Anda di halaman 1dari 75

DIKTAT

PENGANTAR PENDIDIKAN SENI


Dedy Setyawan, S.Pd.,M.Sn

PRODI PENDIDIKAN MUSIK


STKIP CITRA BAKTI NGADA
JL. Raya Bajawa- Ende, Malanuza, Golewa
Kabupaten Ngada-Flores-NTT

i
KATA PENGANTAR

Pengantar Pendidikan Seni merupakan salah satu mata kuliah yang


harus ditempuh setiap mahasiswa Program Studi Pendidikan Musik
STKIP Citra Bakti. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang
ditempuh pada semester II.
Disusunnya diktat mata kuliah Pengantar Pendidikan Seni ini
adalah untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan
diharapkan menambah sumber bacaan yang membahas tentang
Pendidikan Seni. Dalam penyusunan diktat mata kuliah ini, materi
pembahasannya diambil dari beberapa referensi sumber. Sehingga diktat
ini, dirasa sangat membantu setiap mahasiswa Program Studi Pendidikan
Musik dalam memahami dan mengenal tentang Pendidikan Seni.
Setelah mempelajari mata kuliah yang telah ditulis dalam bentuk
diktat ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang pengetahuan
dasar seni, wawasan seni, hakikat seni, dan konsep Pendidikan seni itu
sendiri.
Dalam pembahasan diktat ini, lebih menekankan pada seni dalam
konteks Pendidikan dan fungsi Pendidikan seni di Sekolah. Sebagai
pengetahuan tambahan pada diktat ini, dibahas juga tentang wawasan seni
secara umum, baik seni dalam nusantara maupun mancanegara.

Penulis

Dedy Setyawan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENGETAHUAN DASAR SENI ........................................................ 1
A. Wawasan Seni ......................................................................................... 1
B. Hakikat Seni ............................................................................................ 2
C. Fungsi dan Kedudukan Seni dalam Kehidupan Masyarakat ................... 4
D. Jenis-Jenis Seni ....................................................................................... 6
BAB II KEMAMPUAN DASAR DAN KARAKTERISTIK SENI ............. 9
A. Kemampuan Dasar Seni…………………..……………………………..9
B. Karakteristik Seni………………………………..……………………..13
BAB III KONSEP PENDIDIKAN SENI ..................................................... 25
A. Pendidikan Tentang Seni……………………………………………….25
B. Konsep Pendidikan Seni di Sekolah…………………………….…,…..28
C. Fungsi Pendidikan Seni…………………………………………,….….31
BAB IV TEKNOLOGI DALAM BERKARYA SENI ................................ 34
A. Istilah Teknologi……………………………………………………….34
B. Ruang Lingkup Teknologi……………………………………………..35
C. Model Pemanfaatan Teknologi dalam Berkarya Seni………………….36
BAB V PENDIDIKAN SENI MUSIK .......................................................... 39
A. Seni Musik dalam Perspektif Pendidikan………………………………39
BAB VI PENGETAHUAN DASAR DAN KETERAMPILAN MUSIK ... 43
A. Pengertian Musik………………………………………………………43
B. Jenis Musik…………………………………………………………….43
C. Keterampilan Musik……………………………………………………47
BAB VII PENGETAHUAN DASAR DAN WAWASAN SENI TARI ...... 58
A. Pengertian Tari…………………………………………………………58

iii
B. Unsur-Unsur Tari………………………………………………………59
BAB VIII PENGETAHUAN DASAR DAN WAWASAN SENI RUPA ... 65
A. Pengertian Seni Rupa…………………………………………………..65
B. Fungsi Seni Rupa………………………………………………………65
C. Ragam Seni Rupa………………………………………………………68
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENGETAHUAN DASAR SENI

A. Wawasan Seni
Mata kuliah Pengantar Pendidikan Seni, mencoba untuk menjelaskan
dan memaparkan tentang seberapa luas ruang lingkup seni itu sebenarnya.
Seni sebagai seni itu sendiri dan seni dalam konteks diluar dirinya.
Bagaimana seni terlibat dalam aktivitas kehidupan manusia dan seni
dalam pendidikan. Pemahaman tentang ruang lingkup seni akan sangat
membantu mahasiswa ketika mengajar kesenian di sekolah. Selain itu
pemahaman mahasiswa terhadap materi ini sangat diperlukan ketika
menjelaskan tentang seni musik, tari, dan seni rupa kepada anak didik.
Dengan demikian anak didik tidak melulu diperkenalkan dengan
keteknisan berkesenian tetapi juga melebar hingga pada keterlibatan seni
dalam kehiduan mereka. Di sinilah pentingnya memahami konteks
kesenian dalam kehidupan, tidak hanya sekedar memahami secara tekstual
dari cabang-cabang seni yang ada.
Sebelum mengenal seni lebih jauh, sebelumnya harus perlu
memahami pengertian seni secara benar. Secara umum seni bisa diartikan
sebagai ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi
dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, dimana mengandung unsur - unsur
keindahan sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Seni pada mulanya
adalah proses dari manusia, dan merupakan sinonim dari ilmu. Seni bisa
dilihat dalam intisari ekspresi dari daya kreativitas manusia. Seni dapat
juga diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia dimana seni
tersebut mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan

1
dan juga sulit dinilai karena estetis seni mempunyai makna yang relatif
dalam mengungkapkan nilai-nilai keindahannya.
Sebagai pembuka bagian pertama dalam diktat ini akan dijelaskan
pengertian tentang wawasan seni. Wawasan seni itu sendiri adalah
pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian
terhadap karya seni. Wawasan seni penting kita ketahui karena merupakan
sikap dan pandangan kita terhadap masalah kesenian. Disini akan
diuraikan masalah wawasan seni yang dikaitkan dengan menghayati
pengertian seni, fungsi seni, tujuan seni, perkembangan seni dan media
seni. Untuk pengertian seni lebih mengarah pada substansi materi tentang
cabang-cabang seni yang ada beserta karakteristik yang membentuknya.
B. Hakikat Seni
Istilah seni berasal dari istilah “sani” dalam Bahasa sansekerta yang
berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, atau pencarian dengan
hormat dan jujur (Sugriwa, 1957: 219-133), tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa seni berasal dari belanda yaitu “genie” atau jenius.
Versi lain menyebutkan seni adalah “clipa” yang berarti berwarna (ata
sifat) atau pewarna (kata benda), kemudian berkembang
menjadi cilpacastra yang berarti segala macam kekriyaan (hasil
keterampilan tangan) yang artistic (Soedarso, 1988:16-17). Dalam
perkembangan selanjutnya dari asal kata seni muncul berbagai pengertian
seni, yaitu (a) seni sebagai karya seni (work of art), (b) seni sebagai
kemahiran (skill), (c) seni sebagai kegiatan manusia (human activity).
Pengertian seni sebagai benda / karya seni adalah bahwa seni atau
keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda
dengan sekedar rasa gembira karena mempunyai unsur transendental atau

2
spiritual. Pemahaman seni sebagai kemahiran dimaknai seni merupakan
sebuah kemampuan dalam membuat sesuatu dalam hubungannya dengan
upaya pencapai suatu tujuan yang ditentukan oleh rasio / logika atau
gagasan tertentu. Sementara itu pengertian seni sebagai kegiatan manusia
oleh Leo Tolstoy dikatakan bahwa seni merupakan kegatan sadar manusia
dengan perantara tanda – tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan
perasaan – perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga
mereka kejangkitan perasaan yang sama dan juga mengalaminya.
Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang tertuang dalam berbagai
bentuk karya seni. Didalam seni terdapat simbol – simbol kehidupan yang
memiliki makna mendalam tentang hakekat hidup. Tari dengan ekspresi
gerak, musik dengan bunyi dan suara manusia, teater dengan ungkapan
ekspresi gerak dan vokal, seni rupa dengan berbagai media visual,
semuanya memiliki gaya dan aliran yang beragam, merupakan ungkapan
ekspresi yang didalamnya sarat dengan simbol. Secara teori, seni dapat
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu seni murni dan seni terapan. Seni
murni adalah penciptaan seni yang hanya mempertimbangkan fungsi atau
bentuknya, sedangkan seni terapan adalah penciptaan seni yang dirancang
untuk kepentingan tertentu diluar fungsi sebenarnya.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, seni merupakan segala perbuatan
manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga
dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Akhdiat K. Miharja yang
mnyebutkan bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi
realitas (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani si penerimanya.

3
Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat memahami bagaimana posisi
seni dalam masyarakat. Secara sistematis kita perlu memahami hakekat,
sejarah, struktur hingga fungsi kesenian itu sendiri dalam kehidupan
masyarakat dan dari aspel itulah kita dapat memahami secara konstektual
apa sebenarnya kesenian dan manfaatnya dalam kehidupan masyarakat.
C. Fungsi dan Kedudukan Seni dalam Kehidupan Masyarakat
1. Fungsi Seni Dalam Masyarakat Tradisional
Dalam pemahaman umum, seni sering diartikan sebagai hiburan.
Konotasi inilah yang harus kita perjelas tidak hanya sebagai media
hiburan. Seni dalam pemahaman yang lebih kompleks dapat diartikan
sebagai sarana legitimasi, ketika seni itu berada didalam istana
(kraton). Soedarsono mengungkapkan bahwa fungsi seni ada tiga,
yaitu: 1) untuk kepentingan acara spiritual, 2) sebagai hiburan pribadi,
dan 3) sebagai penyajian estetis atau tontonan.
a. Pemujaan / Ritual
Fungsi seni untuk pemujaan berlangsung pada masa ketika
peradaban manusia masih sangat terbelakang. Kehidupan kesenian
waktu itu belum mengenal adanya instrumen musik, busana, dan
gerak, tata panggung dan lain-lainnya, seperti kesenian pada masa
kini. Kecenderungan seni ritual pada masa lalu lebih menekankan
pada misi daripada fisik atau bentuk. Tidak mengherankan kalau
bentuk seni ritual untuk pemujaan masih sangat sederhana, baik dari
aspek musik iringan, busana (kostum) serta rias, gerak, maupun
penggunaan dekorasi sebagai setting pertunjukan.
b. Tuntunan

4
Fungsi tuntunan lebih menyentuh pada misi yang secara verbal
diungkapkan. Pelaku seni dalam hal ini lebih dituntut untuk
menyampaikan pesan moral yang akan dicapai. Seorang dalang
sebagai contoh, harus mampu memernkan semua tokoh yang ada
didalam kotak wayangnya.
c. Tontonan / Hiburan
Fungsi seni sebagai tontonan atau hiburan tidak banyak
membutuhkan persyaratan. Seni untuk hiburan tidak terikat pada misi
tertentu. Seni yang menghibur adalah seni yang mampu memberi
kesenangan pada seseorang / kelompok orang yang berada di sekitar
pertunjukan.
2. Fungsi Seni Dalam Masyarakat Modern
Fungsi seni dalam masyarakat modern berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyrakat modern yang sangat beragam dan kompleks.
Seni secara jelas dapat dijumpai disetiap elemen dan situasi
kehidupan. Mungkin di masa lalu seni juga sudah mengusung fungsi
berikut ini namun tidak tampil secara jelas. Bagaimana fungsinya
dalam masyarakat modern silahkan simak paparan berikut.
a. Ekspresi / Aktualisasi Diri
Kecenderungan fungsi pertunjukan untuk ekspresi atau
aktualisasi diri ini merupakan perwujudan dari semboyan seni
untuk seni atau I’art pour I’art. Tidak ada orang yang dapat
mengganggu gugat ekspresi seni dalm penampilannya. Kebebasan
disini lebih menekankan pada pencapaian tujuan tertentu yang
diperjuangkan. Contoh seni instalasi, happening art, dan
sejenisnya.

5
b. Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan merupakan elemen mendasar
yang perlu dipahami. Hal ini karena esensi seni sebenarnya tidak
dapat lepas dari muatan edukatif. Dengan lain perkataan apa yang
dituangkan kedalam berbagai cabang seni merupakan sarana untuk
mewujudkan tujuan untuk membentuk budi pekerti seseorang.
c. Industri
Fungsi seni sebagai industri lebih mengalah pada tujuan aatau
kepentingan tertentu untk mendukung suatu produk tertentu. Seni
untuk industri adalah sesuatu yang mampu memberi daya tarik
pada produk yang ditawarkan.
d. Seni Terapi
Seni untuk terapi di gunakan secra husus ntuk memberi
ketenangan batin seseorang yang sedang men derita secra
psikis.dengan berolah seni seseorang yan memiliki permasalahan
atau tertekan jiwanya, akan terobati.
e. Komersial/Instant
Seni untuk kategori sebagai alat mendatang kan ke untungan
(entertainment) ini bisa di buat menurut keperluan dan keinginan
si penanggap. apapun bentuk dan wujud kesnian itu asal mampu
memenuhi keinginan pembeli tidak yang masalah, walaupun
kadang-kadang harus menimpa pada norma estestis yang berlaku.
Seni untuk fungsi ini terjadi karena permintaan yang paling
banyak. Dunia pariwisata membuka peluang untuk pengemasan
jenis-jenis pertunjukan kemasan.
D. Jenis-Jenis Seni

6
Seni sebagai bagian dari kebudayaan manusia telah ada sejak
peradaban manusia hadir di bumi ini. Semua bentuk kegiatan manusia
berada dalam lingkup budayanya. Berkesenian merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan manusia. Pada awalnya seni berkaitan erat
dengan kegiatan ritual manusia purba, namun kemudian berkembang
menjadi cabang budaya yang disebut dengan kesenian. Kesenian sendiri
kini, memiliki media yang beragam mulai dari audio/suara hingga visual.
Berdasarkan variasi medianya tersebut seni kemudian dibeda-bedakan
jenisnya. Saat ini seni dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu seni
pertunjukan, seni rupa, dan seni sastra. Seni Pertunjukan meliputi seni
musik, tari, dan teater. Seni pertunjukan juga dapat dikatakan sebagai seni
“sesaat”, artinya hasil karya seni pertunjukan disajikan dan dihayati oleh
penonton pada saat yang bersamaan dan akan selesai setelah pertunjukan
berakhir. Seni rupa meliputi seni terapan dan seni murni. Seni rupa juga
dihadirkan dihadapan penonton untuk dihayati dan hanya memerlukan
ruang (tempat pameran).

