1 Karya teater lebih bersifat Karya teater diketahui pengarang atau penciptanya
"anonim", artinya tidak diketahui
penciptanya
3 Tidak ada naskah baku atau Ada naskah baku atau naskah tertulis.
naskah tertulis.
10. Ubrug
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman.
Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti
“dinas” atau “resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan
busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan
kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang
dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah
tentang kehidupan sehari-hari.
8. Ludruk
Ludruk
Ketoprak
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini
bermula dari prak.
Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja
Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya
Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “… Tetabuhan ingkang nama
kethoprak tegesipun kothekan” ini berarti kethoprak berasal dari
bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak.
6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat
sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim kata melong (melihat
dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya barang siapa
yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari
segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya
seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik.
Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog
dan ikat kepala.
5. Mamanda
Randai
Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh
sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau
ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama
(teater), seni musik, tari dan pencak silat.
Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif
muda usianya yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama
modern (non tradisional Bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali.
Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur
teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali).
Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali masih
begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama klasik". Nama Drama
Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap
gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong
(Gong Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung
Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak
kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980
kesenian ini mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah
sekaa Drama Gong yang masih aktif.
2. Makyong
Makyong
1. Wayang
Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara
yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang,
dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong
yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu,
poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang.
Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal
dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata:
yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
Lebih lengkap tentang wayang bisa dibaca di artikel ini: Menilik
Kembali Asal-usul Wayang yang Hingga Kini Masih Dipersoalkan