Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Dalam Critical Book Review ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi


sebuah buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat
dipahami oleh mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk
didalamnya mengerti akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan
dikritisi. Dalam hal ini saya mengkritik buku “WAWASAN SENI” oleh Penulis
Dermawan Sembiring.
Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Review ini mahasiswa
dituntut dalam meringkas dan, menganalisa, serta memberikan kritik berupa
kelebihan dan kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang ada dalam
buku tersebut, sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam
berpikir logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang terdapat
dalam suatu buku. Penugasan Critical Book Review ini juga merupakan bentuk
pembiasaan agar mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan
berpikir secara analitis sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama
mahasiswa pun menjadi terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan
tugas tersebut. Pembuatan tugas Critical Book Review ini juga akan melatih,
menambah, serta menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya
mengkritikalisasi suatu karya berdasarkan data yang factual sehingga dengan
begitu terciptalah mahasiswa-mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis
sehingga dengan bertambahnya era yang semakin maju yang seperti kita tahu
sekarang dijaman MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dituntut menciptakan
masyarakat yang berpikir maju kedepan dalam hal ini generasi-generasi bangsa
yang saat ini sedang mengikuti jenjang pendidikan baik yang rendah sampai yang
tinggi menjadi ujung tombak perubahan yang akan menciptakan bangsa yang
maju dan sejahtera.

1 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


B. Tujuan Penulisan CBR

CBR ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Wawasan dan
kritik seni, menambah pengetahuan kita dalam mengkritik buku, meningkatkan
daya fikir kita tentang bagaimana cara mengkritik sebuah buku dan menguatkan
kita tentang cara mengkritik buku yang baik dan benar.

C. Manfaat CBR

1. Membantu memahami karakteristik dalam wawsan dan kritik seni


2. Membantu memahami perkembangan Seni dalam negeri.
3. Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari bahwa wawasan dan kritik
seni dapat menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.
4. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku

D. Identitas Buku Yang Direview

1. Judul : Wawasan Seni

2.Pengarang : Drs. Dermawan Sembiring

3. Penerbit : UNIMED PRESS

4. Kota terbit : Medan

5. Tahun Terbit : 2014

6. ISBN : 978-602-1313-70-1

BAB II

2 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku
1. BUKU 1 WAWASAN SENI
BAB I Pengertian Seni
Pengertian seni : kata seni dalam bahasan indonesia erat kaitannya
dengan kata “sani” dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan,
donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. (Soedarso SP: 1988;
16).
Adapun pengertian seni menurut para ahli antara lain sebagai berikut :
a. Plato (427-347 Sm)

Plato mengemukakan pendapatnya mengenai seni, dan menjabarkan bahwa seni


merupakan hasil peniruan alam dengan segala seginya.

b. Aristoteles (384-322)
Menurut Aristiteles seni merupakan peniruan terhadap alam tetapi sifatnya
harus ideal
c. Immanuel Kant (1724-1804)

Immanuel Kant menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan seni adalah


merupakan sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan
kenyataan.

d. Leo Tolstoy (1828-1910)

Seni menurut Leo Tolstoy ialah rasa yang menimbulkan kembali perasaan yang
pernah dialami.

e. Eric Ariyanto
Erik Ariyanto menjelaskan bahwa seni adalah suatu kegiatan rohani atau
aktivitas batin yang di refleksikan dalam bentuk karya yang dapat
membangkitkan perasaan orang lain yang melihat atau mendengarkannya.
f. Drs. Suwaji Bastomi

Prof. Drs. Suwaji bastomi menjelaskan bahwa menurutnya seni merupakan


aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam bentuk
agung yang memiliki daya membangkitkan rasa takjub & haru.

3 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


g. Walter Benyamin (1892-1940)
Walter Benyamin menghahekati seni sebagai translasi atau terjemahan dari
bahasa barang menjadi bahasa manusia.
h. F. Carrit
F. Carrit menjelaskan dua defenisi seni, yang pertama, bahwa seni adalah
ekspresi, dan yang kedua, bahwa seni adalah sprit, perasaan, atau suasana hati
yang di ekspresikan.
i. Melvin Rader
Seni adalah permainan, ilusi, keindahan, ungkapan, emosi, dan imajinasi,
pemenuhan keinginan, kenikmatan, teknik, perasaan, makna, fungsi, abstraksi,
dan jarak estetik.
j. Jean Francois Lyotard (1924-1988)
Lyotard tidak melihat seni sebagai reprentasi barmakna, namu sebagai daya yang
menampakkan diri.
k. Morrist Weist Dan Wittgenstein
Wittgenstein menekankan bahwa, seperti agama, seni tidak dapat direduksikan
kepada batasan sederhana.
BAB II JENIS-JENIS SENI

Jenis-jenis Seni:

a. Seni rupa
Seni rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur
keindahan. Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis,
seni pahat, seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni
instalasi, seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan
sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-
unsur bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis,
aneka bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya
dengan lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya,
teksturnya, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya
adalah sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang
melihatnya. Kesenangan yang ditimbulkannya muncul serta merta karena
keindahan karya itu sendiri, bukan karena ada kepentingan lain yang
membuatnya merasa senang.
b. Seni musik
Seni musik atau seni suara adalah seni yang diserap melalui indra
pendengaran. Rangkaian bunyi yang didengar dapat memberikan rasa senang

4 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


dan rasa puas bagi yang mendengarnya karena adanya keserasian susunan dari
rangkaian tangga nada bunyi-bunyi tersebut. Secara garis besar ada dua jenis
musik yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal adalah musik yang
hanya mengandalkan suara manusia saja, sedangkan musik instrumental adalah
musik yang diperoleh dari memainkan alat-alat musik.
c. Seni tari
Seni tari adalah seni yang diserap melalui indra penglihatan. Tetapi
kekhususannya adalah keindahan yang dinikmati pada gerakan-gerakan tubuh,
terutama gerakan kaki dan tangan, dengan ritme-ritme teratur, biasanya
mengikuti irama musik. Seni tari juga tidak terlepas dari seni rupa karena gerak-
gerak yang diperlihatkan diserap dengan indra penglihatan.
d. Seni drama
Seni drama adalah seni peran atau lakon yang umumnya dimainkan di
atas panggung. Seni ini dinikmati sekaligus dengan indra penglihatan dan indra
pendengaran. Dalam ungkapan lain seni drama disebut juga dengan seni theater
(panggung). Secara umum merupakan gambaran sebuah peristiwa duniawi atau
imajinasi yang dihadirkan kembali diatas panggung. Keindahan seni drama
terletak pada ketepatan alur cerita yang diperankan oleh para pemain diatas
panggung.
e. Seni sastra
Seni sastra adalah seni yang dikemukakan melalui susunan rangkaian
bahasa baik lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa senang tanpa
pamrih bagi orang yang membacanya. Secara garis besar seni sastra dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori besar yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah
seni sastra yang berusaha mendeskripsikan keadaan, keinginan, atau imajinasi
secara mendetail. Sedangkan puisi adalah seni yang cenderung
menyederhanakan deskripsi dengan menangkap inti permasalahan yang ingi
diungkapkan.