7
Bagan Cabang-cabang Seni :
Desain
Seni Terapan

Seni Rupa Lukis

Seni Murni Kriya

Patung

Tradisi
(Klasik dan Kerakyatan)
Tari
Modern
(Kreasi/Kontemporer)

Seni Tradisi
(Musik Etnis)
Klasik
Seni Pertunjukan Musik
(Orkestra)
Modern
(Kontemporer)

Tradisional
(Ketoprak, lenong, ludruk,
wayang kulit, dll)
Teater
Modern
Prosa (Drama Realis, Stand Up, dll)
Sastra
Puisi

8
BAB II
KEMAMPUAN DASAR DAN KARAKTERISTIK SENI

Dalam pembahasan ini, para mahasiswa akan diajak untuk


memahami kemampuan dasar dan karakteristik seni dikaitkan dengan
pembelajaran seni di sekolah. Melalui pemahaman kedua hal tersebut,
diharapkan dapat meningkatkan persepsi tentang proses berkarya dan hasil
karya seni anak didik di sekolah serta dapat mempersiapkan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran seni. Termasuk
didadalamnya menentukan strategi pembelajaran, metode, bahan, dan
media yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dalam proses
pembelajaran seni yang akan diselenggarakan.
Untuk memperoleh kemampuan tersebut, akan dijelaskan tentang
kemampuan dasar dan karakteristik seni yang akan disampaikan dalam
dua pembahasan.
A. Kemampuan Dasar Seni
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam aspek-aspek yang
bermuara pada kemampuan dasar seni yaitu perlu ditanamkan
pengetahuan secara optimal dalam memahami kemampuan dasar yang
meliputi kemampuan intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisik,
estetika, dan kreatif.
1. Kemampuan Intelektual
Menurut peaget (woolfolk and Nicolich, 1984:51) ada empat
faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu :
a. Kematangan, merupakan faktor paling dasar dalam
perkembangan berfikir manusia.

9
b. Aktivitas, aktivitas berfikir seperti observasi, oksplorasi,
evalusi dan problem solving merupakan aktivitas berfikir
yang turut andil dalam membangun kemampuan berfikir
anak.
c. Transmisi sosial, pengalaman belajar dari orang lain.
d. Equilibration, faktor keseimbangan yang selalu
diupayakan dalam berfikir.
2. Kondisi Emosional
Emosi berbeda dengan perasaan (feeling) yang bersifat tenang dan
tertutup. Emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis,
bergejolak dan terbuka. Emosi sebagai aspek psikologis mempunyai ciri-
ciri yang khas, yaitu :
a. Lebih bersifat subyektif dibandingkan dengan peristiwa
psikologis lainnya.
b. Bersifat fluktuatif. Emosi seseorang bisa berubah-ubah
tergantung dari situasi dan kondisi.
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa panca indra.
Berdasarkan penyebab kemunculannya, emosi
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
a. Emosi sensoris, emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan
dari luar tubuh.
b. Emosi psikis, emosi yang kemunculannya mempunyai
alasan-alasan perasaan spiritual.
3. Kondisi Sosial
Berkaitan dengan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain
dan lingkungannya.

10
4. Kondisi Perseptual
Istilah perseptual mengandung pengertian kombinasi antara kognitif
dan afektif. Berdasarkan cara pandang kognitif, perseptual diartikan
sebagai daya tangkap atau kemampuan seseorang dalam memahami
berbagai informasi yang berasal dari luar. Sedangkan dalam sudut
pandang afektif, perseptual mengandung arti kesan dan tanggapan
seseorang terhadap segala sesuatu berasal dari luar dirinya.
5. Karakteristik Estetik
Perasaan estetik adalah suatu perasaan yang berhubungan dengan
keindahan, baik berupa keindahan alam maupun keindahan yang dibuat
oleh manusia termasuk didalamnya karya seni. Perasaan estetik
merupakan suatu hal yang sifatnya alamiah sejak masih anak. Artinya,
secara alamiah sesungguhnya seseorang itu sudah mampu menangkap,
mengalami, atau merasakan keindahan yang ada di sekitarnya.
6. Kondisi Kreatif
Secara definisi, kreativitas dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok berdasarkan penekanannya, yaitu menekankan pada aspek
pribadi kreatif, proses kreatif, perkembangan kreatif, dan produk
kreativitas.
Pendapat pertama menekankan pada aspek pribadi kreatif yang
dikemukakan oleh Guilford (1969), kreativitas merupakan kemampuan
berpikir divergen yang ditandai dengan adanya fluency, flexibility,
originality, dan elaboration dalam berpikir.
a. Fluency adalah suatu ciri kreativitas yang ditunjukkan dalam
bentuk kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide dan
pendapat, menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian

11
yang lain, dan menyusun suatu komposisi secara tepat,
spontan, dan lancar.
b. Flexibelity adalah suatu ciri kreativitas yang ditunjukkan
dalam bentuk kemampuan seseorang untuk beradaptasi dari
suatu situasi ke situasi yang lain.
c. Originality adalah suatu ciri kreativitas yang ditunjukkan
dalam bentuk kemampuan seseorang untuk menghasilkan
respon unik dan baru dalam menghadapi masalah-masalah
yang dihadapinya.
d. Elaboration adalah suatu ciri kreativitas yang ditunjukkan
dalam bentuk kemampuan seseorang untuk mengungkapkan
ide/pendapat dan menyusun suatu karya dengan lengkap dan
terperinci.
Pendapat yang kedua adalah tentang proses kreatif menurut
pernyataan Hawkins (2013: 12), bahwa ada beberapa fase dalam proses
kreatif, yaitu sensing, feeling, imaging, transforming, dan forming.
a. Sensing (Merasakan)
Belajar mengamati yang ada di sekelilingnya atau peristiwa
yang sering terjadi atau yang kita alami sendiri, kemudian diserap
dan dirasakan secara mendalam. Kemudian menyadari apa yang
kita tangkap dari kesan penginderaan.
b. Feeling (Menghayati)
Menghayati penginderaan yang kita tangkap dari peristiwa
kehidupan atau temuan-temun yang dianggap menarik menjadi
milik kita akan sensasi dalam tubuh.
c. Imaging (Mengkhayalkan)

12
Penginderaan yang kita tangkap menjadi respon khayalan dan
menciptakan khayalan baru yang berkembang dan muncul
berganti-ganti.
d. Transforming (Mengejawantahan)
Menemukan kualitas-kualitas estetis secara integral yang
berkaitan dengan khayalannya (masih bersifat abstrak) yang
kemudian dikongkritkan dengan mencurahkan segala pikiran
untuk diwujudkan menjadi ide-ide yang di inginkan.
e. Forming (Memberi Bentuk)
Gerak yang terbentuk secarah alamiah berdasarkan khayalan
kemudian digabungkan dengan unsur-unsur estetik (keindahan).
Pendapat yang ketiga menyoroti masalah produk kreativitas yang
dikemukan oleh Hudgins (1982: 375), bahwa produk kreativitas
mempunyai karakteristik baru, orisinil, unik, dan tidak umum. Akan
tetapi, dalam definisi lain tidaklah semua produk kreativitas harus baru.
Produk kreativitas itu bisa disusun dari elemen-elemen yang lama,
kemudian ditata atau modifikasi menjadi bentuk produk baru.
B. Karakteristik Seni
Karya seni merupakan produk budaya manusia dari semua lapisan
sosial, kelompok etnis, jenis kelamin, dan usia. Hasil karya seni
sesungguhnya dapat dipengaruhi dan ditentukan oleh pelaku seni itu
sendiri. Aspek-aspek yan mempengaruhi adalah latar belakang,
perkembangan fisik dan mental, kebutuhan dan kesenangan, serta
lingkungan. Setiap jenis-jenis seni memiliki karakteristik yang berbeda.
Dalam pembahasan ini akan mempelajari ciri-ciri umum dan karakteristik
di bidang musik, tari, drama, dan seni rupa secara proporsional.

13
1. Karakteristik Musik
Pendidikan seni musik lebih menekankan pada pemberian pengalaman
seni musik, yang nantinya akan melahirkan kemampuan untuk
memanfaatkan seni musik pada kehidupan sehari-hari. Pendidikan Seni
musik diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan
berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar
dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.”
a. Pendekatan “Belajar dengan Seni”
Pendekatan ini menekankan pada proses pemerolehan dan
pemahaman pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni
musik misalnya siswa belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya,
dengan mempelajari lagu tersebut siswa dapat mengetahui dan
memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa seharusnya
tahu tentang apa yang diceritakan lagu, dan dari pengetahuan
tersebut mereka bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu
Indonesia Raya mengingikan terwujudnya sikap cinta tanah air,
kebanggaa terhadap tanah air, dan sikap mempertahankan tanah
air, serta menanamkan jiwa patriotis.
b. Pendekatan “Belajar Melalui Seni”
Pendekatan ini menekankan pada pemahaman emosional yang
tercermin ke dalam penanaman nilai-nilai atau sikap yang
terbentuk melalui kegiatan berkesenian. Seperti dalam
menyanyikan sebuah lagu, dituntut untuk membuat keteraturan
tempo/ketukan. Apabila kita tidak bisa mengikuti tempo tersebut,

14
maka lagu yang dibawakan menjadi kacau atau tidak teratur. Jadi
melalui bernyanyi akan tertanam sikap disiplin yang tinggi untuk
membuat keteraturan.
c. Pendekatan “Belajar tentang Seni”
Penekanan ini lebih menekankan pada pembelajaran tentang
penguasaan materi seni musik yang tergambar pada unsur-
unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi, tangga nada,
bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo, dinamika, dan warna).
Karakteristik musik tentunya disesuaikan dengan karakteristik
penikmat musik itu sendiri. Setiap genre musik memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan musik. Karakter musik
pada dasarnya dapat ditemukan tidak hanya pada semua aspek musik
tetapi juga di setiap aspek musik seperti aspek bunyi, nada, ritme, tempo,
dan dinamika, serta ekspresi dan bentuk musik. Salah satu contoh adalah
karakteristik musik anak yang lebih menekankan dalam memberikan
kesempatan bagi perkembangan kreativitas berpikir dan kreativitas seni
estetis (keindahan) anak, serta dunia anak.
2. Karakteristik Tari
Tari merupakan gerak, namun gerak dalam tarian bukanlah gerak
seperti kehidupan sehari-hari. Gerak tari adalah gerak yang telah
mengalami perubahan atau proses stilasi dari gerak wantah (asli) ke gerak
murni dan gerak maknawi. Gerak wantah yang telah mengalami stilasi itu
akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang
memiliki nilai estetik.
Dalam dunia tari mengenal adanya dua bentuk tari, yakni tari
representasional dan tari nonrepresentasional. Tari representasional

15
adalah tarian yang menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu
secara jelas atau seseorang memerankan tokoh tertentu seperti Gatotkaca,
atau peran Malin Kundang. Tari nonrepresentasional adalah tarian yang
menggambarkan suatu pengertian tertentu, misalnya tari pendet, tari
serampang dua belas, dan tari seudati. Garapan gerakan pada tari
representasional dan norepresentasional mengandung gerak murni dan
maknawi.
Selain gerak tersebut, ada gerakan yang disebut dengan gerakan
maskulin dan feminim berdasarkan karakternya. Gerak maskulin yaitu
gerak-gerak tari yang menunjukkan karakter maskulin. Gerak maskulin ini
biasanya digunakan dalam tari putra seperti tari remo, tari prajurit, atau
tari putra di daerah lain. Sedangkan gerak feminim, yaitu gerak-gerak
yang menggambarkan sifat feminim, gerak ini biasa digunakan untuk tari
putri.
3. Karakteristik Drama
Kata Drama berasal dari Bahasa Yunani “Draomai” yang berarti
berbuat, berlaku, dan bertindak. Drama adalah kesenian yang melukiskan
sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan
akting dan perilaku (Jumriah Chang, 2006). Menurut Yahya Ganda (2006:
4) Drama adalah tontonan yang disajikan di gedung pertunjukan dengan
pemaparan lakon, dapat pula dikatakan sebagai adegan, permainan,
gagasan yang mengandung bahan-bahan dramatik. Menurut Istilah lain
untuk drama pada masa penjajahan Belanda di Indonesia disebut dengan
istilah tonil. Tonil kemudian berkembang diganti dengan istilah sandiwara
oleh P.K.G Mangkunegara VII. Sandiwara berasal dari kata dalam bahasa
Jawa sandi dan wara. Sandi artinya rahasia, sedangkan wara (warah)

16
artinya pengajaran. Maka istilah sandiwara mengandung makna
pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.
Drama merupakan genre (jenis) karya sastra yang menggambarkan
kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan realita
kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran
dan dialog yang dipentaskan. Kisah dan cerita dalam drama memuat
konflik dan emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan teater.
Naskah drama dibuat sedemikian rupa sehingga nantinya dapat
dipentaskan untuk dapat dinikmati oleh penonton. Drama memerlukan
kualitas komunikasi, situasi dan aksi. Kualitas tersebut dapat dilihat dari
bagaimana konflik atau masalah dapat disajikan secara utuh dan dalam
sebuah pemenasan drama.
a. Fungsi Drama
Seni drama hendaknya hanya dipergunakan sebagai tontonan hiburan
belaka. Meskipun sebagai alat pencari uang hendaknya jangan
meninggalkan nilai seninya. Seni drama yang hanya mengutamakan
sebagai tontonan hiburan semata–mata dapat merendahkan nilai seninya.
Pengetahuan akan watak–watak manusia yang dapat kita petik dari drama
sangat bermanfaat untuk menghargai danmengerti watak–watak orang
lain dalam masyarakat. Disamping itu, dapat memperkaya dan
memperkokoh batin sendiri. Kekokohan batin amat diperlukan dalam
pergaulan di masyarakat agar kita dapat menentukan sikap dan tindakan
kita dan yang lebih penting dalam drama yaitu nilai – nilai pendidikan
untuk mempertinggi sifat kemanusiaan.
b. Karakteristik Drama

