Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teater merupakan suatu media langsung atau media komunikasi langsung yang djadikan wahana
penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di sepanjang zaman. Teater terkadang
mengisahakan tragedi yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa penonoton untuk terhanyut
turut menangis dan terkadang pula ada teater yang terkadang menyodorkan pertanyaan kepada publik,
akan tetapi ada juga teater yang bisa membuat penontonnya tertawa lebar.
Perubahan struktural dalam substansi teater tradisional perlu diciptakan namun tetap mempertahankan
secara utuh kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru. Bahkan dalam beberapa
kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga. Masyarakat sekarang sangat berbeda
dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka memiliki tuntutan dan selera yang baru pula.
Karena itu, teater mesti menggarap persoalan hidup sehari-hari mereka. Dengan begitu, inovasi
semacam itulah yang akan menjamin kelestarian teater tradisional dan menjaganya untuk generasi
mendatang".
Teater tradisional yang kita kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda dengan
kondisi sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater tradisional dipentaskan
sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat publik. Dan perlahan akan
mengubahnya menjadi ragam seni yang layak dimuseumkan.
Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural bangsa-
bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai perlu
diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan tuntutan masyarakat
modern. Menggali kembali akar sejarah teater tradisional merupakan langkah awal untuk menggelar
perubahan. Selain itu, mengenal asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater tradisional dengan cara
memisahkannya dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di masa lalu merupakan salah
satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan teater tradisional dengan
sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya, dekorasi, dan musik merupakan
salah satu cara untuk membuat seni pentas tradisional terlihat makin menarik.
Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern dan hanya
menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater tradisional harus
diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat tradisional dan problematika
mereka harus bisa menyusup dalam teater tradisional. Sebab hanya dengan cara itulah teater
tradisional bisa tetap bertahan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka penulis menjabarkan beberapa rumusan masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Teater Tradisional ?
2. Apa saja unsur-unsur teater tradisional ?
3. Apa ciri-ciri teater tradisional ?
4. Apa saja macam-macam teater tradisional ?
5. Apa Fungsi teater tradisional ?
C. TUJUAN
Dengan disusunnya makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Teater Tradisional
2. Untuk mengetahui unsur-unsur teater tradisional
3. Untuk mengetahui ciri-ciri teater tradisional
4. Untuk mengetahui macam-macam teater tradisional
5. Untuk mengetahui fungsi teater tradisional
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEATER TRADISIONAL


1. Arti Teater
Kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa inggris seeing place
dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang dari seni pertunjukan yang
berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan,
gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain.
Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan dalam suatu karya seni pertunjukan
(pementasan) yang didukung dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita
(lakon).
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas : Teater ialah
segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit : Teater adalah drama,
kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak
dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik,
bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama, kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media
percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis
(hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
2. Definisi Teater Tradisional
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman tersebut,
terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung
upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan
ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat.
Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan
suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur
teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat
lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-
beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater
tradisional lahir.
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah merupakan suatu
bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah setempat dengan membawakan cerita
yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri
oleh setiap masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari daerah
itu. Dalam teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah sesuai
dengan keadaan sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing daerah. Teater Tradisional
mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Teater yang berkembang dikalangan rakyat disebut teater tradisional, sebagai lawan dari teater
modern dan kontemporer. Teater tradisional tanpa naskah (bersifat inprovisasi). Sifatnya supel,
artinya dipentaskan disembarang tempat. Jenis ini masih hidup dan berkembang didaerah-daerah
seluruh Indonesia. Teater tradisional tidak menggunakan naskah. Sutradara hanya menugasi pemain
untuk memainkan tokoh tertentu. Para pemain di tuntut mempunyai spontanitas dalam berimprovisasi
yang tinggi.
Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan lenong (Jawa
barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklarifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu:
a. Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu
dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau dan Kalimantan
Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain
sebagainya.
b. Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang
terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat
(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater
ini. Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya
tarik berkat kretatifitas dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.
c. Tetaer Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya
sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara dardanela,
srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya
diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.