BAB III SENI DAN KEINDAHAN

SENI DAN KEINDAHAN

a. Pengertian Keindahan
b. Keindahan Dan Kualitas
c. Jenis- Jenis Keindahan
d. Ragam Kategori Keindahan

5 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


BAB IV SENI TRADISIONAL, MODERN, KONTEMPORER DAN POSTMODERN

Seni Tradisional, Modern, Kontemporer Dan Postmodern :

a. Seni tradisional
Tradisional berasal dari kata “tradisi” yang memiliki arti bahwa suatu
kelompok atau lembaga, kebiasaan, artefak ataupun perilaku yang didasari oleh
aturan maupun norma tertentu baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan
diturunkan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Seni rupa tradisional adalah semua hal yang berkaitan dengan nilai-nilai filosofi
di dalam suatu komunitas masyarakat tertentu yang dijaga kemurnian dan
keutuhannya secara turun-temuru.
b. Seni modern
Seni rupa modern adalah karya seni yang mulai muncul sekitar akhir abad
ke-19. Seni rupa modern adalah gaya atau metode seni baru yang tidak lagi
mementingkan subyek tertentu. Seniman modern menjadikan dunia yang
dihadapi saat ini sebagai obyek lukisan seolah-olah obyek tersebut baru
diciptakan. Para seniman modern bereksperimen mengeksplorasi menggunakan
cara baru dalam melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam dan material.
c. Seni kontemporer
Kontemporer memiliki arti “kekinian” atau kondisi dan waktunya sama
dengan saat ini. Seni rupa kontemporer adalah sebuah istilah untuk karya seni
rupa masa kini. Seni rupa kontemporer adalah perkembangan seni yang
terpengaruh dampak modernisasi. Seni rupa kontemporer digunakan sebagai
istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai
produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Seni rupa kontemporer ini telah
berkembang di Indonesia dengan seiring semakin beragamnya teknik dan
medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah
terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan
artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan
waktu.
d. Seni postmodern
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan
gaya dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan
konsep penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan
kecenderungan praktis. Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang
6 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni
berkembang sezaman dengan penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini
merujuk pada waktu ketika banyak terjadi trend yang mewarnai suatu masa.
Pada periode ini juga terdapat pembagian seni menurut konsumennya yaitu
untuk kelas atas (high art) dan untuk kelas bawah (low art).

BAB V KATEGORI DAN CABANG-CABANG SENI RUPA

Kategori Dan Cabang-Cabang Seni Rupa :

a. Seni murni ( fine art)


Seni rupa murni adalah seni yang tercipta bebas tanpa
mempertimbangkan segi fungsi dari kesenian yang dibuat, tetapi lebih
mempertimbangkan dan mengutamakan fungsi keindahan atau estetika. Fungsi
dari seni rupa murni sendiri adalah sebagai hiasan atau untuk sekedar
memenuhi kepuasan batin akan estetik. Dan berikut adalah contoh dari seni rupa
murni. Jenis seni yang sering di kelompokkan dalam kategori seni murni adalah :
Seni Lukis, Seni Grafis, seni patung, seni komputer/seni digital, seni multi media,
seni instalasi, seni lingkungan, seni rupa pertunjukan, seni rupa peristiwa.
b. Seni terapan/ desain (aplied art/desingn)
Seni terapan/Desain adalah salah satu cabang dari seni rupa yang lebih
menitik beratkan fungsi dan kemudahan dalam menjalankan produksinya. Istilah
desain serng dikaitkan dengan suatu penyusunan polaatau rancangan yang
menjadi dasar pembuatan suatu bendabuatan. Dengan kata lain desain adalah
suatu rencana yang terdiri dari beberapa unsur untuk mewujudkan suatu hasil
karya yang nyata. Syarat pembuatan desain yang baik adalah desain yang mudah
dimengerti dan mudah untuk dikerjakan dengan jelas. Dalam bidang seni dan
desain rupa dikenal dengan sejumlah disiplin desain. Beberapa di antaranya
dideskripsikan sebagai berikut: seni gambar, desain komunikasi visual, desai
grafis, seni ilustrasi, desain produk, desain interior, desain tekstil, desain feisyen.
c. Seni kerajinan dan kriya
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs
Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi
karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk
menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni”.

BAB VI MUATAN SENI(RUPA)

7 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


Muatan Seni Rupa :

a. Bentuk dalam seni rupa


b. Isi (content)

BAB VII ALIRAN DAN GAYA SENI

Aliran Dan Gaya Seni :

a. Clasicism (klasikisme)
Klasikisme dalam seni rupa adalah gerakan seni yang memusatkan perhatiannya
pada bentuk-bentuk tradisional barat yang berkonsentrasi pada keanggunan dan
si metri serta kesempurnaan hasil karya.
b. Baroque ( gaya barok)
c. Rococo ( gaya rokoko)
d. Neo clasicism ( neo klasikisma)
e. Romantism ( romantisme), Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih
bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun
aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan
lebih lincah, emosi lebih tegas. Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
f. Realism (realisme), Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata.
Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja
berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera
penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari. Namun, pada
perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang
bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak enak dilihat
(kumuh, mengerikan).
g. Social realis (realisme sosial)
h. Symbolism (simbolisme)
i. Impresionism (impresionisme), Aliran yang menggunakan konsep melukiskan
berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada
suatu objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya
yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum
warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus
bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan
hanya selintas/tidak detail.Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille
Pissarro, Paul Cezane.
j. Post Impresionism ( post impresionisme)