17
Seni drama mempunyai karakteristik khusus, yaitu berdimensi sastra
dan berdimensi seni pertunjukan. sebagai salah satu gender sastra drama
dibangun dan dibentuk oleh unsur–unsur sebagaimana terlihat pada
gender sastra lainnya, terutama fiksi secara umum. Fiksi terdapat unsur
yang membentuk dan membangun dari dalam karya itu sendiri (intrinsic)
dan unsur yang mempengaruhi penciptaan karya yang tentunya berasal
dari luar karya (Ekstrinsik). Dengan demikian kapasitas drama sebagai
karya sastra haruslah dipahami bahwa drama itu tidak hadir begitu saja.
Sebagai karya kreatif kemunculannya disebabkan oleh banyak hal
kreativitas pengarang dan unsur realitas yang objektif (kenyataan semesta)
sebagai unsur ekstrinsik mempengaruhi penciptaan drama. Sedangkan
dari dalam karya itu sendiri cerita dibentuk oleh unsur-unsur penokohan,
alur, latar, konflik tema dan amanat serta aspek gaya bahasa. Drama dalam
kapasitas sebagai seni pertunjukan hanya dibentuk dan dibangun oleh
terlaksana dan terselenggaranya.
c. Klasifikasi Drama
Menurut Waluyo (2001: 39) kalsifikasi drama didasarkan atas jenis
stereotip dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Seorang
pengarang drama dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang
menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan.
Dapat juga seseorang memberikan variasi antara sedih dan gembira,
mencampurkan dan sikap itu karena dalam kehidupan yang ril, manusia
tidak selalu sedih dan tidak selalu gembira. Karya yang mampu
memadukan dua sisi sikap hisup manusia itu dipandang merupakn karya
yangblebih baik karena kenyataan hidup yang kita jumpai memang

18
demikian adanya. Atas dasar itulah, maka drama dapat diklasisfikasikan
menjadi 4 bagian yaitu :
1. Tragedi (Drama duka atau duka cerita)
2. Melodrama.
3. Komedi.
4. Dagelan (Farce).
d. Unsur-Unsur Drama
Menurut WS. HAsanuddin (1996: 76) bahwa unsur – unsur drama
sebagai seni sastra meliputi : Penokohan dan perwatakan, latar cerita,
rangkaian cerita, tema cerita dan penggunaan gaya bahasa. Sedangkan
Unsur – unsur drama sebagai seni pertunjukkan meliputi : komposisi
pentas, tata busana (kostum), tata rias, pencahayaan dan tata suara. Unsur-
unsur dalam drama sebagai seni sastra meliputi:
a. Tema : Gagasan/ide/dasar cerita,
b. Alur :Tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi
Pemaparan, pertikaian penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat
dari cara menyusun : alur maju / lurus, alur mundur, alur sorot
balik, alur gabungan.
c. Tokoh : Pemain / orang yang berperan dalam cerita. Tokoh
dibagi menjadi tiga :
1. Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan
tritagonis.
2. Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan
tokoh datar.
3. Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama
(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).

19
d. Latar : Bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat
kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa.
e. Amanat : Pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan
pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan
drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh
yang dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh
penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan.
e. Struktur Drama
Drama merupakan sebuah karya yang memuat nilai artistik yang
tinggi. Sebuah drama mengikuti struktur alur yang tertata. Struktur yang
tertata akan membantu penonton menikmati sebuah drama yang
dipentaskan. Struktur drama memuat babak, adegan, dialog, prolog dan
epilog. Babak merupakan istilah lain dari episode. Setiap babak memuat
satu keutuhan kisah kecil yang menjadi keseluruhan drama. Dengan kata
lain, babak merupakan bagian dari naskah drama yang merangkum sebuah
peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan urutan waktu tertentu.
Adegan merupakan bagian dari drama yang menunjukkan perubahan
peristiwa. Perubahan peristiwa ini ditandai dengan pergantian tokoh atau
setting tempat dan waktu. Misalnya, dalam adegan pertama terdapat tokoh
A sedang berbicara dengan tokoh B. Kemudian mereka berjalan ke tempat
lain lalu bertemu dengan tokoh C, maka terdapat perubahan adegan di
dalamnya. Dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa
percakapan antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Dialog adalah
bagian yang paling dominan dalam drama. Dialog adalah hal yang
membedakan antara drama dengan jenis karya sastra yang lain.

20
Prolog dan epilog merupakan bingkai dari sebuah drama. Prolog
merupakan pengantar untuk masuk ke dalam sebuah drama. Isinya adalah
gambaran umum mengenai drama yang akan dimainkan. Sementara
epilog adalah bagian terakhir dari pementasan drama. Isinya merupakan
kesimpulan dari drama yang dimainkan. Epilog biasanya
memuat makna dan pesan dari drama yang dimainkan.
4. Karakteristik Rupa
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang
seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang,
bentuk, tekstur, ruang dan warna.Unsur-unsur rupa tersebut tersusun
menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk karya seni rupa
merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan
sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna,
akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni
rupa tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang
membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan kata lain
kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah
bagian- bagiannya.
Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya seni rupa dua
dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi
adalah karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi panjang dan lebar
atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja.
Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya.
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki
dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan

21
menempati ruang. Contoh: seni patung, seni kriya, seni keramik, seni
arsitektur dan berbagai desain produk. Seni Rupa jika dilihat dari segi
fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art)
dan seni pakai / terapan (applied art). Seni murni adalah karya seni
rupayang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang
mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk
mengekspresikan cita rasa estetik. Kebebasan berekspresi dalam seni
murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni yaitu: seni
lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan.Seni Terapan
atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu : arsitektur,
poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai
biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor keindahan
atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih sulit
dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuatkarya
seni murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan
karena tidak memperhitungkan fungsi.
Jika dikaji lebih dalam mengenai karakteristik seni rupa, kita akan
melihat perbedaan dari cabang – cabang seni tersebut terutama pada seni
murni (fine art). Contohnya pada seni lukis dan seni patung. Jika
dibandingkan kedua cabang seni ini memiliki tingkat kesulitan yang sama
terutama pada proses pembuatannya. Namun di sisi lain, dari proses
pembuatannya juga kita bisa melihat perbedaan yang sangat signifikan,
dalam seni patung kita sudah biasa menjumpai kerja gotong royong dalam
pembuatannya, dan biasanya memang patung tidak bisa dibuat oleh satu
orang saja apalagi dalam pembuatan patung – patung besar atau monumen.

22
Dalam hal ini pembuatan patung dilakukan oleh tukang – tukang yang
memang sudah dibayar oleh senimannya, sedangkan seniman hanya
memantau dan mencetuskan ide saja dan pada akhirnya yang
menggagaskan patung tersebutlah yang dikenal oleh masyarakat sebagai
pembuat patung tersebut.
Lain halnya dengan seni lukis, dalam proses pembuatannya lukisan
selalu dibuat oleh satu orang seniman. Apabila penggarapan lukisan
tersebut dilakukan secara bersama atau gotong royong, maka karya seni
yang dihasilkan dianggap tidak wajar dan menimbulkan kontroversi bagi
seniman itu sendiri. Hal ini sebenarnya belum diketahui apakah memang
benar bahwa pengerjaan atau pembuatan karya seni lukis yang dilakukan
secara bersama itu tidak diperbolehkan atau bagaimana, namun hal
tersebut sejak dahulu sudah melekat pada kehidupan seni rupa yang
condong mengikuti seni rupa barat.
Perbedaan tersebut tidak hanya kita jumpai pada seni rupa saja,
namun pada seni tari maupun seni musik kita akan menjumpai hal yang
serupa. Lihat saja pada seni musik kita sering menjumpai penyanyi atau
pemusik yang membawakan atau menyanyikan lagu orang lain, bahkan
lebih bagus daripada penyanyi aslinya dan itu dianggap hal yang wajar.
Sedangkan di seni rupa, jika kita membuat karya seni yang sama maka
karya seni seni tersebut akan dianggap sebagai hasil jiplakan atau plagiat
walaupun hasilnya lebih bagus atau tidak. Hal ini juga menimbulkan tanda
tanya besar bagi saya dan mungkin juga bagi perupa – perupa akademis
yang lain. Padahal jika dalam seni rupa kita bisa membuat karya seni yang
sama, hal tersebut malah akan memberikan keuntungan bagi kehidupan
seni rupa itu sendiri yaitu kita bisa melestarikan lukisan – lukisan atau

23
karya seni yang memang limited dibuat oleh pelukisnya terutama lukisan
– lukisan legendaris seperti lukisan monalisa dll. Namun dikaji dari segi
negatifnya, hal tersebut bisa membatasi proses kreativitas perupa itu
sendiri, dimana mereka hanya tahu menjiplak saja sehingga tidak ada
inovasi baru dalm perkembangan kehidupan seni rupa untuk kedepannya.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa proses kreativitas merupakan salah satu
hal terpenting yang diperlukan dalam kehidupan berkesenian baik itu seni
rupa, seni drama, seni musik maupun cabang – cabang seni yang lain.
Sebagai calon perupa atau pelaku seni, mengetahui, mengerti,
mengenali, mempelajari, dan menyebarluaskan seni merupakan tugas
utama terutama seni di Indonesia, seperti yang kita ketahui bahwa
Indonesia kaya akan kesenian dan kebudayaannya. Maka sebagai pemuda
Indonesia yang baik kita harus bisa melestarikan dan mengembangkan
kesenian yang kita miliki tersebut agar tidak ada lagi perebutan serta
pengakuan kebudayaan.

24
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN SENI

A. Pendidikan Tentang Seni


Seni dapat dipandang dari berbagi sudut: 1) karya seni atau sering
disebut ujud seni, 2) proses berseni, merupakan kegiatan seseorang
memproduksi seni, 3) apresiasi seni yaitu kegiatan mengkaji dan
menghayati seni setelah seni itu berujud. Demikian pula, Pendidikan
tentang seni, merupakan pelatihan tentang karya seni sebagai ekspresi dan
ungkapan perasaan penciptanya. Disamping itu, juga memahami ilmu dan
pengetahuan seni dari sudut pandang sejarah perkembangan bentuk dan
ujud, sejarah perkembangan ide dari masing-masing jaman ketika seorang
mencipta karya seni. Ternyata setetah dicermati secara mendalam
perkembangan seni mempunyai korelasi (hubungan) dengan
perkembangan ide dan masyarakat pada waktu itu. Oleh karenanya,
belajar seni juga mengaitkan dengan pembelajaran perkembangan sosial
kemasyrakatan.
Ketika seseorang mempelajari karya seni sebenarnya juga merupakan
usaha untuk mengerti dan memahami:
1. Bentuk karya seni yang terkait dengan mode atau cara berpikir
orang-orang dan penciptanya ketika karya itu diciptakan. Dalam
artian lain adalah memahami sejarah jamanya. Seperti yang
dikemukan oleh Aristoteles bahwa seni adalah ilmu atau
pengetahuan tentang asas-asas yang terlibat dalam pembuatan
benda-benda yang indah atau bangunan. Maka dari itu,

25
perkembangan seni menunjukkan perkembangan daya piker dan
intelektualitas masyarakatnya.
2. Proses berkesenian merupakan proses yang kompleks dari tahap
kejiwaan seseoarang, dari berpikir untuk menemukan ide
berkarya, merasakan sesuatu obyek hingga menyentuh perasaan
serta usaha memberikan sentuhan agar orang lain juga tersentuh
(spiritual resonance)
Sebagian para orang tua menanyakan manfaat belajar seni, atau belajar
keindahan, karena keindahan bagi orang awam adalah sesuatu yang tidak
penting. Karena tidak mampu memberi efek atau hasil langsung dalam
kehidupan. Mereka beranggapan bahawa berkesenian adalah pekerjaan
yang memboroskan tanpa kesenianpun orang bisa hidup layak.
Pendapat tersebut tidak seluruhnya salah, jika dilihat dari segi
kebermanfaatan melainkan hanya dipandang dari sudut telah melakukan
kegiatan berseni dan hasilnya berupa kepandaian menari, menyanyi atau
menggambarr sesuka hati. Pendapat ini juga mendasar kehadiran
Pendidikan seni sebagai Pendidikan rasa keindahan yang selalu
dipertanyakan oleh para orang tua tentang keberadaan Pendidikan seni.
Lalu apakah manfaatnya seseorang belajar keindahan?, apakah
keindahan itu da manfaatnya bagi kehidupan manusia itu apa?.
Ketika pertanyaan ini disimak secara mendalam ternyata dapat diduga,
bahwa sampai saat ini orang tua cenderung melihat Pendidikan dari segi
kemanfaatannya secara langsung. Pendidikan seni disamakan dengan
Pendidikan ekonomi yang dirasakan langsung sebagai ahli menghitung
laba dan rugi berdagang. Pendidkan seni sebenarnya adalah Pendidikan
rasa keindahan, yaitu naluriah manusia. Manusia mempunyai alat rasa

