Anda di halaman 1dari 6

Akulturasi seni wayang di daerah jombanng

A ahmes osama firmansyah


21091397051

A. Latar belakang
Wayang adalah boneka tiruan orang yang dibuat dari kayu atau pahatan kulit
dan lain sebagainya, wayang bisa bisa dimanfaatkan untuk memerankan
tokoh dalam pertunjukan drama tradisional, wayang dimainkan oleh sesorang
yang disebut dengan dalang wayang.

Sedangkan pengertian wayang secara filosofis adalah bayangan, lukisan atau


gambaran mengenai kehidupan di alam semesta.

Di dalam kesenian wayang digambarkan bukan hanya kehidupan mengenai


manusia, namun di dalam wayang juga menggambarkan kehidupan manusia
dalam kaitannya dengan alam, manusia lain serta Tuhan Yang Maha Esa.

Hal tersebut merupakan satu kesatuan yang serasi, serta tidak lepas satu
dengan yang lainnya dan senantiasa berhubungan.

Kata atau istilah wayang juga berasal dari Bahasa Jawa yang memeliki arti
“Bayangan”, dan jika dilihat dari filsafatnya kata wayang bisa diartikan
merupakan pencerminan dari sifat – sifat yang ada di dalam jiwa manusia,
seperti kebajikan, serakah, murka dan lain sebagainya.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana akulturasi budaya seni wayang tersebut?


2. Apa hubungan seni wayang dengan agama?
3. Bagaimana keadaan seni wayang pada zaman modern sekarang?

C. Tujuan

1. Menjelaskan akulturasi budaya seni wayang sesuai dengan agama islam


2. Menjelaskan budaya yang ada di seni wayang
3. Menjelaskan keadaan seni wayang di zaman sekarang

PEMBAHASAN

 wayang merupakan media yang digunakan Wali Songo, untuk


menyebarkan  Islam  di nusantara. Cikal bakal wayang berasal dari wayang
beber -- yang gambarnya mirip manusia dan lakonnya bersumber dari sejarah
sekitar zaman Majapahit.

1. Akulturasi pada seni wayang


Upaya Walisongo dalam berdakwah salah satunya didasarkan pada
kemampuan untuk melakukan akulturasi budaya, diantaranya adalah
perubahan bentuk wayang purwa yang sudah ada sejak zaman Hindu yang
kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.

proses akulturasi tersebut telah menjadikan wayang purwo semakin


berkembang dan menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.<> Menurut
Widodo, banyak orang beranggapan bahwa seni wayang berasal dari Negeri
India. Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya
Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, hal itu tidak benar. Wayang
adalah kebudayaan asli Indonesia (khususnya di Pulau Jawa). Perkataan
wayang berasal dari Wad an Hyang, artinya "leluhur", tapi ada juga yang
berpendapat yaitu dari kata "bayangan".

Adapun yang berpendapat bahwa wayang berasal dari negeri India mungkin
melihat dari asal ceritanya yaitu mengambil dari cerita Ramayana dan
Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa
disesuaikan dengan kebudayaan di Jawa, katanya. Pada masa Islam ini
ditegaskan bahwa penggunaan kulit sebagai bahan baku wayang yang
sebelumnya belum disebutkan secara jelas, tetapi pada masa ini digunakan
kulit binatang kerbau. Stilasi bentuk wayang kulit purwa sudah sangat jauh
dari sumbernya, namun demikian bentuk wayang kulit masih dapat dikenali
bagian-bagiannya.

Bentuk wayang kulit purwa yang telah digayakan sedemikian jauh itu
membuat sangat berbeda dengan wujud manusia. Gaya penggambaran
wayang kulit purwa yang demikian itu merupakan pilihan para ahli pada saat
itu dan merupakan akibat dari langkanya penggambaran secara realistik. Hal
ini ditempuh agar wayang kulit purwa dapat tampil dengan baik dan tidak
melanggar larangan menurut ajaran agama Islam, dengan demikian wayang
kulit purwa sudah dapat diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi
menggambarkan manusia atau binatang secara realistis.

