Estetika Timur ; India dan
Cina
Apakah syarat utama yang mesti dipenuhi agar ada sesuatu
yang disebut sebagai karya seni?
Estetika India
Peradaban India adalah salah satu peradaban tertua di dunia, wacana seni
sudah dimulai sejak amat lama. Kitab Weda misalnya sudah dikarang sekitar
1500 sebelum Masehi, homeros di Yunani baru menyusun iliad dan Odyssey
sekitar abad ke-8 sebelum Masehi. Dengan kata lain ada sekitar 7 abad yang
terpaut antara teks fondasional kebudayaan India dan Kebudayaan Barat.
Ada dua hal yang akan dibahas terkait akan estetika India, yang pertama
berkenaan dengan pratibha atau kreativitas artistik sebagai fondasi
estetika India.
Kedua akan membahas sejarah konsep rasa dalam estetika India. Disitu akan
terlihat bahwa estetika India juga mengakui aspek memetik seni dan fungsi
sosial seni seperti halnya estetika klasik di Eropa.
Konsep Pratibha dan kesaktian seniman
Konsep ini berkisar pada tiga aspek:
1 apakah pratibha bersifat universal, dalam arti abadi dan dimiliki setiap manusia?
2 apakah pratibha muncul dari alam atau dapat dibentuk lewat latihan dan
pengetahuan?
3 apakah pratibha saja memadai untuk menghasilkan karya seni yang indah?
Pratibha adalah daya cipta artistik yang terdapat dalam diri seniman. Daya itu disebut
sebagai Sakti yang dalam bahasa Sansekerta berarti kekuatan. Seniman sejati
memiliki kekuatan atau kesaktian untuk mencipta.
Tanpa Pratibha tidak mungkin ada karya seni.
Pratibha merupakan daya cipta khas seorang seniman, tetapi tidak universal, dalam
2 pengertian :
1. Tidak semua orang memilikinya, hanya seniman lah sosok yang memiliki
kekuatan tersebut.
2. Pratibha tidak Abadi. Seorang seniman bisa saja kehilangan daya cipta artistiknya
bersamaan dengan bertambahnya usia atau karena penyakit. Jadi Pratibha
berubah-ubah seiring kondisi fisik dan dapat lenyap.
Apakah pratibha sepenuhnya muncul dari alam sebagai bakat kodrat segelintir
orang, dan dapat dihasilkan melalui usaha latihan dan pengetahuan. Lazimnya
estetikawan India mengartikan pratibha sebagai bakat alamiah yang tak bisa
direproduksi Lewat kerja manusia entah lewat latihan maupun pengetahuan.
1 mereka yang percaya bahwa pratibha semata lah yang menyebabkan adanya
karya seni yang indah.
3 mereka yang melihat bahwa pratibha sejajar dengan pengetahuan dan latihan
dalam penciptaan karya yang indah.
Dalam risalah Kavyaprakasha karangan Mammata Bhatta sekitar abad ke-11,
dimensi kreatif pratibha ditekankan sebagai kekuatan yang Bahkan
melampaui para dewa.
Sebagai contoh : Dewa Brahma menciptakan dunia dengan berpatokan pada
hukum alam, tapi seorang pelukis menciptakan lukisan tanpa patokan
apapun selain perasaan batinnya. Dalam penciptaan artistiknya sang pelukis
bebas menyatakan apapun, tanpa memandang kemasukakalan cerita atau
korespondensinya dengan dunia aktual. Itulah sebabnya kata pratibha dalam
risalah tersebut diterjemahkan sebagai kejeniusan.
2 peradaban Cina memiliki kesinambungan yang tak kita jumpai di barat, tak
seperti peradaban Eropa yang berakar pada Yunani lalu terhenti dan
digantikan budaya Romawi lantas akhirnya tumbang akibat invasi Bangsa
Barbar dari Utara. Peradaban Cina merentang tanpa Putus selama ribuan
tahun. Hal ini memungkinkan refleksi estetis yang Sinambung pula berkat
keutuhan tradisinya.
Estetika Cina tidak mempersepsi karya seni sebagai tiruan kenyataan secara
akurat. Tetapi sebagai perlambang kenyataan batin tertentu cirinya tidak
berorientasi keluar tetapi ke dalam.
Seni lukis baru dihargai ketika teknik sapuan kuasnya bergaya kaligrafi mulai
digunakan untuk melukis. Dalam lukisan lukisan kaligrafi itu apa yang penting
bukanlah representasi kenyataan eksternal, melainkan ekspresi kenyataan
batin. Seni lukis yang mulanya dipandang bukan seni serius karena hanya
bersifat representasional pun kemudian dipandang sebagai seni serius karena
corak ekspresif (Chandller 2009: 189).
Representasi kosmik dan dimensi mimetik estetika Cina
Kendati seni utamanya dipersepsi sebagai ekspresi batin seniman, estetika Cina juga
sebetulnya mengakui dimensi mimetik seni. Hanya saja apa yang ditiru oleh karya
seni penampakan empiris objek-objek, melainkan sesuatu yang lebih elusif seperti
daya metafisis alam semesta atau watak manusia.
Namun representasi kosmetik dalam estetika Cina tidak berhenti hanya pada praktik
agama kuno. Dalam bentuk lanjutnya yang lebih rasional representasi itu juga
berkenaan dengan proses peniruan hukum alam. Inilah yang dimaksud Xu Shen ia
menyatakan bahwa tulisan diciptakan sebagai tiruan atas alam. Sebagaimana
binatang meninggalkan jejak manusia meninggalkan tulisan.
Representasi watak dalam estetika Cina mengemuka dalam bentuk lukisan-
lukisan potret pada masa Nanbeichao atau era dinasti Utara-Selatan. Dalam
lukisan-lukisan itu apa yang digambarkan bukanlah representasi fisik aktual
sosok tertentu. Mainkan watak yang dikemukakan secara alegoris. Apa yang
penting bukanlah diri melainkan Persona, sebab hakikat seseorang terletak pada
wataknya.