Dosen Pengampu :
Drs. Abdul Hafiz, M.Pd.
Nessya Fitriyona, S.Pd., M.Sn.
Disusun oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahnya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Masyarakat Sebagai Produk Seni”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Seni Rupa. Penulis
menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam membantu
kelengkapan makalah ini.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini, penulis mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil oleh penulis dan pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan dan pemahaman bagi yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
BAB II PEEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..6
B. Saran………………………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan tentang fungsi seni dalam kehidupan, sampai sekarang tetap aka nada, sebab ada
dua pendang yang berbeda tentang benda seni. Satu pihak menekankan pentingnya seni demi
bentuk estetiknya, sedangkan pihak lain menekankan pentingnya seni demi isi estetiknya,
meskipun kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan. Karena benda
seninya memang hanya satu. Mereka yang mementingkan bentuk estetiknya cenderung
menolak segala kepentingan pregmatis dalam benda seni. Di lain pihak, mereka yang
mementingkan isi estetik lebih menekankan bobot ekstrinsik seni. Bermutu tidaknya karya seni
ditentukan oleh isi, pesan, persoalan, tema dari karya itu. Bentuk hanyalah efek atau impresi
pesona untuk menerima isi seni.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui tentang masyarakat sebagai produk seni dan seni untuk seni?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Seni dalam pandangan kaum pencinta keindahan tidak bekerja secara langsung
mengekspresikan ide atau sikap, tetapi mewujudkan sebuah pengalaman hidup dalam suatu
wujud, seni sepenuhnya merupakan kepuasan keindahan tanpa pamrih. Seni juga selalu
dihubungkan dengan nilai pribadi, karena seni lahir dengan ungkapan perasaan pribadi pada
penciptaan. Karya seni juga sebagai wahana komunikasi untuk dapat dihayati, dicermati dan
barangkali sampai ketingkat dipahami menuntut visualisasi dan realitas. Teknik merupakan
kendaraan di mana ide hendak diantarkan. Sebagai suatu kendaraan seniman dituntut
menguasai teknik untuk dapat mengendarainya ke tempat tujuan yang diinginkan. Seni juga
selalu dihubungkan dengan nilai pribadi, karna seni lahir dengan ungkapan perasaan pribadi
pada penciptaan. Kesenian tradisonal sebagai media komunikasi dalam mengemban massage
(pesan), dalam perkembangannya menjadi tidak terbatas hanya untuk kepentingan politik
semata, tetapi dimanfaatkan pula oleh lembaga pemerintah dan swasta sejalan dengan
kepentingannya masing-masing. Dan memanfaatkan kesenian tidaklah bertentangan dengan
fungsi kesenian itu sendiri memanusiakan manusia, memanusiakan masyarakat. Setiap
manusia berhak memiliki jiwa seni, baik diciptakan secara individual maupun kelompok.
Penghargaan seni bisa berasal dari orang lain baikpun dari diri sendiri.
Adapula yang beranggapan ‘seni untuk seni’ yaitu adalah keabadian yang melampaui
konteks zamannya. Yanag menolaik nilai dari konteks yang sedang berlaku, sebab nilai-nilai
itu bersifat sezaman saja. Padahal nilai-nilai konteks selalu berubah, sementara nilai seni tidak
berubah. Maka, mengukur nilai seni dari nilai konteks akan dapat menimbulkan kotoran.
Khususnya pada kata karya seni yang diabadikan secara tertutup yang merupakan cara
3
seseorang berseni untuk dirinya sendiri. Adapun makna dari kalimat karya seni yang
diabadikan secara tertutup, seseorang yang berkarya dengan kepuasan sendiri dan dinikmati
untuk dirinya sendiri. Hanya mementingkan kepuasannya tidak untuk dipublikasikan. Pada
dasarnya seni betujuan menciptakan suatu realitas baru dari kenyataan pengalaman nyata, seni
yang berbentuk realitas yang dihadapi dengan secara nyata. Seni lahir karena adanya seorang
seniman yang menghadirkan karya, yang menghadirkan karya disebut sebagai representasi.