8 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


k. Fauvisme (fauvism atau fauves les), Aliran yang dipelopori oleh sekelompok
seniman muda untuk membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya,
sehingga mendapat julukan Les Fauves (binatang jalang) dari kritikus Prancis
Louis Vauxcelles. Julukan tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun,
aliran ini tidak bertahan lama. Aliran ini menekankan pada penggunaan garis
kontur yang tegas dan berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang
mutlak (tidak harus sesuai kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa
saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain,
George Rouault, Maurice de Vlaminck.
l. Suprematsm (supermatisme)
m. Cubism ( kubisme )
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi
empat, lingkaran , oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan
rasionalitas. Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak
dan simultan berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang
yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan
di antara bagian-bagian itu.Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henri Moore,
Fernand Leger, A. Archipenko, Juan Gris.
n. Purism (purisme)
o. Vortisism ( vortisisme)
p. De stijl (gaya)
q. Surrealism (surealisme)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan
bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol
kesadaran/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol
kesadaran/terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga
menampakkan kesan aneh atau fantastik.
r. Ekspresionism( ekspresionisme), Aliran ini berusaha mengekspresikan
aktualitas bukan hanya berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan
pengalaman batin. Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin
lainnya yang mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam
melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan
secara visual tidak lagi menjadi pertimbangan estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlach.

9 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


BAB VIII APRESIASI DAN KRITIK
a. Apresiasi seni
b. Kritik seni

2. BUKU 2 MODEL PEMBELAJARAN KRITIK DAN APRESIASI SENI RUPA


BAB 1 POTRET PEMBELAJARAN KRITIK DAN APRESIASI SENI
a. Faktor Penyebab Rendahnya Apresiasi Seni
b. Bentuk-Bentuk Upaya Peningkatan Apresiasi Seni
 Kegiatan Pembelajaran Apresiasi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kegiatan
program pembelajaran kesenian ini diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta
(DKJ) dengan sasaran para siswa SMU. Model ini dikenal juga dengan Apresiasi
Seni Pertunjukan (ASP) (Gong No. 70/VII/2005: 10). Tujuan kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan apresiasi para siswa melalui Kegiatan ekstrakurikuler. Cara
yang ditempuh ada dua model, yaitu: Model pertama bersifat proaktif dengan
cara mendatangi sekolah-sekolah untuk mengandakan pertunjukan. Kemudian
dilakukan diskusi yang dipandu oleh presenter (seniman). Model kedua
dilakukan dengan mengundang sekolahsekolah untuk mengunjungi dan
menyaksikan pertunjukan di gedung kesenian, kemudian dilakukan dialog dan
diskusi. Selanjutnya, ditawarkan pula program 22 pelatihan kesenian para siswa,
mereka sangat responsif sehingga banyak sekolah yang mendaftarkan diri. Akan
tetapi, biaya DKJ terbatas (Riantiarno, 2002: 4-5).
 Kegiatan Apresiasi Seni Rupa untuk Remaja (ASuRA) kegiatan ini dikembangkan
Yayasan Seni Cameti (YSC) di Yogyakarta. Lembaga swasta ini memiliki
kepedulian akan pendidikan seni bagi anak-anak dengan membuat suatu

10 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


program Apresiasi Seni Rupa untuk Remaja (ASuRA) bagi siswa SLTP.
Penyelenggaraan program ini dilaksanakan selama tiga tahun (2000-2003)
melalui kegiatan kolaborasi dengan fihak sekolah untuk mengajarkan seni rupa.
Pada tahun pertama, proses pembelajaran apresiasi dilakukan oleh seniman
dalam kegiatan ekstrakurikuler; kemudian pada tahun kedua, pembelajaran
apresiasi 21 yang melibatkan seniman (kriya, pelukis, komikus, pegrafis, dan
teater) sebagai guru seni yang dilakukan pada kegiatan intrakurikuler; dan pada
tahun ketiga, program berikutnya masih dalam kegiatan intrakurikuler YSC
mencoba memperkenalkan siswa untuk memaknai benda-benda yang ada di
sekitar siswa dengan difasilitasi oleh para seniman sebagai konsultan (Neni,
2001: 8-10).
 Kegiatan PAS (Program Apresiasi Seni) Program ini merupakan bentuk kegiatan
rintisan yang dilakukan atas kerja sama antara pusat Studi Budaya dan
Perubahan Sosial Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan STSI Surakarta
(perancang modul), UPI (penyedia Tutor), Majelis Dikdasmen PDM Surakarta dan
Karang Anyar, serta The Ford Fondation. PAS menekankan pada tujuan untuk
menumbuhkan minat dan penghargaan siswa terhadap kesenian, merangsang
kemampuan dan keterlibatan siswa untuk berkesenian, serta mendorong siswa
untuk memanfaatkan pengalaman seninya dalam kehidupan sehari-hari
(Khisbiyah, Y. dan Sabardila, A., 2004: 173).
 Kegiatan Pendidikan Seni Nusantara (PSN) Program PSN merupakan sebuah
metode pendidikan alternatif. Model ini mulanya dikembangkan di Jawa Barat
kemudian menyebar ke hampir seluruh pelosok nusantara. Program yang
dilakukan lembaga ini adalah memberikan workshop/pelatihan kepada para
guru kesenian, menerbitkan modul pembelajaran (Tekstil, Musik Popular, Gong
(SMP), dan Topeng, Dawai untuk SMA) dan materi audio visual berbentuk VCD.
BAB 2 KONSEP DASAR KRITIK SENI
a. Pengertian Kritik Seni
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan
kelebihan dan kekurangan suatu karya seni.
b. Jenis Dan Bentuk Kritik Seni
Jenis kritik seni :
 Kritik jurnalistik

11 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


 Kritik edukatif
 Kritik ilmiah/akademik
 Kritik populer
 Kritik seni holistik
Bentuk kritik seni
 Kritik formalistik
 Kritik ekspresivistik
 Kritik instrumentalistik
c. Penyajian Kritik
a. Deskripsi (description)
b. Analisis formal (formal analysis)
c. Interpretasi (interpretation)
d. Evaluasi atau penelilitian
d. Kritikus Seni
Kritikus seni atau ialah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni orang
lain atau dirinya sendiri. Ideal seorang kritikus memiliki ketajaman dan
sensibilitas indera, pikiran dan perasaan. Ketajaman dan sensibiliti tersebut
terintegrasi dalam satu kapasitas reasoning dan creative, jika dilandasi:
1. Keilmuan dan pengalaman yang relevan
2. Pengalaman yang memadai dalam dunia pergaulan materi kritik
3. Menguasai media kritik
4. Menguasai aplikasi metode kritik yang optimal.