B. UNSUR-UNSUR TEATER TRADISIONAL


Unsur-unsur dalam pementasan teater tradisional adalah sebagai berikut.
1.Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok tersebut di kembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik. Tema dapat di persempit menjadi
topik kemudian topik tersebut di kembangkan menjadi kisah dalam teater dengan dialpg-dialognya.
Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.
2. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama. Plot terdiri atas konflik yang
berkembang secara bertahap, dari sederhana menjadi kompleks, klimaks, sampai penyelesaian.
Tahapan plot yaitu sebagai berikut.

 Eksposisi
Perkenalan tokoh melalui adegan-adegan dan dialog yang mengantarkan penonton pada keadaan yang
nyata.

 Konflik
Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau insiden yang melibatkan tokoh dalam
masalah.

 .Komplikasi
Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik semakin banyak, rumit dan saling
terkait tetapi belum tampak pemecahan masalahnya.

 Klimaks
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak ketegangan bagi para penonton. Disinilah
konflik atau pertikaian antar tokoh semakin memanas.

 Penyelesaian
Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini, penentuan ceritanya akan berakhir
menyenangkan,mengharukan, tragis, atau menimbulkan sebuah teka-teki bagi para penonton.
3. Penokohan
Penokohan dalam teater mencakup beberapa hal di antaranya sebagai berikut.

 Aspek Fsisikologis
Aspek ini berkaitan dengan penamaan, pameran dan keadaan fisik tokoh. Keadaan fisik antara lain
tinggi, pendek, warna rambut, rambut panjang, gemuk, kurus atau warna kulit.

 Aspek Sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan keadaan sosial tokoh, yaitu interaksi atau peran sosial tokoh dengan tokoh
lain.
Aspek sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan karakter yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa atau kepribadian seorang tokoh.
Jenis karakter dalam sebuah pementasan teater antara lain protagonis, antagonis, figuran serta
tritagonis.
Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian pelaku utama. Penokohan
erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan berhubungan dengan nama pelaku, jenis kelamin,
usia, bentuk fisik, dan kejiwaannya. Perwatakan berhubungan dengan sifat pelaku. Dalam teater
penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu:
· Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa dalam cerita. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-benturan atau masalah, memiliki sifat
yang baik sehingga penonton biasanya berempati.
· Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis atau tokoh yang menentang
cerita. Tokoh antagonis biasanya memiliki sifat jahat.
· Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak (tokoh protagonis dan tokoh
antagonis) dan penyelesaian ketegangan.

 Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam satu gerak atau adegan) untuk
merangkai jalannya kisah. Dialog harus mendukung karakter tokoh, mengarahkan plot dan
mengungkap makna yang tersirat.
5. Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam wujud kata dan kalimat. Kata dan kalimat
harus dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan efektif.
6. Ide dan Pesan
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh penulis dan di implementasikan di atas
panggung oleh pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara merekayasa secara logis, sehingga selain dapat
menghibur, pementasan teater juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.
7. Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu adegan di panggung. Setting ini
bisa mencakup tata panggung dan tata lampu.

C. CIRI-CIRI TEATER TRADISIONAL


Teater tradisional tiap-tiap daerah memiliki keunikan yang berbeda-beda. Namun, secara umum teater
tradisional memiliki ciri-ciri yang bersifat sama (kecuali teater transisi), yaitu :
1.Tidak ada naskah
Teater tradisional biasanya tidak menggunakan naskah. Para pelaku hanya diberi garis besar ceritanya
(Wos). Mereka berbicara secara spontan mengikuti pembicaraan pelaku lain. Oleh karena itu, pelaku
dituntut bisa berimprovisasi. Jika tidak bisa, jalannya pertunjukan akan tersendat-sendat.
2. Persiapan dilakukan secara sederhana
Pada umumnya teater tradisional tidak memiliki perencanaan yang formal dan tidak ada penjadwalan
secara rinci. Persiapan, latihan, dan persiapan dilaksanakan secara sederhana. Misalnya, persiapan
dilakukan tanpa menggunakan naskah, pelaku hanya diberi garis besar ceritanya. Sutradara tidak
membuat perencanaan latihan secara formal, latihan hanya dilakukan pada saat akan pentas. Pada saat
pelaksanaan, persiapan peralatan pun dilakukan secara sederhana. Dekorasi, tata rias, tata busana, tata
lampu, dan tata musik dipersiapkan secara sederhana juga.
3. Ceritanya monoton
Cerita teater tradisional biasanya monoton, tidak beragam dan tidak bervariasi seperti bervariasinya
kehidupan manusia. Biasanya cerita diambil dari cerita rakyat daerah setempat, seperti dongeng,
hikayat, atau cerita kepahlawanan (epos) daerah setempat. Ini berbeda dengan teater modern yang
ceritanya lebih bervariasi. Teater modern bercerita tentang segala aspek kehidupan manusia, seperti
keagamaan, ekonomi, kemasyarakatan dan budaya.
4. Menyatu dengan masyarakat
Teater tradisional bersifat fleksibel, artinya pertunjukan itu bisa dilaksanakan dimana saja, teater
tradisional tidak memerlukan tempat khusus. Bahkan, bisa menyatu dengan masyarakat. Hal ini
disebabkan karena teater tradisonal tidak memerlukan perlengkapan yang kompleks.