26
keindahan yang dapat diimplementasikan kedalam kehidupan secara
langsung maupun tidak. Secara langsung kemampuan kepekaan rasa yang
dilatih dalam berkesenian dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan serahan
rohani melalui resapan keindahan, seseorang akan merasakan kedamaian
dan kelegaan ketika salah satu ruangan ditata indah. Rasa tersebut
nantinya akan membuat seseorang tersentuh dan merasakan kedamaian
pula. Pertanyaan selanjutnya kenapa kita harus belajar seni?
Dari seorang filsuf yang bernama Hegel, berpendapat “beauty is the
idea as it shows itself to sense” yang artinya keindahan ialah idea yang
dengan sendirinya muncul dalam perasaan. Dari pendapat Hegel tersebut
dapat ditarik suatu makna bahwa Pendidikan seni sebagai Pendidikan rasa
indah akan memberikan perkembangan secara naluriah manusia, rasa
indah merupakan kebutuhan naluriah, maka dengan Pendidikan seni,
manusia dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri secara
simultan. Pendapat teresbut juga dipertegas oleh Herbert Read “ beauty is
unity relations among our sense perception” keindahan adalah kesatuan
dari hubungan-hubungan yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan
inderawi kita.
Pendidika seni merupakan Pendidikan apresiasi tentang indah dan
keindahan serta pemahaman terhadap karya orang lain. Melalui apresiasi
seni orang akan menghargai karya orang lain dari seni penghargaan
terhadap keindahan yang diciptakan orang lain, juga menghargai karya
orang lain. Selanjutnya kegiatan menghargai orang lain ini dikembangkan
menjadi Pendidikan toleransi dan kebersamaan. Jadi Pendidikan seni
sebagai Pendidikan rasa mempunyai korelasi positif dengan Pendidikan

27
toleransi dari sebagai pemindahan kecakapan (transfer of learning)
merasakan dan menghargai orang lain.
B. Konsep Pendidikan Seni di Sekolah
Perilaku manusia didalam kehidupan dikendalikan lewat kerja otak
kanan dan otak kiri. Seperti diketahui bahwa peranan otak kanan manusia
adalah mengembangkan kedisiplinan, keteraturan, dan berpikir sistematis,
sedangkan kinerja otak kiri adalah mengembangkan kemampuan kreasi
yang unstructured seperti ekspresi, kreasi, imajinasi yang tidak
membutuhkan sistematika kerja.
Berangkat dari prinsip kerja otak kanan dan otak kiri inilah dirancang
Pendidikan yang mampu mendorong pengembangan kedua-duanya.
Pendidikan kemudian dikemas dalam kurikulum, dan oleh karenanya
sebuah kurikulum di sekolah mempunyai pilar Pendidikan otak kanan dan
otak kiri. Masing-masing kinerja otak kanan ini didukung oleh beberapa
mata pelajaran yang dikenal dengan kelompok mata pelajaran yang
berbasis pelatihan berpikir, demikian pula otak kiri dengan kelompok
mata pelajaran berbasis pelatihan rasa. Kelompok mata pelajaran berbasis
berpikir adalah matematika, IPA, sedangkan kelompok mata pelajaran
berbasis pelatihan rasa seperti IPS, agama, dan kesenian.
Selanjutnya dalam Pendidikan seni adalah melatih rasa keindahan
yang sifatnya individual. Dalam hal ini Herbert Read mengemukakan “art
is most simply and most ussualy defined as attempt to create a pleasing
form”. Seni adalah usaha untuk menciptakan bentuk yang menyenangkan
(the meaning of art, Penguin books: 1995). Jika seni merupakan kreasi
keindahan bentuk, suara dan gerak, maka mata pelajaran seni di dalam
kurikulum Pendidikan umum berusaha mengembangkan rasa keindahan

28
yang sangat berguna dalam penampilan. Kelengkapan penampilan
seseorang terletak pada kemampuan mengatur diri agar percaya diri serta
mempunyai rasa kemanusiaan. Di samping itu pembelajaran seni juga
melatih mengungkapkan rasa (ekspresi) agar dalam diri anak terjadi
keseimbangan antara penerimaan yang sudah menumpuk dalam memori
dapat diungkapkan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, seni yaitu segala
perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaanya dan bersifat indah,
hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
1. Seni Membantu Pelatihan Pengembangan Daya Pikir
Ketika seorang siswa menyanyi dan menari, seluruh ingatan dan
memori gerak dan nada maupun irama berkonsentrasi dalam satu
penampilan. Proses ini memerlukan kecermatan mengatur tempo, maupun
ekspresi, yang sebenarnya saling berkaitan antara gerak dan irama. Di
samping itu, proses menari melatih kinerja otak ketika seorang anak
sedang mengukap kembali cerita tarian yang dikemas dalam bentuk-
bentuk gerak, iringan lagu yang mengandung syair. Dalam kondisi ini,
proses menari merupakan kesatuan kerja antara fungsi rasa dan piker
menyatu menggerakkan dorongan berkarya. Demikian pula, ketika
seorang anak menggambar dan menciptakan benda seni yang praktis,
kinerja otak dan rasa menyatu untuk menemukan proporsi bentuk yang
ideal serta keindahan bentuk yang memuat pengetahuan tentang warna,
bahan serta medium karya.

2. Seni Membantu Pelatihan Pengembangan Kepekaan Rasa


Proses kerja rasa digerakkan untuk menciptakan suasana keindahan.
Ketika anak melukis segala angan-angan dan ide tercurahkan agar warna

29
yang ditampilkan sesuai dengan bentuk yang dibayangkan. Terkadang
seorang anak harus mengatur kekuatan warna yang dilakukan secara
otomatis.
Peristiwa tersebut juga terdapat pada seorang anak ketika
menyanyikan sebuah lagu. Perasaan anak bergerak untuk memperoleh
keselarasan nada yang diatur dalam rasa. Sebagai contoh, dalam proses
menyanyi, anak secara terus menerus akan menyesuaikan nada/bunyi
instrument dengan rasa, dan ketika hal tersebut berlangsung anak akan
mempertahankan citra suara agar tetap konsisten dengan nada dalam
instrument tersebut.
3. Pelatihan Produksi Seni Membangkitkan Karsa Anak
Proses berkarya pada hakikatnya merupakan kegiatan berangan-angan
serta membayangkan terciptanya suatu karya. Misalnya, ketika dalam
suatu penampilan seorang anak menyanyikan sebuah lagu “kupu-kupu”,
sebenarnya angan-angan anak melambung membayangkan keindahan
kupu-kupu yang sedang terbang. Dalam hal ini karsa anak akan bergerak
menuju imajinasi tentang kupu-kupu tersebut.
Kegiatan berkesenian mmbutuhkan kerja kreativitas, sensitivitas
(rasa), dan karsa atau (mood) yang kesemuanya memberikan korelasi
positif terhadap pembinaan cipta, rasa, dan karsa yang senantiasa
dibutuhkan oleh perserta didik. Pelatihan dalam menciptakan atau
memproduksi karya akan memberikan pemindahan kecakapan (transfer of
training) dalam berpikir (kognisi), perasaan (afeksi) dan karsa
(psikomotorik). Disamping itu terjadi pemindahan nilai dari hakikat
berpikir akan berkembang kemampuan mencipta, hakikat kepekaan rasa
akan berkembang rasa toleransi sosial antar teman yang kuat serta

30
keinginan untuk menciptakan kehidupan praktis melalui berkarya praktis
(life skill).
Dalam beberapa aspek, seni mempunyai peranan pengembangan jiwa
secara komprehensif, oleh karenanya pelatihan seni juga secara tidak
langsung membantu kedewasaan berpikir, merasakan, serta memotivasi
karsa. Melalui Pendidikan kesenian, pertumbuhan rasa dan pikiran akan
diseimbangkan melalui latihan mencipta. Sedangkan melalui produksi
karya, siswa dilatih mencermati pengetahuan yang tidak teratur menuju
keteraturan berpikir (berpikir sistematis). Kesalahan yang sering terjadi
dalam Pendidikan kesenian terletak pada guru yang tidak mempunyai
basis pengetahuan Pendidikan. Para guru mengarahkan pembelajaran seni
sebagai pelajaran calon seniman, sehingga tujuan utama belajar seni
adalah berkarya seni. Padahal sesungguhnya, pembelajaran seni adalah
pelajaran praktek berseni dengan dasar pengembangan rasa keindahan
serta melatih imajinasi, gagasan, dan kreasi.
C. Fungsi Pendidikan Seni
Seni sebagai bagian dari alat Pendidikan memiliki fungsi yang berarti
bagi perkembangan anak didik, diantaranya Pendidikan seni sebagai
media ekspresi, sebagai media komunikasi, dan sebagai media pembinaan
kreativitas, serta sebagai media pengembangan hobi dan bakat.
1. Seni Sebagai Media Ekspresi
Pembahasan seni sebagai media ekspresi telah banyak
diungkapkan oleh Jhon Dewey “art as media expression”. Dalam
pandangannya dijelaskan bahwa secara harfiah, manusia itu selalu
mengungkapkan angan-angan dan pikirannya, perasaan dalam
berbagai hal sebagai pernyataan, komunikasi maupun ungkapan segala

31
macam kebutuhannya. Oleh karenanya, manusia membutuhkan media
atau alat untuk menyalurkan ungkapan tersebut.
2. Seni Sebagai Media Komunikasi
Dalam menuangkan pikirian dan perasaan, peserta didik/anak
membutuhkan sebuah media. Titik bijak untuk mengatasi persoalan
anak adalah mengajarkan anak mampu mengutarakan pendapat. Jika
uraian di atas dijelaskan bahwa anak diberikan media untuk
mengungkapkan secara nyata sehingga terwujud karya seni. Maka sisi
lain yang juga harus menjadi titik perhatian adalah bagaimana cara
mengungkapkannya. Cara pengungkapan ini bertumpu pada
komunikasi. Komunikasi adalah usaha anak untuk mampu
mengutarakan pendapat dengan jelas, teratur dan mudah dipahami
orang lain.
Melalui pembelajaran Bahasa dan Pendidikan seni, anak dilatih
mengatur segala pikiran dalam tahapan-tahapan tertentu sehingga apa
yang akan diutarakan jelas. Bahasa akan dilakukan pelatihan
menyusun kalimat, kata serta tekanan yang menjadikan keinginan
anak diketahui orang lain. Demikian pula dengan seni, anak akan
dilatih lewat medium suara, gerak, dan bentuk yang dapat melengkapi
ungkapan Bahasa tadi.
Dengann demikian Pendidikan seni sebenarnya adalah pelatihan
komunikasi lewat karya seni. Melalui seni anak dilate menyusun
keindahan kata-kata dengan halus budinya, dilatih berprilaku sopan
ketika akan menjawab pertanyaan, dan akan memberikan kesan yang
senang, damai, indah, dan menarik. Karena, Pendidikan seni melatih

32
ungkapan komunikasi yang dikemas dengan tampilan menarik, indah,
dan menyenangkan orang lain.
3. Seni Sebagai Media Pembinaan Kreativitas
Seorang tokoh Pendidikan yang banyak mengemukakan peranan
seni dalam Pendidikan adalah Herbert Read (1959), dalam
pendapatnya mengatakan bahwa art is most simply and most usually
defined as attempt to create pleasing form. Pendapat tersebut
memberikan inspirasi dalam pelaksanaan Pendidikan pada umumnya
bahwa seni memberikan andil dalam Pendidikan anak adalah
meningkatkan kreativitas. Kreativitas dapat diartikan sebagai kiat
seseorang untuk mempertahankan hidup melalui usaha yang ulet,
tekun, dan inovasi sehingga tidak kekurangan akal dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan hidup.
Pada dasarnya Pendidikan seni adalah Pendidikan kreatif, yaitu
Pendidikan untuk memberikan kesempatan anak untuk berkembang
sesuai dengan naluri dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
sehari-hari secara mandiri.
4. Seni Sebagai Model Pelatihan Pengembangan Hobi dan Bakat
Salah satu tugas Pendidikan seni adalah mengenali potensi yang
ada. Potensi anak secara kodrati mempunyai sifat berbeda diantaranya;
bahwa sebanyak 100 anak yang belajar seni, maka hasil karya mereka
mempunyai 100 sifat. Sebab, setiap anak mempunyai corak, karakter
dan penampilan yang berbeda-beda.
Bertolak dari potensi yang berbeda tersebut, maka diantara
beberapa orang anak lebih mudah menerima rangsangan seni ketika
proses apresiasi seni berjalan.