BAB 3 KONSEP DASAR APRESIASI SENI


a. Pengertian Apresiasi
Apresiasi merupakan kegiatan mental individu dalam proses penilaian.
Pandangan lain mengenai istilah ini ditujukkan kepada khalayak sebagai proses
pertukaran pemikiran yang berhubungan untuk mengagumi suatu nilai. Bahkan
pada saat ini apresiasi sering digunakan pada istilah ekonomi (dari bahasa Latin,
price atau prex yang berarti harga).
Hal ini tentunya tidak hanya digunakan pada kontek penghargaan
terhadap orang tapi pada sesuatu benda atau peristiwa yang telah, sedang, dan
yang akan terjadi. Secara etimologis, perkataan “apresiasi” berasal dari kata
12 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni
appreciation (Inggris), appreciatie (Belanda), dan menurut kamus-kamus dalam
bahasa Inggris di antaranya” to appreciate, yaitu bentuk kata kerjanya, berarti to
judge the value of; understand or enjoy fully in the right way (Oxford). Sementara
itu, istilah 2 “Apresiasi” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1988: 46)
adalah: “1 kesadaran thd nilai-nilai seni dan budaya; 2 penilaian (penghargaan)
thd sesuatu…”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka apresiasi seni dapat diartikan
sebagai upaya untuk menyadari akan nilai-nilai (estetika) yang terdapat pada
sesuatu (misalnya orang, benda, atau peristiwa) untuk diberikan penghargaan
atau penilaian mengenai kualitas sesuatu tersebut. Apresiasi seni adalah
pemahaman dan pengenalan, pertimbangan, dan penilaian yang tepat tentang
hal ihwal seni.
Kegiatan apresiasi seni merupakan penikmatan seni Lebih lanjut,
apresiasi berarti pengenalan nilai pada tingkatan nilai yang lebih tinggi. Apresiasi
merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke
arah nilai yang lebih tinggi, sehingga ia siap untuk melihat dan mengenal nilai
dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik (Derlan, 1987: 5).
Pendapat ini dipertegas Emmons dan McCullough (2004: 231) dalam The
Psychology of Gratitude bahwa apresiasi sebagai: “the act of estimating the
qualities of things according to their true worth,”“grateful recognition,”“sensitive
awareness or enjoyment,” and “an increase in value.” Pendapat senada
diungkapkan Soeharjo (2005: 169) bahwa: Apresiasi seni adalah menghargai
seni lewat kegiatan pengamatan yang menimbulkan respon terhadap stimulus
yang berasal dari karya seni sedemikian sehingga menimbulkan rasa
keterpesonaan pada awalnya, diikuti dengan penikmatan serta pemahaman bagi
pengamatnya
b. Dimensi Apresiasi
Kegiatan apresiasi merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Hal ini dapat dikaji
dari berbagai dimensi. Menurut Osborn (1970) bahwa apresiasi sebagai suatu
sikap attitudes), apresiasi sebagai suatu aksi (actions)
1. Apresisi sebagai Sikap Apresiasi seni sering didefiniskan dalam istilah
kebiasaan (habits) dan suatu keahlian (skills), tetapi definisi apresiasi secara
lengkap seharusnya mengandung suatu sikap atau perasaan tentang seni

13 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


yang membawa individu kepada sesuatu atau pengalaman dengan seni.
Harold Osborne meyakini bahwa apresiasi dapat mengembangkan kebiasaan
mental berupa perhatian (attention) dan ketertarikan (interest) secara
bersama-sama membawanya dengan keahlian yang dituntut dalam keahlian
dan kemampuann untuk diperlihatkan dalam nuansa yang berbeda
2. Apresiasi sebagai suatu prilaku (action) Perkembangan mental dapat dilatih
melalui studi apresiasi seni yang meliputi: memusatkan perhatian, mengenal
peredaan, pemahaman kontekstual dan penilaian. Guru juga diharapkan aktif
dalam mengapresiasi dan keterlibatanya dalam kehidupan seni. Mereka yakin
bahwa struktur pengalaman dalam kelas melayaninya sebagai model seni
yang dapat dikembangkan pada masa datang. Selanjutnya, ada yang mungkin
dipadukan untuk dalam mencari seni melalui kegiatan membacanya,
mengumpulkan karya, dan ekspresi sosial dengan sikap positif dan
partisipasi. Keterampilan apresiasi seni telah dikembangkan dan dimulai atas
dasar pengetahuan, apresiator baru yang menemukan penguatan dalam
melakukan aktivitas apresiasi. Apresiasi seni ini berlangsung alamiah dalam
interaksi, rekonstruksi, dan keberlangsungannya..

c. Apresiasi Seni Dalam Konteks Pendidikan


Proses kegiatan ini sangat kompleks. Kemampuan mengapresiasi seni
memerlukan penguasaan berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, agar guru dan
siswa memiliki kemampuan tersebut maka mereka perlu menguasai berbagai
pengetahuan tentang seni, seniman, teknik berkarya, teori estetika, sejarah seni
dan kritik. Hal ini sejalan dengan pendapat Jansen (Rice, 1997) bahwa:
“Like integrated humanities courses, art appreciation courses are often
reduced to rote and require some knowledge of many fields of art--the artist‟s
knowledge of technique, the aesthetician‟s understanding of theory, the
historians description of contexts, and the critic‟s assessment of contemporary
relevance”.
Apresiasi adalah suatu proses dan pada akhirnya melahirkan sikap dalam
mencermati seni. Sikap adalah sesuatu yang tidak tumbuh dengan begitu saja.
Sikap bisa terbentuk setelah berulang-ulang. Sikap (atitude) adalah 15

