Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah
salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan
perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni salah satunya
seni teater.yang menjadi pertanyaan apakah teater juga merupakan bentuk
seni. Ya teater adalah salah satu bentuk seni.lewat seni itulah, teater
berpeluang membantu manusia memahami dunianya, antara lain mencari
arti atau makna kehidupan.

Seni adalah suatu bagian penting dalam kurikulum anak usia dini. Setiap
hari, anak-anak akan menemukan beragam alat dan bahan yang ia jumpai
dalam kegiatan sehari-hari, yang menyediakan peluang untuk melakukan
aktivitas seni.melalui kegiatan seni, anak dapat menyatakan perasaan dan
gagasan , meningkatkan koordinasi mata dan tangan mereka,
mengembangkan keterampilan otot yang kecil, belajar untuk mengenali
warna, ukuran dan bentuk suatu benda serta mengembangkan kreativitas
dengan cara mengeksplorasi dan menggunakan alat dan bahan-bahan seni.

Pendidikan seni yaitu seni teater berperan sangat penting khususnya


dalam lingkup pendidikan anak usia dini. Bahwa diketahui karakteristik
anak usia dini adalah individu yang aktif dan terus bergerak. Disinilah tugas
sebagai pendidik untuk memfasilitasi kebutuhan anak didik untuk tetap
mengembangkan seluruh kemampuan anak dengan memperhatikan
karakteristik anak usia dini. Dalam kenyataan, pembelajaran seni teater ini
sangat diminati anak-anak, karena disinilah anak dapat mengeksplorasi diri
mereka sendiri untuk berkespresi namun tetap bersifat mengembangkan
komptensi.

Disinilah peran pendidik khususnya pendidik anak usia dini sebagai


pedoman saat hendak menerapkan pembelajaran dilapangan secara

1
tepat.sebagai pendidik juga harus tahu jenis atau klasifikasi teater untuk
anak usia dini.Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai tetaer
di makalah ini sengaja disusun dan di kemas dengan judul “ Klasifikasi
teater anak usia dini ”Seperti apa pembahasannya, mari kita
telusuri pembahasan selanjutnya

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi teater secara umum ?
2. apa saja jenis-jenis teater ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang apa saja klasifikasi teater secara umum.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis teater.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu


metode studi pustaka dengan memperoleh sejumlah data atau referensi yang
diperlukan menggunakan beberapa buku dan melalui media internet yaitu
berupa jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang disajikan dan
didasarkan pada kajian buku-buku dan media internet dan dari
menggunakan referensi tersebut diambil beberapa materi sehingga makalah
yang berjudul Klasifikasi Teater Anak PAUD dapat selesai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Teater Secara Umum


1. Teater Tradisional
Tradisi berteater memang sejak dulu sudah ada dalam masyarakat bangsa
kita. Ini terbukti dengan sudah adanya teater tradisional di seluruh wilayah tanah
air.
Teater di Indonesia kalau diamati terdiri atas tiga bentuk. Pertama teater
tradisional, kedua teater transisi, dan ketiga teater modern. Modern dalam
pengertian Indonesia tidak sama dengan modern dalam pengertian di teater
barat.
Teater tradisional merupakan teater yang berkembang di kalangan rakyat.
Sifatnya supel, artinya dipentaskan disembarang tempat. Bersifat improvisasi
atau tanpa naskah. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa theater tradisional
meliputi teater rakyat, teater klasik, dan termasuk di dalamnya adalah teater
transisi. Teater rakyat berada di teater klasik. Teater rakyat berbeda dengan teater
klasik. Sifat teater klasik sudah mapan, artinya segala sesuatu sudah teratur,
dengan cerita, pelaku yang terlatih. Gedung pertunjukan yang memadai, dan
tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat.
Adapun ciri utama teater tradisional yaitu dilakukan secara improvisasi atau
secara spontan.Pokok cerita hidup di dalam masyarakat, tersebar dari mulut ke
mulut. Umumnya cerita cerita yang ditampilkan telah dikenal oleh masyarakat
setempat dan yang dipentingkan dalam pementasan nya hanyalah “Jalan
ceritanya”, Dan biasanya diambil dari cerita cerita rakyat, legenda, sejarah atau
cerita klasik dari perwayangan.
Daftar yang berkembang di kalangan rakyat disebut teater tradisional,
sebagai mitra dengan teater modern dan kontemporer.Theater tradisional tanpa
naskah (bersifat improvisasi). Sifatnya supel, artinya dapat dipentaskan di
Sembarang tempat. Jenis ini masih hidup dan berkembang di daerah daerah di
seluruh Indonesia. (Nuryanto, 2017 : 24)

3
Fungsi pokok dari teater tradisional, baik boneka maupun orang pada
masyarakat Religi asli adalah:
a. Memanggil kekuatan gaib.
b. Menjemput program pelindung untuk hadir di tempat terselenggaranya
pertunjukan.
c. Memanggil roh-roh baik, untuk mengusir roh-roh jahat
d. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan
maupun kepahlawanan nya.
e. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup
seseorang.
f. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu.

Ciri-ciri umumnya teater rakyat ini adalah :


a. Cerita tanpa naskah dan di garap berdasarkan peristiwa sejarah,
dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
b. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian.
c. Unsur lawakan selalu muncul.
d. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan, dan dalam satu
adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan
menangis.
e. Pertunjukan menggunakan tetabuhan atau musik tradisional.
f. Mempergunakan Bahasa daerah. (Nuryanto, 2017 : 26)

2. Teater Transisi
Teater transisi merupakan jenis teater peralihan dari bentuk tradisional ke
bentuk main modern. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok
tradisional mulai memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat ke dalam
pertunjukannya, dinamakan teatar bangsawan. Teater transisi ditandai dengan
adanya cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita
ringkas. Penyajian cerita menggunakan panggung dan dekorasi yang telah
diatur, serta mulai memperhitungkan Teknik yang mendukung pertunjukan.