33
BAB IV
TEKNOLOGI DALAM BERKARYA SENI

Secara sadar atau tidak, hasil teknologi telah mempengaruhi


kehidupan manusia secara signifikan. Baik dari berpikir, berkehidupan,
bersosial maupun bidang usaha dalam meningkatkan kualitas kehidupan
manusia itu sendiri. Teknolog berkembang sangat pesat seiring dan
relevan dengan kemajuan ilmu (science) dan penetahuan (knowledge).
Konteks pembahasan dalam bab ini adalah memanfaatkan teknologi
dalam karya seni. Secara harfiah, karya seni adalah ciptaan manusia yang
dalam prosedur mencipta karyanya membutuhkan jasa dari teknologi, baik
bersifat langsung maupun bersifat konsep. Dampak langsung teknologi
terhadap prosedur penciptaan karya seni adalah pemanfaatan hasil
teknologi berupa teknik, bahan atau alat. Sedangkan dampak konsep
adalah prinsip dan konsep teknologi mempengaruhi cara berpikir dan
sistem kerja.
A. Istilah Teknologi
Teknologi, merupakan istilah yang diperoleh dari Bahasa Yunani
“Tekhne”, yang mengacu pada suatu seni atau keunikan dam mempunyai
sistematika logis. Istilah ini untuk menyatakan proses yang berkaitan
dengan penggunaan peralatan dan mesin guna mengubah alam atau
lingkungan material untuk kemaslahatan manusia. Dengan kata lain,
teknologi adalah suatu area studi tentang peralatan untuk mengubah secara
harfiah menjadi fungsional melalui studi pengetahuan yang sistematis.
Teknologi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang: kemanfaatan,
keteknikan atau peralatan, keunikan, maupun sistem kinerja, dan hasil

34
produk. Dalam pembahasan ini, teknologi merupakan sistem dan
keteknikan untuk mencipta karya seni. Teknologi berupa cara pandang
terhadap permasalahan penciptaan karya seni dilihat dari prinsip-
prinsipnya.
Suatu karya seni mempunyai struktur, wujud atau kontur, isi, dan
konteks. Wujud atau kontur karya seni merupakan bentuk visual karya,
berupa gerak, suara, rupa yang berfungsi sebagai penampung gagasan dan
ide. Dalam mewujudkan ide dan gagasan ini, seorang pencipta karya seni
membutuhkan teknik, pendekatan, prinsip serta keterampilan berkarya. Isi
adalah muatan pesan, cerita gagasan, imajinasi dalam karya seni. Isi
dikembangkan dalam karya seni untuk memberi tekanan, nuansa, spirit,
dan bobot penampilan karya seni. Sedangkan konteks merupakan
penciptaan yang sangat terkait dengan prinsip latar belakang penciptaan,
seperti alasan penciptaan karya, tujuan berkarya, serta pengaruh adat dan
pranata sistem pad acara pandang seorang atau masyarakat tertentu
terhadap kehidupan. Ketiga struktur karya seni tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain ketika proses penciptaan berlangsung.
B. Ruang Lingkup Teknologi
Teknologi hadir karena manusia harus mempertahankan hidup
bandingkan dengan ketika manusia purba dalam kehidupannya yang
masih sederhana, mereka mencari makan dari hasil alam. Hasil makan
yang ada di sekitar dimakan langsung tanpa perlu diramu atau dimasak.
Dari tahun ke tahun ataupun abad, cara berpikir manusia terus maju dan
berkembang. Kemajuan berpikir ini menjadikan manusia mencipta
peralatan, sistem, kinerja yang disesuaikan dengan fungsinya. Usaha
untuk mencipta peralatan, sistem kinerja, keteknikan dan pola ini disebut

35
orang teknologi. Secara idea, teknologi merupakan hasil budaya manusia
untuk mempertahankan hidup manusia dengan menciptakan sarana dan
prasarana baik melalui kegiatan penelitian dan percobaan yang disengaja
maupun tidak.
Menurutn Koentjaraningrat (1981: 2) teknologi merupakan salah satu
hasil kebudayaan manusia dan meletakkan teknologi kedalam deretan
hasil budaya manusia sebagai 1) sistem religi dan upacara keagamaan, 2)
sistem dan budaya manusia, 3) sistem pengetahuan, 4) Bahasa, 5)
kesenian, 6) sistem mata pencaharian hidup, dan 7) sistem teknologi dan
peralatan.
C. Model Pemanfaatan Teknologi dalam Berkarya Seni
Dasar pengembangan praktik berkarya seni dalam pendidkan adalah
mendidik anak agar kreatif, sedangkan pembinaannya melalui pelatihan
berapresiasi terhadap keindahan objek. Kata kreatif mengandung unsur
keuletan, yaitu kemampuan bertahan, berusaha tanpa henti sampai
penemuan pemecahan masalah dengan sempurna. Salah satu cara berlatih
ulet adalah keberanian mengutarakan pendapat (berekspresi). Dalam hal
ini terdapat kaitan antara keuletan, kreativitas, dan berekspresi dengan
berusaha melakukan eksperimentasi atau percobaan. Percobaan sendiri
merupakan langkah-langkah mencari tahu permasalahan dan merancang
serta mencoba gagasan yang ditemukan. Proses kreatif ini mampu
meningkatkan koordinasi antara otak, rasa, dan keterampilan. Misalnya
menjaga keseimbangan tubuh, pengendalian emosi diri, ketekunan,
pantang menyerah dengan tantangan, konsentrasi, dan tumbuh auto
sugesti dalam berusaha untuk mencapai tujuan. Dalam teknologi, prinsip
keteknikan dapat digolongkan menjadi tiga prinsip, yaitu :

36
1. Pemanfaatan Teknologi Kerajinan dalam Penciptaan Karya Seni
Suatu prinsip kerja teknologi produksi dalam bentuk karya terapan
seperti memproduksi cinderamata, menenun kain, atau jenis lain yang
segera dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
teknologi kerajinan lebih memfokuskan kepada keterampilan
produksi, reproduksi yang diukur dari kecepatan, ketepatan, dan
ekonomis. Jika suatu produksi dikatakan cepat, pengukurannya
diajukan dengan jumlah yang diproduksi terhadap waktu yang
disediakan.
Jika dalam waktu yang kurang dari yang ditentukan dapat
memproduksi lebih dari standart bakunya maka dikatakan cepat.
Ketepatan lebih banyak dikonotasikan untuk presisi, yaitu produksi
yang sesuai dengan permintaan. Pengukuran yang diajukan adalah
kemampuan membuat sama produk tanpa ada kesalahan. Untuk
menghindari kesalahan, seseorang membutuhkan keterampilan dan
pengetahuan keteknikan yang kuat agar segala gagasan dan idenya
berjalan lancar yang diwujudkan dalam karya seni.
2. Pemanfaatan Teknologi Rekayasa dalam Penciptaan Karya Seni
Dalam proses ini keterampilan yang diandalkan adalah kesesuaian,
kecepatan, ketepatan, maupun kecakapan. Prinsip kesesuaian diajukan
pengukuran melalui nilai persamaan, misalnya: jika suatu produk yang
dihasilkan sama dengan permintaan diajukan baik dalam bentuk
kualitas maupun kuantitas maka penilaian dianggap sesuai. Sedangkan
untuk kecepatan dan ketepatan merupakan unsur saling ukur
diantaranya: permintaan dikatakan tepat jika dalam waktu yang
ditentukan dapat menghasilkan produk yang sesuai. Demikian pula,

37
suatu produk dikatakan cepat jika permintaan mampu melayani sesuai
dengan rencana dan hasilnya sesuai dengan permintaan.
Pemanfaatan teknologi rekayasa dalam penciptaan karya seni
dapat dilihat pada keteknikan dan dampak pembelajaran. Dampak
keteknikan lebih mendorong keyakinan mencipta melalui kecakapan
mengurai bahan dan menyusun alat sesuai dengan sistem kinerjanya.
Sedangkan dampak pembelajaran teknologi rekayasa adalah keuletan
menguraikan masalah, dan menyusun kembali permasalahan dalam
mencipta karya seni.
3. Pemanfaatan Teknologi Pengolahan dalam Penciptaan Karya Seni
Pengukuran terhadap pengolahan adalah perilaku mengubah objek
melalui proses: pemasakan, reaksi, percobaan (treatment) secara cepat
dapat menghasilkan produksi ganda dan reproduktif. Produksi ganda
tersebut tampak pada pengembangan alat, bahan serta medium lain
yang dapat digunakan untuk mendukung. Prinsip ini biasanya akan
menjadi ekonomis ketika produksinya mampu mencapai target bahkan
melebihi target minimal. Sedangkan prinsip higienis pengolahan
terletak pada keselamatan dan keseuaian produk terhadap standar
kimia, pangan, dan ukuran kesehatan/keselamatan.

38
BAB V
PENDIDIKAN SENI MUSIK

A. Seni Musik dalam Perspektif Pendidikan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengemukakan
tentang SK dan KD pendidikan seni, budaya, dan keterampilan
menjelaskan bahwa pendidikan seni musik sifat multilingual,
multidimensional, dan multikultural. Pada bahasan ini dikaitkan dengan
pendidikan seni musik. Multilingual bermakna pengembangan
kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan
media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam
kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis,
evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis
unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural
mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran
dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan
Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis
yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas, 2006: 611).
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan
kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif
untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau
emosional yang seimbang. Seni musik membentuk disiplin, toleran,
sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan.
Dengan kata lain pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang

39
memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu
siswa yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, fikiran,
sosialisasi, dan emosional.
Pendidikan seni musik dilakukan untuk mengembangkan kepribadian
peserta didik sesuai dengan kodratnya sebagai manusia seutuhnya
(humanity) yang memiliki kebebasan, kematangan diri dan memiliki
tanggung jawab yang tinggi secara etika dan moral. Kepribadian yang
diharapkan adalah kepribadian yang humanis yang merupakan
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang digunakan peserta
didik dalam rangka adaptasinya dengan kehidupan sehari-hari yang
dilandasi dengan kasih sayang (attachment) dan diperlakukan seperti
layaknya manusia (human being). Humanity, tidak hanya sebatas
menguasai pengetahuan, akan tetapi penguasaan secara keseluruhan yang
berdampak pada kematangan dan perkembangan kepribadian dalam
keindahan sikap dan perilaku peserta didik.
Menurut pandangan Plato tentang musik dalam Seymour & Harriet
Ayer (1920:164) mengatakan bahwa, “Music is a moral law. It gives soul
to the universe, wings to the mind, flight to the imagination, and charm
and gaiety to life and to everything”. Musik adalah hukum moral. Ini
memberi jiwa ke alam semesta, sayap untuk pemikiran, terbang untuk
imajinasi, pesona, keceriaan untuk hidup, dan segala sesuatunya. Ini
adalah esensi keteraturan dan menyebabkan semua yang baik, adil, dan
indah- yang itu adalah tak terlihat tapi tetap menyilaukan, bergairah, dan
bentuk eksternal.
Pendapat tersebut menggambarkan bahwa seni musik merupakan
bahasa emosi manusia terhadap alam semesta baik alam itu sendiri

40
maupun manusia yang menghuni alam tersebut yang memiliki akal dan
pikiran serta imajinasi untuk tetap menjalani kehidupan sehari-hari dengan
ekpresi, sikap dan perilaku yang saling menghargai (apresiasi), serta
berusaha untuk membentuk harmonisasi atau keseimbangan. Pendidikan
seni musik dapat mengarahkan emosional peserta didik untuk
mengeksplorasi akal, pikiran, serta imajinasi untuk tetap dekat dengan
alam kehidupan sehari-hari dan dapat memfasilitasi atau membimbing
peserta didik dalam memahami gajala-gejala yang terlihat di alam semesta
serta membimbing mereka memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya pandangan Plato tersebut dikembangkan lagi oleh
Friedmann (1980:100) yang mengatakan bahwa: Music is the language
of emotion. Emotion is connected with thought. Thought is connected with
action, action deals with conduct, and the sphere of conduct is connected
with morals. Therefore, ladies and gentlemen, if music is connected with
emotion, and emotion is connected with thought, and thought is connected
with action, and action is connected with the sphere of conduct, or with
morals, things which are connected by the same must be onnected with
one another, and therefore music must be connected with morals.
Musik adalah bahasa emosi dan emosi selalu terhubung dengan
pikiran manusia. Dan pemikiran akan terhubung dengan tindakan (action),
tindakan berkaitan dengan perilaku, dan bidang perilaku terhubung
dengan moral. Oleh karena itu, jika musik terhubung dengan emosi, dan
emosi terhubung dengan pikiran, dan pikiran terhubung dengan tindakan,
dan tindakan yang berhubungan dengan bidang perilaku, atau dengan
moral, hal ini menandakan bahwa seni musik memiliki keterhubungan

41
yang sama moral. Dan hal ini akan melahirkan budaya pada masing-
masing individu manusia yang mewakili karakteristik mereka sendiri.
Karakteristik budaya manusia inilah yang berbaur dalam sebuah kelas
dalam sekolah.

42
BAB VI
PENGETAHUAN DASAR DAN KETERAMPILAN MUSIK

A. Pengertian Musik
Musik adalah salah satu cabang seni yang tergolong dalam jenis seni
pertunjukan. Musik dapat terwujud dengan adanya bunyi. Dengan kata
lain, media musik atau bahan untuk terwujudnya musik adalah bunyi.
Menurut Reimer (Elliot, 1995), musik dibangun oleh unsur-unsur ritme,
melodi, harmoni, tekstur, dan bentuk yang dibungkus oleh kualitas musik,
yaiut unsur warna bunyi atau warna nada dan kekuatan (volume atau
intensitas) atau dinamika bunyi. Definisi tentang pengertian musik dari
setiap orang akan berbeda-beda, karena sampai saat ini sulit membuat
definisi yang tepat dan lengkap. Hal ini dikarenakan, dalam
mendefinisikan sebuah pengertian musik dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda-beda. Seorang ahli psikologi musik yang
bernama Karl Seashore berpendapat bahwa musik adalah pesona jiwa.
Pesona jiwa merupakan alat yang membuat kita gembira, sedih, marah,
bersemangat, patriotik, dan sesal. Bahkan dapat membawa kita seolah-
olah mengangkat pikiran serta ingatan kita melambung tinggi sehingga
emosi kita melampaui diri kita sendiri.
Bunyi-bunyi dalam musik mengandung tiga faktor, yaitu waktu,
ruang, dan tenaga. Tiga faktor ini akan lebih jelas ketika anda memainkan
ritme musik, memainkan melodi, ataupun ketika bernyanyi.
B. Jenis Musik
Peran musik adalah sebagai media ekspresi, komunikasi, bermain,
berpikir kreatif, dan pengembangan bakat. Secara sadar bahwa musik