14 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun negatif, terhadap
orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu (Kartono, 1987: 35).
Berdasarkan pandangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mengembangkan sikap apresiasi dapat ditempuh melalui proses pendidikan.
Upaya ini dapat membina siswa untuk dapat menghayati, menikmati, menghargai
serta menilai suatu karya seni. Melalui kegiatan ini diharapkan anak-anak
sebagai penerus perjuangan bangsa mampu memiliki kecintaan untuk
menghargai karyakarya seni dan budaya bangsanya di masa yang akan datang.

d. Tingkatan Apresiasi
Kemampuan apresiasi seni dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung
seperti aspek pengetahuan dan pengalaman estetik Apresiasi terhadap karya
seni bagi orang banyak akan memiliki kesamaan jika orang-orang tersebut telah
memiliki kemampuan pemahaman yang sama terhadap karya itu dan memiliki
pemikiran kritis untuk menentukan penilaiannya. Dengan demikian, tingkat
pengalaman estetik seseorang akan banyak menentukan tingkat kemampuan
apresiasi bagi seseorang. Apresiasi seseorang dikatakan benar dan mempunyai
tingkatan apresiasi yang tinggi apabila telah mendekati kebenaran seperti nilai
yang terkandung dalam karya seni yang diamatinya. Kemampuan setiap orang
dalam mengapresiasi karya seni sangatlah beragam. Ini disebabkan karena latar
belakang wawasan, pengalaman dan rasa estetis yang beragam pula. Berkaitan
dengan hal tersebut Tabrani (1998: 20-23) menguraikan tingkatan apresiasi
sebagai berikut:
a. Kejutan (surprise) Kerjutan akan terjadi ketika kita berhadapan dengan
sesuatu karya pada “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta. Ini sebagai akibat
ciri-kreasi karya yang iseng dan novel.
b. Empati Dalam apresiasi seni terjadi pula proses empati, yaitu si pengamat
turut serta merasakan ungkapan, curahan hati seniman penciptanya. Turut serta
merasakan suka duka, pikiran, perasaan, pandangan hidup dan watak yang
tercermin dalam karya seni tersebut. Empati merupakan proses intuitif diiringi
rasa-indah-estetis (feeling into form) yang berada antara sadar-ambang sadar.
Dengan demikian, empati berhubungan dengan estetik dan bentuk.

15 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


c. Rasa-Betul-Estetis Mereka yang terlau rasionil akan mendapat kesulitan
mencapai empati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Betul-Estetis melalui
proses rasionil. Bagi apresiator umum sudah cukup sampai pada Rasa-Betul-
Estetis, tapi bagi para mahasiswa seni perlu dilengkapi dengan intuitif dan
kreatif.
d. Simpati Simpati berhubungan dengan etika dan isi pesan/content/fungsi suatu
karya. Simpati berarti “feeling with”. Ini merupakan penjabaran intusisi yang
sudah mulai merasakan meningkatnya perasan-hanyut. Jika kita merasa simpati
pada seseorang maka kita seakan-akan merasakan sendiri apa yang dirasakan
oleh orang itu dam jika kita memusatkan diri pada suatu hasil seni, maka kita
memproyeksikan diri kita ke dalam bentuk hasil seni itu, dan perasaan kita
ditentukan oleh apa yang kita ketemukan di sana, oleh dimensi yang kita
dapatkan.
e. Rasa- Benar-Etis Orang yang terlalu rasional akan mendapat keslitan mencapai
simpati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Benar-Etis karena etika bisa
didekati dengan ilmu pengetahuan.
f. Terpesona Umumnya Empati lebih dahlu dari Simpati. Suatu karya mump
membawa apresiator menjadi Empati dan Simpati hingga terjadinya integrasi
rasa-indahestetis (feeling into-nya empati) dengan rasa-hanyut (feeling with-nya
Simpati) maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut
mencapai rasa apresiasi terpesona. Transformasi suatu karya yaitu suatu
perasaan yang timbul bila berhadapan dengan suatu karya yang integral dan
jujur.
g. Terharu Proses ini terjadi ditandai proses penghayatan yang merupakan
peleburan sadar-ambang sadar-tak sadar menjadi satu kesatuan.

BAB 4 METODE PEMBELAJARAN KRITIK DAN APRESIASI SENI


a. Metode Pembelajaran Kritik
 Metode induktif
 Metode deduktif
 Metode empati
 Metode interaktif
b. Metode Pembelajaran Apresiasi

16 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


 Pendekatan aplikatif: pendekatan ini dilakukan melalui proses penciptaan
seni secara langsung
 Pendekatan historis: ditempuh melalui pengenalan sejarah seni.
 Pendekatan problematik
c. Skenario Pengembangan Apresiasi Seni
Celement dan Smith (1968) mengemukakan empat tipe cara merespon
karya seni, yaitu: 1. Emotional response: Karya seni disusun oleh keinginan
perasaan setiap saat dengan respon sujektif. Aspek ini banyak disukai oleh
wanita dari pada pria, variabel tanggapan ditunjukkan oleh perasaan individu
yang memasuki karya seni. 2. Association response: Seni sebagai batu loncatan
untuk angan-angan dan menunjukan suatu hubungan (asosiasi) dengan masa
kanak-kanak, pemahaman keagamaan atau sesuartu hubungan yang
memungkinkan ataupun tidak terhadap karya seni. Pada aspek ini maksud
melihat karya seni sebagai 13 sebuah cerita, monolog dan kadang-akadang
dilakukan dialog dengan karya seni tersebut, kemiripan yang sama seperti orang
tua, konservatif fdan suatu pulihan untuk mewakili suatu perumpamaan. 3.
Novelity response: Karakteristik ini muncul dengan dengan rasa seni yang luar
biasa (unnusual), kadang-kadang mengejutkan.
Aspek ini ditandai dengan sebuah keinginan untuk mengumpulkan
perbedaan yang besar dari gaya seni dan suatu kemampuan untuk menganalisis
kualitas desain dari suatu karya oleh perasaan untuk karya seni, ketertarikan
dalam mengidentifikasi objek yang diwakili dalam karya seni merupakan sebuah
kekuatan untuk mempertahankan seni modern dan ketertarikan dalam
pandangan baru. “Aesthetic” response: Hidup dan kuatnya apresiasi dibawa
untuk menguatkan tanggapan emosional yang ditemukan dalam karya seni.
Segi ini menyangkut hilangnya sesuatu dengan sendirinya, empati,
terletak pada gambar, untuk memahami kualitas desain, untuk menunjukan
hasrat dan ketertarikan terhadap karya seni, bentuk kesamaan rasa dari orang
tua dan tujuan untuk menggunakan uang untuk karya seni dalam kehidupan di
masa datang.