Kenyataannya wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan


gambaran manusia, walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut
orang. Namun demikian dengan hidung yang runcing, mata sipit dan panjang,
serta bentuk mulut yang berkelok-kelok, dan leher yang kecil sebesar lengan,
tangan yang panjang hingga menyentuh kaki tokoh, Arjuna nampak sebagai
sosok yang bagus dan rupawan, sehingga menjadi idola masyarakat
pendukung wayang kulit purwa.

2. Budaya pada seni wayang

Di Indonesia, ada beragam jenis wayang. Wayang hadir dalam berbagai


bentuk, ukuran, dan medium, termasuk dalam bentuk gulungan gambar,
kulit, kayu, dan topeng. Namun, ada 5 jenis wayang yang paling populer yang
akan saya sebutkan di bawah ini. Mereka adalah:

A. Wayang beber

Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia. Dalam
pertunjukan narasi ini, lembaran gambar panjang dijelaskan oleh seorang
dalang. Wayang beber tertua dapat ditemukan di Pacitan, Donorojo, Jawa
Timur. Selain dari kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana, wayang beber
juga menggunakan kisah-kisah dari cerita rakyat, seperti kisah asmara Panji
Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.

B. Wayang kulit

Di Jawa Tengah dan Timur, jenis wayang yang paling populer adalah wayang
kulit atau  wayang kulit purwa. Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari
kulit kerbau atau kambing. Lengan dan kakinya bisa digerakkan. Di Bali dan
Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita
Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita
rakyat serta mitos sering digunakan.

C. Wayang Klitik (atau Karucil)

Bentuk wayang ini mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu,
bukan kulit. Mereka juga menggunakan bayangan dalam pertunjukannya.
Kata “klitik” berasal dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang
digerakkan atau saat adegan perkelahian, misalnya. Kisah-kisah yang
digunakan dalam drama wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa
Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri, dan Majapahit. Cerita yang paling
populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini dipenuhi dengan kisah
perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.

3. Keadaan seni wayang pada zaman sekarang

Selama berabad-abad, budaya wayang berkembang menjadi beragam


jenis. Kebanyakan jenis-jenis wayang itu tetap menggunakan Mahabarata dan
Ramayana sebagai induk ceritanya. Jika pada masa klasik wayang hanya
terdapat beberapa varian, pada masa modern ini berkembang menjadi
bermacam-macam varian. Yang isinya pun tidak hanya berupa nilai-nilai
kerohanian, namun berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Pada perkembangan pewayangan periode modern, bermunculan wayang-


wayang jenis baru seperti wayang suluh, wayang wahyu, wayang gedog, dan
wayang kancil. Bermunculannya wayang-wayang jenis baru ini membawa
suatu iklim baru di dalam dunia pewayangan. Seni pertunjukan wayang yang
tadinya hanya dalam lingkup cerita Mahabrata dan Ramayana, menjadi
semakin bervariasi. Contohnya adalah Wayang Suluh dan Wayang Pancasila
yang menceritakan sejarah perjuangan bangsa. Yang menampilkan para
pahlawan nasional sebagai lakon dalam pertunjukan wayang tersebut.

Perkembangan wayang di Indonesia tidak serta merta berasal dari kisah asli
Indonesia. Pada masa modern ini juga berkembang pertunjukan wayang yang
bersumber dari kisah-kisah yang berasal dari luar Indonesia. Wayang tersebut
dikenal sebagai wayang Potehi, yang merupakan wayang yang menceritakan
kisah-kisah yang berasal dari dataran Cina.

Perkembangan jenis wayang ini juga dipengaruhi oleh keadaan budaya daerah
setempat, misalnya Wayang Kulit Purwa, yang berkembang pula pada ragam
kedaerahan menjadi Wayang Kulit Purwa khas daerah, seperti Wayang
Cirebon, Wayang Bali, Wayang Betawi, Wayang Banjar, dan lain sebagainya.

Kesenian wayang di Indonesia sendiri sempat mengalami masa keterpurukan


pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 sampai 1945. Saat itu budaya
wayang mengalami masa suram. Kontrol dan pengawasan yang ketat
terhadap para dalang dan pergelerannya oleh Keimin Bunka Sidosho, Badan
Urusan Kebudayaan Pemerintah Pendudukan Jepang. Pada masa itu dalang
sering dikumpulkan untuk dibina tentang cita-cita Asia timur raya.
Pementasan wayang juga selalu diawasi oleh intel Jepang.