43
dimiliki oleh semua bangsa di dunia sejak zaman dahulu kala. Musik
dipergunakan dalam berbagai kegiatan dan suasana kehidupan manusia,
seperti dalam upacara keagamaan, upacara adat, untuk hiburan, untuk
tontonan, dan untuk Pendidikan. Dengan bersumber pada alam sekitar
yang terlihat, terdengar, dan terasa, musik ditata oleh para pencipta
sebagai ungkapan isi hati masing-masing. Hasilnya berpengaruh besar
kepada jiwa penyanyi dan pendengarnya. Musik sendiri dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis menurut beberapa alasan:
1. Jenis Musik Menurut Sumber Bunyi
a. Musik Vokal
Musik vokal berasal dari kata voce (itali) atau voice (inggris) yang
berarti suara yang dihasilkan oleh organ ubuh mahluk hidup, yakni
manusia dan binatang. Musik dengan media suara manusia tersebut
dapat dinyanyikan perorangan ataupun oleh lebih dari satu orang.
Pengertian musik vokal sangat luas. Perwujudannya bisa dilakukan
dengan berupa kegiatan bernyanyi dengan diiringi alat musik
konvensional seperti keyboard, gitar, piano, dan lain-lain. Sedangkan
bernyanyi tanpa diiringi alat musik disebut dengan accapela yang
dinyanyikan lebih dari satu orang. Vokal lainnya diolah sedemikian
rupa sehingga menghasilkan suara yang harmonis serta membentuk
sebuah akord yang berfungsi sebagai iringan vokal atau sebagai
pengganti iringan musik.
Ada nyanyian yang terdiri atas suara saja dan disebut nyanyian
bersuara tunggal atau bersuara satu. Contohnya adalah lagu
kebangsaan “Indonesia Raya” tidak boleh dinyanyikan lebih dari satu
jenis suara. Sementara itu, nyanyian yang terdiri atas beberapa bagian

44
suara disebut nyanyian paduan suara. Dari jumlah penyanyi,
pengelompokannya adalah bernyanyi tunggal (solo), duet, trio,
kuartet, kuintet, sektet, oktet, atau kuartet ganda. Paduan suara
dinyanyikan oleh 14 orang atau lebih dan biasanya dinyanyikan oleh
banyak suara yang terbagi menjadi Sopran-Alto-Tenor-Bass (SATB).
Kelompok vokal atau vokal grup berarti sekelompok orang yang
bergabung menyanyikan lagu secara Bersama-sama dan lagu yang
dinyanyikan dapat berupa satu suara atau beberap suara.
b. Musik Instrumental
Musik instrumental ialah musik yang sumber bunyinya bukan
berasal dari mahluk hidup, tetapi berasal dari benda atau alat musik
yang dapat menghasilkan suara atau “bunyi”. Musik instrumental juga
merupakan komposisi musik yang tanpa adanya lirik atau vokal dalam
bentuk apapun.
2. Jenis Musik Berdasarkan Proses Penciptaannya
1. Musik Seni
Musik seni ialah musik yang diciptakan untuk keindahan musik itu
sendiri. Contohnya, Uyon-uyon dari Jawa Tengah yang diantaranya
memainkan lagu-lagu atau gending-gending.Selain itu juga terdapat
karya besar dari komponis berupa simfoni (symphony), diantaranya
adalah karya W.A Mozart, Trisuci Kamal, Ananda Sukarlan, Slamet
Abdul Syukur, I Wayan Sadra, dan masih banyak lagi karya-karya
komponis dari berbagai negara.
2. Musik Programatis
Musik programatis adalah musik yang diciptakan untuk
kepentingan kebutuhan mengiringi sebuah karya musik serta memiliki

45
rancangan yang programatis. Contoh iringan musik programatis untuk
tari balet, opera, dan drama. Biasanya, musik programatis itu beranjak
dari cerita atau ide tertentu. Musik programatis amat menarik bagi
anak dan orang dewasa karena mudah diingat serta memiliki alur
cerita.
3. Jenis Musik yang Lahir Berdasarkan Tatanan Masyarakat
Dalam pembahasan ini, yang perlu diketahui adalah pengertian jenis
musik klasik dan tradisional. Pengertian musik klasik adalah musik yang
muncul pada zaman klasik di Eropa dengan tokohnya/komponis seperti
Wolfgang Amadeus Mozart dan Joseph Haydn dengan ciri-ciri musik
tertentu pada zaman tersebut. Pengertian Klasik yang lainnya biasanya
diartikan sebagai musik yang “serius” dan memiliki nilai keindahan tinggi.
Pada zaman itu musik ini biasanya dimainka ditempat-tempat tertentu
saja, yaitu dilingkungan istana/kerajaan. Sedangkan untuk musik
tradisional biasanya dimiliki atau tumbuh pada kelompok masyarakat
tertentu dan diwariskan secara turun-temurun. Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki kekayaan musik tradisional yang beragam di
setiap daerah maupun pulaunya.
4. Jenis Musik Menurut Fungsinya
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, musik memiliki
fungsi yang lebih luas. Menurut kegunaannya, musik dapat ditinjau dari
berbagai sudut. Salah satunya adalah faktor sugesti yang juga memiliki
peranan yang cukup signifikan, seperti: 1) digunakan untuk hiburan, 2)
digunakan pada upacara Bendera Merah Putih, ibadah, kelahiran,
kematian, pernikahan, panen, dan keperluan upacara yang lainnya, 3)
digunakan sebagai tontonan (performance) karena para seniman ingin

46
memperdengarkan karya ciptaannya dengan jalan memainkan atau
menyanyikan musik, 4) digunakan untuk penyembuhan atau terapi musik,
5) digunakan pada pengembangan teknologi pada bidang tanaman, 6)
digunakan untuk merangsang dan menimbulkan semangat nasionalisme
dan semangat berjuang, dan 7) digunakan dalam dunia Pendidikan.
C. Keterampilan Musik
Dalam pembahasan ini akan mencakup tentang pembelajaran
keterampilan musik. Dengan kata lain, pembelajaran dalam pembahasan
ini akan diuraikan cara membuat karya musik/lagu. Membuat karya musik
adalah proses ekspresi perasaan yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap
orang dapat membuat lagu sesuai dengan kemampuannya. Namun
ekspresi lagu tidak hanya ditujukan untuk pembuat lagu itu sendiri,
sehingga proses dalam membuat lagu perlu memperhatikan teknik-teknik
tertentu yang dapat memberikan hasil yang dapat diterima oleh orang lain.

1. Persiapan dalam Membuat Lagu


a. Gagasan
Sebelum membahas lebih rinci tentang pembuatan lagu, perlu
dipertegas dahulu istilah dari lagu itu sendiri. Dalam pembahasan ini
yang dimaksud dengan lagu adalah karya musik berupa rangkaian
nada-nada tunggal (unisono) yang disertai dengan syair atau kata-kata,
minimal terdiri dari satu baik kalimat lengkap yang telah siap
dinyanyikan. Dengan demikian lagu yang dimaksud mempunyai unsur
penyajian baik secara instrumental maupun vokal.
Membuat lagu dapat merupakan proses yang sederhana, dapat pula
menjadi proses yang rumit. Prosesnya dapat dilakukan dengan relatif

47
cepat, dapat pula membutuhkan waktu yang relatif lama. Membuat
lagu pada dasarnya merupakan salah satu kegiatan ekspresi musik.
Ekspresi musik lainnya adalah bermain musik serta bergerak sesuai
irama musik. Karakteristik ekspresi musik membuat lagu adalah
adanya ide atau gagasan musikal yang mendorong dibuatnya suatu
lagu. Gagasan musikal tersebut sekaligus menandai bahwa
sebelumnya belum ada karya musik yang dibuat.
Menemukan gagasan merupakan seni kehidupan. Hasilnya tidak
dapat diduga. Prosesnya dapat dilalui dengan sederhana, namun
terkadang melalui proses yang sangat panjang dan berputar-putar. Ide
musikal dapat datang dari hasil sebuah referensi-referensi
mendengarkan musik, membaca buku, melihat atau mengunjungi
tempat tertentu, atau menelaah pengalaman pribadi atau orang lain.
Pada saat mendengarkan suatu karya musik, suasana perasaan akan
terbawa oleh alunan melodi, ritme, irama, akor, dinamika, dan ekspresi
musik tersebut. Setelah karya musik itu usai didengarkan, kesan
musikal nada-nadanya masih melekat kuat dalam benak dan perasaan.
Hal inilah yang dapat mendorong timbulnya ide musikal.
Proses membuat lagu dapat dimulai dari meniru sebagian
rangkaian nada atau melodi dari musik yang didengar. Kemudian
dengan mudah menirukan bagian musik mana yang terdengar
menonjol dari musik yang didengar. Selanjutnya, menuliskan
rangkaian nada-nada yang sudah ditirukan. Jika tidak memiliki
kemampuan menuliskan notasi, sebaiknya meminta bantua seseorang
atau teman yang memiliki kemampuan menuliskan nada musiknya.
Salah satu langkah yang praktis adalah dengan cara merekam secara

48
langsung rangkaian nada yang sedang di suarakan/tirukan. Hasil
rekaman tersebut, dapat diolah kembali lebih lanjut dengan teknik-
teknik membuat lagu yang diketahui sebelumnya.
Di sisi lain, rangkain kalimat syair karya musik tersebut dapat pula
menyentuh perasaan, bahkan tidak mustahil dapat menyebabkan
pendengarnya meneteskan air mata. Pengaruh tersebut juga dapat
menimbulkan munculnya ide baru untuk membuat rangkaian kalimat
baru. Kalimat syair merupakan salah satu kekuatan dalam suatu lagu.
Jika ide awal pembuatan lagu timbul dari adanya perhatian terhadap
syair, langkah awal yang dapa dilakukan adalah dengan mengulang-
ulang syair pokok yang menjadi ide utama lagu yang akan dibuat.
Faktor gagasan merupakan kekuatan dasar pembuatan karya musik
atau lagu. Lagu yang dibuat berdasarkan gagasan asli akan memiliki
daya kesan yang lebih kuat bagi yang mendengarkannya. Namun
sebaliknya, lagu yang sekedar tiruan dari ide yang sudah ada,
kekuatannya tidak akan lama. Banyak lagu yang melodinya sederhana
dan digarap dengan musik yang sederhana, namun lagu tersebut tetap
diingat dan masih sering dinyanyikan dilingkungan masyarakat
sampai rentang waktu yang sangat lama bahkan berpuluh-puluh tahun
lamanya. Maka dari itu, faktor keaslian ide atau gagasan mempunyai
nilai yang sangat tinggi di antara faktor-faktor yang dapat menentukan
kekuatan lagu.
Kekuatan lagu dapat pula dari rangkaian nada yang membentuk
melodi lagu. Lagu yang memiliki melodi sederhana namun memiliki
jalinan nada yang mudah dirasakan keindahannya bagi yang
mendengarnya, maka lagu tersebut akan disukai banyak orang dan

49
akan menjadi popular dalam waktu yang lama. Syair lagu juga
merupakan kekuatan tersendiri pada suatu lagu. Syair lagu yang secara
asalnya memang merupakan rangkaian kata-kata yang bersajak indah
akan dapat menjadi lagu yang indah dan disukai banyak orang
walaupun dibentuk dengan melodi yang sederhana.
Ketika sebuah lagu telah dilengkapi dengan musik pengiring,
kesan musikal yang terdengar bisa menjadi berubah. Pengaruh musik
pengiring tersebut dapat merupakan pelengkap yang bisa
meningkatkan kekuatan lagu dan bisa mengurangi kekuatan lagu
tersebut. Penggarapan musik pengiring yang dilakukan secara cermat
akan mendukung kekuatan sebuah lagu dan sebaliknya ketika
penggarapan musik yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah musik
akan mengurangi bahkan menghilangkan kekuatan sebuah lagu itu
sendiri.
b. Pendekatan dalam Membuat Lagu
Sebuah lagu setidaknya dapat dilihat dari dua unsur yang
membentuknya yaitu unsur musikal dan unsur Bahasa. Unsur musikal
adalah unsur yang tersusun atas materi nada dan sifat-sifatnya,
sedangkan unsur Bahasa adalah unsur syair yang memberi makna dari
kata-kata.
Membuat lagu merupakan proses yang sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor, maka tidak akan menjadi masalah ketika penyusunan
lagu dimulai dari kata-kata syair atau rangkaian nada. Tergantung ide
mana yang terlebih dahulu timbul, maka proses membuat lagu dapat
dimulai. Proses selanjutnya juga akan mempunyai berbagai
kemungkinan dan tidak harus menyelesaikan salah satu unsur terlebih

50
dahulu. Jadi, dari mana saja proses membuat lagu itu dimulainya pada
dasarnya sangat ditentukan oleh kehendak pembuat lagu tersebut.
Oleh sebab itu, membuat lagu tidak harus merupakan hasil karya satu
orang saja, namun bisa merupakan karya dari dua atau tiga orang yang
masing-masing mempunyai peran pada salah satu unsut yaitu melodi
dan syair.
Membuat lagu atau musik pada dasarnya adalah suatu proses
eksplorasi yang dapat dikatakan tidak terbatas. Musik adalah nada-
nada yang jumlah dan susunannya memiliki variasi tak terbatas.
Namun membuat musik baik vocal maupun instrument yang memiliki
nilai tertentu merupakan hal yang tidak semata-mata merangkai nada.
Dapat diibaratkan seseorang akan membuat sebuah bangunan atau
Gedung. Prosesnya tidak semata-mata menumpuk batu, pasir, kayu,
dan bahan bangunan lainnya, tapi diperlukan teknik dan kearifan
tertentu untuk membangunnya agar bangunan tersebut memiliki nilai
tersendiri.
c. Kemampuan Tentang Bayangan Nada
Bayangan nada adalah tanggapan seseorang mengenai tinggi
rendah nada berdasarkan pada dasar tangga nada tertentu. Dasar
tangga nada tersebut merupakan titik pusat dimana aliran rangkaian
nada akan menuju.
Bayangan nada menggambarkan kesan seseorang terhadap
perbedaan tingkat tinggi rendah setiap nada pada urutan tangga nada.
Selain itu, bayangan nada juga menggambarkan tanggapan seseorang
terhadap hubungan antar nada dalam susunan tangga nada. Dengan
bayangan nada yang dimiliki, seseorang dapat merasakan kesamaan

51
dan perbedaan antar dua nada atau lebih yang berbeda-beda.
Perbedaan tinggi rendah nada dapat pula dirasakan sebagai langkah
antar dua nada atau lompatan dua nada yang melintasi satu atau lebih
nada lain. Selain itu, bahkan dapat dirasakan pula karakteristik atau
sifat suasana yang ditimbulkan oleh langkah atau lompatan nada-nada
tersebut.
Cara yang dilakukan untuk membuat melodi dengan bayangan
nada biasanya dengan menyuarakan melalui vokal secara langsung
baik berupa senandung maupun solmisasi. Jika pembuat lagu memiliki
kemampuan tentang notasi musik, maka dapat mencatat susunan nada
yang dibuatnya kedalam notasi tertentu. Perlu diingat bahwa notasi
musik hanya merupakan sarana dalam mengolah dan
mengomunikasikan musik. Dengan demikian yang penting adalah
memenuhi unsur-unsur musik secara benar.
Hasil susunan nada yang telah ditulis dalam notasi dapat
disuarakan baik dengan vokal maupun instrument tertentu. Hal itu
akan memudahkan proses perbaikan rangkaian nada-nada, sehingga
rangkaian nadanya menjadi lebih indah dan sesuai dengan ide yang
diharapkan.
d. Eksplorasi Alat Musik
Eksplorasi memalui alat musik berarti menjelajahi atau menjajaki
berbagai rangkaian nada dari alat musik. Alat musik yang dapat
digunakan untuk eksplorasi musik Adalat alat musik bernada
(melodis), seperti gitar, keyboard, piano, dan lainya. Prosesnya dapat
dilakukan dengan memainkan tangga nada tertentu mulai dari nada
dasarnya. Misalnya dari nada C sebagai dasar nada pertama “DO”,

52
selanjutnya pencarian dilakukan dengan merangkai dari satu nada ke
nada berikutnya dengan berbagai variasi jarak nada.

