Anda di halaman 1dari 24

ESTETIKA HINDU

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PERTUJUKAN WAYANG


MASYARAKAT BALI

Oleh :
1. Ni Made Yasmini ( 0500717 )
2. Luh Ayu Widianingsih ( 0500417 )
3. I Gede Sudena ( 0502117 )
4. Gede Satria Wibawa (0501817)

PRODI PENERANGAN AGAMA HINDU


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
SINGARAJA
2019
LATAR BELAKANG

Pandangan Hindu terhadap Estetika Hindu dalam


bukunya Natya Sastra

Dinyatakan bhw Estetika Hindu rasa lahir dari


manunggalnya situasi ditampilkan bersama dengan
reaksi dan keadaan batin para pelakunya yang
senantiasa berubah

Dalam estetika Hindu dikenal rumusan bahwa suatu


hasil seni dikatakan indah dan berhasil harus memenuhi
enam syarat yang disebut sad-angga
enam syarat yang disebut sad-angga
diantaranya :

1. Rupabheda
2. Sadrsya
3. Pramana
4. Wanikabangga
5. Bhawa
6. Lawanya
Kesesuaian serta penerapan kaidah seni secara lintas-
media mungkin disebabkan oleh:
(a) adanya suatu filsafat dasar seni yang dianut bersama
dalam semua bidang kesenian, misalnya yang
terpusat pada konsep rasa, dan
(b) adanya pergaulan akrab selain menyimak di antara
para seniman berbagai bidang seni, yaitu mereka
dapat saling meminjam kaidah.
ESTETIKA MENURUT HINDU DI BALI

Agama Hindu adlh sumber utama dr nilai-nilai yg menjiwai


kebudayaan Bali. Setiap hasil kreativitas budaya Bali,
termasuk kesenian, tdk akan bs lepas dg ikatan nilai-nilai
luhur budaya Bali, terutama nilai-nilai estetika yg
bersumber dr Agama Hindu.

Estetika (aesthetics) berasal dari kata aesthesis dalam


bahasa Yunani (Dickie 1976) dapat diartikan sebagai rasa
nikmat indah yang timbul melalui penyerapan pancaindra
Berbicara mengenai estetika yang bertumpu kepada
masalah rasa akan selalu mengacu kepada dua sisi yang
terkait:
- Objektivitas menyangkut realita atau kenyataan dari
suatu benda atau objek estetis

- Subjektivitas. menyangkut kesan atau rasa (lango)


yang ditimbulkan oleh objek tersebut.
Pada intinya Estetika Hindu merupakan cara pandang
mengenai rasa keindahan (lango) yang diikat oleh nilai-
nilai Agama Hindu yang didasarkan atas ajaran-ajaran
kitab suci Weda.

Ada beberapa konsep yang menjadi landasan penting


dari estetika Hindu diantaranya:

1. Konsep Kesucian
Kesucian (Shiwam) pada intinya menyangkut nilai-nilai
ketuhanan yang juga mencakup yadnya dan taksu.
2. Konsep Kebenaran

Kebenaran (satyam) nilai kejujuran, ketulusan dan


kesungguhan. Persembahan dan yadnya yang dilakukan
oleh masyarakat Hindu Bali dilaksanakan dengan penuh
kejujuran hati, rasa tulus, dan niat yang sungguh-sungguh

3. Konsep Keseimbangan
Keseimbangan mencakup persamaan dan perbedaan
Refleksi keseimbangan dalam dimensi tiga sangat terkait
dengan konsep kosmologi Hindu yang membagi dunia ini
menjadi tiga bagian: yang biasa disebut dengan tri
bhuwana.
tri bhuwana trsb diantaranya

1. Dunia bawah (bhur loka) adalah dunia bhuta kala.


2. Dunia tengah (bwah loka) yang merupakan alam
antara dunia manusia dengan seisi alam lainnya.
3. Dan alam atas (swah loka) adalah dunia Tuhan dan
para Dewata.
ESTETIKA HINDU DALAM KESENIAN WAYANG
1. Wayang merupakan seni pertunjukan yang selalu
menceritakan nilai-nilai, norma, tradisi dan budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat lokal.

2. Setiap pertunjukan seni wayang, cerita yang


terkandung di dalamnya merupakan simbol dari
kehidupan yang berperan penting dalam
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Wayang kulit merupakan budaya di mana pengertian


dari budaya adalah hasil, cipta, karya, dan karsa
manusia
Kesenian wayang menjadi tontonan memiliki landasan yang
kokoh, yaitu

1. Hamot
2. Hamong
3. Hamemangkat

Wayang selain sebagai sarana hiburan, juga setia


dapat menyampaikan pesan-pesan.

Wayang berfungsi sebagai sarana penerangan,


pendidikan, dan komunikasi massa yang sangat
akrab dengan masyarakat pendukungnya
Wayang dikenal sebagai seni pertunjukan yang
edipeni-adiluhung