Akan tetapi penyebab utama keterpurukan budaya wayang pada adalah


keadaan ekonomi yang terpuruk, hal ini menyebabkan tidak ada orang yang
mempunyai dana untuk menyelenggarakan wayang. Akibat dari keterpurukan
ekonomi ini, sebagian dalang terpaksa beralih profesi.

Setelah kemerdekaan seni wayang mulai bangkit dari keterpurukan. Sekitar


tahun 1955-an Sukarno membuat tradisi yang membawa angin segar bagi
budaya wayang. Secara berkala ia menyelenggarakan pertunjukan wayang
kulit purwa di Itana Negara, mengundang seniman-seniman wayang terkenal
seperti Rusman, Darsi dan Surana dari Surakarta datang ke Jakarta untuk
menari di hadapan tamu besar dari negara lain.

Peristiwa G30S/PKI sempat membuat kesenian Wayang menjadi makin surut


kembali. Sebagian dalang dan seniman dilarang untuk mementaskan
pertunjukan pewayangan lantaran banyak dari  mereka tersangkut dalam
organisasi terlarang, baik Lekra, Pemuda Rakyat, Maupun PKI. Akibat lain
dari peristiwa tersebut pertunjukan wayang di beberapa daerah sulit
mendapatkan izin menyelenggarakan pagelaran wayang.

Melihat kesenian wayang yang semakin surut, usaha pelestarian kesenian


wayang pun dilakukan antara lain dengan pembentukan organisasi-organisasi
pewayangan dan pedalangan, serta usaha lain. Pekan wayang wong pernah
diadakan di Jakarta pada akhir tahun 1971. Persatuan Pedalangan Indonesia
(PEPADI) dibentuk untuk menghimpun para dalang sehingga mereka dapat
saling bertukar pengalaman. Ada lagi organisasi dalang lainnya, yaitu
Ganasidi.
Kemudian pada tahun 1975 telah berdiri Sena Wangi (Sekretariat Nasional
Pewayangan Indonesia) yakni sebuah organisasi sosial budaya yang bergerak
dalam pelestarian dan pengembangan wayang. Sena Wangi bertujuan untuk
mengkoordinasikan semua kegiatan pewayangan oleh organisasi, yayasan,
maupun lembaga yang bergerak dalam bidang pewayangan dan seni
pedalangan.

Selain itu, setiap lima tahun sekali menyelenggarakan Pekan Wayang


Indonesia, dengan kegiatan utama Kongres Sena Wangi, pagelaran wayang,
pameran dan dunia pewayangan.

KESIMPULAN

Karya seni sebagai bahasa memiliki dua potensi, yaitu potensi sebagai
bahasa simbolik dan potensi sebagai bahasa rupa, gerak dan suara secara
denotatif.
Setiap karya seni tidak tumbuh dari sesuatu kekosongan, melainkan
tumbuh diantara dan dari perjalanan sejarah serta dalam suatu konteks sosial
budaya, maka sebenarnya sebuah karya seni merupakan rekaman peristiwa
yang dikomunikasikan  oleh seniman kepada pembaca  (penonton,
pendengar).
Salah satu karya seni yang berkembang di Indonesia adalah seni wayang,
yang merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada
masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan
wayang, yaitu yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi,
yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan
wayang.
Wayang berasal dari kata wayangan yaitu sumber ilham dalam menggambar
wujud tokoh dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si
penggambar karena sumber aslinya telah hilang,
Seni wayang yang terkenal di Indonesia ada tiga, yaitu wayang golek, wayang
kulit dan wayang orang.

DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Wayang: Fungsi, Kandungan dan Jenis Wayang (Lengkap)
(pintarnesia.com)

Wayang Purwa, Wujud Akulturasi Budaya Lokal dengan Islam | NU Online

Wayang dan Penyebaran Islam | Republika Online

5 Jenis Wayang Indonesia | BelindoMag

Pertunjukan Wayang di Era Modern - Wawasan Sejarah

Anda mungkin juga menyukai