untuk kelas bawah (low art).
a. Clasicism (klasikisme)
Klasikisme dalam seni rupa adalah gerakan seni yang memusatkan perhatiannya
pada bentuk-bentuk tradisional barat yang berkonsentrasi pada keanggunan dan
si metri serta kesempurnaan hasil karya.
b. Baroque ( gaya barok)
c. Rococo ( gaya rokoko)
d. Neo clasicism ( neo klasikisma)
e. Romantism ( romantisme), Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih
bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun
aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan
lebih lincah, emosi lebih tegas. Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
f. Realism (realisme), Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata.
Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja
berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera
penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari. Namun, pada
perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang
bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak enak dilihat
(kumuh, mengerikan).
g. Social realis (realisme sosial)
h. Symbolism (simbolisme)
i. Impresionism (impresionisme), Aliran yang menggunakan konsep melukiskan
berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada
suatu objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya
yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum
warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus
bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan
hanya selintas/tidak detail.Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille
Pissarro, Paul Cezane.
j. Post Impresionism ( post impresionisme)
d. Tingkatan Apresiasi
Kemampuan apresiasi seni dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung
seperti aspek pengetahuan dan pengalaman estetik Apresiasi terhadap karya
seni bagi orang banyak akan memiliki kesamaan jika orang-orang tersebut telah
memiliki kemampuan pemahaman yang sama terhadap karya itu dan memiliki
pemikiran kritis untuk menentukan penilaiannya. Dengan demikian, tingkat
pengalaman estetik seseorang akan banyak menentukan tingkat kemampuan
apresiasi bagi seseorang. Apresiasi seseorang dikatakan benar dan mempunyai
tingkatan apresiasi yang tinggi apabila telah mendekati kebenaran seperti nilai
yang terkandung dalam karya seni yang diamatinya. Kemampuan setiap orang
dalam mengapresiasi karya seni sangatlah beragam. Ini disebabkan karena latar
belakang wawasan, pengalaman dan rasa estetis yang beragam pula. Berkaitan
dengan hal tersebut Tabrani (1998: 20-23) menguraikan tingkatan apresiasi
sebagai berikut:
a. Kejutan (surprise) Kerjutan akan terjadi ketika kita berhadapan dengan
sesuatu karya pada “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta. Ini sebagai akibat
ciri-kreasi karya yang iseng dan novel.
b. Empati Dalam apresiasi seni terjadi pula proses empati, yaitu si pengamat
turut serta merasakan ungkapan, curahan hati seniman penciptanya. Turut serta
merasakan suka duka, pikiran, perasaan, pandangan hidup dan watak yang
tercermin dalam karya seni tersebut. Empati merupakan proses intuitif diiringi
rasa-indah-estetis (feeling into form) yang berada antara sadar-ambang sadar.
Dengan demikian, empati berhubungan dengan estetik dan bentuk.
BUKU 2
Model pembelajaran kritik dan apresiasi seni rupa oleh Bandi Sobandi,
S.Pd
Apresiasi merupakan kegiatan mental individu dalam proses penilaian.
Pandangan lain mengenai istilah ini ditujukkan kepada khalayak sebagai proses
pertukaran pemikiran yang berhubungan untuk mengagumi suatu nilai. Bahkan
pada saat ini apresiasi sering digunakan pada istilah ekonomi (dari bahasa Latin,
price atau prex yang berarti harga).
Terdapat beberapa kata yang salah dalam pengetikan yang sebenarnya bukan lah
hal yang fatal (manusiawi), namun karna salah pengetikan tersebut sedikit
membuat pembaca bingung.
Dalam Buku ini bahasanya terlalu kaku sehingga sulit untuk dipahami, ada
beberapa kata yang dalam penyusunannya kurang enak dibaca sehingga
menjadikan pembaca harus mengulang kembali membaca agar dapat
memahaminya.
Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan pada buku “wawsan
seni” namun tidak dijelaskan.
Tidak ada daftar isi, sehingga mempersulit para pembaca untuk menemukan
materi yang dicari pada buku “Model Pembelajaran Dan Apresiasi Seni Rupa”.
Kelemahan dalam buku pembanding ini kurangnya memberikan pemahaman
bagi pembaca khususnya para pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh
pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.
B. REKOMENDASI
Menurut yang saya baca dari buku ”Wawasan Seni dan Model
Pembelajaran Dan Apresiasi Seni Rupa” buku tersebut sangat layak digunakan
untuk seorang mahasiswa seperti kami dan menjadi reverensi bagi si pembaca
dan diharapkan agar buku tersebut lebih teliti lagi saat dalam pengetikan agar
tidak ada kesalahan serta memudahkan pembaca untuk mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA