Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH KESENIAN ISLAM

KESENIAN WAYANG

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah : Sejarah Kesenian Islam

Dosen Pengampu : Bapak Marsus, M. Hum

Oleh

Nur Isnani Fuadi (183231019)

Yudi Setyawan (183231052)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi wabarokhatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, senantiasa kita ucapkan atasa karunianya yang
berupa nikmat sehat, nikmat iman yang telah diberikan kepada kita, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ” KESENIAN WAYANG” tujuan disusun makalah ini
adalah sebagai syarat, untuk memenuhi tugas Mata kuliah Kesenian Islam.

Adapun tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang penulis sampaikan, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang sudah membantu dan Menyusun susatu penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik,
saran, dan masukan sanagt kami harapkan kepada Si pembaca makalah ini, dan semoga
makalah yang penulis susun ini dapat memberikan masukan dan tambahan ilmu kepada para
pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokhatuh.

Surakarta, 09 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Memahami sejarah dan pengertian wayang..........................................7
B. Sejarah perkembangan wayang……………………………………….8
C. Macam-macam wayang.......................................................................9
D. Fungsi wayang………………………………………………………..10
BAB III PENUTUP................................................................................................. 11
A. Kesimpulan..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian merupakan suatu bagaian dari unsur kebudayaan yang sudah ada dan
berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Kesenian juga menjadi media yang memiliki
peranan penting dalam melakukan kegiatan tertentu. Karena dengan media tersebut
memeiliki daya Tarik yang dapat mengesankan hati setiap pendengar dan penonton. Kesenian
tentunya tidak hanya sebagai hiburan saja, namun pada sisi lain kesenian diciptakan untuk
memeiliki tujuan-tujuan tertentu yang salah satunya wayang.

Wayang merupakan suatu kesenian yang suddah melekat pada diri manusia sedah
sejak zaman dahulu, fungsi wayang dari zaman dahulu hingga samapai sekarang selain
sebagai hibudran wayang juga dijadikan sebagai media berdakwah islam. Adapun fungsi lain
dari wayang dari segi Pendidikan adalah menerangkan untuk ilmu pengetahuan, dan untuk
menambah nilai kejiwaan atau rohani serta mistik simbolik, dari bebrapa fungsi wayang
tersebut tidak terlepas dari peran masyarakat dalam menonton pagelaran wayang, denagn
melihat seberapa jauh mereka merasa terhibur dan mengambil manfaat dari pertunjukan
wayang.

Pertunjukan wayang merupakan penggabungan dari berbagai seni yang berkembang


dalam ranah kebudyaan Indonesia yang meliputi: seni peran, seni musik, seni Lukis, seni
pahat dan seni tutur. Wayang dipertunjukkan atau disampaikan oleh seseorang yang
mempunyai julukan dalang yang menyampaikan lakon-lakonnya merupakan kesatuan seni
sastra, tutur dan peran. Wayang dipertunjukkan dengan music pengiring dengan tujuan agar
suasana pasa dan menarik dan juga dalam upaya untuk menghibur penonton.

Wayang dalam Bahasa jawa memiliki arti bayangan, dengan akar katnya ialah yang,
istilah tersebut memberikan pengertian bahwa wayang mempunyai arti berjalan kian kemari
tidak tetap, sayup-sayup bagi substansi bayang-bayang. Pengertian lain berdasarkan
penggambaran realitas pertunjukan wayang, kata wayang berasal dari weweyangan yang
artinya bayangan.

4
Kitab Mahabarata dan Ramayana merupakan pakem dasar terbbentuknya gagasan dari
dalang yang menghasilkan serangkaian lakon dalam pewayangan. Epos cerita dasar yang
merupakan kitab suci penganut hindu tersebut diadopsi oleh Sunan Kali Jaga sebagai
pembelajaran masyarakat islam tradisional jawa hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Wayang ?
2. Bagaimana sejarah perkembanagn wayang ?
3. Apa jenis-jenis wayang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian wayang.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Wayang.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Wayang.
4. Untuk mengetahui fungsi kesenian wayang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