2. Langkah-Langkah Umum dalam Membuat Lagu


Pembuatan lagu pada dasarnya ditentukan oleh musikalitas seseorang.
Namun prosesnya dapat dilakukan dengan lebih teratur jika pembuat lagu
memiliki kemampuan dasar-dasar pemahaman unsur-unsur musik.
Pemahaman akan unsur-unsur musik tidak dapat dikatakan suatu
kemampuan teoritik, sebab pemahaman akan unsur-unsur musik hanya
dapat dicapai dalam unsur praktek.
a. Pemahaman Isi/Tujuan Pembuatan Lagu
Memahami isi lagu yang akan dibuat akan memberikan banyak
pengaruh terhadap lagu yang akan dibuat. Pemahaman terhadap isi
lagu juga akan menentukan rangkaian nada-nada yang disusun
menjadi melodi sehingga watak melodi tersebut dapat mencerminkan
makna lagu. Lagu yang berisi makna tentang kelembutan tentu akan
dibuat dengan susunan ritme yang berirama lembut, sedangkan lagu
yang mengambarkan kepahlawanan dan semangat akan disusun
dengan pola ritme yang berirama tegas dan bertekanan. Oleh sebab itu,
wujud dari lagu tersebut akan dapat memberikan makna yang
diinginkan seperti tujuan yang diharapkan.
b. Penguasaan dan Penentuan Nada Dasar Pada Tangganada
Rangkaian nada dalam tangganada merupakan salah satu bekal dalam
membuat rangkaian nada menjadi lagu atau musik. Nada dasar adalah
nada yang menjadi pusat pergerakan atau arah penyelesaian rangkaian
nada-nada dalam suatu tangganada. Dalam urutannya, nada dasar

53
ditempatkan pada posisi pertama dan menjadi nama untuk tangganada
tersebut, misalnya pada tangganada C mayor nada dasarnya adalah C.
Dalam pembahasan ini hanya akan dibahas tangganada mayor dan
minor dalam hubungannya dengan pembuatan lagu. Kedua
tangganada tersebut memiliki sifat khas masing-masing. Secara umum
biasanya tangganada mayor memberikan suasana lagu berkesan ceria,
megah, dan sifat-sifat semacam itu atau setidak-tidaknya suasana yang
umum. Hal ini tidak berarti bahwa tangganada mayor tidak dapat
memberikan suasan sedih, keharuan, dan semacamnya. Sebaliknya,
tangganada minor umumnya dapat memberikan suasana lagu sedih,
pilu, atau sifat-sifat semacamnya.
Tangganada mayor adalah tangganada yang mempunyai pola jarak
antara nada 1 – 1 – 1 – ½ - 1 – 1 – 1 – ½ secara berurutan. Jaraj 1
artinya bahwa diantara dua nada yang berdekatan masih dapat disisipi
nada sisipan, sehingga jarak nada sisipan tersebut dengan nada di
dekatnya berjarak ½ . Contohnya adalah tangganada C mayor yang
terdiri atas nada-nada c – d – e – f – g – a – b – c’ atau berupa susunan
ucapan Do – Re – Mi – Fa – Sol – La – Si – Do’ yang ditulis dengan
notasi angka 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 – 1’. Dengan melihat pola
jaraknya, susunan tersebut mempunyai arti bahwa nada C berjarak 1
terhadap nada D, nada D berjarak 1 dengan nada E, nada E berjarak ½
terhadap nada F, dan seterusnya.
Tanganada minor adalah tangganada yang mempunyai pola jarak
antar setiap nada 1 – ½ - 1 – 1 – ½ - 1 – 1 secara berurutan. Contohnya
adalah tangganada A minor yang terdiri atas nada-nada a – b – c – d –
e – f – g – a.

54
Dalam membuat lagu, diperlukan kemampuan merasakan sifat-
sifat atau karakteristik suatu tangganada. Misalnya kemampuan
merasakan nada dasar, karakteristik jarak antara dua nada, dan
karakteristik paduan dua atau lebih nada. Hal ini akan memberikan
pengaruh terhadap rangkaian nada melodi yang disusun, yaitu dalam
menentukan sifat melodi yang memberikan makna utuh dan lengkap
hingga selesai.
c. Menentukan Struktur Lagu
Sebuah lagu mempunyai bagian-bagian tertentu yang tersusun dalam
struktur tertentu. Struktur lagu adalah susunan unsur kalimat musik
yang membentuk suatu lagu. Struktur tersebut dapat berbeda-beda
untuk setiap lagu dan bisa juga sama. Struktur lagu tersusun atas
kalimat-kalimat musik. Kalimat musik merupakan sebuah rangkaian
nada yang mempunyai kesan makna yang utuh dan lengkap. Sebuah
lagu dapat terdiri atas sebuah kalimat musik atau lebih. Sebuah kalimat
musik dapat dituliskan dengan sebuah simbol huruf kapital yang
lazimnya mengikuti urutan huruf dalam abjad latin, yang dimulai dari
huruf A. Dua buah kalimat musik dituliskan dengan simbol huruf yang
sama apabila keduanya mempunyai kesamaan melodi, baik nada
maupun pola ritmenya. Jika kedua kalimat musik mempunyai melodi
yang berbeda, maka simbolnya ditulis dengan huruf yang berbeda
secara berurutan, misalnya huruf A dan B.
Sebuah kalimat musik umumnya terdiri atas dua bagian yang
dinamakan frase. Frase pertama merupakan bagian yahng menyatakan
pertanyaan, frase kedua menyatakan jawaban. Setiap frase dapat
dituliskan dengan simbol huruf kecil seperti a,b, c dan seterusnya.

55
Proses pembuatan lagu yang dimulai dengan menuliskan syair terlebih
dahulu, struktur lagu tersebut tergambar pada susunan panjang pendek
syair yang ditulis.
d. Menentukan Jangkauan Nada
Sebuah lagu mempunyai nada terendah dan tertinggi yang ada dalam
rangkaian melodinya. Jarak antara nada terendah hingga nada tertinggi
tersebut dinamakan jangkauan nada. Setiap lagu mempunyai
jangkauan nada yang berbeda-beda. Perbedaam tersebut biasanya
ditentukan oleh tingkat usia sasaran yang dituju oleh isi lagu tersebut,
misalnya lagu untuk kalangan anak usia dini, anak sekolah dasar, anak
remaja, dan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam membuat lagu,
faktor jangkauan nada harus menajadi salah satu dasar.
e. Menentukan Puncak Lagu
Sebuah lagu adalah ungkapan perasaan. Melalui lagu, pembuat lagu
ingin mencurahkan perasaannya melalui rangkaian nada-nada.
Keadaan perasaan tersebut diekspresikan dengan teratur melalui
perubahan tinggi rendah nada yang bersifat dinamis. Dari dinamika
rangkaian nada tersebut terdapat bagian ekspresi paling menonjol.
Bagian ekspresi lagu tersebut dinamakan puncak lagu. Puncak lagu
umumnya diekspresikan dengan nada-nada yang cenderung relatif
tinggi. Namun, dapat pula puncak lagu diekspresikan dengan nada-
nada yang cenderung relatif rendah sebagai pernyataan anti klimaks.
Oleh karena itu sebenarnya tidaklah cukup suatu ungkapan perasaan
jika hanya dilihat dari rangkaian nada, sebab nada-nada yang terangkai
tidak akan mengungkap dengan baik suatu perasaan jika terdengar
datar saja.

56
f. Menuliskan dalam Notasi Musik
Notasi merupakan sarana untuk menuliskan gagasan dalam bentuk
simbol-simbol yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
gagasan tersebut dari seseorang kepada orang lain. Disamping itu,
notasi juga merupakan sarana pendokumentasian karya dalam bentuk
tulisan. Dalam membuat lagu, akan lebih baik jika pembuat lagu
mempunyai kemampuan menuliskan gagasan musiknya dalam bentuk
notasi. Hal itu akan membuat lagu yang dibuatnya dapat diolah dengan
hasil yang lebih lengkap, utuh, dan optimal dengan mendayagunakan
segenap kemampuan pembuat lagu.

57
BAB VII
PENGETAHUAN DASAR DAN WAWASAN SENI TARI

A. Pengertian Tari
Banyak ahli mengemukakan definisi mengenai apakah tari itu?. Salah
satunya adalah Curt Sachs yang mengemukakan bahwa tari merupakan
gerak tubuh yang ritmis. Dalam tari, gerak tubuh manusia dipakai sebagai
sarana mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalaman seniman
kepada orang lain. Maka itu, tidak mengherankan apabila dikatakan bahwa
tari menjadi salah satu Bahasa komunikasi seniman. Soedarsono
menjelaskan bahwa tari adalah desakan manusia tentang “sesuatu” yang
disalurkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Berdasarkan dari dua
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tari pada dasarnya 1) media
atau Bahasa komunikasi dalam wujud gerak, 2) alat untuk
mengungkapkan pikiran, kehendak, perasaan, dan pengalaman kepada
orang lain, 3) menggunakan gerak ekspresif.
Dahulu, sumber gerak tari berasal dari gerak tubuh manusia. Semua
benda, baik mahluk hidup atau benda mati, yang ada disekitar kita dapat
menjadi sumber gagasan gerak tari, misalnya gerak manusia ketika
bekerja atau bermain, gerak tumbuh-tumbuhan, dan gerak hewan. Lalu
gerak-gerak tesebut diolah, baik dari aspek tenaga, ruang, maupun
waktunya, sehingga semata-mata menirukan gerak yang nyata, melainkan
hasilnya berupa gerak tari yang ritmis dan indah. Proses gerak nyata
menjadi halus disebut dengan proses menstilisasi, sedangkan proses
perombakan mengubah gerak nyata menjadi gerak tari indah dan ritmis
disebut dengan proses distorsi.

58
B. Unsur-Unsur Tari
Tari merupakan wujud ekspresi pikiran, kehendak, perasaan, dan
pengalaman manusia yang cirinya menggunakan media gerak. Gerak
merupakan unsur utama dalam tari yang dilengkapi dengan unsur-unsur
pendukung sehingga membentuk suatu struktur yang disebut dengan tari.
1. Unsur Utama Tari
a. Gerak
Gerak merupakan unsur utama tari. Gerak tari terjadi karena
pengaturan dari tiga aspek, yaitu tenaga, ruang, dan waktu. Tenaga
adalah kekuatan yang mendorong terjadinya gerak karena adanya
variasi dari gerak yang menggunakan tenaga berat dan ringan, kuat
dan lemah.
Ada dua jenis gerak, yaitu gerak nyata (representasional) dan gerak
maknawi. Gerak nyata adalah gerak yang menirukan aktivitas sehari-
hari dan gerak maknawi adalah gerak yang mengandung makna,
biasanya gerak dasarnya dari gerak sehari-hari, lalu diperhalus atau
dirombak sehingga tidak terlihat tidak seperti gerak nyata.
b. Ruang
Ruang adalah tempat untuk bergerak. Tempat untuk bergerak
dalam artian harfiah adalah panggung atau pentas tempat untuk
menari, baik panggung tertutup maupun panggung terbuka.
c. Waktu
Pengertian waktu dalam tari adalah waktu yang diperlukan oleh
penari dalam melakukan gerak. Waktu dalam tari sangat tergantung
dari 1) cepat lambatnya (tempo) penari dalam melakukan gerak, 2)

59
panjang pendeknya ketukan (ritme) dalam melakukan gerak, 3)
lamanya (durasi) penari dalam melakukan gerak.
2. Unsur Pendukung Tari
Menurut La Meri (1965), unsur komposisi tari terdiri atas desain
lantai, desain atas, desain musik, dramatis, dinamika, tema, tata rias,
dan busana, tata pentas, tata cahaya, serta tata suara.
Tari sebagai seni pertunjukan yang mementingkan keindahan
bentuk tari sangat penting mengolah unsur utama dan unsur
pendukung tari agar menjadi sebuah komposisi tari yang menarik dan
penuh makna.
a. Desain Lantai
Desain lantai atau floor design adalah garis-garis dilantai yang
dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang dibuat
oleh formasi penari kelompok.
b. Desain Musik
Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis
dalam tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi.
Gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan gerakan tari yang
sesuai dengan frasa musik. Maka dari itu, fungsi musik dalam tari
dapat dibedakan menjadi 3 seperti berikut :
1. Musik sebagai pengiriring tari adalah musik yang dibuat
khusus untuk suatu tari. Hal ini berfungsi untuk mengiringi
tari sehingga ritme musik (melodi,harmoni,frasa) selaras
dengan ritme gerak tarinya.
2. Musik sebagai ilustrasi adalah musik yang difungsikan
hanya untuk penjelas. Gerak tari tidak terkait dengan