D. MACAM-MACAM TEATER TRADISIONAL


1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang
atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional
Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh
UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam
bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga. G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa
wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan
2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan
sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh
budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain
untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari Pulau Bintan, Riau.
Makyong berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan
pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam
3.Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya yang
diciptakan dengan jalan memadukan unsur- unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan unsur-
unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-
unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian
klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama klasik".
Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak
pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama Gong
diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah
tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya,
sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaaDrama Gong yang masih aktif.
4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh
beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang sambil
membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris
tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita
rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita
rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang
Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut. Kesenian randai sudah
dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa
Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika
Serikat. Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan
hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak
silat.
5. Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi
hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. •
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari
Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat. Longser
berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya
barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang
penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser lahir dan berkembang, terdapat
bentuk teater tradisional yang disebut lengger. Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi
mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang
ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret
dengan celana sontog dan ikat kepala.
7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah
Jawa Tengah. • Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari
prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. • Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat
bahasa yang digunakan, yaitu: - Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) - Bahasa Jawa kromo (untuk yang
lebih tinggi) - Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi) Menggunakan bahasa
dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga
kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang
halus dan spesifik.
8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang
umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang
diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan lain sebagainya yang
diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Dialog/monolog dalam ludruk
bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski
kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan
logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh
kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll).

9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari
nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. • Pada zaman dahulu (zaman
penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap
tirani penjajah. • Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke
kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung,
salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela •
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. kedua jenis lenong ini juga
dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus
(bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
10. Ubrug
"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat yang semakin hari semakin
dilupakan oleh penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda ‘sagebrugan’ yang berarti
campur aduk dalam satu lokasi. • Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan unsur
lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu dipentaskan secara komedi. • Bahasa yang
digunakan dalam pementasan, terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu
(Betawi). Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul,
gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.

E. FUNGSI SENI TEATER TRADISIONAL


Peranan seni teater telah mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni
teater tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai sarana
pendidikan. Sebagai seni, teater tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan semata,
namun juga berperan dalam nilai afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater, diantaranya
meliputi:
1. Teater sebagai Sarana Upacara
Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada dewa Dyonesos dan
upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater yang berfungsi untuk kepentingan upacara tidak
membutuhkan penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.
Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah teater
tradisional.
2. Teater sebagai Media Ekspresi
Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda dengan
seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak
dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan
tubuh dan ucapan-ucapan.
3. Teater sebagai Media Hiburan
Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus dengan
persiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya penonton akan terhibur dengan
pertunjukan yang digelar.
4. Teater sebagai Media Pendidikan
Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual. Melainkan untuk
mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan diharapkan pesan-
pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan
biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya
membaca lewat sebuah cerita.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Arti Teater secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas teater
ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit teater adalah
drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media :
Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik,
nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan,
sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama,
kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan
media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang
tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
B. SARAN
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa
menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentang seni teater ) dengan mendalami isi makalah ini.
Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada
segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat
dalam dunia seni.
Makalah

“TEATER”

Di Susun Oleh :
KELOMPOK IV
 Rahmat  Risky
 Dimas Seto  Hafidz
 Taufik Fadli  Rauf Irfan
 Danu Dirga  Aril
 Rohit  Nauval
 Topik Cahyadi
SMA NEGERI 8 LUWU TIMUR
2022

Anda mungkin juga menyukai