I. Se jarah Wayang
1. Devinisi Pengertian Wayang

Terdapat dalam buku karya sri mulyono di jelasknan bahwa wayang dalam Bahasa jawa
kata ini berarti bayangan , dalam Bahasa melayu disebut bayang-bayang, dalam Bahasa aceh
bayeng, dalam Bahasa bugi disebut wayang atau bayan, sedangkan dalam Bahasa bikol
mempunyai arti barang yaitu apa yang bisa dilihat secara nyata, akar kata dari wayang adalah
yang, akar kata ini bervariasi dengan yang, antara lain dapat dilihat dari kata layang, yang
berarti terbang dan doyong dalam arti miring, tidak stabil atau royong yang selalu bergerak
dari satu tempat ke tempat lain, Poyang-payingan yang berjalan sempoyongan, tidak tenang
dan sebagainya. Dengan memperbandingkan dengan pengertian dari akar kata yang
bervariasi, dapat dikemukakan bahwa devinisi wayang pada dasrnya dalah tidak stabil, tidak
pasti, tidak tenang, yang bergerak kesana, kesini yang kian kemari. 1

2. Asal-Usul dan Sejarah Wayang

Berdasarkan pendapat para ahli purbakala, ahli sejarah dan ahli Bahasa, dan ahli
kesusastraan dapat disimpulkan bahwa wayang pertama kali muncul pada zaman animisme
melayu Polynesia. Kesimpulan ini yang mana disampaikan oleh Hazeu. Asal-usul wayang
sendirti mempunyai banyak perdebatan pendapat dari para ahli. Sebagaina pendapat
mengatakan bahwa wayang berasal dari india, beberapa mengatakan bahwa wayang
merupakan kesenian asli yang berasal dari Indonesia khususnya di jawa, dan Sebagian
pendapat lain mengatakan bahwa wayang berasal dari perpaduan antara jawa dengan hindu. 2

Seorang ahli atau seorang peneliti wayang Bernama Pischel, beliau berpendapat bahwa
wayang berasal dari india yang dilihat dari kata Rupparukam yang terdapat dalam kitab
pewayangan mahabarata, beliau mengataklan bahwa kata ruppapanjipane yang terdapat
dalam therigata yang keduanya mempunyai arti sama yaitu Bayangan. Beliu juga

1
Sunarto, seni gatra Wayang Kulit, Dahara Prize, Semarang, 1997. Hal. 16
2
Sri Mulyono, Wayang, Asal-usul, Dan Masadepannya, Op. Cit,. hal. 53.

6
membuktikan 3bahwa salah satu wayang Indonesia, wayang purwa yang diambil dari kitab
Mahabarata dan Ramayana yang mana dua kitab ini memiliki dua bangsa hindu dan india.4

Sebelum islam datang khususnya Pada abad ke 15 sebelum islam berkembang di


nusantara, Setyo Budi menyebutkan bahwa wayang kulit sebagai suatu kesenian yang
menampilkan adegan drama bayang boneka yang terbuat dari kulit binatang, berbentuk pipih,
di warna dan bertangkal dan dikenal sosok dalangan yang memainkannya. Penelitian
tengtang budya wayang pra islam dan pasca kehadiran wayang pasca kehadiran islam di
nusantara telah banyak dilakukan. Pada saat itu belum ada literatur yang mengkaji khusus
tentang korelasi wayang dengan Pendidikan islam. Yang mana sejarah telah mencatat bahwa
sunan kalijaga yang telah melakukkan akulturasi budaya wayang tersebut.

Wayang dalam bingkai sejarah di Nusantara, di jawa media wayang kulit ini
dimanfaatkan dan dipergunakan untuk media dakwah islam, ia berkembang dengan pesat,
mengalami berbagai transformasi dalam aspek fisual dan aspek pendukung lainnya seperti
karawinan, sastra dan sebagainya.

Kitab Mahabarat dan Ramayana merupakan dasar munculnya sejarah awal dan dasar
gagasna dari dalang yang menghasilkan serangkaian lakon dalam pewayangan. Epos cerita
dasar yang merupakan kitab suci penganut hindu tersebut yang kemudian diadopsi oleh
Sunan Kalijaga sebagai pembelajarah masyarakat islam tradisional jawa hingga saat ini5.