Khususnya dalam representasi seni, istilah ini dapat mengandung arti sebuah gambaran yang
melambangkan atau mengacu kepada kenyataan eksternal. Representasi eni adalah upaya
untuk mengungkapkan kebenaran atau kenyataan semesta sebagaimana ditemukan oleh
senimannya. Adapun setiap orang memiliki potensi dengan pengembangan. Adapun
kebudayaan jelas ikut menentukan apakah seseorang memiliki pandangan mengenai apa yang
disebut seni. Akan tetapi seni sebenarnya kontekstual, karena nilai-nilai memang bersifat
kontekstual. Kesenian yang merupakan seni untuk seni inilah yang memiliki tujuan untuk
kepuasan tersendiri tanpa melibatkan orang lain. Seni sebagai wahana komunikasi antara
seniman dengan masyarakatnya, secara mutlak harus menghadirkan karya sebagai media
komunikasinya. Oleh karena itu komunikasi dengan karya menjadi penting artinya. Karya seni
sebagai hasil belum sempurna jikalau karya tersebut tidak dikomunikasikan kepada penonton
(audience), sehingga karya seni sebagai hasil dialog bagi seniman menjadi sarana komunikasi.
Oleh karena itu, ide, pikiran, fantasi, angan-angan dan lain-lain penting. Hal ini hanya
mungkin dilakukan dengan menciptakannya, dan tentu untuk menciptakannya memerlukan apa
yang disebut teknik. Teknik menjadi bagian sentral bagi seniman, karena betapapun tingkat
kemampuan seorang seniman tidak dapat lepas dari persoalan ini. Ide, pikiran, cita-cita dan
lain-lain menjadi pendorong tentang apa yang hendak diekspresikan dan teknik menjadi sarana
bagaimana untuk mengungkapkannya.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karya seni diciptakan dengan segala macam gagasan, pengalaman, dan kejujuran dari
senimannya. Apabila karya tersebut sudah selesai maka karya tersebut dihadirkan kepada
public secara tidak langsung akan bersinggungan dengan masyarakat bahkan dengan
senimannya sendiri. Dimana posisi seniman secara mutlak sudah terpisah dari karyanya.
Berawal dari hal itu, seniman mampu memberikan pengaruh terhadap pandangan masyarakat
karena nilai dan perannya. Meskipun kedudukan seni menyatakan dirinya sendiri sebagai hal
yang diterima masyarakat sebagai kepositifan dan kenegatifan, membangun atau merusak.
Berdasarkan pokok permasalahan seni untuk seni yang dijelaskan diatas sebenarnya seni itu
sendiri dan menyangkal tidak hanya bermanfaat social dan moral. Moralnya adalah keindahan
itu sendiri. Berangkat dari permasalahan besar sehimgga muncul seni untuk seni. Seni
dimurnikan kembali dari tendensi-tendensi yang ada sebelumnya, baik dari yang politis
sifatnya, maupun yang moralistic. Seni supaya dinikmati dan dihargai bukan alas an-alasan
lain yang ada di luar seni itu sendiri. Meskipun secara kongkrit seni memiliki bentuk atau
wujud diantaranya tari, sastra, lukis. Tetapi sebenarnya teori seni untuk seni dianggap
mereaksi gejala terhadap keadaan pada zmannya dan sesungguhnya ingin membuktikan seni
memiliki ego tetapi tidak terbuktikan karena seni didalamnnya memiliki banyak fungsi.
B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada
bapak dosen dan teman-teman tentang pembahasan makalah di atas, agar dapat
meningkatkan mutu dalam penyajian berikutmya Akhir kata kami ucapkan terimah kasih.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://awanart.blogspot.com/2009/02/masyarakat-sebagai-produk-kesenian.html
https://gbsri.com/seni-untuk-seni-seni-untuk-masyarakat-seni-untuk-kreatifitas/
https://www.indhie.com/2019/09/17/lart-pour-lart-seni-untuk-seni-apa-maksudnya/