PEMBAHASAN
Dari pendahuluan di atas maka yang menjadi
permasalahan dalam makalah ini adalah nilai-nilai apa
yang terkandung dalam pertunjukan wayang bagi
masyarakat Bali?
METODE
Tehnik pengumpulan data yaitu wawancara langsung
dengan 2 (dua) informan.
1. Dr.I Nyoman Sedana.SE.M.I.Kom
2. Gede Panca Sanjaya.S.Pd.
Menurut informan Dr. I Nyoman Sedana.SE.M.I.Kom
yang juga menekuni sebagai dalang menyatakan bahwa
Estetika yang terkandung dalam pertunjukan wayang bagi
masyarakat Bali, selain seni juga terdapat nilai
keterampilan
1. Bentuk wayang penuh dengan ukiran-ukiran sesuai
dengan tokoh dan wataknya,
2. wayang juga melambangkan manusia,
3. kayon yang melambangkan kehidupan,
4. kelir melambangkan langit dan
5. gedebong (batang pisang) melambangkan bumi,
6. kelir sebagai simbul akasa,
7. Gamelan berupa gender juga memiliki nilai estetika
sebagai simbul harmoni kehidupan,
8. Gedog simbul surga dan neraka akhir dari perjalanan
manusia.
Menurut Gede Panca Sanjaya.S.Pd berpendapat bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam pertunjukan wayang bagi
masyarakat bali adalah:

1. Nilai etika dimana dlm setiap lakon pewayanagn ada pesan


moral yg disampaikan
2. Nilai religious. Selain sbg hiburan wayang juga sbg sarana atau
pelengkap upacara agama. Baik itu pelukatan sudamala dan
nyapuh leger.
3. Makna filosofi yg terkandung didalamnya. Yg termuat dlm
lontar tutur purwa wacana atau dharma pewayangan. Yg
menyatakan bahwa :
a batang pisang sbg simbul pertiwi,
b. kelir sbg simbul akasa. Jadi keduanya adalah simbul
dunia tempat manusia berkarma.
c. Wayang simbul penghuni alam semesta.
d. Damar atau sentir simbul surya.
e. Dalang sbg Tuhan.
f. Gender simbul harmoni kehidupan.
g. gedog simbul surga dan neraka akhir dari perjalanan
manusia.
SEJARAH
Dilihat dari sejarah, bahwa wayang berasal dari
sebuah kalimat yang berbunyi “Ma Hyang”, artinya
berjalan menuju yang maha tinggi (disini bisa diartikan
sebagai roh, Tuhan, ataupun Dewa). Akan tetapi ada
sebagian orang yang berpengertian bahwa kata wayang
berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, atau
yang dalam bahasa Indonesia baku adalah bayang

Ada sebuah catatatan sejarah pertama mengenai


adanya pertunjukan wayang. Hal ini mengacu pada
sebuah prasasti yang dilacak berasal dari tahun 930 yang
mengatakan si Galigi mawayang
Galigi adalah seorang penampil yang sering diminta untuk
menggelar sebuah pertunjukan ketika ada acara ataupun
upacara penting.
Kesenian wayang di Nusantara berawal dari seni
sakral. Masyarakat Indonesia di masa lalu mementaskan
wayang bukan untuk hiburan, tetapi untuk pelengkap
upacara keagamaan. Dalam kalender Bali dan Jawa, ada
wuku wayang. Ini adalah rentetan hari selama seminggu
untuk menyelenggarakan upacara dengan inti pementasan
wayang. Puncaknya adalah hari Sabtu Kliwon yang
disebut Tumpek Wayang.
Di Bali, kesakralan wayang juga dipakai pada upacara
keagamaan yaitu Pitra Yadnya (ngaben), Manusa Yadnya
(otonan dan potong gigi), Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya
dan Rsi Yadnya
Wayang Bali dapat dikelompokan menjadi 2 golongan
yaitu :
1. Wayang sakral (upacara keagamaan) :

2. Wayang Profan (hiburan):


wayang kulit diyakini memiliki arti dan makna tertentu
yaitu :
a. Sebagai penggugah rasa kesenangan dan keindahan.
b. Sebagai pemberi hiburan.
c. Sebagai media komunikasi.
d. Sebagai persembahan simbolis.
e. Sebagai penyelenggara keserasian norma-norma
masyarakat.
f. Sebagai pengukuh institusi sosial dan keagamaan.
g. Sebagai kontribusi terhadap kelangsung dan
stabilitas kebudayaan.
h. Sebagai pencipta intergritas masyarakat.
NILAI- YANG TERKANDUNG DALAM PERTUNJUKAN
WAYANG BAGI MASYARAKAT BALI

1. Wayang Sebagai Pedoman Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara
2. Wayang Sebagai Pendidikan Budi Pekerti
3. Wayang Kulit Sebagai Budaya
4. Wayang Perlambang Hidup Manusia
5. Wayang sebagai Tontonan, Tuntunan, dan Tatanan
Kesimpulan
Pertunjukan wayang selama ini masih ttp dijadikan
sarana hiburan rakyat, yg di dalamnya memuat nilai-nilai
kehidupan dg beragam mkn dan simbol penafsiran yg dpt
dimaknai oleh manusia sbg penikmat wayang. wayang
dpt memberikan gambaran lakon perikehidupan
manusia dg berbagai problematiknya, wayang sbg
etalase nilai dg makna dan simboliknya yg dpt dijadikan
sumber ajaran kehidupan utk menghantarkan menuju
manusia yg seutuhnya.
Melalui wayang, manusia dpt memperoleh pemahaman
cakrawala baru ttg pandangan dan sikap hidup dlm
memilih dan memilah antara yg baik dan yg buruk,
benar dan salah, dan seterusnya selalu dihadapkan dg
dua pilihan dlm proses perjalanan akbar manusia di
muka bumi. Wayang merupakan hasil cipta, rasa, dan
karsa manusia karena proses daya spiritual. Pengamatan
yg mendalam terhadap wayang menunjukkan wayang
bukan seni yg bertujuan untk kepuasan biologis, ttp
memberikan kepuasan batiniah

Anda mungkin juga menyukai