II. Jenis-Jenis Wayang


Memang ada beberapa pendapat yang mengakatakan bahwa wayang merupakan hasil
kreasi kebudayaan Hindu. Namun setelah diadakan penelitian secara seksama, ternyata
wayang adalah hasil kreasi atau kebudayaan asli orang Jawa (bangsa Indonesia)6

Menurut S. Haryanto (1988: 41-142) wayang dapat dibagi menjadi 8 jenis yang terdiri
dari beberapa ragam, yaitu:

1. Wayang Beber

3
Sri Mulyono, Wayang, Asal-usul, Filsafat dan Masadepannya, Op. Cit,. hal. 53
4

5
Marsaid, Islam dan Kebudayaan: Wayang Sebagai Media Pendidikan Islam Di Nusantara, Stain JuraiSiwo
Metro Lampung, hal. 103
6
Amir Mertosedono. Sejarah Wayang: Asal Usul, Jenis dan Cirinya. Semarang: Dahara Prize. 1990: 6.

7
Termasuk bentuk wayang yang paling tua usianya dan berasal dari masa akhir zaman
Majapahit di Jawa. Wayang dilukiskan pada gulungan kertas beserta kejadian-kejadian atau
adegan-adegan penting dalam cerita dimaksud. Pertunjukkannya dilakukan dengan
pembacaan cerita dan peragaan gambar-gambar yang telah dilukiskan

2. Wayang Purwa

Wujudnya berupa wayang kulit, wayang golek, atau wayang wong (orang) dengan
mempergelarkan cerita yang bersumber pada kitab Mahabaratha atau Ramayana. Istilah
purwa itu sendiri dari pendapat para ahli dinyatakan berasal dari kata „parwa‟ yang
merupakan bagian dari cerita Mahabharata atau Ramayana. Selain itu, di kalangan
masyarakat Jawa, kata purwa sering diartikan pula dengan purba (jaman dahulu).

3. Wayang Madya

Berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu kesatuan yang
berangkai serta disesuaikan dengan sejarah Jawa sejak beberapa abad yang lalu sampai
masuknya agama Islam di Jawa dan diolah secara kronologis. Penggabungan tersebut
mengakibatkan terciptanya jenis wayang baru yang menggambarkan dari badan tengah ke
atas berwujud wayang purwa, sedangkan dari badan tengah ke bawah berwujud wayang
gedog. Wayang Madya ini memakai keris dan dibuat dari kulit, ditatah dan disungging7.

4. Wayang Gedog

Arti kata „gedog‟ sampai sekarang masih belum dapat ditemukan dengan pasti. Para
sarjana barat, gedog ditafsirkan sebagai kandang kuda (bahasa Jawa: gedogan = kandang
kuda). Dalam bahasa Kawi, gedog berarti kuda. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa
„gedog‟ itu merupakan batas antara siklus wayang purwa yang mengambil seri cerita
Mahabharata dan Ramayana dengan siklus cerita Panji. Ada pula yang menafsirkan bahwa
kata gedog berasal dari suara „dog, dog‟ yang ditimbulkan dari ketukan sang dalang pada
kotak wayang di sampingnya.

5. Wayang Menak

Wayang Menak ini terbuat dari kulit yang ditatah dan disungging sama halnya seperti
wayang kulit purwa. Sedangkan wayang Menak yang dibuat dari kayu dan merupakan

7
Amir Mertosedono. Sejarah Wayang: Asal Usul, Jenis dan Cirinya. Semarang: Dahara Prize. 1990: 6.

8
wayang golek disebut Wayang Tengul. Dalam pementasan wayang menak dijumpai dua
macam bentuk wayang, antara lain yang berupa wayang golek dan kulit. Pementasan wayang
menak di Jawa Tengah pada umumnya menggunakan wayang golek menak. Sedangkan
pementasan wayang kulit menak ini menggunakan kelir dan blencong, sama halnya dengan
pementasan wayang kulit purwa, hanya pakemnya berdasarkan pakem Serat Menak.

6. Wayang Babad

Merupakan penciptaan wayang baru setalah wayang Purwa, Madya dan Gedog yang
pementasannya bersumber pada cerita-cerita babad (sejarah) setelah masuknya agama Islam
di Indonesia antara lain kisahkisah kepahlawanan dalam masa kerajaan Demak dan Pajang.

7. Wayang Modern

Ketika wayang-wayang purwa, madya dan gedog sudah tidak sesuai lagi untuk
keperluan yang khusus, maka untuk kebutuhan masyarakat akan sarana komunikasi sosial
dengan media wayang semakin meningkat, maka diciptakanlah wayang baru lagi yang dapat
memadai faktor-faktor komunikasi tersebut.

8. Wayang Topeng

Wayang ini ditampilkan oleh seorang penari yang mengenakan topeng yang
diciptakan mirip dengan wayang purwa dengan corak tersendiri yang disesuaikan sebutan
nama daerah tempat topeng tersebut berkembang.

3. Wayang Berdasarkan Cerita

Cerita yang digunakan dalam pementasan wayang sangat beragam. Lakon wayang yang biasa
dan sudah lebih dikenal masyarakat banyak adalah Mahabharata dan Ramayana. Jenis
wayang yang menggunakan cerita tersebut antara lain: wayang kulit (Palembang, Sunda,
Betawi, Jawa, Bali, dan Banjar), golek (Sunda), wayang wong, dan wayang jemblung. Yang
termasuk
dalam jenis penggolongan wayang purwa.Selain itu ada juga Wayang madya (Jawa) yang
menggunakan unsur “cerita sesudah zaman purwa”, yang mengisahkan para raja Jawa yang
dianggap keturunan Pandawa. wayang gambuh dan wayang cupak dari Bali, melakonkan
cerita Panji. Wayang kulit menak, golek menak (keduanya dari Jawa) dan wayang sasak,

9
menceritakan kisah Amir Hamzah. Wayang dobel (jawa) menceritakan ceritacerita Islam;
wayang wahyu (Jawa): kisah-kisah Injil; wayang calonarang (Bali): kisah zaman Airlangga;
wayang cepak (Jawa-Sunda): cerita Raja Menak (Amir Ambyah) dan babad tanah Jawi;
wayang pakuan (Sunda); babad Pasundan; wayang dangkluk (bali): kisah Galuh-Daha;
wayang langendria(Jawa); kisah Damarwulan; dan wayang topeng, pada berbagai suku,
dengan berbagai cerita. Dan masih banyak lagi

4. Berdasarkan Cara Pementasan

Pada awalnya, wayang berfungsi sebagai alat “penghadiran kembali” (secara umum dalam
seni rupa dikenal istilah yang hampir sama, yaitu visualisasi) gambaran nenek moyang.
Meskipun bentuk upacara penghadiran nenek moyang tidak digunakan lagi dalam
pementasan wayang, sisa kegiatan tersebut masih tampak, misalnya dalam upacara
ngaruwat/ngruwat) ketika memulai pertunjukkan. Bentuk pertunjukkan kuno tadi tercatat
juga dalam perkembangan teater bayangan (shadow play) di Cina.

Wayang Beber yang pementasannnya dengan membeberkan gambar wayang yang dibuat di
atas kulit kayu, kertas, maupun bahan papar lainnya. Pada kedua sisi bidang gambar dipasang
dua buah tiang penggulung. Dalang menceritakan isi gambar wayang dengan cara
membeberkan gulungan gambar tersebut.Wayang beber ini kini hanya tinggal sisa
peninggalan masa lalu saja.

Wayang klithik atau wayang krucil merupakan wayang boneka kayu, tetapi berbeda dari
golek. Wayang klithik berbentuk pipih, lebih dekat kepada bentuk wayang kulit. Raja
Brawijaya V menciptakannya sekitar tahun 1315. Raut tokoh-tokohnya merupakan hasil
tiruan raut wayang beber, yang ditampilkan dengan cerita Keraton Jenggala, Kediri, Urawan,
Singasari, dan Majapahit. Wayang ini selanjutnya diperbaharui oleh Sunan Bonang. Untuk
mementaskannya tidak diperlukan kelir seperti pada wayang kulit, tetapi seperti memainkan
golek

III. Perkembangan Wayang

Menurut Sri Mulyono Perkembangan wayang dibagi menjadi dua zaman yang pertama
pada zaman prasejarah yaitu pada zaman adanya kebudayaan manusia samapi dengan kira-
kira abad V masehi, dalam masa prasejarah inilah yang mulai ada pertunjukan bayang-

10
bayang atau wayang dan juga mulai adanya wayang dalam bentuk “pentas bayangan” pada
zaman yang ke dua yaitu pada masa abad ke V hingga sekarang ini. 8

1) Zaman Prasejarah

Pada dasarnya pertunjukan wayang adalah semata untuk upacara keagamaan orang jawa
kuno, yang pada saat itu mereka masih menganut animisme dan dinamisme, dan pda saat itu
mereka menggunakan media wayang untuk memanggil roh atau arwah nenek moyang.
Karena pada masa itu mereka masih mempercayai akan adanya roh nenek moyang pada
sekeliling mereka.

2) Periode Hinndu Budha

Pada masa ini cerita wayang yang semula pada masa itu dijadikan sebagai pemujaan dan
wayang pada masa itu merupakan media yang digunakan untuk memanggil roh nenek
moyang yang kemudian pada masa Hindu Budha terdapat peleburan antara yang semula
pemujaan antara roh nenek moyang yang kemudian pada masa ini pandangan nenek moyang
terhadap pemujaan roh dengan pemujaan hindu terdapat Dewa-dewa yang terdapat dalam
agama hindu, cerita wayang yang semulanya menggambarakan tokoh para leluhur kemudian
berubah menjadi cerita dewa- dewa hindia yang lazim kita dengar tentang cerita Ramayana
dan Mahabarata.

3) Periode islam

Wayang pada periode islam ini mengalami perubahan dan perkembangan mendasar,
sehingga dalam beberapa bentuk dapat kita ketahui seperti sekarang ini, maha karya para
Wali yang semula bentuk wayang hanya tampak dari depan yang kemudian oleh para wali di
ubah menjadi tampak dari samping, mengeni warna yang semula hanhya puntih dan hitam
sekarang dikembangkan menjadi berbagai warna dan perkembangan wayang pada masa
periode Wali ini berkembang dengan baik dan berubah menjadi corak islam dengan
gambaran yang diberikan oleh Sunan Kali jaga yakni di buat media untuk berdakwah dengan
wayang.

4) Periode Kolonial

8
Marsaid, Islam dan Kebudayaan: Wayang Sebagai Media Pendidikan Islam Di Nusantara, Stain JuraiSiwo
Metro Lampung, hal. 105

11
Wayang pada masa kolonial masih berkembang dnegan sebagai seni pertunjukan, yang
terutama pada masa Mataram II di bawah raja Amangkurat II (1680) dengan bantuan belanda
memindahkan ibu kotanya. Pada masa ini bentuk dari wayang mulai disempurnakan, pada
masa ini pertunjukan wayang sudah di iringi dengan menggunakan gamelan dan tembang
yang dibawakan oleh sindren dan niyaga. Namun pertunjukan wayang pada saat itu tidaklah
begitu berfungsi sebagai upacara agama melinkan hanya untuk pertunjukan yang merupakan
sebuah bentuk kesenian klasik tradisional.

5) Periode masa kemerdekaan

Pada tahun 1942- 1945 pada masa kedudukan jepang tidak da sejarah yang
memunculkan perkembangan dari kesenian wayang ini namun setelah pada setelah masa
kemerdekaan Indonesia seiring bermunculan bentuk-bentuk dan wayang kreasi baru yang
termasuk jenis cerita dan tujuan pementasannya. Pada masa ini wayang tidak lagi berfungsi
sebagai upacara keagamaan melainkan pada masa ini wayang menjadi kesenian teater total
dari seorang Dalang Ketika ia mengisahkan lakon, wayang memiliki fungsii tidak hanya
sebagai hiburan, akan tetapi juga sebagai saranan Pendidikan dan komunikasi masa,
Pendidikan kesenian, Pendidikan sastra, filsafat, dan agama sebagai media berdakwah. 9

IV. Fungsi Pertunjukan Wayang

Setiap pertunjukan wayang pada dasarnya memiliki banyak fungsi yang sangat berguna bagi
masyarakat yang menontonnya. Dibawah ini ada beberapa fungsi pertunjukan wayang:

a) Fungsi Ritual

Pada awalnya seni pertunjukan wayang tradisional memiliki fungsi sebagai seni yang
berbentuk symbol yang digunakan berkomunikasi untuk yang maha kuasa. Atau yang
diagungkan pada zaman prasejarah wayang berfungsi untuk mendatangkan roh-roh leluhur
yang dianggap keramat, karena mereka beranggapan bahwa roh-roh leluhur itu mempunyai
kekuatan yang dapat melindunginya.

b) Fungsi Pendidikan

Fungsi wayang sebagi media Pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penontonnya,
dalam sebuah pertunjukan wayang mengandung banyak symbol dan nilai-nilai filsafat. Salah
9
Marsaid, Islam dan Kebudayaan: Wayang Sebagai Media Pendidikan Islam Di Nusantara, Stain JuraiSiwo
Metro Lampung, hal. 106

12
satunya yaitu tentang nasihat dan ajaran-ajaran leluhur dalam menjalani kehidupan serta
bagaimana menyikapinhya. Terdapat pula dalam nilai-nilai pendidikannya seperti nilai-nilai
kepahlawanan, kejujuran dan kesetiaan.

c) Fungsi Hiburan atau Tontonan

Pertunjukan wayang \berfungsi sebagai medis hiburan atau tontonan, pada dasarnya
wayang merupakan kesenian klasik yang indah dan menarik serta mengandung ajaran moral
manusia dalam hidupnya. Pertunjukan wayang yang berkualitas serta dalam penyajian
wayang yang di suguhi dengan nilai esteteika, nilai moral, etika dan filsafat. Maka
pertunjukan wayang secara nyata dan simbolik berfungsi sebagai tontonan, tatanan dan
tuntunan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Wayang merupakan suatu kesenian yang suddah melekat pada diri manusia sedah
sejak zaman dahulu, fungsi wayang dari zaman dahulu hingga samapai sekarang selain
sebagai hibudran wayang juga dijadikan sebagai media berdakwah islam. Adapun fungsi lain
dari wayang dari segi Pendidikan adalah menerangkan untuk ilmu pengetahuan, dan untuk
menambah nilai kejiwaan atau rohani serta mistik simbolik.

Dari pembahasan diatas merupakan deskripsi sejarah wayang, jenis-jenis wayang dan
perkembangannya dari jaman dahulu hingga sekarang. Dapat kita simpulkan bahwa wayang
mempunayi banyak perang media baik dari media Pendidikan, media dakwah, maupun ritual
keagamaan. Wayang yang merupakan tradis masyarakat sebelum islam yang kemudian di
islamisasi oleh sunan kalijaga sebagai sarana dan media untuk dakwah melalui media seni
dan budaya.

13
DAFTAR PUSTAKA

S. Haryanto. Pratiwimba Adhiluhung: Sejarah dan Perkembangan Wayang.Jakarta:


Djambatan. 1988.

Amir Mertosedono. Sejarah Wayang: Asal-Usul, Jenis dan Cirinya. Semarang: Dahara Prize.
1990.

Marsaid, Islam dan Kebudayaan: Wayang Sebagai Media Pendidikan Islam Di Nusantara,
Stain JuraiSiwo Metro Lampung, hal. 105

Sunarto, seni gatra Wayang Kulit, Dahara Prize, Semarang, 1997. Hal. 16

Sri Mulyono, Wayang, Asal-usul, Dan Masadepannya, Op. Cit,. hal. 53.

Ani Faiqoh, Perkembangan Wayang Kulit, FKIP UMP, 2013

14
15

Anda mungkin juga menyukai