4
Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan
teater Barat yang dipentaskan oleh orang Belanda di Indonesia sekitar tahun
1805. (Nuryanto, 2017 : 41)
Pada masa teater transisi belum muncul istilah “teater” namun dikenal
istilah “sandiwara”. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan
nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai
pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman kemerdekaan, istilah sandiwara
masih sangat populer. Istilah theater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal
setelah jaman kemerdekaan. Setelah kemunculan teater transisi, banyak
pengetahuan untuk mengadopsi seni teater Barat dan memadukannya dengan
teater tradisional. Seiring dengan perkembangan teater, pada tahun 1930 an
sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual di masa karena penindasan
pemerintahan Belanda, muncul sastra drama yang pertama kali menggunakan
Bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog berbentuk sajak yakni
bebassari (artinya kebebasan yang sesungguhnya atau inti kebebasan) karya
Rustam Efendi 1926. Naskah bebasari merupakan sastra drama yang menjadi
pelopor semangat kebangsaan saat itu. Menjelang akhir pendudukan Jepang
muncul rombongan sandiwara penggemar Maya (1944) pimpinan Usmar Ismail
dan D. Djajakusuma dengan dukungan Suryo Sumanto, Rosihan Anwar, dan
Abu Hanifah beranggota cendekiawan muda, nasionalis, dan para professional.
Kelompok ini berprinsip menegakkan nasionalisme, humanism, dan agama.
Kelak, penggemar Maya menjadi pemicu berdirinya Akademi Teater Nasional
Indonesia (ATNI) di Jakarta yang kelak mencatat tokoh-tokoh. (Nuryanto, 2017
: 42)

3. Teater Modern
Istilah modern di sini hanya untuk menyatakan yang bukan tradisional, atau
istilah lain non tradisional. Datar ini dipentaskan berdasarkan naskah cerita
tertulis, diangkat dari suatu hasil karya sastra (naskah lakon/cerita) serta diikat
oleh pengertian dan hukum dramaturgi. Saya antar modern ini, materi, struktur
dan pengolahannya didasarkan pada teater-teater Barat.

5
Teater modern yang diutamakan adalah bukan jalan cerita, tetapi
lebih mengutamakan problem dan konflik, permasalahan kejiwaan lengkap
dengan tokoh-tokoh dan perwatakan nya. Cara penyembuhannya dengan dialog
dan akting, tidak atau jarang ada tarian, nyanyian atau lawakan seperti di dalam
teater tradisional. (Nuryanto, 2017 : 43)

B. Jenis-Jenis Teater
1. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa
peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani.
Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah- kisah religius.
Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan
dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang
dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara
menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis
dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita
duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di
belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Boneka Bunraku dari Jepang mampu melakukan banyak sekali gerakan
sehingga diperlukan tiga dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian
hitam dan duduk persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan
kepala dan lengan kanan. Para pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya.
2. Drama Musikal
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi,
menari, dan akting. Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan
gerak daripada dialog para pemainnya. Di panggung Broadway jenis
pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan pertunjukan kabaret.
Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris
kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama
musikal karena memang latar belakangnya adalah karya musik yang bercerita

6
seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang fenomenal. Dari karya
musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu,
dan tata pentas.

Selain kabaret, opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam


opera dialog para tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu
yang dinyanyikan disebut seriosa. Di sinilah letak perbedaan dasar antara
Kabaret dan opera. Dalam drama musikal kabaret, jenis musik dan lagu bisa
saja bebas tetapi dalam opera biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan
seriosa. Tokoh-tokoh utama opera menyanyi untuk menceritakan kisah dan
perasaan mereka kepada penonton. Biasanya juga berupa paduan suara. Opera
bermula di Italia pada awal tahun 1600-an. Opera dipentaskan di gedung opera.
Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area yang disebut orchestra pit
di bawah dan di depan panggung.

3. Teater Gerak

Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah


gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat
dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik.
Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi
bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam
masa commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas
bergerak sesuka hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh
dasarnya untuk memancing perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak
inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri
muncul.

Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah
pantomim. Sebagai pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara),
pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak
dan mimik para pemainnya. Makna pesan sebuah lakon yang hendak

7
disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang
terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari Perancis.

4. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang
berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik,
perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita
serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam
teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan
rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi
pemain dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu
peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan
lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang
sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh
secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala
konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita
seperti halnya kejadian nyata.

5. Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi
yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena
bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan
estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata
panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna
puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi
sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan
laku aksi dan tata artistik di atas pentas (Santosa, 2008 : 47-51)

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Klasifikasi teater secara umum terdiri dari :
a. Teater Tradisional
b. Teater Transisi
c. Teater Modern
2. Jenis-Jenis Teater yaitu sebagai berikut:
a. Teater Boneka
b. Drama Musikal
c. Teater Gerak
d. Teater Dramatik
e. Teatrikalisasi Puisi

B. SARAN
Dari makalah “Klasifikasi Teater Anak PAUD” semoga kita semua
dapat mengambil manfaat dari makalah ini dan pembaca dapat mengambil
beberapa hal-hal yang penting pada makalah. Sehingga kita dapat
mengetahui dan memahami Klasifikasi Teater Anak PAUD.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna masih banyak
terdapat kesalahan untuk itu kami mengharapkan saran atau pun masukan
yang sifatnya membangun sehingga menyempurnakan makalah ini dan
menjadi acuan serta bekal kami kedepannya dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nuryanto, Tato. 2017. Apresiasi Drama. Depok : Rajawali Pers


Santosa, Eko dkk. 2008. Seni Teater Jilid1. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan

10

Anda mungkin juga menyukai