Anda di halaman 1dari 8

TEATER TRADISIONAL “LENONG”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FEBRI FEBRIAN

NIM : (2205060019)

PROGRAM STUDI SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan karunia
nya, yang telah memberikan kesehatan dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini jauh dari kata sempurna, namun
usaha dan kerja keras dalam membuat ini sampai tuntas itulah yang terbaik.

Dengan Makalah ini, saya berharap apapun isi materi yang ada, mudah
dimengerti, dipahami, dan mampu menambah pengetahuan kita semua. Apapun poin
yang ada dalam makalah ini semoga dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan
kita. baik buruknya dalam makalah ini, salah benarnya itu datang dari pribadi saya,
maka dari itu saya berterimakasih kepada diri sendiri yang sudah berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Mataram, 23 Desember 2022

Febri Febrian
BAB I

PENDAHULUAN

Kebudayaaan dalam suatu bangsa akan berkembang dengan seiringnya


perubahan zaman, dari kebudayaan tradisional ke peralihan sampai akhirnya
menjadi budaya yang modern. Pergesaran kebudayaan ini disebabkan oleh
banyak hal seperti adanya globalisasi yang menyebar luas melalui berbagai
media, turisme, dan sebagainya. Salah satu kebudayaan Indonesia yang mulai
tergeser dengan budaya modern adalah kesenian teater lenong Betawi. Kesenian
Lenong Betawi sampai saat ini masih menunjukkan eksistensinya, walau
intensitas pertunjukannya semakin berkurang. Oleh karena itu, butuh usaha yang
sangat keras bagi tokoh-tokoh seni Betawi dan juga seluruh warga etnis Betawi
agar Lenong dapat terus mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu
kebudayaan Betawi, serta agar Lenong dapat terus ada di kota Jakarta. Untuk
memperkuat eksistensinya maka salah satunya dengan adanya media yang
membuat kesenian lenong Betawi tetap bertahan pada popularitasnya. Salah
satunya, dengan membuat sebuah video dokumenter mengenai perjalanan suatu
sanggar Betawi yaitu SinarBetawi untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia
ini. Sehingga video dokumenter tersebut diharapkan dapat memberikan
perngaruh dan dampak yang positif untuk antusias masyarakat terhadap kesenian
Lenong Betawi. Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara
rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta,
Indonesia. kesenian Indonesia ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-
alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempong, suling, dan
kecrek, serta alat musik unsur Tionghoa seperti teyhan, kongahyan, dan sukong.
Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu
menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang
digunakan dalam lenong adalah Bahasa melayu (atau kini Bahasa Indonesia )
dialek Betawi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah teater Lenong

Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Nama Lenong sendiri
berasal dari seorang saudagar China bernama Lien Ong , Kesenian teatrikal tersebut
mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi
bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco,
seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.

Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa alur cerita yang


dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon
panjang dan utuh.

Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke


kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika
pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil
meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas
permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi
pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan
panggung.

Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang
dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki,
Jakarta . Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya,
lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi
semalam suntuk.

Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi , yaitu
yang ditayangkan oleh TVRI mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong yang
menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen. Teater
Lenong ini juga biasanya dipertunjukan sebagai media kritik sosial/fungsi humor
dalam seni pertunjukan lenong Betawi. Jumlah pemain dalam pertunjukkan Lenong
Betawipun tidak terbatas, terganting kebutuhan ceritanya. Setiap pertunjukkan
Lenong biasanya bisa sampai lebih dari 10 pemain.

Dalam pertunjukannya, lenong menggunakan panggung berbentuk tapal kuda.


Panggung ditata dengan baik dan menggunakan dekorasi yang disebut seben. Seben
terdiri dari beberapa layer selebar 3x5 meter yang bergambar berbagai macam corak.
Pemain Lenong disebut panjak dan ronggeng. Panjak artinya pemain laki – laki dan
Ronggeng pemain perempuan. Dikarenakan Lenong Betawi berasal dari masyarakat
Betawi, logat yang diucapkan pun logat asli Betawi yang identik dengan ucapan kata
terakhir berakhiran e, seperti misalnya kenape, ape, atau yang lebih sering diucapkan
nape atau ngapa, siape yang juga lebih sering diucapkan sape, aje, dan lain
sebagainya.

Keunikan yang terdapat pada Lenong Betawi terletak pada interaksi antara pemain
dengan penonton. Pemain Lenong Betawi sering berinteraksi dengan penonton
selama berjalannya pertunjukkan dengan candaan yang khas para pemainnya
menimbulkan suasa meriah dan apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh penonton. Kesenian Teater Tradisional Lenong memiliki tujuan sebagai
pertunjukkan hiburan Masyarakat Betawi di sekitar kawasan Sunda Kelapa saat awal
kemunculannya. Tetapi Seni Teater Lenong memiliki tujuan lain dari para Seniman
Betawi yang juga ingin menyampaikan beberapa pesan positif berupa nasehat dan
penyampaian pesan moral dari sandiwara cerita yang disuguhkan. Terkadang
dihadirkan beberapa konflik didalam sandiwara tersebut, tetapi juga disisipkan
sebuah solusi dan kesimpulan yang bijak dari sebuah peristiwa.

Lenong memiliki makna kebebasan berekspresi dan kebahagiaan yang disampaikan


oleh para Pemeran kepada para penonton. Seni Teater Lenong ini juga memiliki
fleksibelitas yang dapat mengikuti arus modernisasi tanpa harus meninggalkan nilai-
nilai tradisinya.

Seni Teater Lenong memiliki ciri-ciri unik yang membedakan pertunjukkan seni
teater Lenong ini dengan pertunjukkan seni teater tradisional lainnya. Berikut ini
adalah beberapa ciri khas Pementasan Seni Teater Lenong.

1. Dialog menggunakan Bahasa Indonesia dengan dialek khas Betawi.


2. Pertunjukkan Teater Lenong diiringi oleh Musik Gambang Kromo.
3. Para pemeran Teater Lenong menggunakan busana berupa pakaian sehari-
hari yang dikenal masyarakat. Namun pada beberapa momentum, akan
menggunakan jenis busana tertentu atau formal yang menyesuaikan dengan
naskah cerita dari sutradara.
4. Penyajian Pertunjukkan Kesenian Lenong memiliki keunikan prakteknya
berupa tata panggung yang berbentuk tapal kuda.
5. Panggung Kesenian Lenong didekorasi dengan metode Seben, yaitu terdiri
dari beberapa layer 3x5 dengan beragam corak.
6. Pertunjukkan mengandung corak humor dan hal ini bersifat improvisasi dari
para Pemerannya. Terkadang diisi dengan pesan-pesan nasehat dan memiliki
pesan moral dari sebuah cerita.
7. Pertunjukkan Teater Lenong biasanya diselenggarakan oleh masyarakat yang
memiliki acara hajatan tertentu.
2. Jenis-jenis Lenong

Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong
denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor
dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting
kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana
yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang
kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa
yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (Bahasa
melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-
hari.

Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang
ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar
taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu,
contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.

Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang


dibandingkan lenong denes.

 Lenong Denes

 Lenong Preman
BAB III

KESIMPULAN

A. Rangkuman
Dari teater "Lenong" kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita sesama
manusia/makhluk sosial untuk mampu saling membantu, saling peduli antar
sesama, menghilangkan sifat rakus, tamak, dan untuk tidak melakukan hal
yang tercela.

Anda mungkin juga menyukai