17 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


BAB III
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN ISI BUKU
BUKU 1
Wawasan seni oleh Dermawan Sembiring
Pengertian seni : kata seni dalam bahasan indonesia erat kaitannya
dengan kata “sani” dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan,
donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. (Soedarso SP: 1988;
16).
Seni rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur
keindahan. Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis,
seni pahat, seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni
instalasi, seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan
sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-
unsur bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis,
aneka bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya
dengan lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya,
teksturnya, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya
adalah sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang
melihatnya. Kesenangan yang ditimbulkannya muncul serta merta karena
keindahan karya itu sendiri, bukan karena ada kepentingan lain yang
membuatnya merasa senang.
a. Seni murni ( fine art)

18 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


Seni rupa murni adalah seni yang tercipta bebas tanpa
mempertimbangkan segi fungsi dari kesenian yang dibuat, tetapi lebih
mempertimbangkan dan mengutamakan fungsi keindahan atau estetika. Fungsi
dari seni rupa murni sendiri adalah sebagai hiasan atau untuk sekedar
memenuhi kepuasan batin akan estetik. Dan berikut adalah contoh dari seni rupa
murni. Jenis seni yang sering di kelompokkan dalam kategori seni murni adalah :
Seni Lukis, Seni Grafis, seni patung, seni komputer/seni digital, seni multi media,
seni instalasi, seni lingkungan, seni rupa pertunjukan, seni rupa peristiwa.
b. Seni terapan/ desain (aplied art/desingn)
Seni terapan/Desain adalah salah satu cabang dari seni rupa yang lebih
menitik beratkan fungsi dan kemudahan dalam menjalankan produksinya. Istilah
desain serng dikaitkan dengan suatu penyusunan polaatau rancangan yang
menjadi dasar pembuatan suatu bendabuatan. Dengan kata lain desain adalah
suatu rencana yang terdiri dari beberapa unsur untuk mewujudkan suatu hasil
karya yang nyata. Syarat pembuatan desain yang baik adalah desain yang mudah
dimengerti dan mudah untuk dikerjakan dengan jelas. Dalam bidang seni dan
desain rupa dikenal dengan sejumlah disiplin desain. Beberapa di antaranya
dideskripsikan sebagai berikut: seni gambar, desain komunikasi visual, desai
grafis, seni ilustrasi, desain produk, desain interior, desain tekstil, desain feisyen.
c. Seni kerajinan dan kriya
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs
Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi
karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk
menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni”.

BUKU 2
Model pembelajaran kritik dan apresiasi seni rupa oleh Bandi Sobandi,
S.Pd
Apresiasi merupakan kegiatan mental individu dalam proses penilaian.
Pandangan lain mengenai istilah ini ditujukkan kepada khalayak sebagai proses
pertukaran pemikiran yang berhubungan untuk mengagumi suatu nilai. Bahkan
pada saat ini apresiasi sering digunakan pada istilah ekonomi (dari bahasa Latin,
price atau prex yang berarti harga).

19 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


Hal ini tentunya tidak hanya digunakan pada kontek penghargaan
terhadap orang tapi pada sesuatu benda atau peristiwa yang telah, sedang, dan
yang akan terjadi. Secara etimologis, perkataan “apresiasi” berasal dari kata
appreciation (Inggris), appreciatie (Belanda), dan menurut kamus-kamus dalam
bahasa Inggris di antaranya” to appreciate, yaitu bentuk kata kerjanya, berarti to
judge the value of; understand or enjoy fully in the right way (Oxford). Sementara
itu, istilah 2 “Apresiasi” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1988: 46)
adalah: “1 kesadaran thd nilai-nilai seni dan budaya; 2 penilaian (penghargaan)
thd sesuatu…”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka apresiasi seni dapat diartikan
sebagai upaya untuk menyadari akan nilai-nilai (estetika) yang terdapat pada
sesuatu (misalnya orang, benda, atau peristiwa) untuk diberikan penghargaan
atau penilaian mengenai kualitas sesuatu tersebut. Apresiasi seni adalah
pemahaman dan pengenalan, pertimbangan, dan penilaian yang tepat tentang
hal ihwal seni.
Kegiatan apresiasi seni merupakan penikmatan seni Lebih lanjut,
apresiasi berarti pengenalan nilai pada tingkatan nilai yang lebih tinggi. Apresiasi
merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke
arah nilai yang lebih tinggi, sehingga ia siap untuk melihat dan mengenal nilai
dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik (Derlan, 1987: 5).
Pendapat ini dipertegas Emmons dan McCullough (2004: 231) dalam The
Psychology of Gratitude bahwa apresiasi sebagai: “the act of estimating the
qualities of things according to their true worth,”“grateful recognition,”“sensitive
awareness or enjoyment,” and “an increase in value.” Pendapat senada
diungkapkan Soeharjo (2005: 169) bahwa: Apresiasi seni adalah menghargai
seni lewat kegiatan pengamatan yang menimbulkan respon terhadap stimulus
yang berasal dari karya seni sedemikian sehingga menimbulkan rasa
keterpesonaan pada awalnya, diikuti dengan penikmatan serta pemahaman bagi
pengamatnya
e. Dimensi Apresiasi
Kegiatan apresiasi merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Hal ini dapat dikaji
dari berbagai dimensi. Menurut Osborn (1970) bahwa apresiasi sebagai suatu
sikap attitudes), apresiasi sebagai suatu aksi (actions)