60
melodi, harmoni, frasa musiknya. Musik sebagai ilustrasi
tari dapat ditempatkan di bagian awal, di bagian tengah,
atau bagian akhir tarian.
3. Musik sebagai ilustrasi yang membantu penciptaan
suasana adalah musik yang memperkuat suasana adegan.
c. Desain Dramatis
Desain dramatis adalah tahapan-tahapan emosional untuk
mencapai Klimaks dalam sebuah tari. Tahap-tahap emosional ini
perlu ada dalam sebuah tari agar tarian itu menjadi menarik dan
tarian itu tidak terkesan monoton. Melalui tahapan ini, penonton
dapat merasakan perbedaan tari bagian awal, kemudian semakain
naik mencapai puncak yang paling menarik dan merupakan inti
dari tarian itu.
d. Dinamika
Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya
variasi-variasi dalam tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat
menjadikan tarian itu menarik. Dinamika dalam tari dapat dicapai
karena adanya variasi menggunakan tenaga dalam gerak, adanya
variasi tempo dalam gerak, adanya variasi tinggi rendah (level)
gerak, pergantian posisi penari, dan perubahan suasana. Jadi, arti
penting dinamika dalam sebuah tari adalah tarian itu tidak
membosankan dan tidak terkesan monoton.
e. Tema
Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat
dari benda-benda di sekitar kita, peristiwa-peristiwa penting yang

61
pernah terjadi, kegiatan kerja, perilaku binatang, cerita rakyat,
cerita kepahlawanan, dan legenda.
f. Tata Rias, Tata Rambut, dan Tata Busana Tari
Pengertiannya adalah rias wajah, tata rambut, dan pakaian
yang dipakai penari untuk pementasan tari. Rias wajah dan pakaian
untuk tujuan menari biasanya dibuat khusus untuk mendukung
penampilan penari di atas pentas.
Sebagai pengetahuan, berikut ini diuraikan mengenai tiga jenis
tata rias wajah:
1. Rias Korektif adalah rias wajah untuk tujuan memperbaiki
bagian-bagian wajah yang tidak sempurna.
2. Rias Fantasi adalah rias wajah hasil dari angan-
angan/imajinasi/
3. Rias Karakter adalah rias wajah untuk tujuan memperjelas
karakter tokoh atau karakter tari.
Tata busana dalam tari biasanya dirancang sesuai dengan tema
tarinya. Bahan untuk pakaian tari tidak harus dari kain yang indah
dan mahal, dapat dibuat dari bahan apa saja yang ada disekitar kita,
misalnya kertas, plastic, daun, dan potongan-potongan kain, yang
penting harus disesuaikan dengan tema tari atau tokoh yang
dimainkan.
g. Tata Pentas
Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung
pagelaran tari. Di atas pentas, biasanya dilengkapi dengan
seperangkat benda-benda alat yang berhubungan dengan tari.

62
Pentas dipahami dalam pengertian tempat menari atau dikenal
dengan istilah panggung. Pengetahuan jenis panggung yang harus
diketahui adalah ada dua jenis panggung, yaitu panggung tertutup
dan panggung terbuka. Panggung tertutup dikenal dengan istilah
prosscenium. Cirinya adalah penari dapat dilihat dari satu arah,
yaitu depan penonton dan panggung ini berada dalam ruangan
yang disebut dengan auditorium. Panggung terbuka adalah
panggung di tempat terbuka dan berbentuk lingkaran. Bentuk
arena bermacam-macam, diantaranya lingkaran, tapal kuda, dan
setengah lingkaran.
h. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas.
Penataan cahaya dalam pergelaran tari dibuat untuk penerangan,
memperkuat suasana tari, dan jika dalam drama tari, hal ini untuk
memperjelas peristiwa dari suatu adegan. Sebelum ditemukan
teknologi lampu modern yang menggunakan tenaga listrik, tata
cahaya yang digunakan dalam pagelaran tari masih menggunakan
obor dan lilin.
i. Tata Suara
Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang
bertujuan sebagai pengaturan musik untuk pengiringan tari.
Apabila suatu tarian diiringi dengan alat musik yang langsung
dimainkan, dapat dikatakan bahwa tarian itu tidak memerlukan
tata suara. Namun, apabila musik iringan tarian itu dengan media
rekaman, tata suara menjadi penting sebab memerlukan
pengaturan yang khusus dari alat-alat pemutar suara, misalnya

63
tape recorder, CD player, DVD player, MP3, Synthisizer, dan alat
pemutar suara lainnya.

64
BAB VIII
PENGETAHUAN DASAR DAN WAWASAN SENI RUPA

A. Pengertian Seni Rupa


Dalam pengertian luas, seni rupa dapat dipahami sebagai “produk”,
sebagai “kemahiran”, atau sebagai “kegiatan mencipta atau kegiatan
kreasi”. Dapat dikatakan bahwa pengertian seni rupa bersifat majemuk
karena jenis dan cakupannya sangat beragam dan luas. Oleh karena itu,
tidak ada definisi tunggal untuk merumuskan pengertian seni rupa.
Namun, sebagai rujukan dalam proses pembelajaran, dapat menggunakan
definisi seni rupa dalam pengertian sempit atau terbatas.
Dalam pengertian terbatas, seni rupa atau visual art dapat
didefinisikan sebagai bentuk ungkapan seni yang mengekspresikan
pengalaman hidup dan pengalaman estetis atau artistik manusia dengan
menggunakan unsur seni (seperti unsur rupa, unsur gerak, atau unsur
bunyi) untuk menghasilkan susunan atau struktur karya seni rupa yang
dapat dilihat, diamati, diraba, didengar, atau diapresiasi oleh publik atau
penikmat seni.
B. Fungsi Seni Rupa
1. Fungsi Mitologis
Karya seni rupa merupakan perwujudan dari kepercayaan
masyarakat tradisi akan mitologi yang berkembang dalam budaya
masyarakatnya. Benda-benda seni yang dibuat menggambarkan
tokoh-tokoh legenda dan mitos.
2. Fungsi Religius

65
Karya seni rupa dipergunakan untuk menunjang ritual dan
kegiatan keagamaan melalui pemanfaatan simbol-simbol keagamaan.
Hal tersebut dapat dijumpai pada ornament bangunan, kaligrafi,
pakaian. Ataupun peralatan penunjang keagamaan. Selain itu, karya
seni rupa dapat berfungsi sebagai media menyampaikan ajaran agama.
3. Fungsi Praktis
Karya seni rupa, selain bersifat individual sebagai media ekspresi,
juga memiliki sifat pragmatis untuk memenuhi fungsi praktis dan fisik
sebagai benda-benda kebutuhan sehari-hari, seperti hunian yang
nyaman, berbagai jenis perabotan rumah tangga, beragam model
busana, aneka produk kerajinan, hingga media komunikasi dan
hiburan.
4. Fungsi Ekspresi Personal
Unsur seni rupa, seperti garis, warna, tekstur, dan bentuk,
merupakan simbol atau Bahasa rupa yang digunakan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan atau ide-ide, imajinasi, pengalaman batin,
atau perasaan terdalam yang diwujudkan dalam ekspresi simbolis yang
bersifat pribadi dengan berbagai media seni. Melalui ekspresi simbolis
yang personal ini, seseorang berupaya membangun eksistensi pribadi
dan menawarkan berbagai nilai baru atau gagasan kreatif.
Fungsi ekspresi personal semacam ini hanya dijumpai pada seni
murni. Karena seni murni merupakan ungkapan murni sebagai media
ekspresi diri, bukan dilakukan untuk fungsi praktis. Karya seni murni,
seperti lukisan, gambar, patung, dan grafis, diabadikan seseorang
untuk kepentingan seni itu sendiri.
5. Fungsi Komunikasi

66
Seni rupa dapat juga berfungsi sebagai sarana
mengkomunikasikan informasi tertentu melalui unsur grafis dan
tulisan untuk kepentingan promosi, iklan, publikasi, atau layanan
masyarakat lainnya serta sarana bersosialisasi dengan lingkungannya.
Fungsi komunikasi umumnya dijumpai pada karya desain, khususnya
desain grafis atau komunikasi visual.
6. Fungsi Edukasi
Karya seni rupa telah terbukti secara tidak langsung sangat
membantu proses Pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran
education through art dalam upaya membantu mengembangkan
berbagai fungsi perkembangan dalam diri seorang anak, antara lain
kemampuan fisik, intelektual/daya piker, perseptual/daya serap,
emosi, estetik/cita rasa keindahan, sosial, dan kreatif.
Dalam kaitannya dengan Pendidikan, karya seni rupa juga dapat
difungsikan sebagai alat-alat penunjang Pendidikan seperti; alat tulis,
alat peraga, mainan edukatif/kreatif dan sebagainya.
7. Fungsi Psikologis
Karya seni rupa sebagai media ekspresi dapat pula dimanfaatkan
untuk fungsi terapeutik, yaitu sarana sublimasi, relaksasi, atau
penyaluran berbagai permasalahan psikologis yang dialami seseorang.
8. Fungsi Ekonomis
Karya seni rupa terapan adalah desain dan kriya yang memiliki
peluang ekonomis. Karena karya ini memiliki nilai ekonomis, karya
ini memiliki fungsi ekonomi untuk ditawarkan sebagai komoditas
ekspor ke berbagai negara. Produk kriya yang dihasilkan dapat

67
berfungsi praktis sebagai benda pakai atau benda hias, ukiran kayu, tas
rotan, tikar, kain batik, kain tenun, perhiasan, dan lain-lain.
9. Fungsi Sosial
Seni rupa menurut Agus Sachari (2004), dapat berfungsi sebagai
indicator “tanda-tanda zaman” yang berlangsung pada satu kurun
waktu tertentu, baik sebagai monument budaya, selera masyarakat,
gaya hidup masyarakat, maupun ciri peradapan yang berlangsung.
Kehadiran karya seni rupa banyak membantu memecahkan
berbagai persoalan sosial, misalnya penyediaan lapangan pekerjaan
dan peningkatan pengembangan industri kriya.
C. Ragam Seni Rupa
Munculnya berbagai ragam atau jenis seni rupa dipengaruhi oleh
adanya sudut pandang yang berbeda dalam menggolongkan /
mengklasifikasikan seni rupa. Pengklasifikasian seni rupa yang umum
dikenal adalah menurup konsep seni rupa barat (konsep seni rupa modern).
Dari penggolongan atai klasifikasi tersebut, dapat dipetakan jenis-jenis
seni rupa yang termasuk didalamnya.
1. Seni Rupa Dua Dimensi (Dwimatra)
Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya
memiliki ukuran panjang dan lebar atau karya seni rupa yang hanya
bisa dilihat dari satu arah pandang. Contohnya, seni lukis, seni gambar,
lukisan dinding (mural), ilustrasi,grafis, tekstil, poster, dan berbagai
karya desain grafis lainnya.
2. Seni Rupa Tiga Dimensi (Trimatra)
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang
mempunyai tiga ukuran, yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau karya

68
yang mempunyai volume dan menempati suatu ruang. Contohnya,
seni patung, seni kriya, keramik, arsitektur, dan sebagainya.
Unsur bentuk dan ruang pada karya seni rupa tiga dimensi terlihat
lebih nyata atau kongkret disbanding dengan karya seni rupa dua
dimensi. Unsur bentuk dan ruang pada karya seni rupa dua dimensi
sering bersifat ilusif atau semu.

69
DAFTAR PUSTAKA

Baldinger, Wallac S. (1960). The Visual Art. New York : Holt Rinerhart
and Winston

Conrad, George. (1964). The Proces of Art Education in The Elementary


School. Prentice Hall Inc. USA.

Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung:


Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Garha, Oho. (1998). Pokok-pokok Pengajaran Kerajinan Tangan dan


Kesenian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Gazalba, Sidi. (1988). Islam dan Seni. Pustaka Al Husna. Jakarta.

Hartoko, Dick. (1983). Manusia dan Seni. Kanisius, Yogyakarta.

Hawkins, Alma M. 2003. Moving From Within : A New Method for Dance
Making, Diterjemahkan oleh. I. Wayan Dibia, Bergerak Menurut
Kata Hati. Jakarta : Ford Foundation dan MSPI.

Jakob Sumardjo. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Kayam Umar. (1981). Seni Tradisi Masyarakat. Sinar Harapan, Jakarta

KM. Saini. 2001. Taksonomi Seni.Bandung : STSI Press

Lindsay, Jenifer. (1991). Klasik, Kitcsh, Kontemporer, Sebuah Studi


tentang Seni Pertuntujakan Jawa, Yogyakarta: Gama Press.

Mack, Dieter. (1995). Ilmu Melodi. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi

Munandar, Utami. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi


Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

70
Pamadhi, Hajar. (1994). Art Teaching, Center For Studies in the
Curriculum. Deakin Australia: University. Victoria.

______________. (2012). Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Pekerti, Widia, Dkk. (2015). Metode Pengembangan Seni. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Prier, Karl-Edmund SJ. (1996). Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta : Pusat


Musik Liturgi.

Rachmi, Tetty, Dkk. (2010). Keterampilan Musik dan Tari. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Richter, Anne. (1993). Art and Craft of Indonesia. London: Thames and
Hudson.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarta: Sinar


Harapan.

Soedarso, Sp. (1991). Perkembangan Kesenian Kita. Ed. Soedarso.


Yogyakarta: BP ISI

Soedarsono, Clire Holt. (2000). Melacak Jejak Perkembangan Seni Di


Indonesia, Masyarakat Seni Pertunjukan.

Sutopo, F.X. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah


Tari. Direktorat Kesenian Depdikbud. Jakarta.

Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan.


Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

71

Anda mungkin juga menyukai