DI SUSUN OLEH :
NIM : (2205060019)
FAKULTAS PENDIDIKAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan karunia
nya, yang telah memberikan kesehatan dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini jauh dari kata sempurna, namun
usaha dan kerja keras dalam membuat ini sampai tuntas itulah yang terbaik.
Dengan Makalah ini, saya berharap apapun isi materi yang ada, mudah
dimengerti, dipahami, dan mampu menambah pengetahuan kita semua. Apapun poin
yang ada dalam makalah ini semoga dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan
kita. baik buruknya dalam makalah ini, salah benarnya itu datang dari pribadi saya,
maka dari itu saya berterimakasih kepada diri sendiri yang sudah berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Febri Febrian
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Nama Lenong sendiri
berasal dari seorang saudagar China bernama Lien Ong , Kesenian teatrikal tersebut
mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi
bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco,
seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang
dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki,
Jakarta . Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya,
lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi
semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi , yaitu
yang ditayangkan oleh TVRI mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong yang
menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen. Teater
Lenong ini juga biasanya dipertunjukan sebagai media kritik sosial/fungsi humor
dalam seni pertunjukan lenong Betawi. Jumlah pemain dalam pertunjukkan Lenong
Betawipun tidak terbatas, terganting kebutuhan ceritanya. Setiap pertunjukkan
Lenong biasanya bisa sampai lebih dari 10 pemain.
Keunikan yang terdapat pada Lenong Betawi terletak pada interaksi antara pemain
dengan penonton. Pemain Lenong Betawi sering berinteraksi dengan penonton
selama berjalannya pertunjukkan dengan candaan yang khas para pemainnya
menimbulkan suasa meriah dan apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh penonton. Kesenian Teater Tradisional Lenong memiliki tujuan sebagai
pertunjukkan hiburan Masyarakat Betawi di sekitar kawasan Sunda Kelapa saat awal
kemunculannya. Tetapi Seni Teater Lenong memiliki tujuan lain dari para Seniman
Betawi yang juga ingin menyampaikan beberapa pesan positif berupa nasehat dan
penyampaian pesan moral dari sandiwara cerita yang disuguhkan. Terkadang
dihadirkan beberapa konflik didalam sandiwara tersebut, tetapi juga disisipkan
sebuah solusi dan kesimpulan yang bijak dari sebuah peristiwa.
Seni Teater Lenong memiliki ciri-ciri unik yang membedakan pertunjukkan seni
teater Lenong ini dengan pertunjukkan seni teater tradisional lainnya. Berikut ini
adalah beberapa ciri khas Pementasan Seni Teater Lenong.
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong
denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor
dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting
kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana
yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang
kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa
yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (Bahasa
melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-
hari.
Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang
ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar
taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu,
contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.
Lenong Denes
Lenong Preman
BAB III
KESIMPULAN
A. Rangkuman
Dari teater "Lenong" kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita sesama
manusia/makhluk sosial untuk mampu saling membantu, saling peduli antar
sesama, menghilangkan sifat rakus, tamak, dan untuk tidak melakukan hal
yang tercela.