20 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


3. Apresisi sebagai Sikap Apresiasi seni sering didefiniskan dalam istilah
kebiasaan (habits) dan suatu keahlian (skills), tetapi definisi apresiasi secara
lengkap seharusnya mengandung suatu sikap atau perasaan tentang seni
yang membawa individu kepada sesuatu atau pengalaman dengan seni.
Harold Osborne meyakini bahwa apresiasi dapat mengembangkan kebiasaan
mental berupa perhatian (attention) dan ketertarikan (interest) secara
bersama-sama membawanya dengan keahlian yang dituntut dalam keahlian
dan kemampuann untuk diperlihatkan dalam nuansa yang berbeda
4. Apresiasi sebagai suatu prilaku (action) Perkembangan mental dapat dilatih
melalui studi apresiasi seni yang meliputi: memusatkan perhatian, mengenal
peredaan, pemahaman kontekstual dan penilaian. Guru juga diharapkan aktif
dalam mengapresiasi dan keterlibatanya dalam kehidupan seni. Mereka yakin
bahwa struktur pengalaman dalam kelas melayaninya sebagai model seni
yang dapat dikembangkan pada masa datang. Selanjutnya, ada yang mungkin
dipadukan untuk dalam mencari seni melalui kegiatan membacanya,
mengumpulkan karya, dan ekspresi sosial dengan sikap positif dan
partisipasi. Keterampilan apresiasi seni telah dikembangkan dan dimulai atas
dasar pengetahuan, apresiator baru yang menemukan penguatan dalam
melakukan aktivitas apresiasi. Apresiasi seni ini berlangsung alamiah dalam
interaksi, rekonstruksi, dan keberlangsungannya..

f. Apresiasi Seni Dalam Konteks Pendidikan


Proses kegiatan ini sangat kompleks. Kemampuan mengapresiasi seni
memerlukan penguasaan berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, agar guru dan
siswa memiliki kemampuan tersebut maka mereka perlu menguasai berbagai
pengetahuan tentang seni, seniman, teknik berkarya, teori estetika, sejarah seni
dan kritik. Hal ini sejalan dengan pendapat Jansen (Rice, 1997) bahwa:
“Like integrated humanities courses, art appreciation courses are often
reduced to rote and require some knowledge of many fields of art--the artist‟s
knowledge of technique, the aesthetician‟s understanding of theory, the
historians description of contexts, and the critic‟s assessment of contemporary
relevance”.

21 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


Apresiasi adalah suatu proses dan pada akhirnya melahirkan sikap dalam
mencermati seni. Sikap adalah sesuatu yang tidak tumbuh dengan begitu saja.
Sikap bisa terbentuk setelah berulang-ulang. Sikap (atitude) adalah 15
kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun negatif, terhadap
orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu (Kartono, 1987: 35).
Berdasarkan pandangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mengembangkan sikap apresiasi dapat ditempuh melalui proses pendidikan.
Upaya ini dapat membina siswa untuk dapat menghayati, menikmati, menghargai
serta menilai suatu karya seni. Melalui kegiatan ini diharapkan anak-anak
sebagai penerus perjuangan bangsa mampu memiliki kecintaan untuk
menghargai karyakarya seni dan budaya bangsanya di masa yang akan datang.
g. Tingkatan Apresiasi
Kemampuan apresiasi seni dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung
seperti aspek pengetahuan dan pengalaman estetik Apresiasi terhadap karya
seni bagi orang banyak akan memiliki kesamaan jika orang-orang tersebut telah
memiliki kemampuan pemahaman yang sama terhadap karya itu dan memiliki
pemikiran kritis untuk menentukan penilaiannya. Dengan demikian, tingkat
pengalaman estetik seseorang akan banyak menentukan tingkat kemampuan
apresiasi bagi seseorang. Apresiasi seseorang dikatakan benar dan mempunyai
tingkatan apresiasi yang tinggi apabila telah mendekati kebenaran seperti nilai
yang terkandung dalam karya seni yang diamatinya. Kemampuan setiap orang
dalam mengapresiasi karya seni sangatlah beragam. Ini disebabkan karena latar
belakang wawasan, pengalaman dan rasa estetis yang beragam pula. Berkaitan
dengan hal tersebut Tabrani (1998: 20-23) menguraikan tingkatan apresiasi
sebagai berikut:
a. Kejutan (surprise) Kerjutan akan terjadi ketika kita berhadapan dengan
sesuatu karya pada “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta. Ini sebagai akibat
ciri-kreasi karya yang iseng dan novel.
b. Empati Dalam apresiasi seni terjadi pula proses empati, yaitu si pengamat
turut serta merasakan ungkapan, curahan hati seniman penciptanya. Turut serta
merasakan suka duka, pikiran, perasaan, pandangan hidup dan watak yang
tercermin dalam karya seni tersebut. Empati merupakan proses intuitif diiringi

22 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


rasa-indah-estetis (feeling into form) yang berada antara sadar-ambang sadar.
Dengan demikian, empati berhubungan dengan estetik dan bentuk.
c. Rasa-Betul-Estetis Mereka yang terlau rasionil akan mendapat kesulitan
mencapai empati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Betul-Estetis melalui
proses rasionil. Bagi apresiator umum sudah cukup sampai pada Rasa-Betul-
Estetis, tapi bagi para mahasiswa seni perlu dilengkapi dengan intuitif dan
kreatif.
d. Simpati Simpati berhubungan dengan etika dan isi pesan/content/fungsi suatu
karya. Simpati berarti “feeling with”. Ini merupakan penjabaran intusisi yang
sudah mulai merasakan meningkatnya perasan-hanyut. Jika kita merasa simpati
pada seseorang maka kita seakan-akan merasakan sendiri apa yang dirasakan
oleh orang itu dam jika kita memusatkan diri pada suatu hasil seni, maka kita
memproyeksikan diri kita ke dalam bentuk hasil seni itu, dan perasaan kita
ditentukan oleh apa yang kita ketemukan di sana, oleh dimensi yang kita
dapatkan.
e. Rasa- Benar-Etis Orang yang terlalu rasional akan mendapat keslitan mencapai
simpati, tapi mereka masih dapat mencapai Rasa-Benar-Etis karena etika bisa
didekati dengan ilmu pengetahuan.
f. Terpesona Umumnya Empati lebih dahlu dari Simpati. Suatu karya mump
membawa apresiator menjadi Empati dan Simpati hingga terjadinya integrasi
rasa-indahestetis (feeling into-nya empati) dengan rasa-hanyut (feeling with-nya
Simpati) maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut
mencapai rasa apresiasi terpesona. Transformasi suatu karya yaitu suatu
perasaan yang timbul bila berhadapan dengan suatu karya yang integral dan
jujur.
g. Terharu Proses ini terjadi ditandai proses penghayatan yang merupakan
peleburan sadar-ambang sadar-tak sadar menjadi satu kesatuan.
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk
menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni.
Jenis Dan Bentuk Kritik Seni
Jenis kritik seni :
 Kritik jurnalistik
 Kritik edukatif

23 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


 Kritik ilmiah/akademik
 Kritik populer
 Kritik seni holistik
Bentuk kritik seni
 Kritik formalistik
 Kritik ekspresivistik
 Kritik instrumentalistik
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
a. KELEBIHAN BUKU
 Pada buku ini yang berjudul “Wawasan seni dan Model pembelajaran kritik
dan apresiasi seni rupa” merupakan buku yang cocok digunakan sebagai buku
pembimbing atau buku pegangan mahasiswa mata kuliah Wawasan Dan Kritik
Seni. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun
secara sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara
berkala materi yang dibahas pada setiap pembahasannya.
 Bila dilihat dari aspek tampilan buku ( face value ), buku ini bagus dan menarik.
Membuat kesan pertama orang yang melihat, ingin sekali membacanya.
Penggunaan rata kanan dan kiri pada buku ini juga sangat bagus sehingga
membuat lebih rapi.
 Dari segi bahasa, buku ini sangat bagus karna menggunakan bahasa indonesia
yang baik dan mudah dipahami oleh para pembaca khususnya mahasiswa baru
karena bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini masih digolongkan
bahasa yang dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar Wawasan Dan Kritik
Seni dan Buku ini sangat rinci dalam menjelaskan wawasan seni maupun dalam
menghargai suatu karya seseorang.
 Buku ini sangat bagus, karna penggunaan huruf tebalnya lebih ditekankan, agar
para pembaca mudah mengingat hal hal yang penting pada buku ini.
 Buku ini mengajarkan kita mengenai perkembangan sketsa sehingga kita
memiliki pengetahuan baru.

24 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


b. KEKURANGAN BUKU
 Pada dasarnya buku “Wawasan seni dan Model pembelajaran kritik dan
apresiasi seni rupa” ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada
beberapa bagian materi yang terdapat di dalamnya menggunakan bahasa yang
tinggi yang sulit untuk dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan
permulaan pada awal.

 Terdapat beberapa kata yang salah dalam pengetikan yang sebenarnya bukan lah
hal yang fatal (manusiawi), namun karna salah pengetikan tersebut sedikit
membuat pembaca bingung.

 Dalam Buku ini bahasanya terlalu kaku sehingga sulit untuk dipahami, ada
beberapa kata yang dalam penyusunannya kurang enak dibaca sehingga
menjadikan pembaca harus mengulang kembali membaca agar dapat
memahaminya.
 Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan pada buku “wawsan
seni” namun tidak dijelaskan.
 Tidak ada daftar isi, sehingga mempersulit para pembaca untuk menemukan
materi yang dicari pada buku “Model Pembelajaran Dan Apresiasi Seni Rupa”.
 Kelemahan dalam buku pembanding ini kurangnya memberikan pemahaman
bagi pembaca khususnya para pemula sehingga pesan yang diutarakan oleh
pengarang tidak tersampaikan pada pembaca.

25 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seni rupa adalah suatu wujud karya manusia yang mengandung unsur
keindahan. Keindahannya diserap dengan indra penglihatan seperti : seni lukis,
seni pahat, seni patung, seni grafis, seni lingkungan (environmental art), seni
instalasi, seni pertunjukkan (performing art), seni peristiwa (happening art) dan
sebagainya. Rasa senang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-
unsur bentuk dari karya tersebut seperti aneka warnanya, selang-seling garis,
aneka bentuk bidang-bidangnya, kemiripan bentuk objek yang dilukiskannya
dengan lukisannya, aspek tematik yang diungkapkannya, keunikannya,
teksturnya, dan lain-lain. Sedangkan keindahan dalam pengertian sederhananya
adalah sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang
melihatnya. Kesenangan yang ditimbulkannya muncul serta merta karena
keindahan karya itu sendiri, bukan karena ada kepentingan lain yang
membuatnya merasa senang.
Apresiasi seni adalalah kemampuan mental manusia dalam memberikan
tanggapan, penilaian dan penghargaan terhadap karya seni sehingga
menimbulkan rasa terpesona dengan penikmatan dan pemahamannya. Sikap
apresiasi merupakan dimensi sikap yang mencakup pengetahuan dan
keterampilan serta perhatian. Apresiasi juga berdimensi prilaku yang perlu
dilatih secara terus menerus karena tingkat apresiasi tiap orang berbeda-beda.
Oleh karena itu untuk mengembangkan tingkat apresiasi ini perlu dibina sejak
anak usia dini agar dalam dirinya tertanam pemikiran yang kritis serta kebiasan
saling menghargai. Hal ini Tujuan apresiasi adalah untuk menghasilkan
pengalaman estetis serta mengenalkan nilai-nilai budaya. Hal ini erat kaitannya

26 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


dengan fungsi apresiasi seni untuk mencintai budaya dan sesama dan secara
khusus dapat menikmati, menilai , dan menghargai karya seni. Model
pembelajaran apresiasi yang telah ada berkembang di antaranya model Student
Centered Art Appreciation (SCAA), Model Apresiasi Seni Rupa untuk Remaja
(AsuRA), Program Apresiasi Seni (PAS), Model Pembelajaran Apresiasi Dewan
Kesenian Jakarta, dan Model Pendidikan seni Nusantara (PSN).

B. REKOMENDASI
Menurut yang saya baca dari buku ”Wawasan Seni dan Model
Pembelajaran Dan Apresiasi Seni Rupa” buku tersebut sangat layak digunakan
untuk seorang mahasiswa seperti kami dan menjadi reverensi bagi si pembaca
dan diharapkan agar buku tersebut lebih teliti lagi saat dalam pengetikan agar
tidak ada kesalahan serta memudahkan pembaca untuk mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

27 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni


Sembiring, Dermawan. 2014. Wawasan seni. Medan: Unimed Pers
Sobandi Bandi. 2008.model pembelajaran kritik dan apresiasi seni rupa. Bandung:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

28 | Seni Rupa # wawasan dan kritik seni

Anda mungkin juga menyukai